You are on page 1of 12

Aliran Khawarij Dalam Teologi Islam Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pemikiran Islam Dosen Pengampu:

Drs. Abdullah Mahmud, M.Ag DisusunOleh :

AGUNG WICAKSONO (G000120001) RAYINDA DWI PRAYOGI (G000120006)

JURUSAN TARBIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang mengkaji ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya memahami kerangka berpikir dan proses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. Pada dasarnya, potensi yang dimiliki setiap manusia, baik berupa potensi biologis maupun potensi psikologis yang secara natural adalah distingtif.oleh sebab itu, perbedaan kesimpulan antara satu pemikiran dan pemikiran lainnya dalam mengkaji suatu objek tertentu merupakan suatu hal yang bersifat natural pula. Dalam kaitan ini, waliyullah ad-dahlawi pernah mengatakan bahwa para sahabat dan tabiin biasa berbeda pendapat dalam mengkaji suatu masalah tertentu. Beberapa indikasi yang menjadi pemicu perbedaan pendapat diantara mereka adalah terdapat beberapa sahabat yang mendengar ketentuan hukum yang diputuskan oleh nabi saw, semetara yang lainnya tidak. Sahabat yang tidak mendengar keputusan itu lalu mereka berijtihad. Dari sini kemudian terjadi perbedaan pendapat dalam memutuskan suatu ketentuan hukum. Mengenai sebab-sebab pemicu perbedaan pendapat, ad-dahlawi tampaknya lebih menekankan aspek subjek pembuatan keputusan sebagai pemicu perbedaan pendapat. Penekanan serupa pun pernah dikatakan imam munawir. Ia mengatakan bahwa perbedaan pendapat didalam islam lebih dilatarbelakangi adanya beberapa hal yang menyangkut kapasitas dan kredinilitas seorang sebagai figur pembuatan keputusan. Lain lagi yang dikatakan umar sulaiman asy-syaqar, ia lebih menekankan aspek objek keputusan sebagai pemicu terjadinya perbedaan pendapat. Menurutnya, ada tiga persoalan yang menjadi objek perbedaan pendapat, yaitu persoalan keyakinan (aqaid), persoalan syariah dan politik. Bertolak dari ketiga pandangan diatas, perbedaan pendapat didalam masalah objek teologi sebenarnya berkaitan erat dengan cara berpikir aliran-aliran ilmu kalam dalam menguraikan objek pengkajian. Perbedaan metode berpikir secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu kerangka berpikir rasional dan berpikir metode tradisional. Ajaran tauhid atau aqidah merupakan ajaran terpenting yang dibawah oleh al-quran, yakni pengakuan terhadap ke Esaan Allah dengan segala sifat-sifatnya kesempurnaannya, dengan segala keagungan-Nya dan mengesakannya dalam beribadat.

Dalam disiplin ilmu-ilmu islam ajaran tauhid ini dibahas dalam ilmu kalam, hal ini disebabkan persoalan terpenting yang menjadi pembicaraan pada abad-abad permulaan hijriyah adalah kalam Allah (wahyu Allah) yang dibacakan itu apakah baharu atau qodim dalam membicarakan wahyu ini dasar yang dipakai adalah akal pikiran dan sangat sedikit yang mendasarkan pendapatnya pada dalil naql, kecuali setelah terlebih dahulu menetapkan benarnya pokok persoalan.

Dalam sejarah perkembangan pemikiran islam, terdapat berbagai aliran pemikiran kalam yang berawal dari pemikiran politik, pertentangan poloyik antara ali bin abi talib dengan muawiyah bin abi sufyan meningkat menjadi persoalan teologi yang berujung pada peristiwa tahkim yang memicu terjadinya pertentangan teologi dikalangan umat islam. Kepincangan tahkim antara kelomp*ok ali bin abi talib dengan muawiyah bin abi sufyan memunculkan lahirnya aliran khawarij dengan semboyan mereka la hukma illa lillah ( tiada hukum selain dari hukum Allah).

BAB II PEMBAHASAN A. Ilmu Kalam 1. Pengertian Ilmu Kalam.

Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain : ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-akbar dan teologi islam. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu kalam juga membahas pokokpokok agama. .disebut ilmu tauhid karena ilmu kalam juga membahas tentang keesaan allah swt. Ilmu tauhid sendiri sebenarnya membahas keesaan allah swt, dan hal-hal yang berkaitan dengan-nya. Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika. Oleh sebab itu sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dengan ilmu tauhid. Abu hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar. Menurut persepsinya, hukum islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua bagian. Pertama, fiqh al-akbar, yang membahas keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu tauhid. Kedua fiqha al-asghar, membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah muamalah, bukan pokok-pokok agama tetapi hanya cabang saja. teologi islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam yang diambil dari bahasa inggris. William l.reese mendefinisikan discourse of reason concerning god, (diskursus atau pemikiran tentang tuhan). Dengan mengutip kata-kata william okham, reese lebih jauh mengatakan theology to be a disciplineresting on revealed truth and independent of philosophy and science ( teologi disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan ). Sementara itu, gove menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman agama secara rasional. Jadi, apabila memperhatikan definisi ilmu kalam diatas, kita bisa mendefinisikan pengertian ilmu kalam itu adalah ilmu yang membahas atau ilmu yang mengandung tentang berbagai masalahmasalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat. Dan secara teoristis aliran salaf tidak dapat dimasukkan kedalam aliran ilmu kalam, karena aliran ini dalam membahas masalah-masalah ketuhanan tidak menggunakan argumentasi filsafat atau logika. Akan tetapi alairan ini cukup dimasukkan kedalam aliran ilmu tauhid, ilmu ushuluddin atau fiqh al-akbar. 2. Sejarah Munculnya Ilmu Kalam Mulai Masa Rasulullah, Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbas, dan Sampai Sekarang. Pada masa nabi saw, dan para khulafaurrasyidin, umat islam bersatu, mereka satu akidah, satu syariah dan satu akhlaqul karimah, kalau mereka ada perselisihan pendapat dapat diatasi dengan wahyu dan tidak ada perselisihan diantara mereka. Awal mula adanya perselisihan di picu oleh abdullah bin saba (seorang yahudi) pada pemerintahan khalifah utsman bin affan dan berlanjut pada masa khalifah ali. Dan awal mula adanya gejala timbulnya aliran-aliran adalah

sejak kekhalifahan utsman bin affan (khalifah ke-3 setelah wafatnya rasulullah). Padamasa itu di latar belakangi oleh kepentingan kelompok, yang mengarah terjadinya perselisihan sampai terbunuhnya khalifah utsman bin affan. Kemudian digantikan oleh ali bin abi thalib, padamasa itu perpecahan di tubuh umat islam terus berlanjut. umat islam pada masa itu ada yang pro terhadap kekhalifahan ali bin abi thalib yang menamakan dirinya kelompok syiah, dan yang kontra yang menamakan dirinya kelompok khawarij. Akhirnya perpecahan memuncak kemudian terjadilah perang jamal yaitu perang antara ali dengan aisyah dan perang siffin yaitu perang antara ali dengan muawiyah. Bermula dari itulah akhirnya timbul berbagai aliran di kalangan umat islam, masing-masing kelompok juga terpecah belah, akhirnya jumlah aliran di kalangan umat islam menjadi banyak, seperti aliran syiah, khawarij, murjiah, jabariyah, mutazilah dll. Pada zaman bani umayyah ( 661-750 m ) masalah aqidah menjadi perdebatan yang hangat di kalangan umat islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti murjiah, qadariah, jabariah dan mutazilah.kaum muslimin tidak bisa mematahkan argumentasi filosofis orang lain tanpa mereka menggunakan senjata filsafat dan rasional pula. Untuk itu bangkitlah mutazilah mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut.namun sikap mutazilah yang terlalu mengagungkan akal dan melahirkan berbagai pendapat controversial menyebabkan kaum tradisional tidak menyukainya.akhirnya lahir aliran ahlussunnah waljamaah dengan tokoh besarnya abu hasan al-asyari dan abu mansur al-maturidi. Pada zaman pemerintahan bani umaiyah, hampir-hampir keseluruhan umat islam di dalam keimanan yang bersih dari sebarang pertikaian dan perdebatan. Dan apabila kaum muslimin selesai melakukan pembukaan negeri dan kedudukannya telahpun mantap, mereka beralih tumpuan kepada pembahasan sehingga menyebabkan berlaku perselisihan pendapat di kalangan mereka. Pada zaman abbasiyah, telah banyak berlaku pembahasan di dalam perkara-perkara akidah termasuk perkara-perkara yang tidak wujud pada zaman nabi s.a.w. Atau zaman para sahabatnya. Berlaku pembahasan tersebut dengan memberi penumpuan agar ia menjadi satu ilmu baru yang diberi nama ilmu kalam. Setalah kaum muslimin selesai membuka negeri-negeri, lalu ramai dari kalangan penganut agama lain yang memeluk islam. Mereka ini menzahirkan pemikiran-pemikiran baru yang diambil dari agama lama mereka tetapi diberi rupabentuk islam. Iraq, khususnya di basrah merupakan tempat segala agama dan aliran. Maka terjadilah perselisihan apabila ada satu golongan yang menafikan kemahuan (iradah) manusia. Kelompok ini diketuai oleh jahm bin safwan. dan antara pengikutnya ialah para pengikut aliran jabbariyah yang diketuai oleh ma'bad al-juhni. Aliran ini lahir ditengah-tengah kecelaruan pemikiran dan asas yang dibentuk oleh setiap kelompok untuk diri mereka. Kemudian bangkitlah sekelompok orang yang ikhlas memberi penjelasan mengenai akidah-akidah kaum muslimin berdasarkan jalan yang ditempoh oleh alquran. Antara yang masyhur di kalangan mereka ialah hasan al-basri. Dan sebahagian dari kesan perselisihan antara hasan al-basri dengan muridnya washil bin atho' ialah lahirnya satu kelompok baru yang dikenali dengan muaktazilah. perselisihan tersebut ialah mengenai hukum

