You are on page 1of 29

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PERUBAHAN PERUBAHAN SETELAH MATI Ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan

n perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi disebut Tanatologi. Tanatologi ini berguna dalam : Menentukan apakah korban sudah mati atau belum Menentukan lama korban telah mati, dan Menentukan apakah korban tersebut mati wajar atau tidak. Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Tanda yang segera dikenali setelah kematian; Berhentinya sirkulasi darah Berhentinya pernafasan Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian: Perubahan pada mata Perubahan pada kulit Perubahan temperatur tubuh Lebam mayat Kaku mayat

Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama: Proses pembusukan Saponifikasi atau adiposera Mumifikasi Tanda kematian dibagi menjadi dua: 1. Tanda kematian tidak pasti: a. Berhentinya sistim pernafasan dan sistim sirkulasi. Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung dan paru berhenti selama 10 menit, namun dalam prakteknya seringkali terjadi kesalahan diagnosis sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengamati selama waktu tertentu. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mendengarkannya melalui stetoscope pada daerah precordial dan larynx dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan mudah terdengar. Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas terhenti, selain disebabkan ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang berbeda-beda dapat juga disebabkan

depresi pusat sirkulasi darah yang tidak adekwat, denyut nadi yang menghilang merupakan indikasi bahwa pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada kasus judicial hanging dimana jantung masih berdenyut selama 15 menit walaupun korban sudah diturunkan dari tiang gantungan. b. Kulit yang pucat Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah sehingga darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat. Akan tetapi ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang kematian dihubungkan dengan spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan. Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat menjadi pucat. c. Relaksasi otot Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini disebut relaksasi primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada menjadi kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak lebih muda dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila menemukan anus yang mengalami dilatasi harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat hubungan seksual perani/anus corong. d. Perubahan pada mata Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang menyebabkan kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif. Hilangnya reflek cahaya pada kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata. Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari posisi kelopak mata. Walaupun sering ditemui kelopak mata tertutup secara tidak komplit, ini terjadi oleh karena kekakuan otot-otot kelopak mata. Kekeruhan pada lapisan dalam kornea ini tidak dapat dihilangkan atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk membasahinya. Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan mengalami kekeringan dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah menjadi coklat kehitaman. Area yang berubah warna ini berbentuk trianguler dengan basis pada perifer kornea dan puncaknya di epikantus. Area ini disebuttaches noires de la sclerotiques. Iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam sesudah kematian somatik, tetapi reflek cahaya segera hilang bersamaan dengan iskemik pada batang otak. Pupil biasanya pada posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus pupilaris walaupun ada sebagian ahli yang menganggap ini sebagai proses rigor mortis. Diameter pupil sering

dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak atau intoksikasi obat seperti keracunan morphin dimana sewaktu hidup pupil menunjukan kontraksi. Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini mudah menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler setelah mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2 mm atau berdilatasi sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai sifat tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai 3 mm. 2. Tanda kematian pasti: a. Penurunan suhu mayat (Algor Mortis) Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Proses pemindahan panas ini berlangsung secara : Konduksi, Radiasi, dan evaporasi. Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat. Menurut Sympson (Inggris), menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami penurunan temperatur 2,50 F setiap jam pada enam jam pertama dan 1,6-2,0 F pada enam jam berikutnya, maka dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya. Maka itu penurunan suhu mayat dipengaruhi oleh faktor sbb: o Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungan o Suhu tubuh mayat saat mati o Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat o Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat o Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat o Aktivitas sebelum meninggal o Sebab kematian o Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat o Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaaan tubuh yang terpapar Cara melakukan penilaian algor mortis: Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting Dahi dingin setelah 4 jam post mortem Badan dingin setelah 12 jam post mortem Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem Bila mayat mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran dan keadaan airnya o Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah perrektal (Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI (Post Mortem Interval) berikut. Formula untuk suhu dalam Celcius PMI = 37C Suhu Rektal C + 3 Formula untuk suhu dalam Fahrenheit PMI = 98,6F Suhu Rektal F (1,5) o o o o o

b. Lebam mayat (Livor Mortis) Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan. Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa bercak yang biasanya muncul seperti lebam keunguan yang terlihat kurang dari 1 jam setelah kematian. Lebam ini akan semakin jelas dalam beberapa jam berikutnya. Fenomena ini biasanya menjadi lengkap dalam 6-12 jam dan dikatakan menetap (lebam tidak hilang pada penekanan dengan jari dan tidak akan hilang bila mayat dipindahkan). Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri. Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian : o Merah kebiruan merupakan warna normal lebam o Merah terang menandakan keracunan CO(cherry red), keracunan CN (bright scarlet) atau suhu dingin (bright pink) o Merah gelap menunjukkan asfiksia o Perunggu pucat bergaris-garis menandakan kematian akibat abortus septic o Coklat (chocolate brown) menandakan keracunan potassium chlorate nitrate Kepentingan medikolegal dari lebam mayat o Merupakan tanda dari kematian o Bisa membantu menentukan posisi dari mayat dan penyebab kematian o Jika mayat terletak pada posisi punggung dibawah, maka lebam mayat pertama sekali terlihat pada bagian leher dan bahu, baru kemudian menyebar ke punggung. o Pada mayat dengan posisi tergantung, lebam mayat tampak pada bagian tungkai dan lengan. o Pada beberapa kasus, warna dari lebam mayat ini bisa lain daripada normal. o Dapat juga digunakan memperkirakan saat kematian.

Lebam mayat menyerupai luka memar, maka harus dibedakan. Perbedaannya adalah: Sifat Lebam mayat Memar

Letak

Epidermal, karena pelebaran pembuluh Ruptur pembuluh darah yang darah letaknya bisa superfisial atau lebih dalam yang tampak sampai ke permukaan kulit

Kutikula

Tidak rusak

Kulit ari rusak

Lokasi

Terdapat pada daerah yang luas, terutama Terdapat di sekitar bisa tampak di luka pada bagian tubuh yang letaknya mana di mana saja pada bagian tubuh rendah. dan tidak meluas

Gambaran Pinggiran

Pada lebam mayat tidak ada evalasi dari Biasanya membengkak kulit Jelas Tidak jelas

Warna .

Warnyanya sama

Memar yang lama warnanya bervariasi. Memar yang baru berwarna lebih tegas daripada warna lebam mayat disekitarnya

Darah ke jaringan sekitar, susah dibersihkan jaringan sekitar, susah Pada pembuluh, dan mudah dibersihkan. dibersihkan jika hanya dengan air pemotongan mengalir. Jaringan subkutan Jaringan subkutan tampak pucat. berwarna merah kehitaman. Pada pemotongan, darah tampak dalam

Dampak setelah penekanan

Akan hilang walaupun hanya diberi Warnanya berubah sedikit saja jika penekanan yang ringan. Maksimal 8 jam lebam mayat tidak hilang dalam penekanan diberi penekanan.

c. Kaku mayat (Rigor Mortis) Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi.

Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap : o Periode relaksasi primer (flaksiditas primer) Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas. o Kaku mayat (rigor mortis) Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai. Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada musim panas. o Periode relaksasi sekunder Otot menjadi relaks (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat o Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lebih lama. o Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur) o Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan berlangsung lebih lama. o Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal keadaan otot sudah lemah.

Diagnosis Banding Kaku Mayat o Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar pada suhu yang lebih tinggi dari 750 C, atau jika mayat terkena arus listrik tegangan tinggi. Kedua keadaan diatas akan menyebabkan koagulasi protein otot sehingga otot menjadi kaku. Pada kasus terbakar, keadaan mayat menunjukkan postur tertentu yang disebut dengan sikap pugilistik, yaitu suatu posisi di mana semua sendi berada dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal. Sikap yang demikian disebut juga sikap defensif. Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas adalah :

Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat pada kaku karena panas. Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi jika dipaksa diregangkan. Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut akan melanjut terus sampai terjadinya pembusukan.

Kekakuan karena dingin (cold stiffening). Jika mayat terpapar suhu yang sangat dingin, maka akan terjadi pembekuan jaringan lemak dan otot. Jika mayat dipindahkan ke tempat yang suhunya lebih tinggi maka kekakuan tersebut akan hilang. Kaku karena dingin cepat terjadi dan cepat juga hilang.

o Spasme kadaver (Cadaveric spasm). Otot yang berkontraksi sewaktu masih hidup akan lebih cepat mengalami kekakuan setelah meninggal. Pada kekakuan ini tidak ada tahap pertama yaitu tahapan relaksasi. Keadaan ini biasanya terjadi jika sebelum meninggal korban melakukan aktivitas berlebihan. Bentuk kekakuan akan menunjukkan saat saat terakhir kehidupan korban. Fenomena ini sangat jarang ditemukan. Perbedaan antara Kaku Mayat dengan Spasme Kadaver

Sifat Mulai timbul

Kaku Mayat 1-2 jam setelah meninggal

Spasme Kadaver Segera setelah meninggal

Faktor predisposisi

Kematian mendadak,aktivitas berlebih, ketakutan, terlalu lelah, perasaan tegang, dll.

Otot yang terkena

Semua otot, termasuk otot volunter dan involunter

Biasanya terbatas pada satu kelompok otot volunter

Kaku otot

Tidak jelas, dapat dilawan dengan sedikit tenaga.

Sangat jelas, perlu tenaga yang kuat untuk melawan kekakuannya.

Kepentingan dari segi Medikolegal

Untuk perkiraan saat kematian

Menunjukkan cara kematian yaitu bunuh diri,pembunuhan atau kecelakaan

Suhu mayat Kematian sel Rangsangan listrik

Dingin Ada Tidak ada respon otot

Hangat Tidak ada Ada respon otot

Kepentingan Kaku Mayat dari segi medikolegal : o Pada kasus bunuh diri, mungkin alat yang digunakan untuk tujuan bunuh diri masih berada dalam genggaman. o Pada kasus kematian karena tenggelam, mungkin pada tangan korban bisa terdapat daun atau rumput. o Pada kasus pembunuhan, pada gemgaman korban mungkin bisa diperoleh sesuatu yang memberi petunjuk untuk mencari pembunuhnya. d. Proses pembusukan (Dekomposisi) Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lain-lain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat. Tanda-tanda pembusukan: o Warna kehijauan pada dinding perut daerah caecum, yang disebabkan reaksi hemoglobin dengan H2S menjadi sulfmethemolobin o Wajah dan bibir membengkak o Scrotum dan vulva membengkak o Abdomen membengkak, akibat adanya gas pembusukan dalam usus sehingga mengakibatkan keluarnya fese dari anus dan isi lambung dari mulut dan lubang hidung o Vena-vena superfisialis pada kulit berwarna kehijauan disebut Marbling o Pembentukan gas-gas pembusukan di bawah lapisan epidermis sehingga timbul bulla o Akibat tekanan gas-gas pembusukkan, gas dalam paru terdesak, sehingga darah keluar dari mulut dan hidung o Bola mata menonjol keluar akibat gas pembusukkan dalam orbita o Kuku dan rambut dapat terlepas, serta dinding perut dapat pecah Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24

jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari, belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya Proses-proses spesifik pada jenazah karena kondisi khusus: o Mummifikasi Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk. o Adipocere Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri. Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG VISUM ET REPERTUM (VER) Visum et repertum disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum adalah laporan tertulis (termasuk kesimpulan mengenai sebab-sebab perlukaan/kematian) yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatan, mengenai apa yang dilihat/diperiksa berdasarkan keilmuannya, atas permintaan tertulis dari pihak berwajib untuk kepentingan peradilan. Dasar hukum Visum et Repertum adalah sebagai berikut: Pasal 133 KUHAP menyebutkan: 1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. 2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. 3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP : Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh karena visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta visum et repertum, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHAP). Pasal 179 KUHAP (1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan (2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya Sanksi hukum bila siapa saja yang menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan sanksi pidana : Pasal 216 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau mengga-galkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah. Pasal 222 KUHP Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah Pasal 224 KUHP : Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam : dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan bulan. Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP: Alat bukti yang sah adalah : (a) Keterangan saksi, (b) Keterangan ahli, ( c ) Surat, (d) Petunjuk, (e) Keterangan terdakwa

Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHAP. Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu Rumah Sakit tentang tata laksana pengadaan visum et repertum. Macam-macam visum et repertum: o Visum et Repertum korban hidup : Visum et repertum. Visum et Repertum sementara. Visum et Repertum lanjutan. o Visum et Repertum mayat (Harus dibuat berdasarkan hasil autopsi lengkap) o Visum et Repertum pemeriksaan TKP. o Visum et Repertum penggalian mayat. o Visum et Repertum mengenai umur. o Visum et Repertum Psikiatrik. o Visum et Repertum mengenai BB Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut: o o o o o o o o o o Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa Bernomor dan bertanggal Mencantumkan kata Pro Justitia di bagian atas kiri (kiri atau tengah) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan Tidak menggunakan istilah asing Ditandatangani dan diberi nama jelas Berstempel instansi pemeriksa tersebut Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum. Apabila ada lebih dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM, dan keduanya

berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et repertum masing-masing asli o Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan disimpan sebaiknya hingga 20 tahun Bagian-bagian visum et repertum: 1. PRO JUSTISIA. Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP. 2. PENDAHULUAN. Bagian ini memuat antara lain : Identitas pemohon visum et repertum. Identitas dokter yang memeriksa /membuat visum et repertum. Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya). Tanggal dan jam dilakukannya Identitas korban. Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban dirawat, waktu korban meninggal. o Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada dokter dan waktu saat korban diterima dirumah sakit. 3. PEMBERITAAN. o Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan umum. o Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban. o Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan. o Hasil pemeriksaan tambahan o Syarat-syarat : - Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam. - Angka harus ditulis dengan huruf, (4cm ditulis empat sentimeter). - Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka, (luka bacok, luka tembak dll). - Luka harus dilukiskan dengan kata-kata - Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan). 4. KESIMPULAN. o Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya. o Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan). o Sifatnya subjektif. 5. PENUTUP. o Memuat kata Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan. o Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter. o o o o o o

