You are on page 1of 1

Banda Aceh Setelah tsunami 2004, masyarakat Aceh dinilai masih belum juga siap menghadapi bencana.

Hal itu dikatakan oleh Direktur Komunitas Tikar Pandan, sekaligus salah satu pemateri seminar publik Edukasi Mitigasi Bencana Kreatif, Azhari Aiyub, Jumat (13/12/2013) di Gedung ACC Sultan II Selim, Banda Aceh. Kata dia, masyarakat Aceh yang berada di titik-titik rentan kebencanaan haruslah siap sedia ketika bencana datang. Masyarakat masih panik. Koordinasi di antara lembaga-lembaga pemerintah untuk penanggulangan pasca bencana masih sangat lemah. Kita kurang belajar dari pengalaman bencana tsunami 2004. Itu bencana paling besar dalam sejarah abad 21, kata dia kepada The Globe Journal. Kepada The Globe Journal Azhari menambahkan, Komunitas Tikar Pandan, mencoba melakukan edukasi untuk pengurangan risiko bencana. Bencana memang tidak bisa dihindari karena itu kuasa ilahi. Tapi manusia bisa mencegah dampak dari bencana. Baik itu jumlah korban jiwa maupun kerusakan, ujarnya. Menurutnya setiap kali bencana datang, umumnya: anak-anak, perempuan, dan masyarakat yang tidak punya akses informasi, merupakan komunitas yang paling rentan terkena risiko . Oleh sebab itu Tikar Pandan mengundang anak-anak sekolah. Tapi untuk masyarakat yang kekurangan akses informasi, katakanlah: masyarakat yang tidak bisa mengakses internet dan yang pendapatan per kapita-nya itu kecil. Kami belum melalukan edukasi semacam ini, sebutnya. Ditemui di tempat yang sama, Purwoko Adhi Nugroho, S.Hub.Int., dari Japan Foundation Jakarta, yang juga memberikan materi dalam seminar tersebut, mengatakan, sebetulnya ketika masyarakat sudah pernah mengalami bencana, seharusnya masyarakat tersebut sudah lebih siap ketika bencana terjadi lagi. Dia mencontohkan: ketika gempa bumi Aceh pada 2012 lalu, ketika gempa itu terjadi, ujar Adhi, justru banyak muncul permasalahan. Seharusnya masyarakat sudah tahu apa yang harus mereka lakukan. Karena jalur evakuasi sudah ada. Sosialisasi-sosialisi sudah dilakukan. Tapi yang terjadi malah sebalikya, kata Adhi. Menurutnya hal tersebut terjadi karena kurangnya edukasi dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bencana. Makanya di sini materi penyampaiannya disampaikan sekreatif mungkin, agar masyarakat tertarik untuk mempelajari tentang bencana, katanya.

You might also like