orang beriman yang mengerjakan dosa besar, kemudian mati sebelum sempat bertaubat. Pada akhir kurun ketiga dan awal kurun keempat, lahirlah imam abu mansur al-maturidi yang berusaha menolak golongan yang berakidah batil. Mereka membentuk aliran al-maturidiah. kemudian muncul pula abul hasan al-asy'ari yang telah mengumumkan keluar dari kelompok mu'tazilah dan menjelaskan asas-asas pegangan barunya yang bersesuaian dengan para ulamak dari kalangan fuqahak dan ahli hadis. Dia dan pengikutnya dikenal sebagai aliran asya'irah. Dan dari dua kelompok ini, terbentuklah kelompok ahlus sunnah wal jamaah. Dan kesimpulannya, kita dapat melihat bahawa kemunculan kelompok-kelompok di dalam islam adalah kembali kepada dua perkara: 1. Perselisihan mengenai pemerintahan 2. Perselisihan di dalam masalah usul atau asas agama.

3.

Tujuan objek pembahasan ilmu kalam.

Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan allah swt. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang mengutamakan atau yang menggunakan logika disamping argumentasi-argumentasi naqliah, juga berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat nampak nilai-nilai apologinya. Sebagai sebuah dialog keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan dengan argumentargumen rasional. Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan, kebenaran,praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pendekatan agama yang dijelaskan dengan pendekatan rasional. istilah ilmu kalam mengacu pada ulama yang membahas masalah-masalah kalam allah. kalam allah memiliki tiga acuan. Pertama mengacu pada perkataan allah yang diucapkan-nya. Disebut ilmu kalam karena ilmu ini membahas masalah kalam allah. Kedua, mengacu pada para mutakallimin (ahli kalam) yang berdebat atau bertukar pikiran (kalam) mengenai masalahmasalah ketuhanan.tujuan utama dari ilmu kalam adalah untuk menjelaskan landasan keimanan umat islam dalam tatanan yang filosofis dan logis. Bagi orang yang beriman, bukti mengenai eksistensi dan segala hal yang menyangkut dengan tuhan yang ada dalam al-quran, hadits, ucapan sahabat yang mendengar langsung perkataan nabi dan lain sebaganya, sudah cukup. Namun tatkala masalah ini dihadapkan pada dunia yang lebih luas dan terbuka, maka dalil-dalil naqli tersebut tidak begitu berperan. Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam berkembang menjadi teologi rasional dan tradisional. Ilmu kalam berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan iman dengan menggunakan dalildalil fikiran dari kepercayaan-kepercayaan yang diyakininya. Ilmu ini dinamakan ilmu kalam, karena : 1). Persoalan yang menjadi pembicaraan abad-abad permulaan hijrah ialah firman tuhan (kalam allah) dan non azalinya quran. Karena itu keseluruhan isi ilmu kalam dinamai dengan salah sau bagiannya yang terpenting.

