You are on page 1of 108

LAPORAN PENELITIAN

ABORTUS PROVOCATUS PADA KORBAN PERKOSAAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (Suatu Kajian Normatif

Oleh: Subaidah Ratna Juita, S.H., M.H. B. Rini Heryanti, S.H., M.H

Proye Penelitian ini !ibiayai oleh "ni#er$ita$ Se%aran& den&an Surat Per'an'ian No%or: ()* "SM. H(*L* +,-,

.A/"LTAS H"/"M "NI0ERSITAS SEMARAN1 SEMARAN1 A&u$tu$, +,-,


1

BAB I PEN!AH"L"AN

A.

Latar Bela an& Penelitian

Abortus provocatus yang dikenal di Indonesia dengan istilah aborsi berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan karena kesengajaan. Abortus Provocatus merupakan salah satu dari berbagai macam jenis abortus. Dalam kamus Latin - Indonesia sendiri, abortus diartikan sebagai wiladah sebelum waktunya atau keguguran. Pengertian aborsi atau Abortus Provocatus adalah penghentian atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya.1 Dengan kata lain pengeluaran itu dimaksudkan bahwa keluarnya janin disengaja dengan campur tangan manusia, baik melalui cara mekanik, obat atau cara lainnya. Abortus provokatus atau yang lebih popular di Indonesia disebut aborsi adalah suatu kejahatan dengan !enomena gunung es. "asus-kasus pengguguran kandungan banyak ditemukan di masyarakat, namun yang diproses di tingkat Pengadilan hanya sedikit sekali, antara lain disebabkan sulitnya para penegak hukum dalam mengumpulkan bukti-bukti yang dapat menyeret pelaku abortus pro#okatus ke meja hijau.$ %ealitas seperti ini dapat
"usmaryanto, &'(., Kontroversi Aborsi. )(akarta* P+. ,ramedia -idiasarana Indonesia. $..$/, halaman $.0. $ &uryono 1kotama, dkk., Abortus Provokatus Bagi Korban Perkosaan Perspektif Viktimologi, Kriminologi dan Hukum Pidana, )2ogyakarta* 3ni#ersitas 4tma (aya, $..1/, halaman 15.
1

dipahami, karena aborsi tidak memberikan dampak yang nyata sebagaimana tindak pidana pembunuhan yang secara riil dapat diketahui akibatnya. 4borsi baik proses dan hasilnya lebih bersi!at pribadi, sehingga sulit dideteksi. Dampak kasus "ehamilan +idak Dikehendaki )"+D/ khususnya korban perkosaan, pada dasarnya membawa akibat buruk, selain korban mengalami trauma yang panjang bahkan seumur hidup, dia tidak dapat melanjutkan pendidikan, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. 6egitu juga jika anaknya lahir, masyarakat tidak siap menerima kehadirannya bahkan mendapat stigma sebagai anak haram yang tidak boleh bergaul dengan anak-anak lain di lingkungannya serta menerima perlakuan negati! lainnya. &ementara jika digugurkan )aborsi/, selain tidak ada tempat pelayanan yang aman dan secara hukum dianggap sebagai tindakan kriminal, pelanggaran norma agama, susila dan sosial. "asus "ehamilan +idak Dikehendaki )"+D/ yang berakhir dengan aborsi tidak aman, hanyalah salah satu kasus yang terjadi di Indonesia. Pusat Penelitian "esehatan 3ni#ersitas Indonesia menemukan, pertahun rata-rata terjadi sekitar $ juta kasus aborsi tidak aman. 0 &ementara -78 memperkirakan 1.-9.: dari kasus aborsi tidak aman berakhir dengan kematian ibu.; 4ngka aborsi tak aman )unsafe abortion/ memang tergolong tinggi, diperkirakan setiap tahun di dunia terjadi sekitar $. juta aborsi tak
6udi utomo dkk., Angka Aborsi dan Aspek Psiko-sosial di Indonesia: Studi di ! kota Besar dan " kabupaten. )(akarta* Pusat Penelitian "esehatan 3ni#ersitas Indonesia, $..$/, halaman <. 4 -78 dalam ,ulardi -ignyosastro. =asalah "esehatan Perempuan 4kibat %eproduksi. =akalah &eminar Penguatan 7ak %eproduksi Perempuan, diselenggarakan PP >atayat ?3, pada 1 &eptember $..1.
3

aman, $@: dari jumlah tersebut tergolong legal dan lebih <..... aborsi tak aman di negara berkembang berakhir dengan kematian ibu.9 =uhajir Darwin dari Pusat Penelitian "ependudukan 3,= dalam #ound $able %iscussion, tentang 4borsi, 3sia "awin dan Pengaruhnya terhadap >ertilisasi yang diadakan 6""6?, mengatakan* &... ketika hukum tidak memberi tempat bagi pelayanan aborsi yang aman, maka para perempuan yang mengalami kehamilan tanpa dikehendaki terpaksa pergi ke bidan atau dukun aborsi yang tak kompeten. 4kibatnya, komplikasi kesehatan atau bahkan kematian mengancamnya. @ &elanjutnya menurut =uhajir Darwin, bahwa angka kematian maternal di Indoonesia adalah tertinggi di 4sia yaitu sekitar 11: di antaranya karena pertolongan aborsi yang tidak aman.< =embahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan hal yang tabu untuk dibicarakan. 7al ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, baik itu dilakukan secara legal ataupun ilegal. Dalam memandang bagaimana kedudukan hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa yang
4.-idanti &., 4borsi dan Perlindungan 7ak %eproduksi Perempuan , 'akala(, disampaikan dalam Diskusi Publik 4borsi dan Perlindungan 7ak %eproduksi Perempuan , diselenggarakan atas "erjasama antara =agister 7ukum "esehatan dan P"6I -ilayah (awa +engan, &emarang, 0. (anuari $.1., halaman ;. 6 +itik +riwulan +utik, 4nalisis 7ukum Islam terhadap Praktik 4borsi bagi "ehamilan +idak Diharapkan )"+D/ 4kibat Perkosaan menurut 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan , )http*BB www. legalitas.org/, diakses 5 (uni $.1.. Data tahun 1AA9 menunjukkan dari @...... perempuan meninggal karena kehamilan dan persalinan. Dari angka itu @@.... perempuan meninggal karena aborsi. &ementara Car!el +a!al dari >"= 3I dan akti! di P"6I mencatat dari pengalaman praktiknya di sebuah klinik di (akarta ada kecenderungan permintaan aborsi semakin meningkat. +ahun 1AAA sekitar 1...... perempuan, namun tahun $...-an sudah menjadi $......-an lebih di 5 klinik. Ibid.
7 5

menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. &ejauh ini, persoalan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. ?amun, dalam hukum positi! di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan aborsi provokatus medikalis. &edangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal sebagai aborsi provokatus criminalis) &elama puluhan tahun aborsi telah menjadi permasalahan bagi perempuan karena menyangkut berbagai aspek kehidupan baik itu moral, hukum, politik, dan agama. "emungkinan terbesar timbulnya permasalahan tersebut berakar dari kon!lik keyakinan bahwa !etus memiliki hak untuk hidup dan para perempuan memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dalam hal ini melakukan pengguguran kandungan. Perkembangan kon!lik yang tidak kunjung mendapatkan titik temu mengakibatkan munculnya penganut paham pro-life yang berupaya mempertahankan kehidupan dan pro-c(oice yang mendukung supaya perempuan mempunyai pilihan untuk menentukan sikap atas tubuhnya dalam hal ini aborsi.5 =encuatnya permasalahan aborsi di Indonesia, agaknya perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang memberikan alternati! solusi yang tepat. Pertentangan moral dan agama merupakan masalah terbesar yang sampai sekarang masih mempersulit adanya kesepakatan tentang kebijakan penanggulangan masalah aborsi. 8leh karena itu, aborsi yang ilegal dan tidak sesuai dengan cara-cara medis masih tetap berjalan dan tetap merupakan masalah besar yang masih mengancam. 4danya
Loebby LoDman, *urnal +bsetri dan ,inekologi Indonesia, )2ogyakarta* 2ayasan 6ina Pustaka &arwono Prawirohardjo, $..0/, halaman $0$.
5

pertentangan baik secara moral dan kemasyarakatan dengan secara agama dan hukum membuat aborsi menjadi suatu permasalahan yang mengandung kontoro#ersi. Dari sisi moral dan kemasyarakatan, sulit untuk membiarkan seorang ibu yang harus merawat kehamilan yang tidak diinginkan terutama karena hasil perkosaan, hasil hubungan seks komersial )dengan pekerja seks komersial/ maupun ibu yang mengetahui bahwa janin yang dikandungnya mempunyai cacat !isik yang berat. Di samping itu, banyak perempuan merasa mempunyai hak atas mengontrol tubuhnya sendiri. Di sisi lain, dari segi ajaran agama, agama manapun tidak akan memperbolehkan manusia melakukan tindakan penghentian kehamilan dengan alasan apapun. Istilah aborsi dalam hukum pidana di Indonesia dikenal dengan tindak pidana Pengguguran "andungan . Dan secara umum pengaturan mengenai aborsi tersebut terdapat dalam Pasal $AA, 0;@, 0;<, 0;5, dan 0;A "37P. Pasalpasal ini secara jelas dan tegas mengatur larangan melakukan aborsi dengan alasan apapun, termasuk aborsi karena alasan darurat )terpaksa/ yaitu sebagai akibat aborsi. perkosaan, baik bagi pelaku ataupun yang membantu melakukan 6ahkan dengan hukuman yang dilipatgandakan, yang membantu

melakukan adalah ahli medis. "etentuan ini terasa memberatkan terutama bagi tim medis yang melaksanakan aborsi dengan alasan medis. &ebelum dilakukan re#isi terhadap undang-undang kesehatan masih banyak perdebatan mengenai aborsi yang dilakukan oleh korban perkosaan termasuk tenaga medis yang membantu melakukan aborsi tersebut. 7al itu dikarenakan tidak terdapat pasal yang secara jelas mengatur mengenai aborsi @

terhadap korban perkosaan. &elama ini banyak pandangan yang mena!sirkan bahwa aborsi terhadap korban perkosaan disamakan dengan indikasi medis sehingga dapat dilakukan karena gangguan psikis terhadap ibu juga dapat mengancam nyawa sang ibu. ?amum dipihak lain ada juga yang memandang bahwa aborsi terhadap korban perkosaan adalah aborsi kriminalis karena memang tidak membahayakan nyawa sang ibu, dan dalam undang-undang kesehatan yang lama, yaitu 33 ?o. $0 +ahun 1AA$ tidak termuat secara jelas di dalam pasalnya. "eberadaan praktik aborsi kembali mendapat perhatian dengan disahkannya 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun $..A +entang "esehatan, dan sebagai pengganti 33 ?o. $0 +ahun 1AA$. Dengan dikeluarkannya re#isi undang-undang kesehatan maka mengenai legalisasi aborsi terhadap korban perkosaan telah termuat dengan jelas di dalam Pasal <9 ayat $ 33 ?o.0@ +ahun $..A tentang kesehatan. =eski demikian 33 ini menimbulkan kontro#ersi diberbagai lapisan masyarakat karena adanya pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi dalam praktek medis mengandung berbagai reaksi. Pasal <9 dan <@ 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun $..A, kembali menegaskan bahwa pada dasarnya undang-undang melarang adanya praktik aborsi )Pasal <9 ayat 1/. =eski demikian larangan tersebut dikecualikan apabila ada* a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danBatau janin, yang menderita penyakit genetik berat danBatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandunganE atau

<

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan )Pasal <9 ayat $/. +erlepas dari hukum !ormal yang mengatur, aborsi merupakan !enomena yang terkait erat dengan nilai-nilai sosial budaya agama yang hidup dalam masyarakat. Dalam konteks Indonesia aborsi lebih condong sebagai aib sosial daripada mani!estasi kehendak bebas tiap indi#idu. 4borsi merupakan masalah yang sarat dengan nilai-nilai sosial, budaya, agama, dan politik. 4turan normati! legal !ormal menolak aborsi meski masih ada ruang untuk hal-hal khusus. 4turan normati! sosial-hudaya-agama yang Fin!ormalF pada umumnya juga menolak aborsi, meski terdapat #ariasi dan kelonggaran di sana-sini. Persoalan aborsi penting untuk dibahas karena !enomena ini berkaitan erat dengan persoalan kesehatan reproduksi perempuan. 3ntuk kasus Indonesia, seperti diketahui, salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu )==%/ adalah karena praktek aborsi terutama bagi ibu pada usia belia sebagai akibat salah pergaulan ataupun belum siap memiliki anak, selain persoalan pelayanan kesehatan yang tidak memadai dan !aktor struktural lain yang lebih luas. &elain keterkaitan dengan nilai-nilai sosial, politik, budaya, dan agama, secara lebih spesi!ik !enomena aborsi tersebut terkait erat dengan isu gender. 6erdasar latar belakang penelitian sebagaimana tersebut di atas, satu persoalan yang perlu pengaturan mendapat jawaban dan penjelasan yaitu tentang

dan perlindungan hukum terhadap tindakan

aborsi )abortus

provocatus/ khususnya yang dilakukan oleh korban perkosaan menurut 7ukum

Pidana dalam "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana )"37P/ dan 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan.

