Professional Documents
Culture Documents
Siuman
72
Banten. Mereka teh pulang nya setahun
sekali. Pas lebaran idul fitri aja.”
“Makasih!”
72
Mozaik Dua
Blugggg....
“Upsh...”
72
Aku menabrak kursi. Sakit sekali. Tapi
kucaba untuk ditahan. Aku takut abah dan
ambu nanti terbangun. Dan aku berusaha
secepat mungkin meloncat melewati tangga
menuju halaman.
“Aghhh.... lega.”
Kongkorongokkkkk ......
72
itu penting. Dia tidak mau kedua anaknya itu
seperti dia, hidup jauh dari masyarakat lain
hanya untuk bertahan hidup.
72
Untuk minum ambu tidak mengambil
dari sungai itu, tapi dari anak sungai yang
mengalir dari bukit belakang rumah. Airnya
bersih, dingin dan bisa langsung diminum.
72
mubadzir. Dan klo mubadzir kan golongan
syetan.” Abah menjelaskan dengan senyuman
khasnya.
72
sangat lebat. Dengan gentle abah
mengeluarkan sebuah ketepel, dan seakan
dia berkata kepada ambu, wahai adinda,
lihatlah kakandamu ini! Kan
kuperesembahkan sebuah jambu air merah
yang ranum. Aku yakin adinda akan senang
memakannya.
Plushhhh ....
Brukkk ....
72
Mozaik Tiga
Rencana
72
yang sedikit dan memakai celana yang
setengah panjang. Sungguh aneh, ceritanya
sambil tertawa.
72
MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA! Lalu
tersenyum lagi. Hahaahah....
Bluggggg.....
72
“Ah, abah ini bisa aja. Aku gak apa-apa
kok”.
72
Tapi klo tidak keberatan aku minta sedikit
perbekalan buat di perjalanan.”
Mozaik Empat
72
tetapi semakin menjadi. Ingusku keluar dari
hidung, air mata membasahi pipiku, aku peluk
mereka seperti kupeluk kedua orang tuaku.
Mereka adalah malaikat bagiku, aku
berterimakasih kepada mereka.
72
tenggelam. Dan semoga aku bisa sampai ke
Goa yang abah maksud sebelum senja tiba.
Agar aku bisa berlindung dari dinginnya
malam.
72
Dan kamu, manusia keras kepala, sudah
saatnya kamu membayar pajakmu.
Sssssssssss......
72
habis dirampok. Entah kemana aku mencari
makanan.
Preng....
72
Golokku terlempar. Ekor ular itu
mengibas di tangan kananku. Aku kesakitan.
Ular itu semakin menjadi. Kepalanya kian
mendekati kepalaku. Ku coba menahannya.
Giginya tajam. Sekali saja tersengat. Aku akan
mati dalam hitungan detik.
Slesh...
72
menemukan desa pertama. Aku tak percaya.
Aku sampai desa lebih cepat dari perkiraan.
Mozaik Lima
72
“Asalamu’alaikum Warahmatullah ....”
72
Mentari pagi mulai bersinar, menyapa kaum
miskin yang berada di kendaraan butut ini.
72
Aku menghampiri salah satu warung
makan, “Warteg Pasti Kenyang”. Cacing-caing
diperutku sudah berdemo sejak tadi malam.
Imbas dari perampokan biadab oleh lutung-
lutung kemarin. Kupilih idam yang tidak
terlalu mahal tapi besar, yang kira-kira
mampu menahan cacing-cacing ini untuk
tidak berdemo lagi sampai nanti malam.
Woeekkkk.....
72
merah menahan perih. Tapi wajahku lebih
merah lagi menahan malu.
Brugg.....
Brugg....
Woekkkk.....
Mozaik Enam
72
Elef
72
itu hanya diam, matanya penuh kepiluan.
Entah apa yang dia rasakan.
72
yang dikenakan suaminya, membuatku
kagum. Di saku depan koko itu aku melihat Al-
Qu’an yang tersempil keluar. Subhanallah.
Maha Suci Allah.
72
Zinah, Bab Nikah, Hak Waris, PKS, Ahmadiyah,
sampai issu tentang Islam dan Terroris mereka
bahas.
72
Mozaik Tujuh
72
dan tentu aku berada didalamnya. Kereta ini
terdiri dari tiga susun. Lokomotif, gerbong
pertama dan gerbong kedua. Lokomotif hanya
diisi oleh Masinis dan asistennya. Sedangkan
gerbong pertama dan kedua diisi oleh para
penumpang dan kondektur.
Tut...... tut......
72
kebiadaban daging biawak yang aku
muntahkan tadi. Huh.....
“Aw.....”
72
Namun injakannya seperti digilas Stum. Sakit
sekali.
Woekkk......
Tuuuttttt......
Woekkkkk......
72
Tapi taukah kawan? Kini aku lega.
Dendamku telah terbalaskan.