2). Dasar-dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil-dalil ini nampak jelas dalam pembicaraan para mutakalamin. Mereka jarang-jarang kembali kepada dalil-dalil naqli (quran dan hadits), keculai sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan lebih dahulu. 3). Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dalam filsafat, maka pembuktian dalam soal-soal agama ini dinamai ilmu kalam untuk membedakan dengan logika dalam filsafat. B. 1. Aliran Khwarij Pengertian Khawarij

Secara bahasa kata khawarij berarti orang-orang yang telah keluar. Kata ini dipergunakan oleh kalangan Islam untuk menyebut sekelompok orang yang keluar dari barisan Ali ibn Abi Thalib r.a. karena kekecewaan mereka terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dari kelompok Muawiyyah yang dikomandoi oleh Amr ibn Ash dalam Perang Shiffin ( 37H / 657 ). Jadi, nama khawarij bukanlah berasal dari kelompok ini. Mereka sendiri lebih suka menamakan diri dengan Syurah atau para penjual, yaitu orang-orang yang menjual (mengorbankan) jiwa raga mereka demi keridhaan Allah, sesuai dengan firman Allah QS. Al-Baqarah : 207. Selain itu, ada juga istilah lain yang dipredikatkan kepada mereka, seperti Haruriah, yang dinisbatkan pada nama desa di Kufah, yaitu Harura, dan Muhakkimah, karena seringnya kelompok ini mendasarkan diri pada kalimat la hukma illa lillah (tidak ada hukum selain hukum Allah), atau la hakama illa Allah (tidak ada pengantara selain Allah). Secara historis Khawarij adalah Firqah Bathil yang pertama muncul dalam Islam sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Fatawa, Bidah yang pertama muncul dalam Islam adalah bidah Khawarij. Kemudian hadits-hadits yang berkaitan dengan firaq dan sanadnya benar adalah hadits-hadits yang berkaitan dengan Khawarij sedang yang berkaitan dcngan Mutazilah dan Syiah atau yang lainnya hanya terdapat dalam Atsar Sahabat atau hadits lemah, ini menunjukkan begitu besarnya tingkat bahaya Khawarij dan fenomenanya yang sudah ada pada masa Rasulullah saw. Di samping itu Khawarij masih ada sampai sekarang baik secara nama maupun sebutan (laqob), secara nama masih terdapat di daerah Oman dan Afrika Utara sedangkan secara laqob berada di mana-mana. Hal seperti inilah yang membuat pembahasan tcntang firqah Khawarij begitu sangat pentingnya apalagi buku-buku yang membahas masalah ini masih sangat sedikit, apalagi Rasulullah saw. menyuruh kita agar berhati-hati terhadap firqah ini. 2. Sejarah Kelahiran Khawarij

Seperti yang disinggung sebelumnya dalam pendahuluan bahwa Khawarij lahir dari komponen paling berpangaruh dalam khilafah Ali ra. Yaitu dari tubuh militer pimpinan Ali ra. sendiri. Pada

