You are on page 1of 3

PERKEMBANGAN EMBRIO, POLIEMBRIO, DAN ENDOSPERM PADA ANGIOSPERMAE DAN GYMNOSPERMAE

RESUME diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Embriologi Tumbuhan yang diampu oleh Eni Nuraeni, S.Pd., M.Pd.

oleh: Kelompok 3 Kelas C

Bagja Nugraha Rahmi Maulidia Rahmi Panani Hakim Sulianti Indah Sari

(1200436) (1202536) (1203525) (1202377)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

EMBRIOGENESIS PADA ANGIOSPERMAE Setelah mengalami pembelahan ganda pada Angiospermae, zigot membentuk dinding selulosa, membelah dan membentuk dinding pemisah sehingga terbentuk deretan sel-sel pendek yang disebut pro-embrio. Dari pro-embrio ini proses pembentukan terus berlanjut hingga membentuk embrio. Sebelum terjadi pembentukan zigot, inti endosperm telah membentuk endosperm yang menyediakan makanan untuk perkecambahan kelak. Pembentukan endosperm terjadi secara nuclear. Mula-mula inti kandung lembaga membelah-belah dengan jumlah yang sangat banyak (bisa sampai 2000). Sel-sel ini saling bersambungan dengan plasma. Diantara inti-inti sel tersebut terbentuk dinding-dinding pemisah sehingga secara simultan dapat terbentuk banyak sel. Proses pembentukan endosperma ini digunakan sebagai dasar dalam penentuan klasifikasi tumbuhan atau taksonomi tumbuhan. Pada bakal biji terbentuk biji yaitu tumbuhan baru yang masih dalam keadaan istirahat, endosperm sebagai cadangan makanan dan selaput luar yang keras sebagai pelindung. Jadi pada biji terdapat bagian lembaga (embrio), jaringan timbunan makanan, dan kulit biji yang menyelimuti kedua bagian tersebut. Pada tumbuhan Angiospermae, biji yang terbentuk bisa monokotiledon atau dikotiledon. Perkecambahan monokotiledon hanya terdiri dari satu keping lembaga. Sedangkan perkecambahan dikotiledon terdiri dari dua keping lembaga. Proses perkembangbiakan tumbuhan berbiji memiliki proses yang cukup panjang. Banyak faktor yang memengaruhinya, salah satunya adalah cuaca.

EMBRIOGENESIS PADA GYMNOSPERMAE ATAU PADA PINUS (Pinus mercusii) Pada Pinus terdapat alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dalam satu pohon. Alat perkembangbiakan berupa conus, yaitu kumpulan dari sporofil yang susunannya lebih rapat. Penyerbukan dibantu oleh angin, serbuk sari diterbangkan oleh angin hingga mencapai mikropil. Setelah terjadi penyerbukan (benang sari menempel pada mikropil) dan terjadi fertilisasi maka akan terbentuk zigot. Selanjutnya zigot ini akan membelah terus menerus hingga tebentuk embrio. Di sini proses embriogenesis dimulai. Perkembangan embrio atau embriogenesis pada Pinus terjadi setelah sel telur pada makrospora dibuahi oleh sel sperma pada mikrosperma. Setelah terjadi proses pembuahan akan muncul banyak perbedaan, yaitu pada tumbuhan berpembuluh lain (selain Pinus) sel telur yang telah dibuahi atau oospora akan membelah menjadi beberapa sel sedangkan pada Gymnospermae oospora akan membesar dan akan mengalami pembelahan inti bebas. Pada

Pinus dihasilkan empat buah inti bebas. Setelah pembelahan inti bebas selesai, maka dinding sel akan mulai terbentuk dan oospora akan berubah menjadi selular yang dikenal dengan proembrio. Proembrio terdiri dari enam belas sel, tersusun dalam empat deret yang masingmasing mengandung empat sel. Struktur ini terletak pada bagian ujung telur di sebelah yang berlawanan dengan leher arkegonium. Sel-sel embrio yang tepat berada di bawah puncak lalu memanjang sampai menjadi beberapa kali lebih besar daripada ukuran semula. Selain itu juga akan terbentuk suspensor. Pemanjangan suspensor akhirnya akan menjadi berkelok-kelok seperti sinusoide. Suspensor akan mendorong embrio yang belum matang menuju terbentuk akibat adanya kerja dari enzim-enzim. Sel-sel ujung proembrio akan membelah diri dan masing-masing sel akan berkembang menjadi embrio. Embrio Pinus antara lain pucuk lembaga (plumula), kotiledon, hipokotil, dan akar lembaga (radikula). Ujung embrio mengarah ke dalam menjauhi kutub mikropil dari gametofit. Karena itu perkembangan embrio pada Gymnospermae adalah secara endoskopik dengan suspensor. Selama perkembangan embrio, peristiwa poliembrionik bisa saja terjadi karena di dalam bakal buah terdapat lebih dari satu arkegonium, tetapi pada akhirnya hanya ada sebuah embrio yang tumbuh sempurna, karena sisanya tersisihkan dan lenyap akibat persaingan yang terjadi di dalam gametofit betina. Tipe poliembrio yang terjadi pada Pinus adalah poliembrioni belahan. Hal ini dikarenakan ada satu zigot yang membentuk empat embrio namun nantinya hanya ada satu embrio yang mampu bertahan. Antar embrio ini ada suatu persaingan agar mampu bertahan dan dapat mencapai gametofit betina.

You might also like