Hahaahahahah...... aku bahagia. Rasakanlah
itu wahai Buta Ijo! Lancang benar kamu
menginjak kakiku. Selain itu sebaiknya kamu
semen saja ketiakmu agar bau busuk sampah
itu tidak menyebar. Dan kentut biadabmu itu,
kapan-kapan kamu sekolahkan agar tidak
seenaknya saja keluar! Hahay....... rasakanlah
itu!
72
Mozaik Delapan
72
tahun. Orang yang sangat aku sayangi. Dialah
ibuku.
“Ibu!”
72
Mozaik Sembilan
Family
72
mei 2007. Namun setelah kuceritakan apa
yang terjadi, kini anggapan mati suriku kian
hilang.
72
kompeten. Dalam benakku, mengecewakan
pemberi beasiswa merupakan kesalahan yang
paling besar, dan merupakan tanda ketidak
bersyukuran. Oleh karena itu aku sekuat
tenaga mungkin menjadi yang terbaik. And I
got it!
72
Mozaik Sepuluh
Karir
72
Berinteraksi dengan tamu, untuk
sekarang ini, merupakan kesenanganku.
Melihat senyum mereka, ucapan terimakasih,
puas dengan service aku dan tentunya uang
tip. Hehehe...... sungguh membuatku senang.
72
2 tahun sudah aku bekerja di
perusahaan ini. Dan jujur saja, aku sangat
menikmatinya. Kesibukan yang luar biasa.
Bekerja dari pagi sampai malam. 10-14 jam
sehari. Membuat 8 bulan itu terasa sangat
cepat.
Mozaik Sebelas
72
saja itu terjadi, aku mana mungkin ada di
dunia ini. :D
72
Kakekku tidak pernah memanjakan
ayah. Bila ayah menginginkan sesuatu, kakek
tidak pernah menurutinya. Malah kakek
menyuruh ayah buat nyari uang sendiri.
Namun bijak nya kakekku adalah, dia juga
menurunkan ilmu pengelassannya ke ayah,
sehingga ayah sangat terampil sekali dalam
membuat sesuatu.
72
Awalnya, pertengkaran ayah sama ibu
sering terjadi. Tapi itu hanya proses menuju
kedewasaan kawan. Pertengkaran itu wajar,
dan normal sekali bila seorang istri marah
karena dimadu. ‘Coz that’s life!
72
bersumpah, tidak akan melakukan poligami.
Aku akan menjadikan istriku seperti Fatimah
putri Rasulullah yang tidak pernah dimadu
oleh Ali Bin Abi Thalib dan seperti Khadijah
istri Rasulullah yang tidak pernah dimadu
semasa hidupnya. (kayaknya kata-kata itu
ada di adegan Ketika Cinta Bertasbih deh...)
Mozaik Duabelas
Kesetiaan
72
Aku bertemu dia ketika aku kelas satu
SMA, lebih tepatnya aku melihat dia. Waktu
itu dia sedang berdiri didepan pintu
perpustakaan.
72
Melihat Budi tewas. Perasaanku ke Rani
mulai tumbuh, pesat, dan semakin pesat
ketika kita berada di kelas tiga.
72
Nutrisari kelas 2 bahasa, Fitria Nur kelas 1-8,
dan satu lagi, aku lupa namanya. Mereka
menembakku, mengatakan cinta, tapi semua
aku tolak. Tahu kah kawan? Hal itu karena
Rani. Hanya Rani.
Ah...!
72
Jauh dan jarang berkomunikasi dengan Rani
membuatku melirik wanita lain. Mungkin
pelarian, mungkin juga bukan.
“Entahlah!”
Mozaik Tigabelas
Lunch
72
Bandung. Kota parahyangan yang anggun.
Memiliki sejuta pesona. Tidak aneh bila
wisatawan lokal maupun asing sering mampir
ke Kota Bunga ini.
72
Aku memilih meja yang terletak di
ujung. Aku memilih meja ini, agar aku bisa
mengamati seluruh aktifitas restoran. Kali ini
tema lunch adalah Sundanese Food. Mulai
dari nasi liwet, nasi merah, empal, ayam
goreng, kangkung, sayur lodeh, karedok,
lotek, jengkol serta jajanan pasar khas dari
negeri Parahyangan.
72
“Yup! Maliq Sofyan.” Aku menjawab dan
sambil menjulurkan tangan. Dengan cepat dia
menyambut tanganku.
72
Kami duduk berdua di meja yang tadi aku
pesan. Aku menggunakan kesempatan ini
dengan sebaik mungkin. Karena mana tahu
aku tidak dapat bertemu dengannya lagi.
72
“Gak ada! Rani belum ada yang
punya.”
Mozaik Empatbelas
72
“Ibu! Maliq ingin meminang seorang
gadis. Bisakah ibu meminangkannya
untukku?”
“Rani!”
72
Insya Allah .....
Setelah
mengirim sms ke dia, aku tidak mendapat
balasan. Satu jam, dua, tiga, aku tunggu
tetapi tetap saja tidak dapat jawaban. Namun
keesokan harinya aku mendapat sms dari dia.