B.

Peru%u$an Ma$alah Permasalahan merupakan suatu pernyataan yang menunjukkan adanya jarak antara harapan dengan kenyataan, antara rencana dengan pelaksanaan dan antara das sollen dengan das sein. 3ntuk memudahkan pembahasan, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut*


1. 6agaimana pengaturan 7ukum Pidana tentang abortus provocatus yang

dilakukan oleh korban perkosaanG


2. 6agaimana perlindungan hukum pidana terhadap korban perkosaan yang

melakukan abortus provocatusG

C.

Tu'uan Penelitian 4dapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut*
1. 3ntuk mengetahui perumusan, dan pengaturan hukum pidana tentang

abortus provocatus yang dilakukan oleh korban perkosaan.


2. 3ntuk mengetahui bagaimana hukum pidana melalui peraturan perundang-

undangan yang ada memberikan perlindungan terhadap korban perkosaan yang melakukan abortus provocatus

D.

/ontribu$i Penelitian "ontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut* -. Se2ara Teoriti$: &ecara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan hukum pidana materiil, khususnya yang terkait dengan abortus provocatus pada korban perkosaan. +. Se2ara Pra ti$: &ecara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan tidak hanya kepada para praktisi hukum yang memiliki kewenangan dalam penegakkan hukum, tetapi juga kepada para tenaga medis yang memiliki kewenangan bertindak sesuai dengan sumpah jabatan dan etika pro!esi yang diembannya khususnya yang berkaitan dengan masalah abortus provocatus, dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan lainnya yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, sehingga perempuan sebagai korban perkosaan tidak lagi menjadi korban secara terstruktur )second victimi-ation..

E.

Si$te%ati a Penuli$an &istimatika ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyimpangan dari judul dan lebih mudah dalam menelaah uraian yang disajikan secara keseluruhan. Penulisan laporan penelitian disusun dengan sistimatika sebagai berikut *

1.

646 I

* P1?D473L34? Dalam 6ab I sebagai Pendahuluan, terdiri dari lima sub bab yang membahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah sebagai batasan masalah dalam melakukan penelitian. &elanjutnya akan diuraikan tujuan penelitian, kontribusi

penelitian dan diakhiri dengan sistimatika penulisan. 646 II * +I?(434? P3&+4"4 +injauan pustaka menguraikan landasan teori untuk menganalisa permasalahan yang akan diteliti. +injauan pustaka ini berisi kerangka pemikiran atau teori-teori dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan pokok permasalahan. 3raian pertama pada bab ini berupa tinjauan umum tentang aborsi. 3raian berikutnya akan menjelaskan tinjauan tentang regulasi aborsi dalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia. Dan uraian ketiga sebagai akhir dari tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai tinjauan tentang perkosaan sebagai tindak pidana yang menjadikan perempuan sebagai korban.

646 III

* =1+8D1 P1?1LI+I4? =etode penelitian menjelaskan mengenai metode yang diuraikan dalam penelitian ini yaitu metode pendekatan, spesi!ikasi penelitian, metode pengumpulan data dan analisa data. 11

646 IH

* 74&IL P1?1LI+I4? D4? P1=6474&4? &ebagai bagian dari penyajian data dan analisis terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian, yakni data mengenai Abortus Provocatus pada "orban Perkosaan dalam Perspekti! 7ukum Pidana . 4dapun dalam menganalisa data tersebut, penulis melakukan $uatu a'ian yan& ber$i3at nor%ati3

berda$ar an etentuan hu u% 4idana 4o$iti3 yan& berla u di Indone$ia, ya ni /itab "ndan&5"ndan& Hu u% Pidana 6/"HP7 yan& berla u $eba&ai hu u% 4idana u%u% 6 !"# $"n"ra!"7, dan "ndan&5"ndan& No. 89 Tahun +,,) tentan& /e$ehatan, yan& berla u $eba&i hu u% 4idana hu$u$ 6 !"# %&"'ia!"7 ter ait den&an Abortus Provocatus yang dilakukan oleh korban perkosaan . 4dapun dalam 6ab ini data-data hasil penelitian yang akan disajikan dan dianalisis menyangkut datadata mengenai *
1. Pengaturan 7ukum Pidana tentang Abortus Provocatus yang

dilakukan oleh korban perkosaan.


2. Perlindungan hukum pidana terhadap korban perkosaan yang

melakukan abortus provocatus. Data yang disajikan berupa data sekunder. Dengan demikian, gambaran mengenai permasalahan dalam penelitian ini diharapkan telah menjadi jelas.

1$

6ab H

* P1?3+3P 6erdasarkan proses pembahasan dan penganalisaan permasalahan yang diuraikan dalam 6ab IH mengenai Abortus Provocatus pada "orban Perkosaan dalam Perspekti! 7ukum Pidana , maka 6ab H ini menjadi bagian akhir dari penyusunan laporan penelitian ini, sehingga pada bagian ini dapat ditegaskan beberapa simpulan dan saran sebagai penutup.

10

BAB II TINJA"AN P"STA/A

A. Tin'auan "%u% tentan& Abor$i

-. Pen&ertian Abor$i
Dalam pengertian awam istilah aborsi adalah pengguguran kandungan, keluarnya hasil konsepsi atau pembuahan sebelum waktunya. Abortion dalam kamus Inggris Indonesia diterjemahkan dengan

pengguguran kandungan.A Dalam Blaks/s 0a1 %ictionar2, kata abortion yang diterjemahkan menjadi aborsi dalam bahasa Indonesia mengandung arti* $(e spontaneous or articiall2 induced e3pulsion of an embrio or featus) As used in illegal conte3t refers to induced abortion)
!

Dengan

demikian, menurut Blaks/s 0a1 %ictionar2, keguguran dengan keluarnya embrio atau !etus tidak semata-mata karena terjadi secara alamiah, akan tetapi juga disengaja )pro#okasi/ manusia.11 atau terjadi karena adanya campur tangan

1chols, dan 7assan &haddily, Kamus Inggris Indonesia, )(akarta* ,ramedia,1AA$/, halaman $. 1. 7enry 'ampbell 6lackIs, Black/s 0a1 %ictionar2, &iJth 1dition, &t. Paul =in -est Publising 'o, halaman 1. 11 +erjemahan abortion menurut Black/s 0a1 %ictionar2, diambil dari &uryono 1kototama, dkk), Abortus Prookatus bagi Korban Perkosaan Perspektif iktimologi, "riminologi dan 7ukum Pidana, )2ogyakarta* 3niersitas 4dmajaya, $..1/, halaman 01.

1;

1nsiklopedi Indonesia memberikan penjelasan bahwa

abortus

diartikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi $5 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.... gram.1$ 3ntuk lebih memperjelas maka berikut ini akan penulis kemukakan de!enisi para ahli tentang aborsi, yaitu*10 a. 4astman* 4borsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana !etus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. 6elum sanggup diartikan apabila !etus itu beratnya terletak antara ;.. K 1... gr atau kehamilan kurang dari $5 mingguE b. *effcoat: 4borsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum $5 minggu, yaitu !etus belum viable b2 llaousE c. Holmer* 4borsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-1@ dimana plasentasi belum selesai. Dalam pengertian medis, aborsi adalah terhentinya kehamilan dengan kematian dan pengeluaran janin pada usia kurang dari $. minggu dengan berat janin kurang dari 9.. gram, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. 1; =enggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah aborsi , berarti pengeluaran hasil konsepsi )pertemuan sel telur dan sel sperma/ sebelum janin dapat hidup

1nsiklopedi Indonesia, Abortus )(akarta* Ikhtiar 6aru an 7oe#e, 1AA5/, I * $$. %ustam =ochtar, Sinopsis +bsetetri, )(akarta* 1,', 1AA5/, halaman $.A. 1; Lilien 1ka 'handra, +anpa Indikasi =edis Ibu, 4borsi sama dengan "riminal , 0ifest2le, =ei $..@, halaman 1..
10

1$

19

diluar kandungan. Dalam kaitanya dengan hal ini, &uryono 1kotama, dkk mengemukakan pendapat sebagai berikut* Dari segi medis, tidak ada batasan pasti kapan kandungan bisa digugurkan. "andungan perempuan bisa digugurkan kapan saja sepanjang ada indikasi medis untuk menggugurkn kandungan itu. =isalnya jika diketahui anak yang akan lahir mengalami cacat berat atau si ibu menderita penyakit jantung yang akan sangat berbahaya sekali untuk keselamatan jiwanya pada saat melahirkan nanti. &ekalipun janin itu sudah berusia lima bulan atau enam bulan, pertimbangan medis masih membolehkan dilakukan abortus provocatus.19

Abortus provocatus yang dikenal di Indonesia dengan istilah aborsi berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan karena kesengajaan. Abortus Provocatus merupakan salah satu dari berbagai macam jenis abortus. Dalam kamus Latin - Indonesia sendiri, abortus diartikan sebagai wiladah sebelum waktunya atau keguguran. Pengertian aborsi atau Abortus Provocatus adalah penghentian atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya.1@ Dengan kata lain pengeluaran itu dimaksudkan bahwa keluarnya janin disengaja

dengan campur tangan manusia, baik melalui cara mekanik, obat atau cara lainnya. Demikian antara lain pengertian aborsi atau pengguguran kandungan, baik pengertian menurut ilmu kedokteran, pengertian umum, maupun pengertian menurut ilmu hukum, bahwa pengguguran kandungan
&uryono 1kototama, dkk),+p)5it), halaman 09. "usmaryanto, &'(., Kontroversi Aborsi. )(akarta* P+. ,ramedia -idiasarana Indonesia. $..$/, halaman $.0.
1@ 19

1@

itu adalah suatu perbuatan yang sengaja dilakukan atau dilakukan sebelum waktunya.

+. Jeni$5'eni$ Abor$i Proses abortus dapat berlangsung dengan cara* 1. &pontanBalamiah )terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun/E $. 6uatanBsengaja )aborsi yang dilakukan secara sengaja/E

8. +erapeutikBmedis )aborsi yang dilakukan atas indikasi medis karena


terdapatnya suatu permasalahanBkomplikasi/.-:

A(ortu%

A(ortu% %&ontan"u%

A(ortu% &ro)o*atu%

A(ortu% &ro)o'atu% m"+i'ina!i%


,br) ) Kategorisasi Abortus

A(ortu% &ro)o'atu% 'rimina!i%

4bortus secara medis dapat dibagi menjadi dua macam*


1<

Lilien 1ka 'handra, 0oc)5it)

1<

1) A(ortu% %&ontan"ou%, adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului !aktor-!aktor mekanis ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh !aktor alamiah. %ustam =ochtar dalam =uhdiono menyebutkan macam-macam aborsi spontan* 15 a. A(ortu% 'om&!"t"%, )keguguran lengkap/ artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong. b. A(ortu% in*o&!"tu%, )keguguran bersisa/ artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta c. A(ortu% imin"n, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti pasmodica d. Mi%%"+ a(ortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih. e. A(ortu% ,a(itu!i% atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 0 kali atau lebih. !. A(ortu% inf"*%iou% dan a(ortu% %"&ti', adalah abortus yang disertai in!eksi genital.

%ustam =uchtar dalam =uhdiono, 4borsi =enurut 7ukum Islam )Perbandingan =adLab &ya!iIi dan 7ana!i/ , Skripsi, )2ogyakarta* 3I?, $..$/, halaman $11.

15

15

Abortus completes
Abortus infeksious dan abortus septic

Abortus inkopletus
Abortus Spontaneus

Abortus (abitulis 'issed abortion

Abortus iminen

,br)6) 'acam-macam abortus spontaneus

"ehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda )satu sampai dengan tiga bulan/. Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain* demamE panas tinggiE ginjal +6', &ipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi sepontan tidak jarang janin keluar dalam keadaan utuh.1A "adangkala kehamilan seorang wanita dapat gugur

dengan sendirinya tanpa adanya suatu tindakan ataupun perbuatan yang disengaja. 7al ini sering disebut dengan keguguran atau aborsi spontan. Ini sering terjadi pada ibu-ibu yang masih hamil muda, dikarenakan suatu akibat yang tidak disengaja dan diinginkan atupun karena suatu penyakit yang dideritanya. Dalam usia yang sangat muda keguguran dapatsaja terjadi, misalnya karena akti#itas ibu yang mengandung terlalu berlebihan,
2ayasan Pengembangan Pedesaan, Kese(atan #eproduk%i, cet. 1 )=alang* Danar -ijaya, 1AA</, halaman 1;1.
1A

1A

stress berat, berolahraga yang membahayakan keselamatan janin seperti bersepeda dan sebagainya. $. A(ortu% &ro)o*atu%, adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Aborsi provocatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. =enurut 7act Abortion, Info Kit on 8omen/s Healt( ole( Institute 7or Social, Studies anda Action , =aret 1AA1, dalam istilah kesehatan aborsi dide!enisikan sebagai penghentian kehamilan

setelah tertanamnya telur )ovum/ yang telah dibuahi rahim )uterus/, sebelum janin )fetus/ mencapai $. minggu.
$.