Contoh visum et repertum terlampir Penyidik dibenarkan mencabut SPVR (Instr. Kapolri No.Pol:INS/E/20/IX/75): Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan visum et repertum bedah mayat, maka adalah kewajiban dari petugas Polri cq. Pemeriksa untuk secara persuasif memberikan penjelasan perlu dan pentingnya autopsi untuk kepentingan penyidik, kalau perlu ditegakkannya pasal 222 KUHP. Pada dasarnya penarikan/pencabutan kembali visum et repertum tidak dapat dibenarkan. Bila terpaksa visum et repertum yang sudah diminta harus diadakan pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya dapat diberikan oleh Komandan Kesatuan paling rendah setingkat Komres dan untuk kota besar hanya oleh Dantabes. Pada kesimpulan visum et repertum untuk orang/korban hidup, yaitu pada visum et repertum lanjutan, harus dilengkapi dengan kualifikasi luka. Kualifikasi luka akan memudahkan hakim untuk menjatuhkan pidana. Kualifikasi luka (KUHP) terdiri dari : o Derajat 1 Luka yang tergolong luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian penganiayaan ringan (Psl.352) o Derajat 2 Luka yg tergolong luka yg menimbulkan penyakit atau halangan utk menjalankan pekerjaan atau pencaharian penganiayaan (Psl.351 [1]). o Derajat 3 Luka yang tergolong luka berat penganiayaan berat (Psl.351 [2]). o Luka yang menyebabkan mati Penganiayaan yang mati (ps. 351(3) KUHP), pembunuhan (338 jo 340 KUHP) Yang termasuk luka berat menurut pasal 90 KUHP: o Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali atau yang menimbulkan bahaya maut. o Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian. o Kehilangan salah satu panca indera. o Mendapat cacat berat. o Menderita sakit lumpuh. o Terganggu daya pikirnya selama 4 minggu lebih. o Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. Berikut ini adalah contoh format Visum et Repertum yang sudah diisi. -----------------------------------------------------------------------------------------------INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKO LEGAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KEDIRI -----------------------------------------------------------------------------------------------VISUM ET REPERTUM ( JENAZAH )

Th.2008 No. KF. 05. 333. PRO JUSTITIA. Berhubung dengan surat Saudara.-----------------------------------------------------------------------Nama : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088.--------------------------------Alamat : Kepolisian Sektor Kota Kediri,Jl.Raya Made No.50 Kediri 64219.---------------------Jabatan : An. Kepala.Kepolisian Sektor kota Kediri.-------------------------------------------------Tertanggal : 2 Agustus 2008, -No.Pol:224/01/10/2008.----------------------------------------------Yang kami terima pada tanggal ; 2 Agustus 2008, maka kami, Dr. Hj. Andati Tyagita SpF. Dokter Spesialis Forensik, Dokter pemerintah pada Instalasi Kedokteran Forensik dan Mediko Legal RSUD Kediri, telah melakukan pemeriksaan luar pada tanggal: 2 Agustus 2008, pukul: 16.00 WIB dan pemeriksaan dalam pada tanggal: 2 Agustus 2008, pukul: 16.30 WIB di rumah sakit tersebut di atas, atas jenazah yang menurut surat Saudara tersebut,--------------------------------------------------------------------------------------Bernama: Supadno, -Jenis kelamin: Laki-laki, -Umur: 50 Tahun.----------------------------------Alamat : Jalan Adityawarman 50 Kediri,---------------------------------------------------------------Bangsa : Indonesia ---------------------------------------------------------------------------------------Dengan dugaan meninggal karena : Pembunuhan. ---------------------------------------------------Korban ditemukan/ meninggal : di Ruang tamu rumahnya dalam keadaan mengeluarkan busa dari dalam mulutnya---------------------------------------------------------------------------------------- Pada tanggal : 2 Agustus 2008, - Pukul : 07.00 WIB.----------------------------------------------Korban dibawa ke kamar jenazah RSU. Dr.Soedomo Kediri,----------------------------------------Oleh : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088 , Dengan kendaraan No.Pol.: AG 1234 UA -------------------------------------------------------------------------------------Pada tanggal: 2 Agustus 2008,----------------------------Pukul : 11-30-----------------------------HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------------------------------------------------------PEMERIKSAAN LUAR :--------------------------------------------------------------------------------1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna kulit sawo matang. ----------------------------------------------------------------------------------2. Lebam mayat dan kaku mayat negatif. -----------------------------------------------------3. Korban berlabel dan tidak bersegel, keadaan gizi baik. --------------------------------------4. Pakaian sarung, celana dalam putih dan memakai kaos singlet. --------------------------5. Kepala / leher : baik rambut hitam lurus.----------------------------------------------------- di samping bibir masih terdapat sedikit busa putih------------------------------------------ kedua pupil mata melebar -------------------------------------------------------------------- bibir atas dan bawah membiru --------------------------------------------------------------- mulut berisi busa warna putih. ---------------------------------------------------------------- di bawah leher ada bekas cengkeraman kuku------------------------------------------------6. Dada : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.---------------------------7. Perut : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.---------------------------8. Punggung : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.---------------------9. Alat kelamin luar : --------------- ----------------------------------------------------------

- dari lubang alat kelamin keluar cairan putih-------------------------------------------------10. Anggota gerak atas : --tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam-------11. Anggota gerak bawah : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam----PEMERIKSAAN DALAM :---------------------------------------------------------------------

1. Kepala / leher : ----------------------------------------------------------------------------- saluran kerongkongan tampak merah dan berlendir. --------------------------------------2. Dada : --------------------------------------------------------------------------------------- paru dan jantung tidak ditemukan kelainan. ------------------------------------------------- perut : jaringan hati, limpa, kelenjar ludah perut, kandung empedu, usus dan ginjal, kandung seni, ditemukan kelainan, ----------------------------------------------------------------PEMERIKSAAN TAMBAHAN :----------------------------------------------------------------

