You are on page 1of 12

Shigella dysenteriae

Bakteri

Kelompok 2

Fitriyani (1113015022) Indah Apriliani (1113015081) Indah Puspitasari (1113015042) Jovi Sovia Mega (1113015072) Utami Wahyu Hidayanti (1113015032) Vebry Aeyni (1113015074) Vidia Prajna Lakhsita (1113015029) Vilca Veronica H. (1113015017)

Apa itu bakteri?


Bakteri adalah organisme golongan prokariotik. Berbeda dengan organisme eukariotik seperti manusia, organisme ini tidak memiliki membran inti sehingga informasi genetik berupa DNA yang dimiliki, tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus). Ukuran bakteri kira-kira 0,5-1,0 m x 2,0-5,0 m. Sel-sel individu bakteri dapat berbentuk bulat (kokus), batang (basil), atau spiral (spirilum)

Bakteri Shigella dysenteriae Klasifikasi


Kingdom Phylum Class Orde Family Genus Species : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae : Shigella : Shigella dysentriae

Morfologi
Shigella merupakan bakteri gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik. Batang ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora. Bentuk cocobasil dapat terjadi pada biakan muda. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam.

Bakteri Shigella dysentrieae merupakan penyebab penyakit disentri yang umumnya terjadi pada anak-anak. Disentri terjadi akibat adanya peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar. Buang air besar ini terjadi berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan juga darah.

Mekanisme S. dysentrieae menyebabkan disentri


Shigella mengeluarkan toksin (Shiga toksin) yang bersifat nefrotoksik, sitotoksik dan enterotoksik sehingga menyebabkan sel epitelium mukosa usus menjadi nekrosis. Shigella berkolonisasi di ileum terminalis atau kolon, terutama kolon distal, invasi ke sel epitel mukosa usus, melakukan multireplikasi dan menyebar di intrasel dan di intersel kemudian memproduksi enterotoksin menyebabkan meningkatnya cAMP. cAMP yang meningkat mengakibatkan hipersekresi pada usus (diare cair, diare sekresi).

Selain memproduksi enterotoksin, S. dysenteriae juga memproduksi eksotoksin yang bersifat sitotoksik sehingga mengakibatkan infiltrasi sel radang, terjadi nekrosis sel epitel mukosa, eritrosit dan plasma keluar ke lumen usus sehingga tinja bercampur darah. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik (merangsang produksi antitoksin). Pada manusia, eksotoksin ini juga menghambat absorbsi gula dan asam amino pada usus kecil, toksin ini menyebabkan diare awal yang encer dan tidak berdarah, dan invasi usus besar mengakibatkan disentri lebih lanjut dengan tinja yang disertai darah dan nanah.

Mekanisme Antibiotik Antibiotik pilihan dalam pengobatan disentri yakni Trimetoprim Sulfametoksazol. Sulfametoksazol merupakan obat golongan Sulfonamid. Semua sulfonamida yang digunakan dalam klinik adalah analog struktural paminobenzoat (PABA) sintetik. Kerja khusus pembentukan ATP (Adenosine Triphosphate) yang berasal dari pteridin, dengan PABA untuk menghasilkan asam dihidropteroat, yang secara berangkai berubah menjadi asam folat. PABA penting untuk sintesa asam nukleat.

Pada bakteri, Sulfonamida bertindak sebagai inhibitor kompetitif terhadap enzim dihidropteroat sintetase (DHPS). Dengan dihambatnya enzim DHPS ini menyebabkan terbentuknya analog asam folat yang tidak berfungsi, yang mencegah pertumbuhan bakteri.
Trimetoprim (3,4,5-trimetoksibenzil pirimidin) akan menghambat enzim dihidrofolat reduktase yang dibutuhkan untuk mengubah asam dihidrofolat (DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF) suatu tahap urutan menuju sintesis purin dan akhirnya sintesis DNA.

Faktor Virulensi
No. 1. Shiga Toksin Faktor Virulensi Fungsi Enterotoksik

2.

Lipopolisakarida (LPS)

Pengenalan Antibodi

Terima Kasih

You might also like