Di Indonesia belum ada aborsi

batasan resmi mengenai pengguguran kandungan )aborsi/.

dide!enisikan sebagai terjadinya keguguran janinE melakukan aborsi sebagai melakukan pengguguran )dengan sengaja karena tidak mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu/
$1

4da beberapa istilah untuk menyebut keluarnya konsepsi atau pembuahan sebelum usia kehamilan $. minggu yang biasa disebut aborsi )abortion/, di antaranya* 4bortion criminalis, yaitu pengguguran kandungan secara bertentangan dengan hukumE 4bortion
$. httpBB*www.lbh-apik.or.idB!act-0$.htm, Aborsi %an Hak Atas Pela2anan Kese(atan, diakses +anggal $$ 4pril $.1.. $1 (s, 6adudu, dan &ultan =ohamad Cair, Kamus 9mum Ba(asa Indonesia, )(akarta* Pustaka &inar 7arapan, 1AA@/, halaman 19.

$.

4ugenic, yaitu pengguguran kandungan untuk mendapat keturunan yang baikE 4bortion inducedB provoked: provocatus, yaitu

pengguguran kandungan karena disengajaE 4bortion ;atural, yaitu pengguguran kandungan secara alamiahE 4bortion Spontaneous, yaitu pengguguran kandungan secara tidak disengajaE dan 4bortion $(erapeutic, yaitu pengguguran kandungan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan sang ibu.$$ 4borsi yang dilakukan secara sengaja )abortus provocatus/ ini terbagi menjadi dua* a. A(ortu% &ro)o'atu% m"+i'ina!i%, adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu. Abortus provokatus medisinalis:artificialis:t(erapeuticus adalah aborsi yang dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medis adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. 4dapun syarat-syarat yang ditentukan sebagai indikasi medis adalah*
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

keahlian dan kewenangan untuk melakukannya )yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan/ sesuai dengan tanggung jawab pro!esi. 2. 7arus meminta pertimbangan tim ahli )ahli medis lain, agama, hukum, psikologi/.
Lukman 7akim ?ainggolan, 4spek 7ukum terhadap 4bortus Pro#ocatus dalam Perundang-undangan di Indonesia , *urnal 4<ualit2, Hol.11 ?o. $, 4gustus $..@,halaman A@-A<.
$$

$1

0. 7arus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat. 4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenagaBperalatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah. 9. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.$0

Dalam praktek di dunia kedokteran, abortus provocatus medicinalis juga dapat dilakukan jika anak yang akan lahir diperkirakan mengalami cacat berat dan harapan hidupnya tipis, misalnya janin menderita kelainan ectopia kordis )janin akan dilahirkan tanpa dinding dada, sehingga terlihat jantungnya/, rakiskisis )janin akan dilahirkan dengan tulang punggung terbuka tanpa ditutupi kulit kulit maupun anensefalus )janin akan dilahirkan tanpa otak besar/. $; b. A(ortu% &ro)o'atu% 'rimina!i%, adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan. &ecara umum pengertian abortus provokatus kriminalis adalah suatu kelahiran dini sebelum bayi itu pada waktunya dapat

$0 4spek 7ukum dan =edikolegal 4bortus Po#ocatus 'riminalis, (ttp:::situs)kerespro)info, diakses tanggal 1$ 4pil $.1.. $; ?jowito 7amdani, Ilmu Kedokteran Ke(akiman, 1disi "edua, )(akarta* ,ramedia Pustaka 3tama* 1AA$/, halaman $19.

$$

hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi.
$9

&edangkan secara yuridis abortus

provokatus kriminalis adalah setiap penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup. 6ertolak pada pengertian di atas, dapatlah diketahui bahwa pada abortus provocatus ini ada unsur kesengajaan. 4rtinya, suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan agar kandungan lahir sebelum tiba waktunya. =enurut kebiasaan maka bayi dalam kandungan seorang wanita akan lahir setelah jangka waktu A bulan 1. hari. 7anya dalam hal tertentu saja seorang bayi dalam kandungan dapat lahir pada saat usia kandungan baru mencapai < bulan atupun 5 bulan. Dalam hal ini perbuatan aborsi ini biasanya dilakukan sebelum kandungan berusia < bulan. =enurut pengertian kedokteran yang dikemukakan oleh Lilien 1ka 'handra, aborsi )baik keguguran maupun pengguguran kandungan/ berarti

terhentinya kehamilan yang terjadi di antara saat tertanamnya sel telur yang sudah )blastosit/ dirahim sampai kehamilan $5 minggu. 6atas $5 minggu dihitung sejak haid terakhir itu diambil karena

&ri &etyowati, 'asala( Abortus Kriminalis di Indonesia dan Hubungann2a dengan Keluarga Berencana %itin=au dari Kitab 9ndang-9ndang Hukum Pidana, )(akarta* +P, $..$/, halaman AA dan $$.

$9

$0

sebelum $5 minggu, janin belum dapat hidup )#iable di luar rahim/.$@ >rekuensi terjadinya aborsi di Indonesia sangat sulit dihitung secara akurat karena banyaknya kasus aborsi

buatanBsengaja yang tidak dilaporkan. 6erdasarkan perkiraan dari 6"6?, ada sekitar $ juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya. Pada penelitian di 4merika &erikat terdapat 1,$ K 1,@ juta aborsi yang disengaja dalam 1. tahun terakhir dan merupakan pilihan wanita 4merika untuk kehamilan yang tidak diinginkan. &ecara keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan kanker maupun penyakit jantung.$<

8. Metode Abor$i +indakan aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar pro!esi medis. 6erikut ini berbagai cara melakukan aborsi yang sering dilakukan* )1/ =anipulasi !isik, yaitu dengan cara melakukan pijatan pada rahim agar janin terlepas dari rahim. 6iasanya akan terasa sakit sekali karena pijatan yang dilakukan dipaksakan dan berbahaya bagi oragan dalam tubuhE

$@ $<

Lilien 1ka 'handra, 0oc)5it) http*BBwww.rajawana.comBartikel.htmlB$$<-aborsi.pd!.htm, diakses 1 =aret $.1..

$;

)$/ =enggunakan berbagai ramuan dengan tujuan panas pada rahim. %amuan tersebut seperti nanas muda yang dicampur dengan merica atau obatobatan keras lainnyaE )0/ =enggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril yang dapat mengakibatkan in!eksi. +indakan ini juga membahayakan organ dalam tubuh.$5

,br) 6 Beberapa metode aborsi >Sumber: 9tomo, B), 6!!!.

4dapun alasan mereka melakukan tindakan aborsi tanpa rekomendasi medis adalah* )1/ Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah. Perlu dipikirkan oleh pihak sekolah bagaimana supaya tetap dipertahankan sekolah meski sedang hamil kalau terlanjurE)$/ 6elum siap menghadapi orang tua atau memalukan orang tua dan keluarga. 7al ini juga perlu legawa orang tua karena psikologis anak sangat besarE )0/ =alu pada lingkungan sosial dan sekitarnyaE );/ 6elum siap baik mental maupun ekonomi untuk menikah dan mempunyai anakE )9/ 4danya aturan dari kantor bahwa tidak boleh hamil atau menikah sebelum waktu tertentu karena terikat kontrakE dan
$5

Ibid.

$9

)@/ +idak senang pasangannya karena korban perkosaan. $A

4borsi

yang

dilakukan

secara

sembarangan

sangat

membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil bahkan sampai berakibat pada kematian. Perdarahan yang terus menerus serta in!eksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian wanita yang melakukan aborsi. &elain itu aborsi berdampak pada kondisi psikologis dan mental seseorang dengan adanya perasaan bersalah yang menghantui mereka. Perasaan berdosa dan ketakutan merupakan tanda gangguan psikologis. 6eberapa akibat yang dapat timbul akibat perbuatan aborsi, yaitu* )1/ Pendarahan sampai menimbulkan s(ock dan gangguan neurologisBsyara! di kemudian hari, akibat lanjut perdarahan adalah kematianE )$/ In!eksi alat reproduksi yang dilakukan secara tidak steril. 4kibat dari tindakan ini adalah kemungkinan remaja mengalami kemandulan di kemudian hari setelah menikahE )0/ %isiko terjadinya ruptur uterus )robek rahim/ besar dan penipisan dinding rahim akibat kuretasi. 4kibatnya dapat juga kemandulan karena rahim yang robek harus diangkat seluruhnyaE );/ +erjadinya !istula genital traumatis, yaitu timbulnya suatu saluran yang secara normal tidak ada yaitu saluran antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan.0.

$A 0.

Ibid. Ibid.

$@

%esiko komplikasi atau kematian setelah aborsi legal sangat kecil dibandingkan dengan aborsi ilegal yang dilakukan oleh tenaga yang tak terlatih. 6eberapa penyebab utama resiko tersebut antara lain* Pertama, sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, sebagain atau seluruh produk pembuahan masih tertahan dalam rahim. (ika in!eksi ini tidak segera ditangani akan terjadi in!eksi yang menyeluruh sehingga menimbulkan aborsi septik, yang merupakan komplikasi aborsi ilegal yang !atal. Kedua, perdarahan. 7al ini sebebakan oleh aborsi yang tidak lengkap, atau cedera organ panggul atau usus. Ketiga, e!ek samping telur/ yang menyebabkan kemandulan.01

,br) ?) Bebarapa faktor pen2ebab kematian Ibu >sbr), +ut 0ook, @@@.

=enurut &o!wan Dahwan dalam =uhdiono, ada beberapa metode abortus pro#okatus kriminalis yang dapat dilakukan sendiri atau dilakukan oleh orang lain, dengan cara sebagai berikut*

1rica %oyston dan &ue 4rnstrong )1ds/, Preventing 'aternal %eat(s, +erj. %> =aulany, 1AA;, Pencegahan "ematian Ibu 7amil, )(akarta* 6inaputra 4ksara/, halaman 1$$-1$0.

31

$<

1. =enggunakan kekerasan umum >general violence.. yaitu dengan melakukan keggiatan !isik yang berlebihan , misalnya lari-lari. $. =enggunakan kekerasan lokal >local violence., yaitu dilakukan tanpa menggunakan alat, misalnya memijat perut bagian bawahE dengan menggunakan alat medis , misalnya tang kuretE menggunakan alat-alat non medis, misalnya kawatE menggunakan Lat-Lat kimia, misalnya larutan -ink c(loride) 0. =enggunakan obet-obatan obortifisien, seperti obat emetika dan obat omenagoga atau obat pelancar haid. ;. =enggunakan obat-obat ec(olica atau perangsang otot-otot rahim, seperti kinina.0$

Ditinjau dari segi usia kehamilan, abortus provocatus medicinalis dibedakan menjadi 0 )tiga/ yaitu*00 1. 4borsi pada triwulan pertama sampai dengan 1$ minggu. Pada

kehamilan sampai batas < minggu pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret tajam, agar o#um kecil tidak tertinggal, maka o#um uteri dikerok seluruhnya. 4pabila kehamilan melebihi @ sampai < minggu digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat dimasukkan. &etelah hasil konsepsi sebagian besar lepas dari dinding uterus maka hasil tersebut dapat dikeluarkan dengan cunam abortuis dan kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar, apabila diperlukan dimasukkan tampon kedalam uteri dan #agina yang akan dikeluarkan esok harinya.
=uhdiono, 4borsi =enurut 7ukum Islam )Perbandingan =adLab &ya!iIi dan 7ana!i/ , &kripsi, 2ogyakarta, $..$, halaman $0. 00 2ayasan Pengembangan Pedesaan, "esehatanM, +p) 5it., halaman 1;$-1;0.
0$

$5

$. 4bortus pada kehamilan 1$ sampai 1@ minggu. 4borsi dilakukan dengan menggunakan perpaduan antara dilatasi, kuret dan pengisapan. 6ahaya dari cara ini adalah terbentuknya luka-luka yang menimbulkan pendarahan. 0. 4bortus pada triwulan kedua )"ehamilan sampai 1@ minggu/, dilakukan dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus supaya janin dan

plasenta dapat dilahirkan secara spontan. 'ara yang dilakukan adalah dengan melakukan esantasi )pembiusan lokal/.

;. .a tor53a tor Penyebab Ter'adinya A(ortu% Pro)o'atu%


=eski demikian, secara kritis bisa ditarik generalisasai bahwa aborsi dilakukan tidak hanya dikarenakan kehamilan di luar perkawinan )kehamilan pranikah, dilakukan gadis/, tetapi juga terjadi di dalam perkawinan, oleh perempuan yang berstatus istri. 6aik abortus dikarenakan kehamilan di luar perkawinan ataupun dalam perkawinan keduanya memiliki beberapa alasan yang berbeda, dan keduanya merupakan !enomena terselubung yang cenderung ditutupi oleh pelakunya. +abel 1 berikut memberikan gambaran beberapa alasan aborsi.0; $abel) *enis:Alasan Aborsi

&ur#ei Demogra!i "esehatan Indonesia $..0, 7artono 7adisaputro, 4borsi dan Perlindungan 7ak %eproduksi Perempuan , 'akala(, disampaikan dalam Diskusi Publik 4borsi dan Perlindungan 7ak %eproduksi Perempuan , diselenggarakan atas "erjasama antara =agister 7ukum "esehatan dan P"6I -ilayah (awa +engah, )&emarang, 0. (anuari $.1./, halaman $.