Ditemukan racun pada hati, usus, limpa, jantung korban--------------------------------------KESIMPULAN :-------------------------------------------------------------------------------

1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna kulit sawo matang, rambut lurus hitam, panjang kurang lebih lima centimeter. -----------------------------------------------------------------------------------------------------2. Pemeriksaan Luar : --------------------------------------------------------------------------------tidak ditemukan luka memar, luka lubang, luka robek di sekitar mulut, serta mulut berbusa-------------------3. Pemeriksaan Dalam: ------------------------------------------------------------------------------tidak ditemukan memar di bawah kulit kepala, memar di bawah kulit leher dan memar di bawah kulit dada serta ditemukan cairan warna merah di rongga dada. ----------------------------------------4. Pada alat kelamin ditemukan keluar cairan warna putih dari lubang kelamin. -----------5. Jadi korban meninggal dunia oleh karena keracunan. ---------------------------------------Demikian Visum Et Repertum ini kami buat dengan mengingat sumpah waktu menerima jabatan. Tanda tangan,

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN INFANTICIDE

I. DEFINISI Infanticide atau pembunuhan anak adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan anak. (1) II. UNDANG-UNDANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFANTICIDE Undang-undang yang menyangkut pembunuhan anak terdapat pada KUHP pasal 341, 342 dan 343. (2) 2.1. Pasal 341 KUHP Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anaknya sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. 2.2. Pasal 342 KUHP Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat akan dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. 2.3. Pasal 343 KUHP Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak dengan rencana. Dengan demikian, pada kasus pembunuhan anak terdapat tiga unsur yang penting, yaitu: (1,2,3) 1. 1. Pelaku: Pelaku haruslah ibu kandung korban. 1. 2. Motif: Motif atau alasan pembunuhan adalah karena takut ketahuan telah melahirkan anak. 1. 3. Waktu: Pembunuhan dilakukan segera setelah anak dilahirkan atau tidak beberapa lama kemudian, yang dapat diketahui dari ada tidaknya tanda-tanda perawatan. III. HAL-HAL YANG PERLU DITENTUKAN Dalam kasus infanticide, hal-hal yang harus ditentukan atau yang perlu dijelaskan dokter dalam pemeriksaannya adalah: (1,2,3)

Berapa umur bayi dalam kandungan, apakah sudah cukup bulan untuk dilahirkan. Apakah bayi lahir hidup atau sudah mati saat dilahirkan. Bila bayi lahir hidup, berapa umur bayi sesudah lahir. Apakah bayi sudah pernah dirawat.

Apakah penyebab kematian bayi.

Untuk menjawab kelima hal di atas, diperlukan pemeriksaan yang lengkap, yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (autopsi) pada tubuh bayi serta bila perlu melakukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan mikroskopis pada jaringan paru (patologi anatomi) dan pemeriksaan test apung paru.

3.1.

Umur janin dalam kandungan

Untuk mengetahui apakah anak tersebut cukup bulan dalam kandungan (matur) atau belum cukup bulan dalam kandungan (prematur), dapat diketahui dari pemeriksaan sebagai berikut: 1. Pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, panjang badan dan berat badan: dimana yang mempunyai nilai tinggi adalah lingkar kepala dan tinggi atau panjang badan. Panjang badan diukur dari tumit hingga vertex (puncak kepala). Bayi dianggap cukup bulan jika:

Panjang badan di atas 45 cm. Berat badan 2500 3500 gram. Lingkar kepala lebih dari 34 cm.

Infanticide, bila umur janin 7 bulan dalam kandungan oleh karena pada umur ini janin telah dapat hidup di luar kandungan secara alami tanpa bantuan beralatan. Umur janin di bawah 7 bulan termasuk kasus abortus Untuk menentukan umur bayi dalam kandungan, ada rumus empiris yang dikemukakan oleh De Haas, yaitu menentukan umur bayi dari panjang badan bayi.

Untuk bayi (janin) yang berumur di bawah 5 bulan, umur sama dengan akar pangkat dua dari panjang badan. Jadi bila dalam pemeriksaan didapati panjang bayi 20 cm, maka taksiran umur bayi adalah 20 yaitu antara 4 sampai 5 bulan dalam kandungan atau lebih kurang 20 22 minggu kehamilan. Untuk janin yang berumur di atas 5 bulan, umur sama dengan panjang badan (dalam cm) dibagi 5 atau panjang badan (dalam inchi) dibagi 2.

1. Keadaan ujung-ujung jari: apakah kuku-kuku telah melewati ujung jari seperti anak yang dilahirkan cukup bulan atau belum. Garis-garis telapak tangan dan kaki dapat juga digunakan, karena pada bayi prematur garis-garis tersebut masih sedikit. 2. Keadaan genitalia eksterna: bila telah terjadi descencus testiculorum maka hal ini dapat diketahui dari terabanya testis pada scrotum, demikian pula halnya dengan keadaan labia mayora apakah telah menutupi labia minora atau belum; testis yang telah turun serta labia mayora yang telah menutupi labia minora terdapat pada anak yang dilahirkan cukup bulan dalam kandungan si-ibu. Hal tersebut di atas dapat diketahui bila bayi segar, tetapi bila bayi telah busuk, labia mayora akan terdorong keluar. 3. Pusat-pusat penulangan: khususnya pada tulang paha (os. femur), mempunyai arti yang cukup penting di dalam membantu perkiraan apakah anak dilahirkan dalam keadaan cukup bulan atau tidak; bagian distal dari os. femur serta bagian proksimal

dari os. tibia akan menunjukkan pusat penulangan pada umur kehamilan 36 minggu, demikian pula pusat penulangan pada os. cuboideum dan os. cuneiforme, sedangkan os. talus dan os. calcaneus pusat penulangannya akan tampak pada umur kehamilan 28 minggu. Cara melihat pusat penulangan pada femur: Tungkai bawah difleksikan semaksimal mungkin, lalu dibuat insisi melintang pada lutut. Setelah patella disingkirkan, dibuat irisan transversal pada ujung distal femur setipis mungkin ke aras proksimal femur sampai terlihat pusat penulangan yang berwarna kemerahan. Demikian pula cara untuk melihat pusat penulangan pada ujung proksimal tibia. Pada tulang talus, kalkaneus dan kuboid, pusat penulangan dapat dilhat dengan membuat insisi antara jari ke-3 dan ke-4 ke arah belakang/tumit. Insisi akan melewati ketiga tulang ini. Lalu tulang tersebut diiris tipis-tipis sampai terlihat pusat penulangannya. Pusat penulangan berbentuk oval, warna merah dengan diameter + 0,5 cm. Hubungan umur bayi dengan pusat penulangan:

Kalkaneus, umur bayi 5 6 bulan. Talus, umur bayi 7 bulan. Kuboid, umur bayi 9 bulan. Distal femur, umur bayi 9 bulan. Proksimal tibia, umur bayi 9 bulan.