saat kondisi politik yang makin tidak terkendali dan dirasa sulit untuk mereda dengan prinsip masing-masing. Maka kubu Muawiyah ra. yang merasa akan dikalahkan dalam perang syiffin menawarkan untuk mengakhiri perang saudara itu dengan Tahkim dibawah Al-Quran. Semula Ali ra. Tidak menyetujui tawaran ini, dengan prinsip bahwa kakuatan hukum kekhilafahannya sudah jelas dan tidak dapat dipungkiri. Namun sebagian kecil dari kelompok militer pimpinannya memaksa Ali ra. menerima ajakan kubu Muawiyah ra. Kelompok ini terbukti dapat mempengaruhi pendirian Ali ra. Bahkan saat keputusan yang diambil Ali ra. Untuk mengutus Abdullah bin Abbas ra. menghadapi utusan kubu lawannya Amar bin al-Ash dalam tahkim, Ali ra. malah mengalah pada nama Abu Musa al-Asyary yang diajukan kelompok itu menggantikan Abdullah bin Abbas ra. Anehnya, kelompok ini yang sebelumnya memaksa Ali ra. untuk menyetujui tawaran kubu Muawiyah ra. Untuk mengakhiri perseteruannya dengan jalan Tahkim. Pada akhirnya setelah Tahkim berlalu dengan hasil pengangkatan Muawiyah ra. Sebagai khilafah menggantikan Ali ra. Mereka kemudian menilai dengan sepihak bahwa genjatan senjata dengan cara Tahkim tidak dapat dibenarkan dan illegal dalam hukum Islam. Artinya menurut mereka, semua kelompok bahkan setiap individu yang telah mengikuti proses itu telah melanggar ketentuan syara, karena telah melanggar prinsip dasar bahwa setiap keputusan berada pada kekuasaan Tuhan (l hukma illa lillh). (Abu Zahrah: 60) Dan sesuai dengan pokok-pokok pemikiran mereka bahwa setiap yang berdosa maka ia telah kafir, maka mereka menilai bahwa setiap individu yang telah melangar prinsip tersebut telah kafir, termasuk Ali ra. Sehingga Mereka memaksanya untuk bertobat atas dosanya itu sebagaimana mereka telah bertobat karena ikut andil dalam proses Tahkim. (Abu Zahrah: 60) Demikian watak dasar kelompok ini, yaitu keras kepala dan dikenal kelompok paling keras memegang teguh prinsipnya. Inilah yang sebenarnya menjadi penyabab utama lahirnya kelompok ini (Syalabi: 333). Khawarij adalah kelompok yang didalamnya dibentuk oleh mayoritas orang-orang Arab pedalaman (arbu al-bdiyah). Mereka cenderung primitive, tradisional dan kebanyakan dari golongan ekonomi rendah, namun keadaan ekonomi yang dibawah standar tidak mendorong mereka untuk meningkatkan pendapatan. Ada sifat lain yang sangat kontradiksi dengan sifat sebelumnya, yaitu kesederhanaan dan keikhlasan dalam memperjuangkan prinsip dasar kelompoknya. Walaupun keikhlasan itu ditutupi keberpihakan dan fanatisme buta. Dengan komposisi seperti itu, kelompok ini cenderung sempit wawasan dan keras pendirian. Prinsip dasar bahwa tidak ada hukum, kecuali hukum Tuhan mereka tafsirkan secara dzohir saja. (Abu Zahrah: 63) Bukan hanya itu, sebenarnya ada kepentingan lain yang mendorong dualisme sifat dari kelompok ini. Yaitu; kecemburuan atas kepemimpinan golongan Quraisy. Dan pada saatnya kemudian Khawarij memilih Abdullh bin Wahab ar-Rsiby yang diluar golongan Quraisy sebagai khalifah. Bahkan al-Yazidiyah salah satu sekte dalam Khawarij, menyatakan bahwa Allah

sebenarnya juga mengutus seorang Nabi dari golongan Ajam (diluar golongan Arab) yang kemudian menghapus Syariat Nabi Muhammad SAW. (Abu Zahrah: 63-64). Nama khawarij diberikan pada kelompok ini karena mereka dengan sengaja keluar dari barisan Ali ra. dan tidak mendukung barisan Muawiyah ra. namun dari mereka menganggap bahwa nama itu berasal dari kata dasar kharaja yang terdapat pada QS: 4, 100. yang merujuk pada seseorang yang keluar dari rumahnya untuk hijrah di jalan Allah dan Rasul-Nya (Nasution: 13). Selanjutnya mereka juga menyebut kelompoknya sebagai Syurah yang berasal dari kata Yasyri (menjual), sebagaimana disebutkan dalam QS: 2, 207. tentang seseorang yang menjual dirinya untuk mendapatkan ridlo Allah (Nasution: 13, Syalabi: 309). Selain itu mereka juga disebut Haruriyah yang merujuk pada Harurah sebuah tempat di pinggiran sungai Furat dekat kota Riqqah. Ditempat ini mereka memisahkan diri dari barisan pasukan Ali ra. saat pulang dari perang Syiffin. Kelompok ini juga dikenal sebagai kelompok Muhakkimah. Sebagai kelompok dengan prinsip dasar l hukma illa lillh. (Syalabi: 309). 3. Prinsip-Prinsip Pemikiran Khawarij