0;

$A

Jeni$*Ala$an Mela u an Abortu$ Abortus Spontaneous Abortus Provokatus $erapikus Abortus Spontaneous Kriminalis =alu, takut &udah memiliki anak, tidak ingin hamil lagi 6elum ingin memiliki anak Disuruh suami

< $9 1. 5 19 ;. 9 1

Abortus provocatus berkembang sangat pesat dalam masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan banyaknya !actor yang memaksa pelaku dalam masyarakat untuk melakukan hal tersebut. Pelaku merasa tidak mempunyai pilihan lain yang lebih baik selain melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan hukum dan moral yaitu melakukan aborsi. 6erikut ini disebutkan beberapa !aktor yang mendorong pelaku dalam melakukan tindakan abortus provocatus menurut 1kotama, yaitu*
a) "ehamilan sebagai akibat hubungan kelamin di luar perkawinan.

Pergaulan bebas dikalangan anak muda menyisakan satu problem yang cukup besar. 4ngka kehamilan di luar nikah meningakat tajam. 7al ini disebabkan karena anak muda Indonesia belum begitu mengenal arti pergaulan bebas yang aman, kesadaran yang amat rendah tentang kesehatan. =inimnya pengetahuan tentang reproduksi dan kontrasepsi maupun hilangnya jati diri akibat terlalu berhaluan bebas seperti negara-negara barat tanpa dasar yang kuat )sekedar tiru-tiru saja/. 7amil di luar nikah jelas merupakan suatu aib bagi wanita yang bersangkutan, keluarganya maupun masyarakat pada umumnya. 0.

=asyarakat tidak menghendaki kehadiran anak haram seperti itu di dunia. 4kibat adanya tekanan psikis yang diderita wanita hamil maupun keluarganya, membuat mereka mengambil jalan pintas untuk menghilangkan sumberBpenyebab aib tadi, yakni dengan cara menggugurkan kandungan. b/ 4lasan-alasan sosio ekonomis. "ondisi masyarakat yang miskin )jasmani maupun rohani/ biasanya menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks. "arena terhimpit kemiskinan itulah mereka tidak sempat memperhatikan hal-hal lain dalam kehidupan mereka yang bersi!at sekunder, kecuali kebutuhan utamanya mencari na!kah. 6anyak pasangan usia subur miskin kurang memperhatikan masalah-masalah reproduksi. =ereka tidak menyadari kalau usia subur juga

menimbulkan problem lain tanpa alat-alat bukti kontrasepsi. "ehamilan yang terjadi kemudian tidak diinginkan oleh pasangan yang bersangkutan dan diusahakan untuk digugurkan dengan alasan mereka sudah tidak mampu lagi membiayai seandainya anggota mereka bertambah banyak. c/ 4lasan anak sudah cukup banyak. 4lasan ini sebenarnya berkaitan juga dengan sosio-ekonomi di atas. +erlalu banyak anak sering kali memusingkan orang tua. 4palagi jika kondisi ekonomi keluarga mereka pas-pasan. 4da kalanya jika terlanjur hamil mereka sepakat untuk menggugurkan kandungannya dengan alasan sudah tidak mampu mengurusi anak yang sedemikian banyaknya. Dari pada si anak yang 01

akan dilahirkan nanti terlantar dan hanya menyusahkan keluarga maupun orang lain, lebih baik digugurkan saja. d/ 4lasan belum mampu punya anak. 6anyak pasangan-pasangan muda yang tergesa-gesa menikah tanpa persiapan terlebih dahulu. 4kibatnya, hidup mereka pas-pasan, hidip menumpang mertua, dsb. Padahal salah satu konsekuensi dari perkawinan adalah lahirnya anak. Lahirnya anak tentu saja akan memperberat tanggung jawab orang tua yang masih kerepotan mengurusinya hidupnya sendiri. 8leh karena itu, mereka biasanya mengadakan kesepakatan untuk tidak mempunyai anak terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu. (ika terlanjur hamil dan betul-betul tidak ada persiapan untuk menyambut kelahiran sang anak, mereka dapat menempuh jalan pintas dengan cara menggugurkan kandungannya. 7arapannya, dengan hilangnya embrioBjanin tersebut, dimasa-masa mendatang mereka tak akan terbebani oleh kehadiran anak yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk merawatnya sampai besar dan menjadi orang. e/ "ehamilan akibat perkosaan. Perkosaan adalah pemaksaan hubungan kelamin )persetubuhan/ seorang pria kepada seorang wanita.

"onsekuensi logis dari adanya perkosaan adalah terjadinya kehamilan. "ehamilan pada korban ini oleh seorang wanita korban perkosaan yang bersangkutan maupun keluarganya jelas tidak diinginkan. Pada kasus seperti ini, selain trauma pada perkosaan itu sendiri, korban perkosaan juga mengalami trauma terhadap kehamilan yang tidak diinginkan.hal 0$

inilah yang menyebabkan si korban menolak keberadaan janin yang tumbuh di rahimnya. (anin dianggap sebagai objek mati, yang pantas dibuang karena membawa sial saja. (anin tidak diangap sebagai bakal manusia yang mempunyai hak-hak hidup. )1kotama, $..1/. Pengguguran kandungan yang terjadi dewasa ini lebih banyak didasarkan pada alasan sosiologis dibandingkan dengan alasan-alasan medis. 4lasan-alasan sosiologis ini dilarang pidana pidana. 4pabila dijabarkan, ada beberapa alasan yang digunakan oleh wanita dalam menggugurkan kandungannya baik legal maupun illegal yang disebabkan karena tidak menginginkan untuk meneruskan kehamilan sampai melahirkan. 4lasan-alasan tersebut sebagaimana tulisan Dewi dan termasuk perbuatan

yaitu abortus pro#okatus kriminalis yang diancam hukuman

?o#ita dalam bukunya Aborsi menurut Petugas Kese(atan dan tulisan 2ayah 'hisbiyah, dkk, dalam bukunya Ke(amilan 2ang tidak dike(endaki, sebagai berikut* 09 1. 4lasan kesehatan, yaitu apabila ada indikasi #ital yang terjadi pada masa kehamilan, apabila diteruskan akan mengancam dan

membahayakan jiwa si Ibu dan indikasi medis non #ital yang terjadi pada masa kehamilan dan berdasar perkiraan dokter, apabila diteruskan akan memperburuk kesehatan !isik dan psikologis ibu. &elain itu juga
Dewi ?o#ita, Aborsi menurut Petugas Kese(atan )2ogyakarta* PPP"-3,=, 1AA</, halaman 1@-$.. Lihat juga dalam 2ayah 'hisbiyah, dkk, Ke(amilan Aang $idak %ike(endaki, )2ogyakarta* PPP"-3,=, 1AA</, halaman ;<.
09

00

didasarkan pada alasan kesehatan janin uyaitu untuk menghindari kemungkina melahirkan bayi cacat !isik maupun mental, walaupun alasan ini belum bisa diterima sebagai dasar pertimbangan medis. $. 4lasan sosial, tidak seluruhnya kehamilan perempuan kehamilan yang dikehendaki, dikehendaki merupakan

artinya ada kehamilan yang tidak

dengan alasan anak sudah banyak, hamil diluar nikah

sebagai akibat pergaulan bebas, hamil akibat perkosaan atau incest, perselingkuhan dan sebagainya. Perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki berusaha agar kehamilannya gugur baik melalui perantara medis )dokter/ maupun abortir gelap meskipun dengan resiko tinggi. 7asil penelitian tentang kehamilan yang tidak dikehendaki didasarkan pada alasan-alasan melakukan aborsi dari alasan yang terkuat sampai terlemah yaitu* ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah, takut pada kemarahan orang tua, belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak , malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum menikah, tidak mencintai pacar yang menghamili, hubungan seks terjadi karena iseng, tidak tahu status anak nantinya karena kehamilan terjadi akibat perkosaan apalagi apabila pemerkosa tidak dikenal. 0. 4lasan ekonomi, peningkatan kesempatan kereja terutama bagi kaum perempuan juga dianggap !aktor yang akan mempengaruhi

peningkatan aborsi, perkembangan ekonomi menuju ekonomi industri melalui ekonomi manu!acur akan secara cepat meningkatkan jumlah 0;

perempuan muda diserap sebagai tenaga kerja, juga mengikuti pendidikan lebih tinggi. "onsekuensinya penundaan perkawinan terjadi, padahal secara biologis mereka sudah beranjak pada masa seksual akti!. 7ubungan seks di luar nikah akan meningkat, terutama karena dipicu oleh sarana hioburan, media !ilm yang menawarkan kehidupan seks secara #ulgar. 4borsi juga dianggap sebagai pilihan yang tepat karena adanya kontrak kerja untuk tidak hamil selama dua tahun pertama kerja dan apabila tidak aborsi resikonya adalah dipecat dari pekerjaan. 4lasan ketidaksiapan ekonomi juga seringkali menjadi pertimbangan bagi perempuan berkeluarga yang tidak menghendaki kehamilannya untuk melakukan aborsi, seperti kegagalan "6, pendapatan rendah yang tidak mencukupi untuk menanggung biaya hidup. ;. 4lasan keadaan darurat )memaksa/, kehamilan akibat perkosaan. "ehamilan yang terjadi sebagai akibat pemaksaan )perkosaan/ hubungan perempuan. 4dapun alasan yang terakhir ini, yaitu alasan keadaan darurat )memaksa/ berupa kehamilan akibat perkosaan sebagai alasan untuk melakukan aborsi adalah merupakan !okus dan objek dalam penelitian ini, dan akan dianalisa lebih lanjut dalam bab hasil penelitian dan pembahasan. kelamin )persetubuhan/ seorang laki-laki terhadap

09

B. Re&ula$i A(ortu% Pro)o'atu% dala% Peraturan Perundan&5undan&an

Indone$ia

Pengaturan tentang abortus provocatus terdapat dalam "itab 3ndang3ndang 7ukum Pidana )"37P/ yang berlaku sebagai hukum pidana umum )0e3 ,enerale/, dan juga dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan yang menggantikan 3ndang-3ndang ?o. $0 +ahun 1AA$, dan berlaku sebagai hukum pidana khusus )0e3 Speciale/. 6erikut ini adalah pengaturan tentang abortus provocatus yang terdapat dalam kedua peraturan perundang-undangan tersebut.
1. Re&ula$i A(ortu% Pro)o'atu% dala% /itab "ndan&5"ndan& Hu u%

Pidana 6/"HP7

Dalam "itab 3ndang- 3ndang 7ukum Pidana )"37P/ tindakan pengguguran kandungan yang disengaja )abortus provocatus/ diatur dalam 6uku kedua 6ab NIH tentang "ejahatan "esusilaan khususnya Pasal $AA, dan 6ab NIN Pasal 0;@ sampai dengan Pasal 0;A, dan digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa. 6erikut ini adalah uraian tentang pengaturan abortus provocatus yang terdapat dalam pasal-pasal tersebut* 0@ Bab =I0 /"HP:

=oeljatno, Kitab 9ndang-9ndang Hukum Pidana, )(akarta* 6ina 4ksara, 1AA./, halaman 1;5-1;A.

0@

0@

Pa$al ++) )1/. 6arang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau

ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda palig banyak tiga ribu rupiah. )$/. (ika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang dokter, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. )0/. (ika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu. Dari rumusan Pasal $AA "37P tersebut, dapat diuraikan unsurunsur tindak pidana adalah sebagai berikut *
1. &etiap orang

yang sengaja mengobati seorang wanita atau

menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

0<

2. &eseorang yang sengaja menjadikan perbuatan mengobati

seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat

digugurkan dengan mencari keuntungan dari perbuatan tersebut atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, maka pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. (ika perbuatan mengobati seorang wanita atau menyuruhnya

supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan itu dilakukan oleh seorang dokter, bidan atau juru obat maka hak untuk berpraktek dapat dicabut. Bab =I0 /"HP:
a. Pa$al 8;9 /"HP :

&eorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun .
b. Pa$al 8;: /"HP :

)1/ 6arang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

05

)$/ (ika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
c. Pa$al 8;( /"HP:

)1/ 6arang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. )$/ (ika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
d. Pa$al 8;) /"HP :

(ika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 0;@, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 0;< dan 0;5, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan . Dari rumusan pasal-pasal tersebut di atas dapat diuraikan unsurunsur tindak pidana adalah sebagai berikut *
1. &eorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia

menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara.

0A

2. &eseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,

dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 1$ tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 19 tahun penjara.
3. (ika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 9,9

tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman < tahun penjara.
4. (ika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus

tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat )tenaga kesehatan/ ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut. P.4.>. Lamintang memberi penjelasan terhadap pasal-pasal tersebut sebagai berikut*0< a. Pengguguran anak dari kandungan hanyalah dapat dihukum, jika anak yang berada dalam kandungan itu selama dilakukan usaha pengguguran berada dalam keadaan hidup. 3ndang-undang tidak mengenal anggapan hukum yang dapat memberi kesimpulan bahwa anak yang berada di dalam kandungan itu berada dalam keadaan hidup ataupun mempunyai kemungkinan tetap hidup. )7.%. 1 ?opember 15A<. -.<.05/. b. 3ntuk pengguguran yang dapat dihukum, disyaratkan bahwa anak yang berada dalam kandungan itu selama dilakukan usaha pengguguran kandungan berada dalam keadaan hidup. +idak perlu bahwa anak itu menjadi mati karena usaha pengguguran tersebut. "enyataan bahwa anak itu dilahirkan dalam keadaan selamat, tidaklah menghapus bahwa kejahatan itu selesai dilakukan. 3ndang-undang tidak membedakan
0<

P.4.>. Lamintang, Hukum Pidana Indonesia, )6andung* &inar 6aru, 1AA./, halaman $.@.