3.2. Apakah bayi lahir hidup atu sudah mati saat dilahirkan.
Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati, dapat dilakukan dengan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam.

3.2.1. Pemeriksaan luar


Pada bayi yang lahir hidup, pada pemeriksaan luar tampak dada bulat seperti tong . biasanya tali pusat masih melengket ke perut, berkilat dan licin. Kadang-kadang placenta juga masih bersatu dengan tali pusat. Warna kulit bayi kemerahan.

3.2.2. Pemeriksaan dalam


Insisi pada autopsi sedikit berbeda dengan orang dewasa. Insisi pada bayi dimulai dari perut agar terlihat letak sekat rongga dada (diaphragma). Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam keadaan hidup atau mati, pada dasarnya adalah sebagai berikut: 1. Adanya udara di dalam paru-paru. 2. Adanya udara di dalam lambung dan usus, 3. Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah, dan

4. Adanya makanan di dalam lambung. Paru-paru yang sudah mengembang karena terisi udara pernafasan dapat diketahui dari ciriciri seperti tersebut di bawah ini yaitu:

memenuhi rongga dada sehingga menutupi sebagian kandung jantung, berwarna merah unggu atau merah muda, dan tidak homogen, memberikan gambaran mozaik atau seperti marmer karena adanya berbagai tingkatan aerasi atau pengisian udara dan darah, tepi paru-paru tumpul, pada perabaan teraba derik udara (krepitasi), yang bila perabaan ini dilakukan atas sepotong kecil jaringan paru yang dibenamkan dalam air akan tampak gelembunggelembung udara, pada pemotongan jaringan paru, bila dipencet terlihat keluar darah bercampur buih, pemeriksaan mikroskopik (patologi anatomi) yang hanya dilakukan pada keadaan tertentu saja (meragukan), akan memperlihatkan adanya pengelembungan dari alveoli yang cukup jelas (seperti sarang tawon). Untuk menentukan apakah bayi pernah bernafas dapat dilakukan test hydrostatik atau test apung paru (docimacia pulmonum hydrostatica), akan memberikan hasil yang positif. Pemeriksaan ini berdasarkan fakta bahwa berat jenis paru-paru yang belum bernafas berkisar antara 1.040 1.056, sedangkan paru-paru yang sudah bernafas 0,940 akibat udara pernafasan telah memasuki alveoli. Oleh karena itu paru-paru yang belum bernafas akan tenggelam sedangkan yang sudah bernafas akan mengapung.

Pada bayi yang telah mengalami pembusukan lanjut, pemeriksaan ini tidak berguna lagi. Bila masih baru mengalami pembusukan, test apung paru ini masih bisa dipakai, karena udara pembusukan akan keluar bila jaringan paru-paru ditekan, sedangkan udara pernafasan dalam alveoli tetap disana, atu hanya sedikit yang keluar. Cara melakukan test apung paru adalah sebagai berikut: Keluarkan paru-paru dengan mengangkatnya mulai dari trachea sekalian dengan jantung dan timus. Kesemuanya ditaruh dalam baskom berisi air. Bila terapung artinya paru-paru telah terisi udara pernafasan. Untuk memeriksa lebih jauh, pisahkan paru-paru dari jantung dan timus, dan kedua belah paru juga dipisahkan. Bila masih terapung, potong masing-masing paru-paru menjadi 12 20 potongan-potongan kecil. Bagian-bagian ini diapungkan lagi. Bagian kecil paru ini ditekan dipencet dengan jari di bawah air. Bila telah bernafas, gelembung udara akan terlihat dalam air. Bila masih mengapung, bagian kecil paru-paru ditaruh di antara 2 lapis kertas dan dipijak dengan berat badan. Bila masih mengapung, itu menunjukkan bayi telah bernafas. Sedangkan udara pembusukan akan keluar dengan penekanan seperti ini, jadi ia akan tenggelam. Ada beberapa keadaan dimana test ini diragukan hasilnya. 1. Paru-paru sudah berkembang, namun dalam pemeriksaan ternyata tenggelam.

Penyakit: pada edema paru atau pemadatan karena bronkopneumonia atau lues (sifilis). Tetapi biasanya jarang melibatkan kedua bagian paru atau seluruh jaringan

paru. Sebagian tetap akan merapung. Lagi pula pemeriksaan ini secara patologi anatomi akan menegaskan adanya penyakit tersebut. Atelektase paru. Biasanya jarang terjadi.

1. Paru-paru yang belum berfungsi (bayi belum bernafas), tetapi pada pemeriksaan mengapung:

Telah terjadi proses pembusukan. Ini mudah dikenal karena proses pembusukan pada daerah lain juga didapati. Dimasukkan udara secara artifisial. Susah melakukannya, apalagi oleh orang awam.

Adanya udara dalam lambung dan usus merupakan petunjuk bahwa si-anak menelan udara setelah ia dilahirkan hidup, dengan demikian nilai dari pemeriksaan udara di dalam lambung dan usus ini sekedar memperkuat saja. Seperti halnya pada pemeriksaan untuk menentukan adanya udara dalam paru-paru, maka pemeriksaan yang serupa terhadap lambung dan usus baru dapat dilakukan bila keadaan si-anak masih segar dan belum mengalami proses pembusukan serta tidak mengalami manipulasi seperti pemberian pernafasan buatan. Caranya adalah dengan mengikat bagian bawah esofagus di bawah thyroid proksimal dari cardia dan colon, kemudian dilepaskan dari organ lainnya. Bila yang terapung adalah lambung, hal ini tidak berarti apa-apa. Bila usus yang terapung berarti bayi telah pernah menelan udara dan ini berarti bayi telah pernah bernafas. Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah hanya dapat terjadi bila si-anak menelan udara dan udara tersebut melalui tuba eustachii masuk ke dalam liang bagian tengah. Untuk dapat mengetahui keadaan tersebut pembukaan liang telinga bagian tengah harus dilakukan di dalam air; tentunya baru dilakukan pada mayat yang masih segar. Adanya makann di dalam lambung dari seorang anak yang baru dilahirkan tentunya baru dapat terjadi pada anak yang dilahirkan hidup dan diberi makan oleh orang lain, dan makanan tidak mungkin akan dapat masuk ke dalam lambung bila tidak disertai dengan aktivitas atau gerakan menelan. Adanya udara di dalam paru-paru, lambung dan usus serta di dalam liang telinga bagian tengah merupakan petujuk pasti bahwa si-anak yang baru dilahirkan tersebut memang dilahirkan dalam keadaan hidup. Sedangkan adanya makanan di dalam lambung lebih mengarahkan kepada kenyataan bahwa si-anak sudah cukup lama dalam keadaan hidup; hal mana bila keadaannya memang demikian maka si-ibu yang menghilangkan nyawa anak tersebut dapat dikenakan hukuman yang lebih berat dari ancaman hukuman seperti yang tertera pada pasal 341 dan 342. Apabila bayi dilahirkan dalam keadaan mati, ada 2 kemungkinan yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Still birth, artinya dalam kandungan masih hidup, waktu dilahirkan sudah mati. Ini mungkin disebabkan perjalanan kelahiran yang lama, atau terjadi accidental strangulasi dimana tali pusat melilit leher bayi waktu dilahirkan. 2. Dead born child, di sini bayi memang sudah mati dalam kandungan. Bila kematian dalam kandungan telah lebih dari 2 3 hari akan terjadi maserasi pada bayi. Ini terlihat dari tanda-tanda:

Bau mayat seperti susu asam. Warna kulit kemerah-merahan. Otot-otot lemas dan lembek. Sendi-sendi lembek sehingga mudah dilakukan ekstensi dan fleksi. Bila lebih lama didapati bulae berisi cairan serous encer dengan dasar bullae berwarna kemerah-merahan. Alat viseral lebih segar daripada kulit. Paru-paru belum berkembang.

3.3. Bila bayi lahir hidup, berapa umur bayi sesudah lahir
Apabila bayi tersebut sudah pernah bernafas atau lahir hidup, untuk mengetahui sudah berapa lama bayi tersebut hidup sebelum dibunuh dengan memperhatikan kulit, kepala dan umbilicus mayat tersebut. Pada bayi yang baru lahir, warna kulit merah terang. Adanya vernix caseosa pada ketiak, sela paha dan leher. Vernix akan menghilang setelah dua hari lalu kulit menjadi gelap dan menjadi normal kembali. Setelah 1 minggu, kulit akan mengelupas, terutama di bagian abdomen kulit akan mengelupas setelah 3 hari. Caput succedaneum akan menghilang setelah 24 jam sampai 2 3 hari setelah dilahirkan. Setelah 2 jam kelahiran, terdapat bekuan darah pada ujung pemotongan tali pusat. Dua belas jam kemudian akan mengering. Setelah 36 48 jam terbentuk cincin peradangan pada pangkal tali pusat. Tali pusat mengering setelah 2 3 hari. Enam sampai tujuh hari tali pusat akan lepas membentuk cicatriks. Tali pusat akan sembuh sempurna lebih kurang 15 hari. Feses bayi juga dapat membantu menentukan sudah berapa lama bayi hidup. Feses bayi yang baru lahir disebut meconium, biasa dikeluarkan dari usus setelah 24 28 jam, tetapi kadang kala bisa lebih lama.

3.4.

Apakah terdapat tanda-tanda perawatan.

Penentuan ada tidaknya tanda-tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus pembunuhan anak, oleh karena dari sini dapat diduga apakah kasus yang dihadapi memang benar kasus pembunuhan anak seperti apa yang dimaksud oleh undang-undang, atau memang kasus lain yang mengancam hukuman yang berbeda. Adanya tanda-tanda perawatan menunjukkan telah ada kasih sayang dari si-ibu dan bila dibunuhnya tidak lagi termasuk kasus infanticide, tetapi termasuk kasus pembunuhan biasa. Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:

Tubuh masih berlumuran darah, Ari-ari (placenta), masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan dengan pusar (umbilicus),

Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan, hal ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air, Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat paha dan bagian belakang bokong.

Pada seorang anak yang telah mendapat perawatan tentunya akan memberikan gambaran yang jelas, dimana tubuhnya sudah dibersihkan, tali pusat telah dipotong dan diikat, daerahdaerah lipatan kulit telah dibersihkan dari lemak bayi dan tidak jarang si-anak telah diberi pakaian atau pembungkus agar tubuhnya menjadi hangat.

3.5.

Apakah penyebab kematian bayi.

Penyebab kematian bayi dapat diketahui bila dilakukan autopsi, dari autopsi tersebut dapat ditentukan apakah bayi tersebut lahir mati, mati secara almiah, akibat kecelakaan atau akibat pembunuhan. Penyebab kematian alamiah antara lain:

Prematuritas. Kelainan kongenital, misalnya: sifilis, jantung. Perdarahan / trauma lahir. Kelainan bentuk / anatomi, misalnya: anecephalus. Kelainan plasenta, misalnya: plasenta previa. Erythroblastosis foetalis dan lain-lain.

Penyebab kematian akibat kecelakaan dapat terjadi di waktu lahir atau sesudah lahir. Pada waktu proses kelahiran, kematian dapat terjadi karena partus yang lama, prolaps tali pusat, terlilitnya tali pusat. Beberapa saat sebelum dilahirkan, misalnya: trauma pada perut ibu hamil akibat tersepak, jatuh dari tempat yang tinggi, dan lain-lain. Kematian yang diakibatkan oleh tindakan kriminal atau pembunuhan, dilakukan dengan mempergunakan kekerasan atau memberi racun terhadap bayi tersebut. Cara yang digunakan untuk membunuh anak antara lain:

Pembekapan, menutup hidung dan mulut dengan telapak tangan, menekan dengan bantal, selimut dan lain-lain. Penekanan dada, sehingga mengganggu pergerakan pernafasan. Dengan menjerat leher bayi (strangulasi). Kadang-kadang dengan memakai tali pusat. Dengan menenggelamkan bayi. Menusuk fontanella, epicanthus mata, ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, jantung, sumsum tulang dengan menggunakan jarum atau peniti. Memukul kepala bayi atau melintir kepala bayi. Memberi obat-obatan, seperti: opium, arsen dan lain-lain misalnya dengan mengoleskan opium di sekitar putting susu, lalu diisap oleh bayi tersebut. Begitu bayi lahir, dibungkus dan dimasukkan ke dalam kotak kemudian dibuang.