Prinsip-prinsip pemikiran Khawarij sebagai berikut: a) Pengangkatan khalifah akan sah hanya jika berdasarkan pemilihan yang benar-benar bebas dan dilakukan oleh semua umat Islam tanpa diskriminasi. Prinsip ini adalah prinsip yang paling tegas. b) Jabatan khalifah bukan hak khusus keluarga Arab tertentu, bukan monopoli suku Quraisy sebagaimana dianut golongan lain, bukan pula khusus untuk orang Arab dengan menafikan bangsa lain, melainkan semua bangsa mempunyai hak yang sama. c) Prinsip dari aliran Najdah, pengangkatan khalifah tidak diperlukan jika masyarakat dapat menyelesaikan masalah-masalah mereka. Jika masyarakat berpendapat bahwa masalah mereka tidak dapat diselesaikan dengan tuntas tanpa seorang Imam (khalifah) yang dapat membimbing masyarakat ke jalan yang benar, maka ia boleh diangkat. d) Orang yang berdosa adalah kafir. Mereka tidak membedakan antara satu dosa dan dosa yang lain, bahkan kesalahan dalam berpendapat merupakan dosa, jika pendapat itu bertentangan dengan kebenaran. e) Di dalam perdebatan dan ucapan mereka terdapat ciri-ciri sebagai berikut: 1). Fasih dan lancar berbicara, serta mengusai metode penyajian. Mereka adalah orangorang yang tegar, tidak gentar menghadapi lawan dan tidak terhalang oleh pikiran yang sempit. 2). Kelompok ini berusaha mempelajari al-Quran dan Sunnah, serta memahami hadits dan tradisi Arab dengan tekun, penjelasan yang terang, dan semangat yang tinggi. 3). Mereka menyenangi perdebatan dan diskusi tentang syair dan ungkapan-ungkapan Arab. Mereka suka berdiskusi dengan lawan walaupun sedang dalam masa perang. 4). Perdebatan mereka diliputi fanatismi. Penganut paham Khawarij tidak akan menerima

dan mengakui pendapat lawan debat mereka walaupun pendapat itu dekat kepada kebenaran atau kebenaran yang terkandung di dalamnya sangat jelas. Sebaliknya, kuatnya argumentasi yang dikemukakan lawan mereka semakin memantapkan keyakinan yang mereka anut, karena mereka akan berusaha mencari dalil yang dapat mendukung pendapat mereka. Hal itu terjadi karena pemikiran aliran Khawarij yang menyimpang itu sudah menguasai jiwa, hati, alur berpikir, dan seluruh benak mereka. Di samping itu mereka sangat senang bermusuhan, sesuai dengan watak pegunungan mereka. 5). Kaum Khawarij senantiasa berpegang pada makna lahir al-Quran tanpa mau mengkaji maksud, tujuan, dan konteks nash. Kapan pun menemukan makna lahir nash, mereka akan berhenti disitu tanpa mau bergerak sedikit pun. Dengan menggunakan makna lahir nash, mereka menolak tuduhan-tuduhan kejahatan yang mereka lakukan. 4. Ajaran-Ajaran Khawarij

Pada umumnya ajaran-ajaran Khawarij yang menonjol dalam sejarah pemikiran Islam adalah di bidang theologi Islam dan di bidang politik. a) Ajaran-ajaran Khawarij di Bidang Theologi Islam