;.

antara berkurang atau lebih lancarnya pertumbuhan anak yang hidup didalam kandungan melainkan menetapkan pemisahan dari tubuh si ibu yang tidak pada waktunya sebagai perbuatan yang dapat dihukum. )7.%. 1$ 4pril 15A5. -. <110/. c. Disyaratkan bahwa anak yang berada di dalam kandungan itu hidup dan si pelaku mempunyai kesengajaan untuk menggugurkan anak yang berada di dalam keadaan hidup itu. Dianggap bahwa kesengajaan itu ada, apabila selama proses kelahiran anak itu berada dalam keadaan hidup dan si pelaku diliputi oleh anggapan bahwa demikianlah halnya. )7.%. $A (uli 1A.<. -. 595./. d. 4lat-alat pembuktian yang disebutkan oleh hakim didalam putusannya haruslah dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa wanita itu hamil dan mengandung anak yang hidup dan bahwa tertuduh mempunyai maksud untuk dengan sengaja menyebabkan gugur atau meninggalnya anak tersebut. )7.%. $. Desember 1A;0, 1AA; ?o. $0$/.

Dari ketentuan Pasal 0;@-0;A "37P dapat diketahui, bahwa aborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang-undangan di Indonesia yang terdapat dalam "37P adalah tindakan menggugurkan atau mematikan kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita atau orang yang disuruh melakukan itu. -anita dalam hal ini adalah wanita hamil yang atas kehendaknya ingin menggugurkan kandungannya, sedangkan tindakan yang menurut "37P dapat disuruh lakukan untuk itu adalah dokter, bidan atau juru obat.

2. Re&ula$i A(ortu% Pro)o'atu% dala% "ndan&5"ndan& No. 89 Tahun +,,)

tentan& /e$ehatan

;1

Dengan disahkannya 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun $..A tentang "esehatan yang menggantikan undang-undang kesehatan

sebelumnya yaitu 3ndang-3ndang ?omor $0 +ahun 1AA$, maka permasalahan aborsi memperoleh legitimasi dan penegasan. &ecara eksplisit, dalam undang-undang ini terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi, meskipun dalam praktek medis mengandung berbagai reaksi dan menimbulkan kontro#ersi diberbagai lapisan masyarakat. =eskipun, undang-undang melarang praktik aborsi, tetapi dalam keadaan tertentu terdapat kebolehan. "etentuan pengaturan aborsi dalam 3ndang3ndang ?omor 0@ +ahun $..A dituangkan dalam Pasal <9, <@ , <<, dan Pasal 1A; . 6erikut ini adalah uraian lengkap mengenai pengaturan aborsi yang terdapat dalam pasal-pasal tersebut*
Pa$al :>:

)1/ &etiap orang dilarang melakukan aborsi. )$/ Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat )1/ dapat dikecualikan berdasarkan* a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danBatau janin, yang menderita penyakit genetik berat danBatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandunganE atau b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. )0/ +indakan sebagaimana dimaksud pada ayat )$/ hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling danBatau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. ;$

);/ "etentuan lebih lanjut mengenai indikasi dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat )$/ dan ayat )0/ diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pa$al :9:

4borsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 hanya dapat dilakukan* a. sebelum kehamilan berumur @ )enam/ mingguE b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki serti!ikat yang ditetapkan oleh menteriE c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutanE d. dengan iLin suami, kecuali korban perkosaanE dan e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh =enteri.

Pa$al :::

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 ayat )$/ dan ayat )0/ yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan . Pa$al -); &etiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 ayat )$/ dipidana dengan pidana penjara paling lama 1. )sepuluh/ tahun dan denda paling banyak %p1............,.. )satu miliar rupiah/ .

;0

Penjelasan Pasal <9 ayat )0/ 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, menyatakan* 2ang dimaksud dengan konselor dalam ketentuan ini adalah setiap orang yang telah memiliki serti!ikat sebagai konselor melalui pendidikan dan pelatihan. 2ang dapat menjadi konselor adalah dokter, psikolog, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan setiap orang yang mempunyai minat dan memiliki keterampilan untuk itu.05 &elanjutnya penjelasan Pasal << memberikan penjelasan sebagai berikut* 2ang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak pro!esional, tanpa mengikuti standar pro!esi dan pelayanan yang berlaku, diskriminati!, atau lebih mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis.0A

Pengguguran kandungan yang disengaja dengan melanggar berbagai ketentuan hukum )abortus provocatus criminalis/ yang terdapat dalam "37P menganut prinsip illegal tanpa kecuali dinilai sangat

memberatkan paramedis dalam melakukan tugasnya. Pasal tentang aborsi yang diatur dalam "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana juga

bertentangan dengan Pasal <9 ayat )$/ 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, di mana pada prinsipnya tindakan pengguguran kandungan atau aborsi dilarang )Pasal <9 ayat )1//, namun Larangan tersebut dapat dikecualikan berdasarkan*

05 0A

Penjelasan Pasal <9 ayat )0/ 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan. Penjelasan Pasal << 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan.

;;

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danBatau janin, yang menderita penyakit genetik berat danBatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandunganE atau b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. =enurut "usumo yang dikutip dalam buku 1kotama,

menyatakan disini berlaku asas le3 posteriori derogate legi priori. 4sas ini beranggapan bahwa jika diundangkan peraturan baru dengan tidak mencabut peraturan lama yang mengatur materi yang sama dan keduanya saling bertentangan satu sama lain, maka peraturan yang baru ini mengalahkan atau melumpuhkan peraturan yang lama.;. Dengan demikian, Pasal <9 ayat )$/ 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan yang mengatur tentang abortus provocatus medicinalis tetap dapat berlaku di Indonesia meskipun sebenarnya aturan itu bertentangan dengan rumusan abortus provocatus criminalis menurut "37P.

C. Tin'auan tentan& Tinda Pidana Per o$aan

-. Peru%u$an dan Pen&aturan Tinda Pidana Per o$aan


40

&uryono 1kotama, dkk., +p)5it), halaman <<.

;9

&alah satu kejahatan terhadap kesusilaan yang ada pada akhirakhir ini, banyak mendapat sorotan, adalah tindak pidana perkosaan. =asalah perkosaan telah menjadi bahan pembicaraan, baik dikalangan para ahli hukum, maupun di dalam masyarakat, atau di lingkungan para wanita. Perhatian masyarakat mungkin, disebabkan karena tindak kejahatan tersebut dilakukan dengan cara-cara yang keji, di luar perikemanusiaan dan tidak berdiri sendiri. +indak pidana perkosaan tersebut, tidak hanya ditujukan pada remaja atau wanita dewasa saja, melainkan juga ditujukan terhadap anak-anak. +indak pidana perkosaan walaupun sudah sejak lama ada, namun hingga sekarang ini masih menimbulkan pro dan kontra atas

pengertiannya, serta cara penanggulangannya, terutama di negara-negara maju. &ementara itu, kasus-kasus perkosaan akhir-akhir ini telah menimbulkan reaksi sebagian masyarakat bahkan ketidakpuasan terhadap sanksi pidana yang dijatuhkan. Dalam kata perkosaan tentu terbayang kengerian, dan begitu kata perkosaan didengar, seketika itu pula timbul rasa jijik dan benci disamping kasihan. 6enci kepada ulah pelaku dan kasihan kepada nasib derita korban. 4da beberapa aspek yang menyebabkan perkosaan itu memiliki arti yang mengerikan. 4spek-aspek tersebut bisa ditinjau dari segi yuridis !ormal, segi teologis maupun dari segi sosiologis. "etiga aspek tersebut

;@

sangat

mempengaruhi

persepsi

)pandangan/

masyarakat

terhadap

perbuatan yang dinamakan perkosaan itu. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum )rechtsstaat/ dan bukan negara yang berdasar atas kekuasaan belaka )machtsstaat/. Demikian bunyi butir pertama dari tuju sistem pemerintahan negara yang terdapat dalam penjelasan umum 33D 1A;9. "onsekuensi logis dari adanya prinsip di atas adalah segala sesuatu di muka bumi Indonesia harus di atur oleh seperangkat peraturan perundang-undangan. +ujuannya sebenarnya baik, yakni demi terwujudnya ketertiban umum untuk menuju masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Peraturan perundang-undangan mengatur mengenai hak dan kewajiban indi#idu sebagai warga negara. "ewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap indi#idu dalam kehidupan seharihari dan kedudukannya sebagai warga negara. 4dapun kewajiban utama warga negara di sini adalah mentaati peraturan perundang-undangan yang ada, tidak melakukan pelanggaran atas larangan-larangan yang ditetapkan oleh negara. Dalam kaitannya dengan hak warga negara, peraturan perundang-undangan memberikan berbagai batasan atau pelaksanaan hakhak pribadi warga negara agar tidak melanggar hak-hak pribadi orang lain. 8leh karena itu, peraturan perundang-undangan biasanya berisi aturanaturan yang bersi!at umum. larangan-larangan maupun aturan-aturan yang bersi!at anjuran, yang harus ditaati oleh setiap penduduk Indonesia.

;<

"itab 3ndang-3ndang 7ukum pidana )"37P/ termasuk salah satu peraturan perundang-undangan yang bersi!at imperati!, yaitu isinya berupa larangan-larangan yang bersi!at umum dan siapapun yang melanggar aturan-aturan tersebut diancam dengan sanksi pidana yang tegas dan nyata. 2akni berupa pidana badan )pidana penjara/ dan dalam hal ini adalah pelaku perbuatan pidana perkosaan. %umusan perbuatan pidana perkosaan terdapat dalam 6uku ke II 6ab NIH "37P tentang kejahatan terhadap kesusilaan, khususnya pasal $59. 4dapun rumusan selengkapnya pasal $59 "37P adalah sebagai berikut * 6arangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar pernikahan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun .;1 =enurut 4ri! ,osita yang seringkali menjadi korban perkosaan adalah wanita-wanita lemah mental, !isik, dan sosial dalam arti luassud . ;$ 2ang dimaksud dengan lemah mental adalah kurang mampu berpikir, membuat penilaian, pemilihan secara tepat dalam menghadapi persoalan tertentu. &edangkan yang dimaksud dengan lemah !isik adalah kurang mampu melawan karena keadaan tubuhnya, tidak mempunyai

keterampilan membela diri, tidak punya sarana melindungi diri, dan mempenyai kecenderungan tertentu yang dapat menyebabkan perkosaan.

;1 ;$

=oeljatno, "itabM., +p)5it., halaman 1.9. 4ri! ,osita, 'asala( Korban Ke=a(atan, )(akarta* 4kademika Pressindo, 1AA0/, halaman

10.

;5

&elanjutnya masih menurut 4ri! ,osita, korban perkosaan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu* 1. "orban murni * a. "orban pekosaan yang belum pernah berhubungan )kenal/ dengan para pelaku. b. "orban perkosaan yang berhubungan dengan pelaku. pernah

$. "orban ganda, yaitu korban perkosaan yang mengalami penderitaan selama perkosaan, penderitaan mental, !isik, dan sosial.
0.

"orban semu, yaitu korban perkosaan yang secara materil menghendaki perbuatan itu dilakukan terhadap dirinya, baik karena keinginannya sendiri maupun karena suruhan orang lain.;0

+. "n$ur5un$ur Tinda Pidana Per o$aan


6erdasarkan rumusan Pasal $59 "37P tentang tindak pidana perkosaan seperti tersebut di atas, 4bdul -ahid membagi secara rinci mengenai unsur-unsur obyekti! dari perbuatan pidana perkosaan sebagai berikut * 1/. $/. 0/. ;/. 9/.
@/.

6arang siapa E Dengan kekerasan E Dengan ancaman kekerasan E =emaksa E &eorang wanita )di luar perkawinan/ E dan 6ersetubuh.;; 6erikut ini adalah uraian tentang unsur-unsur tindak pidana

perkosaan* A+- .- Baran$ %ia&a


Ibid) 4bdul -ahid, Perlindungan $er(adap Korban Kekerasan Seksual >Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan., )6andung * %e!ika 4ditama,$..1/, halaman 1.A.
;; ;0

;A

=enurut 4bdul wahid, 2ang dimaksud dengan barang siapa atau subjek di sini adalah orang atau manusia .;9 (adi, unsur ini merupakan unsur utama perbuatan pidana perkosaan yang menunjuk pada subyek kejahatan atau pelaku kejahatan perkosaan. perkosaan umumnya adalah pria. ?amun tidak setiap pria dapat dituduh melakukan perbuatan pidana perkosaan terhadap seorang wanita. 8leh karena itu pengertian barang siapa di sini adalah pria yang melakukan perbuatan yang memenuhi unsur-unsur pasal $59 "37P, yakni dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar pernikahan. 7anya pria dengan kuali!ikasi seperti tersebut di atas, dapat dituduh sebagai pemerkosa.