Cara atau metode yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan pembunuhan anak adalah cara atau metode yang menimbulkan mati lemas (asfiksia) seperti: penjeratan, pencekikan

dan pembekapan serta pembenaman ke dalam air. Adapun cara atau metode yang lain seperti menusuk atau memotong serta melakukan kekerasan dengan benda tumpul relatif lebih jarang dijumpai. Dengan demikian pada kasus yang diduga merupakan kasus pembunuhan anak, yang harus diperhatikan adalah: Adanya tanda-tanda mati lemas: sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari, bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta jaringan longgar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus berwarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan atau mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat-alat dalam. Keadaan mulut dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan dibibir atau sekitarnya yang tidak jarang berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gusi, serta adanya benda-benda asing seperti gumpalan kertas koran atau kain yang mengisi rongga mulut. Keadaan di daerah leher dan sekitarnya: adanya luka lecet tekan yang melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat sebagai akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat yang dipergunakan, adanya luka-luka lecet kecil-kecil yang seringkali berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh tekanan dari ujung kuku si-pencekik, adanya luka-luka lecet dan memar yang tidak beraturan yang dapat terjadi akibat tekanan yang ditimbulkan oleh ujung-ujung jari si-pencekik. Adanya luka-luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian tubuh lainnya, dimana menurut literatur ada satu metode yang dapat dikatakan khas yaitu tusukan benda tajam pada langit-langit sampai menembus ke rongga tengkorak yang dikenal dengan nama tusukan bidadari. Adanya tanda-tanda terendam seperti: tubuh yang basah dan berlumpur, telapak tangan dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer woman`s hand), kulit yang berbintil-bintil (cutis anserina) seperti kulit angsa, serta adanya benda-benda asing terutama di dalam saluran pernafasan (trakhea), yang dapat berbentuk pasir, lumpur, tumbuhan air atau binatang air. IV. DIFFERENSIAL DIAGNOSA 1. 1. Abortus Abortus adalah keguguran atau berakhirnya kehamilan sebelum bayi dapat hidup sendiri di luar kandungan. Batasan umur kandungan adalah 28 minggu dan berat badan bayi yang keluar kurang dari 1000 gram. Tanda-tanda bayi yang aviable atau tidak sanggup hidup di luar kandungan adalah: (1) umur kehamilan kurang dari 28 minggu, (2) panjang badan bayi kurang dari 35 cm, (3) berat badan bayi kurang dari 1000 gram, (4) lingkar kepala kurang dari 32 cm. 1. 2. Partus presipitatus

Partus presipitatus adalah persalinan deras atau kebrojolan. Pada waktu partus presipitatus dapat terjadi: (1) inversio uteri, (2) robekan tali pusat, (3) luka-luka pada kepala bayi, (4) perdarahan di bawah kulit kepala, perdarahan di dalam tengkorak. Partus presipitatus ini dapat terjadi dimana-mana, di dalam rumah atau di luar lumah, di WC, sedang berjalan, dan sebagainya. Pembuktian partus presipitatus terkadang sukar untuk dilakukan dan memerlukan pemeriksaan setempat.

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN INVESTIGASI KASUS PERKOSAAN


1. Kronologis Pemeriksaan Kasus Kejahatan Seksual:

1. Informed consent 2. Anamnesa Pasien : a. Umum : Umur, tempat/tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid Penyakit kelamin/penyakit kandungan/penyakit lain Apa pernah bersetubuh Kapan persetubuhan terakhir Apakah memakai kondom
b. Khusus: 3. 4. Waktu kejadian, tanggal, jam, tempat kejadian Apakah korban melawan Apakah korban pingsan Apa ada penetrasi dan ejakulasi Apa setelah kejadian korban mencuci, mandi, atau ganti pakaian

Memeriksa pakaian Robekan Kancing putus Bercak darah Air mani Lumpur Rapi atau tidak Memeriksa tubuh korban

Umum -Penampilan -Keadaan emosional -Tanda bekas hilang kesadaran -Tanda needle mark -Tanda kekerasan -Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya, TB, BB, TD, keadaan jantung, paru, abdomen -Adakah trace evidence pada tubuh korban Khusus *Rambut kemaluan yang saling melekat karena air mani mongering gunting

*Bercak air mani kerok/swab *Vulva tanda kekerasan *Introitus vagina *Selaput daratentukan orifisiumperawan= 2,5cm ; persetubuhan= 9cm *Frenulum labiorum pudenda *Vagina dan cervix
5. Pemeriksaan Laboratorium

Tes Penyaring cairan mani Tes fosfatase asam, visual/taktil, UV Tes Penentu cairan mani Berberio, Florence, Puranen Tes Penentu spermatozoa Sediaan langsung, Malascheet Green, Baechii Tes toksikologi (urin,darah) Tes kehamilan Tes kuman Gonorrhea

2. Pemeriksaan laboratoriun pada kasus kejahatan seksual Pemeriksaan cairan mani Semen merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau khas. Dapat mengandung/ tidak mengandung spermatozoa (pada azospermia). Mengandung spermatozoa, sel-sel epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam. Karena kekhasan kandungan zat ini, zat ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu cairan atau bercak adalah sperma atua bukan. Bahan yang diambil dari tubuh korban: Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan dengan bantuan spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior vagina dan permukaan mulut rahim. Penentuan ada/ tidaknya spermatozoa Tanpa pewarnaan

Untuk melihat apakah ada spermatozoa yang masih bergerak Umumnya, dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang sampai 3-4 jam. Cara pemeriksaan: satu tetes lendir vagina diletakan pada kaca obyek, dilihat dengan pembesaran 500 x serta kondensor diturunkan. Perhatikan gerakan sperma.

Spermatozoa dapat ditemukan 3-6 hari pasca persetubuhan

Dengan pewarnaan

Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan. Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci dengan air mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin Yellowish 1% selama 1 menit, terakir cuci lagi dengan air

Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor (hijau)
Penentuan cairan mani (kimiawi) Reaksi fosfatase asam

Mendeteksi adanya enzim Fosfatase asam dalam bercak/ cairan Merupakan reaksi penyaring ada/ tidaknya mani, sehingga kharus dikonfirmasi ulang lagi dengan menggunakan tes penentu Cara pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring ang telah terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat dan disemprotkan dengan reagens. (+) timbul warna ungu dalam waktu 30 detik + palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-tumbuhan.

Reaksi Berberio

Dasar reaksi: menentukan adanya spermin dalam semen Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh (+) kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul, kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal

Reakssi florence

Dasar reaksi adalah untuk menentukan ada/ tidaknya kholin. Cara pemeriksaan: Ekstrak diletakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup. (+) kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung sering terbelah. + palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan memberikan warna serupa.

Pemeriksa bercak mani pada pakaian Visual Bercak manu berbatas tegas, dan lebih gelap dari sekitarnya, bercak yang sudah agak tua berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan tekstil yang tidak menyerap, bercak yang segar akan menunjukkan permukaan mengkilap dan translusen, kemudian akan mengering. Dengan bantuan sinar Ultraviolet bercak semen akan menunjukkan warna putih Dengan bantuan lampu wood: dapat ditemukan bercak putih pada kulit/ tubuh Taktil Bercak mani terasa memberi kesan kaku seperti kanji

Pewarnaan baecchi

Untuk mengetahui adanya spermatozoa pada bercak kain Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, leyakkan pada gelas obyek dan diuraikan sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas tutup dan balsem kanada, periksa dengan mikroskop pembesaran 400 kali. Serabut pakaian tidak mengambil

warna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor merah muda terlihat banyak menempel pada selaput benang.
Pemeriksaan pria tersangka Cara lugol

Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada bagian kolom, korona serta frenulum Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan spesimen menghadap ke bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan agar uap iodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel epitel vagina dengan sitoplasma berwarna cokelat karena mengandung banyak glikogen. Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan adanya kromatin seks (barr body).