72
Mozaik Limabelas
Minggu Malam
72
berdebar memompa 30 liter darah per menit
menuju otakku. Kaki ku keram, kesemutan
dan seakan lumpuh, tak mampu digerakkan.
Perasaanku tidak karuan. Senang, khawatir
dan takut.
Upps....
72
Tahu ‘kah kawan? Kata-kata ayahku
membuat hatiku makin ngilu. Jantungku
seakan tertindih. Aku menghela napas agar
tidak terlihat nerves dan tentunya dengan
tersenyum.
Alhamdulillah.
72
Aku berdiri kemudian aku menuju mobil
dan mengambil cincin itu. Aku tidak sabar
memakaikan cincin itu ditangan Rani.
Mozaik Enambelas
Aku Bahagia
72
Aku memilih cincin perak karena emas
tidak diperbolehkan dikenakan oleh seorang
pria. Agamalah yang melarangnya. Cincin ini
sengaja aku pesan di toko emas langganan
keluargaku. Dan motifnya sengaja aku yang
pilih.
72
Mozaik Tujuhbelas
72
Sehari sebelum keberangkatku hari ini,
kami, 2 keluarga besar ini, semuanya pergi
bertamasya ke Dufan. Acara tamasya ini juga
aku rencanakan agar aku bisa bersenang-
senang terlebih dahulu di Indonesia sebelum
aku bertempur di tempat kerjaanku nanti.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..........
72
Aku sengaja memilih Rani untuk yang
terakhir aku salami. Pada saat ini aku teringat
dengan adegan Ada Apa Dengan Cinta yang
dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Dian
Sastro Wardoyo. Ingin sekali aku meniru
adegan itu. Ingin sekali aku memeluk calon
istriku ini, tapi aku menahannya. Karena kita
bukan muhrim dan kita belum halal satu sama
lain.
72
Mozaik Delapanbelas
LDR
72
Setiap 2 minggu sekali aku
menyempatkan untuk berkomunikasi dengan
Rani. Kita menggunakan Yahoo Messengger.
Selain bisa ngobrol langsung, kita pun bisa
menggunkan web cam. Benar-benar melintasi
jarak dan waktu.
72
tahu akan resiko biaya yang mahal. Untuk
menghilangkan rindu, berarti harus dengan
komunikasi, dan International Call tidak lah
murah. 10 dolar per 1 jam. Jadi bila ngobrol
lebih dari satu jam, maka siap-siap saja
mengibahkan pendapatan buat telpon.
Makanya, internet merupakan alternatif
pilihan yang lebih murah.
72
Mozaik Sembilanbelas
Persiapan
72
memastikan semua berjalan dengan yang
kami harapkan.
72
Teman SMA merupakan prioritas. Aditha
Krishinta, Ajie Jatnika, Andi Suryadi, Ani
Jamilah, Annisa Grahasa, Aria Nugraha, Asep
Setiawan, Budiyanto, Dadan Abdullah, Dede
Supriatna, Dewi Lista Delviani, Diah Ayu
Pitaloka, Diana Noor Anggraeni, Dina Husniati,
Eneng Osti, Erna, Hendri Kurniadi, Inna
Nurhamidah, Intan Putri, Kristianti, Lisdayati
Utami Sari, Mohamad Bahrum, Muji Santosa
Wibawa, N. Hartanti Widiyawati, Nita Nopianti,
Nurlia Paizah, Purwa Alam Dirja, Santi
Verawati, Sifa Nurzeni, Silvia Susanti, Sri
Nuryani, Suhendar, Surahman, Syamsu
Purwanto, Taufik Nur Iman, Trina Agustina,
Vera Charesa, Winda Septia Anggraeni dan
Yanti Susanti, mereka menjadi tamu VIP kami,
walau sebagian anak Dalmopalu ada yang
menjadi pagar ayu.
72
fotographer sudah di-booking, gedung siap
digunakan, test food lancar, persiapan
upacara adat sudah fix dan box sumbangan
sudah dibuat.
Mozaik Duapuluh
Brother Este
“Bagaimana? Sah?”
SAH!
“Alhamdulillah.”
72
tidak mau, lagi-lagi belajar dari pengalaman
paman, yang diulang sampai tiga kali karena
salah ngucapinnya.
72
nge’doain biar kalian menjadi keluarga yang
sakinnah, mawaddah wa rahmah. Amin.”
Hemmm.....
Singapura
72
Kita bertemu di Coffee Club Orchar
Fountain Corner. Mereka mengetahui aku
datang ke sini untuk berbulan madu, jadi
ketika bertemu mereka membuat kejutan
yang luar biasa. Mereka membeli kue yang
sangat besar dan memberikan kado.
72
Malam ini aku mengajak istriku untuk
makan malam di Clarque Quey. Dibawah sinar
bulan dan dipinggir sungai yang diterangi
lampu warna-warni.
72