A+- /- D"n$an K"*"ra%an =enurut 4bdul -ahid, 2ang dimaksud dengan kekerasan adalah kekuatan !isik atau perbuatan !isik yang menyebabkan orang lain secara !isik tidak berdaya, tidak mampu melakukan perlawanan atau pembelaan .;@ 3ndang-undang dalam hal ini "37P tidak memberikan pengertian secara terperinci mengenai apa yang dimaksud dengan kekerasan . Para hakim dalam prakteknya untuk memberikan pengertian tentang kekerasan merujuk pada pengertian yang tercantum dalam pasal 5A
;9 ;@

Ibid., halaman 19. Ibid., halaman 11..

9.

"37P. Di dalam pasal 5A "37P, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kekerasan adalah membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan .;< =eskipun demikian, kekerasan bisa dilakukan dengan cara menganiaya korban dengan tangan kosong, seperti membenturkan kepala korban ke lantai atau tembok, menampar pipi korban atau meninju )memukul/ bagian tubuh korban yang lain untuk meniadakan

pemberontakan dari korban. 6isa juga dengan mengikat kaki korban sebelum diperkosa atau melukai korban dengan senjata tajam.

A+- 0- D"n$an An'aman K"*"ra%an 4bdul -ahid berpendapat bahwa, 4ncaman kekerasan adalah serangan psikis yang menyebabkan orang menjadi ketakutan sehingga tidak mampu melakukan pembelaan atau perlawanan atau kekerasan yang belum diwujudkan, tapi yang menyebabkan orang yang terkena tidak mempunyai pilihan selain mengikuti kehendak orang yang mengancam dengan kekerasan .;5 =engenai unsur ini disyaratkan * a/. 6ahwa ancaman itu harus diungkapkan dalam suatu keadaan sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan kesan pada orang yang

;< ;5

=oeljatno, "itabM., +p) 5it., halaman 0@. 4bdul -ahid, +p)5it., halaman 111.

91

diancam bahwa yang diancamkan itu benar-benar akan dapat merugikan kebebasan pribadinya. b/. 6ahwa maksud pelaku memang sengaja ditujukan untuk ancaman itu. 4ncaman kekerasan biasanya ditujukan lewat kata-kata atau bahasa tubuh pelaku pemerkosaan. =isalnya pemerkosa mengeluarkan katakata Diam "amu O, atau kalau melawan akan saya bunuh O sambil melotot dan mengeluarlan sebilah pisau untuk menakut-nakuti korban. 4ncaman seperti itu biasanya gampang meruntuhkan mental korban, sekalipun mungkin pelaku perkosaan hanya main gertak saja.

A+- 1- M"ma*%a =enurut 4bdul -ahid, =emaksa dalam perkosaan

menunjukkan adanya pertentangan kehendak antara pelaku dengan korban. Pelaku mau atau ingin bersetubuh sementara korban tidak mau atau tidak ingin .;A 3nsur terpenting terjadinya perbuatan pidana perkosaan adalah terjadinya pemaksaan hubungan kelamin )persetubuhan/ antara seorang laki-laki )pelaku/ dengan seorang perempuan )korban perkosaan/. +indakan memaksa itu dapat diwujudkan dengan perbuatan maupun ucapan. Perbuatan membuat perempuan menjadi terpaksa bersedia mengadakan hubungan kelamin. keterpaksaan seorang perempuan untuk berhubungan kelamin dengan laki-laki yang bukan suaminya )pemerkosa/
;A

Ibid., hlm. 11$.

9$

ini erat hubungannya dengan perbuatan kekerasan atau ancaman dari pelaku. &ebab jika tidak ada kekerasan atau ancaman kekerasan, mustahil seorang wanita mau berhungan kelamin dengan sembarang laki-laki yang tidak dikehendakinya. +etapi karena ia menerima perlakuan kasar dari pelaku maupun ancaman yang bertubi-tubi, mau tidak mau, dengan terpaksa ia harus menuruti kehendak pemerkosa. 3nsur memaksa ini dapat dipakai untuk membuktikan oleh jaksa dan hakim yang memeriksa bahwa dalam suatu perbuatan pidana perkosaan, pelaku melakukan perbuatan tersebut dengan kesengajan , yaitu membuktikan adanya * a/. "ehendak atau maksud pelaku memakai kekerasanE b/. "ehendak atau maksud pelaku untuk mengancam dengan kekerasanE dan c/. "ehendak atau maksud pelaku untuk memaksa dengan kekerasan. (ika dalam pembuktian tersebut tidak terbukti adanya salah satu maksud pelaku seperti tersebut di atas, maka tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa terdakwa terbukti mempunyai kesengajaan dalam melakukan perbuatan pidana yang didakwakan kepadanya. Perlu ditekankan di sini bahwa tiadanya unsur terpaksa bagi seorang perempuan untuk berhubungan kelamin dengan seorang laki-laki, dapat menggugurkan tuduhan telah terjadi perbuatan pidana perkosaan. +iadanya unsur keterpaksaan tersebut dapat dianggap sebagai perbuatan

90

suka sama suka atau kerelaan dari perempuan yang tidak dilarang oleh undang-undang . 9.

A+- 2- S"oran$ 3anita (+i !uar &"r*a4inan =engenai hal ini 4bdul -ahid berpendapat bahwa* 3nsur utama yang dipaksa bersetubuh adalah wanita di luar perkawinan dengan pelaku. Dari adanya unsur ini dapat disimpulkan bahwa* a/ Perkosaan hanya terjadi oleh laki-laki terhadap wanitaE b/ +idak ada perkosaan untuk bersetubuh oleh wanita terhadap laki-laki atau wanita terhadap wanitaE
c/

+idak ada perkosaan untuk bersetubuh bila dilakukan oleh laki-laki yang terikat perkawinan dengan wanita yang menjadi korban. 4tau tidak ada perkosaan untuk bersetubuh oleh suami terhadap isteri.91

Istilah perkosaan hanya berlaku bagi wanita. 7al ini berkaitan erat dengan pengertian persetubuhan. Persetubuhan berarti hubungan kelamin yang terjadi antara seorang laki-laki dan wanita, dimana alat kelamin laki-laki tadi dimasukkan ke dalam #agina wanita yang

bersangkutan dan terjadi ejakulasi di dalam #agina wanita tersebut. Pengertian seorang wanita menurut hemat penulis dalam hal ini adalah orang yang memiliki ciri-ciri kelamin perempuan, diantaranya
&uryono 1kotama, Abortus Provokatus Bagi Korban Perkosaan, )2ogyakarta * 34(, $..1/, halaman 199. 91 4bdul -ahid, 0oc)5it.
9.

9;

memiliki #agina dan payudara. Pasal $59 "37P tidak menyebutkan pengertian seorang wanita ataupun kategori usia tertentu. 8leh karena itu tindak pidana perkosaan bisa berlaku bagi siapapun yang berkelamin perempuan tanpa memandang usianya. 4rtinya perkosaan bisa saja menimpa seorang perempuan yang berusia balita, belasan tahun, perempuan separuh baya atau bahkan manula )manusia usia lanjut/.

A+-5- B"r%"tu(u, 3ntuk selesainya tindak pidana perkosaan untuk bersetubuh, maka harus terjadi persetubuhan antara pelaku dengan korban, dalam arti tidak ada perbuatan untuk bersetubuh manakala tidak terjadi

persetubuhan .9$ Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa unsur terpenting perkosaan selain pemaksaan adalah persetubuhan antara pelaku perkosaan dengan wanita yang menjadi korbannya. Persetubuhan atau mengadakan hubungan kelamin disini diartikan sebagai masuknya penis pelaku perkosaan ke dalam #agina wanita yang menjadi korbannya dan terjadi ejakulasi di dalam #agina tersebut. ?amun demikia, perlu dicatat bahwa Han 6emmelen Han 7attum berpendapat* =et ?oyon-Langemeijer ben ik #an oordeel dat ejaculatio seminis niet #ereist is #oor #leselijke gemeenschap. 7et brengen #an het mannelijk, geslachtsdeel in het #rouwelijke is #oldoende. 4rtinya saya berpendapat dengan ?oyonLangemeijer bahwa bagi adanya suatu perbuatan mengadakan
9$

Ibid.

99

hubungan kelamin itu tidak disyaratkan telah terjadinya suatu e=aculatio seminis melainkan cukup jika orang telah memasukkan penisnya ke dalam #agina.90 &uatu persetubuhan dikatakan sempurna jika si pemerkosa sudah mencapai ejakulasi )mengeluarkan cairan sperma/ di dalam #agina seorang wanita. =asuknya penis ke dalam #agina saja belum cukup sebab pemerkosaan bukanlah persetubuhan biasa. =enurut &uryono 1kotama, mungkin pada hubungan suami isteri, ketika penis suami sudah masuk ke #agina isteri sudah dapat dikatakan mereka melakukan persetubuhan. &ebab bisa saja si isteri sudah mencapai orgasme dulu dan suami tidak melakukan aksinya lebih lanjut, atau bisa saja pasangan suami isteri tersebut melakukan coitus interuptus )senggama terputus/, dimana suami mengeluarkan cairan mani di luar kemaluan si isteri.9; Lain halnya dengan perkosaan. Perkosaan adalah suatu kejahatan. "ejahatan itu sendiri dilakukan atas dasar niat pelaku untuk melakukan perbuatan yang dilarang undang-undang. Dan pemerkosa memiliki niat untuk menyetubuhi seorang wanita serta mencapai kepuasan dari persetubuhan itu )ejakulasi/. (ika penis baru masuk dan ejakulasi belum terjadi berarti , itu berarti niat pelaku semula belum sepenuhnya tercapai. &ebab yang diharapkan adalah kepuasan dari persetubuhan itu. &ehingga perkosaan dikatakan telah terjadi jika seorang pria memasukkan penisnya secara paksa ke dalam #agina seorang wanita dan mencapai ejakulasi dalam #agina tersebut.
90 9;

&uryono 1kotama, +p)5it., halaman 11;-119. Ibid., halaman 19<.

9@

&elanjutnya masih menurut &uryono 1kotama, adapun jika seorang pria sudah memasukkan penisnya ke dalam #agina namun belum sempat ejakulasi, perbuatan tersebut terhenti karena diketahui orang lain, maka perbuatan itu dianggap sebagai suatu percobaan perkosaan yang melanggar Pasal 90 ayat )1/ jo. Pasal $59 "37P. 4dapun Pasal 90 ayat )1/ "37P menyatakan* =encoba melakukan kejahatan dipidana jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu bukan semata-mata dikarenakan kehendaknya sendiri.
99

(ika mengacu pada rumusan Pasal 90 ayat )1/ "37P tersebut di atas, maka perbuatan pria yang memasukkan penisnya secara paksa ke dalam #agina seorang wanita adalah suatu permulaan pelaksanaan dari tindak pidana perkosaan. ?amun karena tidak selesainya pelaksanaan perkosaan itu )pelaku belum mencapai ejakulasi/ semata-mata bukan karena kehendaknya sendiri, maka perbuatan itu dianggap sebagai percobaan perkosaan. =eskipun akibat percobaan perkosaan tersebut, alat kelamin korban mengalami luka misalnya lecet-lecet atau pecahnya selaput dara.

99

=oeljatno, "itab..., +p)5it., halaman $;-$9.

9<

BAB III METO!E PENELITIAN

Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan, mensyaratkan dan memutlakkan adanya suatu kegiatan penelitian. +anpa penelitian itu ilmu pengetahuan tidak dapat hidup dan tidak dapat diyakini kebenarannya. +etapi lebih dinamis lagi penelitian juga ber!ungsi dan bertujuan in#enti!, yakni secara terus-menerus memperbaharui lagi kesimpulan dari teori yang telah diterima berdasarkan !akta-!akta. +anpa penelitian ilmu pengetahuan akan berhenti, bahkan akan surut kebelakang.9@ 8leh karena itu di dalam setiap penelitian diperlukan suatu tata cara yang nantinya akan digunakan untuk meneliti objek penelitian. Proses yang demikian inilah yang disebut dengan =etodologi Penelitian. Dengan demikian, metodologi merupakan perencanaan penelitian terhadap objek yang diteliti. 6iasanya objek tersebut adalah berupa !akta empiris yang terjadi dalam masyarakat, yang kemudian akan dikaji secara metodis dan disusun secara sistematis kemudian diuraikan secara logis dan analitis. Dari semua penelitian ini akan mendapatkan suatu pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu, sehingga hasil yang diharapkan
4nton 6akker dan 4hmad 'harris Cubair, 'etodologi Penelitian 7ilsafat )2ogyakarta* "anisius, 1AA./, halaman 11.
9@

95

dapat benar-benar terwujud dalam suatu penyusunan karya ilmiah atas dasar hasil penelitian. 4dapun metode-metode yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut* 1. Metode Pende atan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 2uridis-normatif, yaitu metode pengkajian yang didasarkan pada data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum, terutama bahan hukum primer )dalam hal ini peraturan-perundangan hukum pidana positi! yang rele#an dengan permasalahan yang ada/ dan bahan hukum sekunder )rancangan undang-undang hukum pidana atau "onsep "37P/, serta pendapat para

sarjana, para ahli dari berbagai literatur yang terdapat dalam buku-buku, majalah, surat kabar, dokumentasi data, dan keterangan lainnya yang mendukung dan melengkapi obyek kajian penulis. Pendekatan tersebut dipilih karena objek penelitian ini berpijak pada norma-norma hukum yaitu untuk mengetahui pengaturan 7ukum Pidana tentang abortus provocatus yang dilakukan oleh korban perkosaan. $. S4e$i3i a$i Penelitian 6ertitik-tolak dari judul dan permasalahan yang mendasari penelitian ini, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif- analitis, yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku B hukum positi! dikaitkan dengan teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positi! dalam 9A

masyarakat. Penelitian deskripti!

merupakan penelitian untuk memecahkan

masalah yang ada pada masa sekarang )masalah aktual/ dengan mengumpulkan data, menyusun, mengklasi!ikasikan, menganalisis dan mengintepretasikannya.>: Dengan demikian, dari penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pengaturan abortus provocatus, khususnya pada korban perkosaan dalam hukum pidana.