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN LARANGAN MEMBUNUH DALAM ISLAM Islam melarang umatnya membunuh seseorang manusia atau seekor binatang sekalipun, kalau itu tidak berdasarkan kebenaran hukumnya. Dalam Islam orang-orang yang halal darah atau boleh dibunuh karena perintah hukum dengan prosedurnya adalah orang-orang murtad, yaitu orang-orang Islam yang berpindah agama dari Islam ke agama lainnya, sesuai dengan hadis Rasulullah saw: Man baddala diynuhu faqtuluwhu (barangsiapa yang menukar agamanya maka bunuhlah dia). Ketentuan ini dilakukan setelah orang murtad itu diajak kembali ke agama Islam selama batas waktu tiga hari, kalau selama itu dia tidak juga sadar baru dihadapkan ke pengadilan. Yang halal darah juga adalah pembunuh, bagi dia berlaku hukum qishash yakni diberlakukan hukuman balik oleh yang berhak atau negara melalui petugasnya. Penzina muhshan (yang sudah kawin) adalah satu pihak yang halal darah juga dalam Islam melalui eksekusi rajam, mengingat jelek dan bahayanya perbuatan dia yang sudah kawin tetapi masih berzina juga. Semua pihak yang halal darah tersebut harus dieksekusi mengikut prosedur yang telah ada dan tidak boleh dilakukan oleh seseorang yang tidak punya otaritas baginya. Selain dari tiga pihak tersebut dengan ketentuan dan prosedurnya masing-masing tidak boleh dibunuh, sebagaimana firman Allah swt: ...wala taqtulun nafsal latiy harramallahu illa bilhaq... (...jangan membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali dengan kebenaran...) (QS. al-Anam: 151). Larangan ini berlaku umum untuk semua nyawa baik manusia maupun hewan, kecuali yang dihalalkan Allah sebagaimana terhadap tiga model manusia di atas tadi atau hewan nakal yang mengganggu manusia dan hewan yang disembelih dengan nama Allah. Allah memberi perumpamaan terhadap seorang pembunuh adalah: ...barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolaholah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya... (QS. Al-Maidah: 32).

Hukuman bagi pembunuh Hukuman duniawi terhadap seorang pembunuh dalam Islam sangatlah berat yaitu dibunuh balik sebagai hukuman qishash ke atasnya. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. al-Baqarah: 178). Sementara hukuman ukhrawi-nya adalah dilemparkan dalam neraka oleh Allah SWT suatu masa nanti, sesuai dengan firman-Nya: Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. an-Nisa: 93) Bagi pembunuh yang sudah dimaafkan oleh keluarga terbunuh sehingga bebas dari hukuman qishash, wajib baginya membayar diyat kepada keluarga terbunuh sebanyak 100 ekor unta. Jumhur ulama sepakat dengan jumlahnya dan bagi wilayah yang tidak mempunyai unta dapat diganti dengan lembu atau kerbau atau yang sejenis dengannya. Dalam Islam, qishash diberlakukan karena di sana ada kelangsungan hidup umat manusia, sebagaimana firman Allah: Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah: 179). Qishash ini betul-betul sebuah keadilan dalam sistem hukum pidana Islam, di mana seseorang yang membunuh orang lain tanpa salah harus dibunuh balik. Ini sama sekali tidak melanggar hak azasi manusia (HAM) sebagaimana diklaim orang-orang yang tidak paham hukum Islam. Bagaimana mungkin kalau seseorang membunuh orang lain tanpa dibenarkan agama dapat diganti dengan hukuman penjara 5-9 tahun, sementara orang yang dibunuhnya sudah meninggal. Malah yang seperti itulah melanggar HAM, karena tidak berimbang antara perbuatan jahat yang dilakukannya dengan hukuman terhadapnya. Ada tiga macam jenis pembunuhan dalam Islam yang mempunyai hukum qishash yang berbeda, yaitu pembunuhan sengaja, semi sengaja dan tidak sengaja. Pembunuhan sengaja adalah seseorang sengaja membunuh orang lain yang darah dan keselamatan jiwanya dilindungi. Yaitu dengan menggunakan alat untuk membunuh seperti senjata api dan senjata tajam. Tindak pidana pembunuhan secara sengaja jika memenuhi unsur-unsur: (1) orang yang melakukan pembunuhan adalah orang dewasa, berakal, sehat, dan bermaksud membunuh; (2) terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya (tidak halal untuk dibunuh); dan (3) alat yang digunakan untuk membunuh dapat mematikan atau menghilangkan nyawa orang. Jika pembunuh sengaja dimaafkan oleh keluarga terbunuh maka sipembunuh wajib membayar diyat berat berupa 100 ekor unta, terdiri dari 30 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, 30 ekor unta betina berumur 4-5 tahun, dan 40 ekor unta betina yang sedang bunting. Pembunuhan semi sengaja adalah menghilangkan nyawa orang lain dengan alat yang tidak biasa digunakan untuk membunuh dan tidak dimaksudkan untuk membunuh. Ia juga harus membayar diyat berat kalau sudah dimaafkan keluarga terbunuh dengan cara mengangsurnya

selama 3 tahun. Sementara pembunuhan tidak sengaja adalah seperti orang melempar buah mangga di pohon lalu terkena seseorang di bawah pohon mangga tersebut sehingga mati. Diyat bagi kasus seperti ini adalah diyat ringan, yaitu 100 ekor unta terdiri atas 20 ekor unta betina berumur 1-2 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta jantan berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, dan 20 ekor unta betina berumur 4-5 tahun. Pihak pembunuh wajib membayarnya dengan mengangsur selama 3 tahun, setiap tahun wajib membayar sepertiganya. Kalau tidak dapat dibayar 100 ekor unta, maka harus dibayar 200 ekor lembu atau 2.000 ekor kambing. Mengingat demikian beratnya hukuman bagi seorang pembunuh dalam Islam, kepada muslim dan muslimah khususnya di Aceh diminta untuk menjauhkan diri dari perbuatan tersebut agar semuanya selamat hidup di dunia dan di akhirat kelak. Kepada para pihak yang sedang terlibat dalam percaturan politik negara, kita imbau untuk menjalankan aktivitas politiknya yang selaras dengan ketentuan Islam, dan menjauhi benih-benih perpecahan dan pembunuhan.

You might also like