Ajaran-ajaran Khawarij di bidang ini pada umumnya berkisar pada soal iman, kufur, dan persoalan dosa besar. Konsep iman menurut mereka merupakan kebalikan konsep iman menurut aliran Murjiah. Kalau konsep iman menurut aliran Murjiah hanya mengangkut soal kebenaran hati (al-tashdiq bi al-qalb), maka konsep iman menurut Khawarij ditekankan pada amal di samping al-tashdiq. Pendapat Khawarij yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar tidak orang Islam lagi, akan tetapi keluar dari Islam dan menjadi kafir, murtad, dan wajib dijatuhi hukuman mati, karena konsep iman menurut mereka meliputi amal, bahkan amal itulah yang pokok dari iman, rusaknya amal menyebabkan rusaknya iman. Kalau iman sudah rusak oleh perbuatan dosa besar maka orang tersebut keluar dari Islam serta menjadi kafir dan murtad. Sebagian sekte Khawarij ada yang berpendapat bahwa dosa kecil yang dilakukan terus menerus akan menjadi dosa besar dan pelakunya dapat dipandang keluar dari Islam. b). Ajaran-ajaran Khawarij di Bidang Politik Ajaran khawarij yang menonjol di bidang politik berkenaan dengan pemilihan kepala negara (khalifah) yang bersifat demokratis. Menurut mereka jabatan khalifah adalah hak bagi setiap muslim yang memenuhi syarat. Jabatan tersebut tidak mesti dari keluarga keturunan Nabi Muhammad apalagi dari suku Quraisy, akan tetapi siapa saja dari orang Islam walaupun bukan Arab, ia berhak menjadi khalifah.

BAB III

KESIMPULAN

Dalam sejarah perkembangan pemikiran islam, terdapat berbagai aliran pemikiran kalam yang berawal dari pemikiran politik, pertentangan poloyik antara ali bin abi talib dengan muawiyah bin abi sufyan meningkat menjadi persoalan teologi yang berujung pada peristiwa tahkim yang memicu terjadinya pertentangan teologi dikalangan umat islam. Kepincangan tahkim antara kelomp*ok ali bin abi talib dengan muawiyah bin abi sufyan memunculkan lahirnya aliran khawarij dengan semboyan mereka la hukma illa lillah ( tiada hukum selain dari hukum Allah). Secara bahasa kata khawarij berarti orang-orang yang telah keluar. Kata ini dipergunakan oleh kalangan Islam untuk menyebut sekelompok orang yang keluar dari barisan Ali ibn Abi Thalib r.a. karena kekecewaan mereka terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dari kelompok Muawiyyah yang dikomandoi oleh Amr ibn Ash dalam Perang Shiffin ( 37H / 657 ). kelompok ini yang sebelumnya memaksa Ali ra. untuk menyetujui tawaran kubu Muawiyah ra. Untuk mengakhiri perseteruannya dengan jalan Tahkim. Pada akhirnya setelah Tahkim berlalu dengan hasil pengangkatan Muawiyah ra. Sebagai khilafah menggantikan Ali ra. Mereka kemudian menilai dengan sepihak bahwa genjatan senjata dengan cara Tahkim tidak dapat dibenarkan dan illegal dalam hukum Islam. Artinya menurut mereka, semua kelompok bahkan setiap individu yang telah mengikuti proses itu telah melanggar ketentuan syara, karena telah melanggar prinsip dasar bahwa setiap keputusan berada pada kekuasaan Tuhan (l hukma illa lillh). (Abu Zahrah: 60) Ajaran khawarij yang menonjol di bidang politik berkenaan dengan pemilihan kepala negara (khalifah) yang bersifat demokratis. Menurut mereka jabatan khalifah adalah hak bagi setiap muslim yang memenuhi syarat. Jabatan tersebut tidak mesti dari keluarga keturunan Nabi Muhammad apalagi dari suku Quraisy, akan tetapi siapa saja dari orang Islam walaupun bukan Arab, ia berhak menjadi khalifah

Daftar Pustaka

Ahmad Amin,Duha al-islam, Beirut:dar al-kutb al-arabiyah.

Al-Asyari, Abi al-Hasan ali bin ismail. 1950, Aqamat al-islamiyah,mesir: maktabah an-Nahdah Lamisriyah. Ali Mustafa a gurubi, al-fariq al-islamiyah, mesir: Muhammad Ali Subh wa Auladuh. Muhammad Abduh, 1996, Rislah Tauhid, Alih Bahasa, K.H.Firdaus A.N, Jakarta:Bulan bintang. Muhammad Abu Zahra, Tarikh al-mazahib, al islamiyah,(kairo:Dar al fikr al-arabi. Abul Ala Al-Maududi, Khifah dan Kerajaan, Penerbit Kharisma, Bandung, 2007 Lihat di situs internet, www.google.com : kaijian ilmu kalam dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ilmu kalam.

You might also like