0. Metode Penentuan Sa%4el 8leh karena penelitian ini lebih menitik-beratkan pada pendekatan yuridis-normati!, maka penentuan populasi, sample dan teknik sampling bukan merupakan suatu keharusan.95 Penelitian ini lebih di!okuskan pada peraturan perundangan yang mengatur tentang abortus provocatus, yang lebih spesi!ik lagi tentang pengaturan abortus provocatus yang dilakukan oleh korban perkosaan, yaitu "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana )"37P/ yang berlaku sebagai hukum pidana umum ) 0e3 ,enerale/ dan 3ndang3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, yang berlaku sebagai hukum pidana khusus )0e3 Speciale/. ;. Metode Pen&u%4ulan !ata 6erdasarkan pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka
9<

metode

pengumpulan

data

yang

dipergunakan

adalah

studi

6ambang &unggono, 'etode Penelitian Hukum )(akarta* P+. %aja ,ra!indo Persada, $..$/, halaman 0@. 95 Philipus =. 7adjon, Pengkajian Ilmu 7ukum , 'akala(, PPenataran dan Lokakarya &ehari =enggagas 3sulan dan Laporan Penelitian 7ukum ?ormati!I, >akultas 7ukum 6rawijaya, =alang, $$ >ebruari, 1AA<, halaman $-0.

@.

kepustakaan. Data yang dikumpulkan dalam hal ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung berdasarkan pengalaman yang mendalam dari pihak lain sebagai sumber data atau diperoleh berdasarkan studi pustaka, penelitian pihak lain atau studi dokumen. 4dapun data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan tertulis terdiri dari bahan-bahan hukum primer dan sekunder serta tersier. Disamping itu juga dipergunakan dokumen-dokumen )berkas perkara, kertas kerja dll/, monogra!i dan artikel media massa.

>. Metode Anali$a !ata


4nalisa data dilakukan secara kualitati!, kemudian diidenti!ikasi serta dilakukan kategorisasi. 4nalisis kualitati! yaitu metode analisis yang pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisis dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogiBintepretasi, komparasi dan sejenis itu. >) Data kuantitati! akan disajikan dalam bentuk tabel untuk mendukung analisis kualitati!. =etode berpikir yang dipergunakan adalah metode dedukti!, yaitu dengan berdasarkan pada dasar-dasar pengetahuan yang bersi!at umum untuk mengkaji persoalan-persoalan yang bersi!at khusus. Dari hasil analisis tersebut kemudian akan ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas

permasalahan yang ada.

9A

Ibid, halaman 05.

@1

BAB I0 HASIL PENELITIAN !AN PEMBAHASAN

A.

Pen&aturan tentan& A(ortu% Pro)o'atu% 4ada /orban Per o$aan dala% Per$4e ti3 Hu u% Pidana

Pengaturan tentang abortus provocatus dalam perspekti! hukum pidana Indonesia )ius constitutum/ terdapat dalam "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana )"37P/ yang berlaku sebagai hukum pidana umum )0e3 ,enerale/, dan juga dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan yang menggantikan 3ndang-3ndang ?o. $0 +ahun 1AA$, dan berlaku sebagai hukum pidana khusus )0e3 Speciale/. Dari hasil penelitian yang dilakukan, berikut ini penulis menguraikan hasil analisa data terkait dengan bagaimana pengaturan hukum pidana, dalam hal ini adalah hukum pidana yang berlaku di Indonesia ) ius constitutum/ baik yang terdapat dalam "37P maupun dalam 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, dalam kaitannya dengan abortus provocatus yang dilakukan oleh korban perkosaan sebagai obyek permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. 4dapun analisa yang dilakukan terkait dengan permasalahan tersebut dimulai dari pengaturan hukum pidana umum )"37P/ dan kemudian dilanjutkan dengan analisa berdasarkan pengaturan yang @$

terdapat dalam hukum pidana khusus )33 ?o. 0@ +ahun $..A tetang "esehatan/.
1. Pen&aturan A(ortu% Pro)o'atu% 4ada /orban Per o$aan dala% /itab

"ndan&5"ndan& Hu u% Pidana 6/"HP7 Dalam bab sebelumya sudah diuraikan tentang regulasi tindakan pengguguran kandungan yang disengaja )abortus provocatus/ dalam "itab 3ndang- 3ndang 7ukum Pidana )"37P/ diatur dalam 6uku kedua 6ab NIH tentang "ejahatan "esusilaan khususnya Pasal $AA, dan 6ab NIN Pasal 0;@ sampai dengan Pasal 0;A, dan digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa. 6erdasarkan ketentuan tersebut, berikut ini adalah uraian analisa tentang pengaturan abortus provocatus pada korban perkosaan yang terdapat dalam masing-masing pasal tersebut* Dalam 6ab NIH "37P khususnya Pasal $$A, mengatur tentang* )1/. 6arang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah. )$/. (ika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau

@0

jika dia seorang dokter, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. )0/. (ika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu. Dari rumusan Pasal $AA "37P tersebut, dapat diuraikan unsurunsur tindak pidana adalah sebagai berikut *
1. &etiap orang

yang sengaja mengobati seorang wanita atau

menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. &eseorang yang sengaja menjadikan perbuatan mengobati seorang

wanita atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan dengan mencari keuntungan dari perbuatan tersebut atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, maka pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. (ika perbuatan mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya

diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan itu dilakukan oleh seorang dokter, bidan atau juru obat maka hak untuk berpraktek dapat dicabut.

@;

Pasal $AA "37P dimasukkan dalam titel NIH "37P, adapun semua titel NIH "37P adalah dikuali!ikasikan sebagai kejahatan kesusilaan. Dan semua kejahatan kesusilaan jika ditinjau dari sudut perumusan delik, dikuali!ikasikan sebagai delik aduan. 4rtinya barang siapa yang melakukan pelanggaran terhadap pasal-pasal delik kesusilaan maka terhadap pelakunya hanya dapat dituntut melalui proses peradilan pidana apabila ada aduan )pengaduan/ dari pihak korban )orang yang dirugikan/ dari perbuatan tersebut. Dengan demikian, perbuatan mengobati seorang wanita yang sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan, seperti yang dirumuskan dalam Pasal $AA "37P juga merupakan delik aduan. 2ang dimaksud dengan pelaku seperti yang dirumuskan dalam Pasal $AA "37P hanya ditujukan terhadap siapa saja dalam hal ini adalah setiap orang yang melakukan perbuatan mengobati seorang wanita yang sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilan dari wanita tersebut dapat digugurkan. Dengan demikian, menurut ketentuan yang terdapat dalam Pasal $AA "37P tersebut sepanjang menyangkut pelaku, maka seorang wanita yang sedang hamil, dan kehamilan tersebut adalah sebagai akibat tindakan perkosaan yang dialami sebelumnya, dan kemudian menerima penawaran dari seseorang yang mengobati dirinya atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan, @9

tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana. +erhadap wanita yang sedang hamil, dimana kehamilannya disebabkan karena tindakan perkosaan yang pernah dialaminya berdasarkan pengaturan Pasal $AA "37P hanyalah sebagai korban dari perbuatan pengobatan yang dilakukan oleh pelaku, yakni setiap orang yang melakukan perbuatan mengobati seorang wanita yang sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilan dari wanita tersebut dapat digugurkan. 4dapun setiap orang menurut Pasal $AA "37P termasuk dokter, bidan, atau juru obat. Dengan demikian, berdasarkan perumusan dan pengaturan yang terdapat dalam ketentuan Pasal $AA "37P, perbuatan yang diatur sebagai tindak pidana yang memiliki korelasi dengan perbuatan pengguguran kandungan adalah lebih menitikberatkan pada perbuatan mengobati seorang wanita yang sedang hamil atau perbuatan menyuruh wanita tersebut supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan. &edangkan pelaku dalam hal ini adalah setiap orang yang melakukan perbuatan mengobati seorang wanita yang sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilan dari wanita tersebut dapat digugurkan. &ementara sanksi pidana terhadap pelaku yang terbukti melakukan perbuatan mengobati seorang wanita yang sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan adalah berupa sanksi pidana penjara paling lama empat @@

tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah. 4dapun jika pelaku adalah tenaga medis )dokter, bidan, atau juru obat/, maka sanksi pidananya ditambah sepertiga dari sanksi pidana maksimal dan dicabut haknya untuk melakukan praktek. &elanjutnya adalah analisa tentang abortus provocatus pada korban perkosaan berdasarkan 6ab NIH "37P, khususnya yang terdapat dalam Pasal 0;@, 0;<, 0;5, dan 0;A "37P.
a. Pa$al 8;9 /"HP :

&eorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun . Dari pengertian yang dimaksud dalam Pasal 0;@ "37P tersebut, maka yang diancam pidana adalah* 1/ -anita yang dengan sengaja menyebabkan kandungannya menjadi gugur atau matiE atau $/ -anita yang dengan sengaja menyuruh orang lain menyebabkan kandungannya menjadi gugur atau matiE atau 0/ 8rang lain yang disuruh untuk melakukan itu. 6erdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka dalam Pasal 0;@ "37P dapat ditemukan beberapa unsur antara lain* 1/ wanita hamil atau orang yang disuruh untuk lakukan itu, $/ dengan sengaja, @<

0/ menyebabkan gugur atau matinya kandungan. &eseorang dikatakan telah melakukan kejahatan aborsi, apabila orang tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 0;@ "37P tersebut. =eskipun demikian dalam Pasal 0;< ayat )1/ "37P yang menyebutkan 6arang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau matinya kandungan seorang wanita tidak dengan iLin wanita tersebut, dipidana dengan penjara maksimal dua belas tahun. (adi dari bunyi pasal tersebut di atas ditambahkan pelaku aborsi tidak hanya wanita hamil atau orang yang disuruh lakukan itu, tetapi juga oleh orang yang tanpa iLin wanita hamil tersebut telah melakukan tindak pidana aborsi. 6erikut ini adalah uraian analisa berdasarkan unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 0;@ "37P) 9nsur pertama tindak pidana aborsi yang diatur dalam Pasal 0;@ "37P ialah unsur wanita atau orang lain yang disuruh lakukan untuk itu )subjek tindak pidana/. Dalam "37P memang tidak ada penjelasan yang jelas tentang hal ini, namun wanita hamil dapat diartikan yang sel telurnya telah dibuahi oleh sel sperma sehingga tidak mengalami menstruasi hingga melahirkan kandungannya atau dengan kata lain wanita hamil adalah wanita yang dikandungannya terdapat janin dari hari pertama setelah pembuahan sampai melahirkan. &edangkan orang yang disuruh lakukan untuk itu adalah orang yang dengan persetujuan wanita hamil tersebut melakukan

@5

tindak pidana aborsi, misalnya* dokter, bidan, juru obat, dukun, atau orang yang mempunyai kemampuan untuk itu. 9nsur kedua dari tindak pidana yang diatur dalam Pasal 0;@ adalah unsur dengan sengaja . 2ang dimaksud dengan sengaja adalah mempunyai niat atau keinginan untuk melakukan sesuatu. -ujud dengan sengaja dalam tindak pidana aborsi bisa berupa meminum obat peluruh haid degan dosis yang tinggi, memasukkan benda tajam kedalam alat kelaminnya untuk menggugurkan kandungan. 9nsur ketiga yang diatur dalam Pasal 0;@ "37P adalah unsur menyebabkan gugur atau matinya kandungan maksudnya janin yang berada di dalam kandungan wanita tersebut keluar sebelum waktunya tiba akibat paksaan atau tindakan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga janin tersebut gugur atau mati. 4borsi yang diatur dalam Pasal 0;@ "37P berbeda diatur dalam Pasal 0;1 "37P yang berbunyi &eorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun . =enurut

penjelasan Pasal tersebut, yang diancam hukuman dalam Pasal ini adalah seorang ibu yang membunuh anaknya sendiri, ketika anak itu dilahirkan atau beberapa saat kemudian setelah anak itu dilahirkan, kerana takut akan ketahuan oleh orang lain.

