Professional Documents
Culture Documents
Muntazeri
Pembimbing :
IDENTITAS PASIEN
Nama Umur Jenis Kelamin Status Pekerjaan Agama Alamat Tanggal masuk RS Tanggal pemeriksaan : Tn. Y BB : 60 kg : 45 tahun TB : 165 cm : Laki-laki : Menikah : Swasta : Islam : Gp. Kramat Dalam, Kota Sigli : 26 September 2013 : 9 Oktober 2013 : 0-97-11-99
No. CM
ANAMNESA
Keluhan Utama : Tidak dapat menggerakkan kedua kaki
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD setelah jatuh dari becak dan kemudian tertimpa becak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Setelah pasien tertimpa becak, pasien tidak dapat menggerakkan lagi kakinya dan terasa nyeri di pinggang. Pasien mengaku tidak dapat mengontrol BAK dan BAB, Keluhan hilang kesadaran di sangkal pasien. Sensasi rasa (+). Pasien mengeluhkan sakit kepala dalam 1 hari ini. Sakit kepala hilang timbul.
Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi, diabetes melitus, asma dan alergi di sangkal
Lanjutan
PEMERIKSAAN FISIK
Airway : Bebas : (+), Mallampati 1, Obstruksi (-), Gigi palsu (-), Leher : normal, Lain-lain (-) Breathing : RR 20x/menit, RIC hematothorak (-/-)
(-/-),
NCH
(-/-),
Pneumothorak
(-/-),
Circulation : Nadi 90x/menit, TD 140/90 mmHg, Oedem ektremitas (-/-), Anemia (-/-), Perfusi : hangat Brain : Kesadaran E5M6V4 : 15
Lanjutan
: konj palp inf pucat (-/-), sklera ikterik (-/-) pupil isokor (+/+) : normal : normal : normal
c. Thorak
Depan Inspeksi Belakang
Lanjutan
Sf. Ka = Sf. Ki Sonor kedua lapangan paru Vesikuler (+/+) Rhonchi tidak dijumpai Wheezing tidak dijumpai
Sf. Ka = Sf. Ki Sonor kedua lapangan paru Vesikuler (+/+) Rhonchi tidak dijumpai Wheezing tidak dijumpai
Lanjutan
Auskultasi
: Ictus Cordis tidak terlihat : Ictus Cordis teraba di ICS V : Batas jantung atas: di ICS III Batas jantung kanan: di LPSD Batas jantung kiri: di 3 jari Lateral LMCS. : BJ I >BJ II, reguler, gallop (-)
Perkusi Auskultasi
: Simetris, distensi (-) : Soepel, Nyeri tekan (-), hepar, lien dan ren tidak teraba : Timpani (+), nyeri ketok (-), S.dullness (-) : Peristaltik (+)
Lanjutan
f. Ekstremitas Superior : edema (-/-), anemis (-/-) Inferior : edema (-/-), anemis (-/-) Motorik : 5 5 5 5 5 5 5 5 1111 1111 Sensorik : normal g. Sistem urogenital Miksi dan defekasi tidak lancar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah RSDZU (26-09-2013) Hematokrit Hemoglobin : 35 % : 13 gr/dl
Leukosit
Trombosit Masa pembekuan Masa perdarahan SGOT SGPT Creatinin Ureum KGDS
: 8,2 x103 /L
: 165 x103 /L : 7 : 2 : 36 u/l : 22 u/l : 1,1 mg/dl : 61 mg/dl : 147 mg/dl
Pemeriksaan penunjang
CT_SCAN
(RSUZA 11-09-2013)
EKG (22-9-2013)
: Fraktur kompresi VL 1 + Hipertensi grade 1 : Elevasi fraktur + Stabilisasi : ASA II dengan hipertensi grade 1 + peningkatan ureum (61) : General Anestesi
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah penyakit yang umum hampir 1 milyar penduduk dunia menderita hipertensi
LAPORAN OPERASI
Pre-Operatif Evaluasi pre-operasi: Dalam batas normal
Klasifikasi ASA
General Anestesi : Endotrakeal tube non kinking Tanda vital awal : Nadi 80 x/menit, suhu afebris, tensi 143/92 mmHg, saturasi oksigen 100%
Premedikasi (jam 08.45) Midazolam 2,5 mg Atracurium besylate 30 mg Fentanyl 100 mcg Intra Operatif Propofol 120 mg Disungkupkan sevoflurane + oksigen + N2O Bagging selama 3 menit Intubasi dengan ETT non kinking no 7 Dialirkan sevofluran 3 vol% + oksigen + N20 sebagai anestesi rumatan
Lanjutan
Jam 11.15 Transamin 1000 mg dan vitamin k 1 ampul Operasi berakhir jam 12.00 Tanda vital waktu operasi selesai, tensi 110/75 mmHg,nadi 76 kali, saturasi 100% Total cairan : Nacl 500 cc, Ringer laktat 1500 Transfusi : 2 kolf (500 cc) Perdarahan : 800 cc
Tinjauan Pustaka
Perlengkapan Monitor
EKG: minimal lead V5 dan II atau analisis multipel lead ST, karena pasien hipertensi punya risiko tinggi untuk mengalami iskemia miokard. Tekanan darah monitoring secara continuous
Pulse oxymeter
Analizer end-tidal CO2 monitor ini berguna untuk membantu kita mempertahankan kadar CO2. Suhu atau temperatur.
Premedikasi
Premedikasi dapat menurunkan kecemasan preoperatif penderita hipertensi. Untuk hipertensi yang ringan sampai dengan sedang mungkin bisa menggunakan ansiolitik seperti golongan benzodiazepin atau midazolam.
Obat
anti
hipertensi
tetap
dilanjutkan
sampai
pada
hari
pembedahan sesuai jadwal minum obat dengan sedikit air non partikel.
Induksi Anestesi
Induksi anestesia dan intubasi endotrakea sering menimbulkan goncangan hemodinamik pada pasien hipertensi
b. Anestesia imbang (balance anesthesia) dengan opioid + N2O + pelumpuh otot, atau
c.
Hipertensi Intraoperatif
Krisis Hipertensi
TD > 180/120 mmHg hipertensi urgensi atau hipertensi emergensi berdasarkan kerusakan target organ
ada bukti adanya kerusakan target organ. Gejala yang timbul dapat
berupa sakit kepala, epitaksis atau ansietas
Manajemen Postoperatif
Hipertensi pasca operasi dapat di berikan antihipertensi secara parenteral seperti: - Betablocker (takikardia,hipertensi) - Diuretika furosemid (overload cairan)
Kesimpulan
Hipertensi sering dijumpai dan merupakan faktor risiko mayor penyakit jantung, serebral, ginjal dan vaskuler. Manajemen perioperatif dimulai sejak evaluasi prabedah, selama operasi dan dilanjutkan sampai periode pasca bedah
TERIMAKASIH