@A

b. Pa$al 8;: /"HP :

)1/ 6arang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. )$/ (ika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

c. Pa$al 8;( /"HP:

)1/ 6arang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. )$/ (ika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

d. Pa$al 8;) /"HP :

(ika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 0;@, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 0;< dan 0;5, maka pidana yang <.

ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan . Dari rumusan pasal-pasal tersebut di atas dapat diuraikan unsurunsur tindak pidana adalah sebagai berikut *
1. &eorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia

menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara.


2. &eseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,

dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 1$ tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 19 tahun penjara.
3. (ika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 9,9

tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman < tahun penjara.
4. (ika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus

tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat )tenaga kesehatan/ ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut. &ecara keseluruhan, dari hasil analisa yang dilakukan terhadap ketentuan Pasal 0;@-0;A "37P dapat diketahui, bahwa aborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang-undangan di Indonesia yang <1

terdapat dalam "37P adalah tindakan menggugurkan atau mematikan kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita atau orang yang disuruh melakukan itu. -anita dalam hal ini adalah wanita hamil yang atas kehendaknya ingin menggugurkan kandungannya, sedangkan tindakan yang menurut "37P dapat disuruh lakukan untuk itu adalah dokter, bidan atau juru obat. Penguguran kandungan yang terjadi secara alamiah tanpa ada usaha dari luar atau campur tangan manusia menurut "itab 3ndang3ndang 7ukum Pidana tidak dapat dipidana karena tidak mengandung unsur kesengajaan. Dalam usia yang sangat muda keguguran dapat saja terjadi, misalnya karena akti#itas ibu yang mengandung terlalu berlebihan, stress berat, berolahraga yang membahayakan keselamatan janin seperti bersepeda dan sebagainya. -alaupun keguguran menimbulkan korban dalam hal ini disebut janin tetapi tidak dapat dipidana karena tidak ada unsur kesengajaan. Dengan demikian, aborsi yang dimaksud dalam Pasal 0;@ "37P hanya mencakup mengguguran kandungan karena kesengajaan saja )abortus provocatus., sedangkan pengguguran kandungan secara alamiah atau keguguran tidak dapat dimaksud sebagai salah satu tindak pidana karena tidak mencakup unsur yang terdapat dalam "37P yaitu unsur kesengajaan.

<$

6erdasarkan

perumusan

dan

pengaturan

tentang

abortus

provokatus seperti yang terdapat dalam Pasal 0;@ sampai dengan 0;A "37P, maka kuali!ikasi aborsi dalam "37P termasuk dalam jenis abortus provokatus criminalis. Pasal-pasal tentang abortus provocatus tersebut di atas, mengancam siapapun yang dengan senjaga menyebabkan aborsi )pengguguran kandungan/ baik bagi si pelaku maupun bagi penolong aborsi seperti dokter, bidan, ahli obat, dukun dan ahli medis lainnya dengan hukuman dilipatgandakan, alasan apapun. criminalis adalah*
1. Adan2a embrio >=anin. atau ibu 2ang mengandung. Ibu yang

tanpa pengecualian dengan abortus provokatus

4dapun unsur-unsur perbuatan

mengandung janin merupakan obyek yang harus ada dalam perbuatan pidana, karena tidak akan ada perbuatan pidana tanpa ada obyeknya. 7al ini penting dalam rangka penjatuhan pidana.@.
2. Adan2a unsur kesenga=aan dari pelaku. &engaja menurut =emorie #an

+oelichting dalam bukunya =oelyatno berarti melakukan perbuatan yang dilarang, dengan dikehendaki dan diketahui artinya si pelaku perbuatan pidana mengetahui dengan betul bahwa perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan yang dilarang oleh undang-undang.
3. Keguguran itu ter=adi sebelum 1aktun2a artin2a sebelum masa

kela(iran alami tiba.@1 7al ini berarti perbuatan pengguguran harus


=oeljatno6 Asas-asas Hukum Pidana, )(akarta* %ineka 'ipta, 1AA0/6 halaman ;.-;0. 'huLaimah +. 2anggo dan 7a!iL 4nshary 4C, Problematika Hukum Islam Kontemporer, )(akarta* Pustaka >irdaus, $..;/, halaman 119.
@1 @.

<0

dapat dibuktikan bahwa keguguran itu terjadi ketika anak yang ada dalam kandungan itu hidup dan belum masanya untuk dilahirkan. 3ntuk kepentingan unsur yang ketiga ini bisa dilakukan oleh dokter melalui ilmu kedokteran agar bisa memberi keterangan mengenai janin yang ada dalam kandungan seorang wanita tersebut berada dalam keadaan hidup atau mati. "arena dala hukum anak yang belum lahir kedunia bila dapat dibuktikan dalam kandungan bahwa bayi tersebut mati belum mempunyai hak dan kewajiban di depan hukum. @$
4. Adan2a =alan untuk melakukan perbuatan tersebut. (alan yang

dimaksud adalah adanya alat-alat yang digunakan unuk melakukan aborsi. =isalnya dengan bantuan dokter, dukun atau bidan yang memberi bantuan supaya aborsi dapat terjadi dengan suntik atau diberi obat yang dapat membunuh janin yang ada dalam tubuh si ibu, bisa juga dengan memasukkan alat-alat tertentu ke anggota tubuh.@0 Pada saat ini, aturan tersebut sudah tidak rele#an untuk diterapkan karena bertentangan dengan politik hukum Indonesia yang melindungi dan mensejahterakan segenap bangsa Indonesia. &ebagaimana diketahui, latar belakang pemikiran dari pasal-pasal tentang pengguguran kandungan berasal dari ?egara 6elanda pada pertengahan abad ke- 1A yang berasal dari Co+" P"na! Perancis abad ke-15, sudah barang tentu hal ini kurang sesuai dengan perkembangan masyarakat Indonesia saat ini, yang
@$ @0

terutama

menyangkut

kepentingan-kepentingan

darurat

)pengguguran

P.4.>. Lamintang, +p)5it. halaman $.@. 'huLaimah +. 2anggo dan 7.4. 7a!iL 4nshary 4C, +p) 5it., halaman11@.

<;

kandungan yang bersi!at memaksa karena adanya perkosaan/, tapi pasalpasal ini sampai saat ini tetap diterapkan. Pasal 0;A "37P merupakan salah satu pasal yang dilematis apabila diterapkan secara mutlak. Para dokter, bidan dan perawat serta tenaga medis lainnya dapat diancam pidanan penjara. Padahal alasan melakukan abortus adalah demi melindungi jiwa si ibu. (ika kita menelaah pasal-pasal dalam "37P tersebut, tampaklah "37P tidak membolehkan suatu abortus provocatus di Indonesia. "37P tidak melegalkan abortus provocatus tanpa kecuali. 6ahkan abortus provocatus medicalis atau abortus provocatus t(erapeuticus pun dilarang, termasuk di dalamnya adalah abortus provocatus yang dilakukan oleh perempuan korban perkosaan. 8leh karena sudah dirumuskan demikian, maka dalam kasus abortus provocatus yang dilakukan oleh korban perkosaan, minimal ada dua orang yang terkena ancaman sanksi pidana sesuai dengan ketentuan yang terdpat dalam "37P, yakni si perempuan sendiri yang hamil karena perkosaan serta barangsiapa yang sengaja membantu si perempuan tersebut menggugurkan kandungannya. &eorang perempuan yang hamil karena perkosaan dapat terkena ancaman sanksi pidana kalau ia sengaja menggugurkan kandungan tanpa bantuan orang lain. Ia juga dapat terkena ancaman sanksi pidana kalau ia meminta orang lain dengan cara menyuruh orang itu untuk menggugurkan kandungannya. "hususnya untuk orang lain yang disuruh untuk menggugurkan kandungan dan ia benar-benar melakukannya, maka baginya berlaku rumusan pasal <9

0;< dan 0;5 "37P sebagai berikut * Mbarangsiapa dengan sengaja menggugurkanM (ika terbukti bersalah di muka pengadilan, ia turut dipidana sebagaimana si perempuan hamil yang melakukan abortus provocatus tersebut.

2. Pen&aturan A(ortu% Pro)o'atu% 4ada /orban Per o$aan dala%

"ndan&5"ndan& No. 89 Tahun +,,) tentan& /e$ehatan "etentuan tentang abortus provocatus di dalam hukum pidana positi! Indonesia diatur di dalam "37P )0e3 ,eneralis/ dan 3ndang3ndang "esehatan )0e3 Spesialis/. =enurut &upriyadi@;, "37P tidak membolehkan aborsi dengan alasan apa pun juga dan oleh siapapun juga. @9 "etentuan ini sejalan dengan diundangkannya di Laman pemerintahan 7india 6elanda sampai dengan sekarang ini tidak pernah berubah, dan ketentuan ini berlaku umum bagi siapa pun yang melakukan, bahkan bagi dokter dan tenaga medis lainnya yang melakukan aborsi akan dikenakan pemberatan pidana. ?amun berdasarkan ketentuan yang terdapat 3ndang3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, apabila terdapat indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danBatau janin, yang menderita penyakit genetik berat danBatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
&upriyadi, Politik 7ukum "esehatan terhadap Pengguguran "andungan , =akalah disampaikan dalam Diskusi Ilmiah, $..1, 4borsi Dari kajian Ilmu Politik 7ukum )7ukum "esehatan dan 7ukum Pidana/, )2ogyakarta, $ (uli $..$/, halaman 1$. 65 Lihat "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana Pasal $50, $AA, 0;@, 0;5, 0;A, 909.
64

<@

menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandunganE atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.@@ -alaupun secara jelas dan tegas aborsi dilarang oleh undangundang, dalam realita kehidupan sehari-hari, hal tersebut banyak sekali terjadi atau dilakukan karena berbagai alasan sebagaimana dikemukakan oleh 1kotama, dkk.@< dan +a!al, dkk.@5 6ahkan Dewi@A mengatakan, bahwa jumlah aborsi di dalam kehidupan masyarakat cenderung meningkat karena berbagai !aktor sehingga dia menyimpulkan bahwa moti#asi perempuan melakukan aborsi berkaitan erat dengan akseptor "6 dan kehamilan di luar nikah. 6erbeda dengan pendapat di atas, menurut Indraswari, kasus aborsi tidak menunjukkan karakteristik khusus terutama bila dilihat dari segi pendidikan dan status pernikahan. 4da kecenderungan, aborsi adalah suatu !enomena yang menimpa masyarakat lintas strata sosial ekonomi, pendidikan, budaya, dan agama.<. &elanjutnya Indraswati mengatakan* ... terdapat kecenderungan peningkatan praktik aborsi yang dilakukan oleh pelajar &=P dan &=4, alumnus &=4 )pekerja/, dan mahasiswa. 7al ini sejalan dengan perubahan
@@

Lihat Pasal <9 ayat )$/ a dan b 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan. &uryono 1kotama, dkk., +p)5it), halaman $@. 68 +a!al, dkk., eds., Keguguran, )(akarta* I+> ?etherlands, IPP>, dan P"6I, 1AAA/, halaman
67

0;. Dewi, Aborsi: Pro dan Kontra di Kalangan Petugas Kese(atan , )2ogyakarta* Pusat penelitian "ependudukan 3,= dan >ord >oundation,1AA</, halaman ;.. 70 Indraswati, 7enomena Ka1in 'uda dan Aborsi: ,ambaran Kasus, dalam 7asyim, &), 'enakar /Harga/ PerempuanB, )(akarta* =iLan, 1AAA/ halaman 19..
69

<<

pola interaksi dan pola gaya hidup yang melanda kalangan remaja dan dewasa muda.<1 4pa yang dikemukan tersebut cukup beralasan, di wilayah perkotaan dan semi perkotaan hubungan antar indi#idu secara pelan namun pasti bertrans!ormasi dari hubungan berpola pagu2uban

)gemeinsc(aft/ ke hubungan berpola patemba2an )gesselsc(aft/.<$ Pola hubungan paguyuban yang berciri kebersamaan dan saling peduli pada masalah sesama anggota komunitas mulai digeser oleh pola patembayan yang berciri hubungan transaksional. Dalam derajat tertentu, pola patembayan diikuti dengan lemahnya kontrol sosial masyarakat terhadap sesama. Dengan pola interaksi seperti ini yang diikuti perubahan pola gaya hidup yang cenderung Fserba permisi!F mengakibatkan meningkatnya kasus kehamilan pranikah. Di satu sisi, pola Fserba permisi!F banyak pula dipengaruhi oleh stimulasi seksual dari lingkungan berupa tayangan media rnassa dan hiburan komersial dengan beragam bentuk dan intensitas. &ecara umum budaya pop dan komersialisasi hiburan secara gencar lebih mengkampanyekan aspek kenikmatan seks daripada aspek tanggung jawabnya.<0 Dalam kondisi ini dalam derajat tertentu dapat dipahami FruntuhnyaF daya tahan remaja dalam menghadapi kebanjiran stimulasi seksual yang mengakibatkan kehamilan pranikah dan selanjutnya diikuti oleh tindakan aborsi.

71 72

Ibid. Ibid. 73 Ibid., halama 0;.

<5

Dengan disyahkannya 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun $..A +entang "esehatan menggantikan undang-undang kesehatan sebelumnya yaitu 3ndang-3ndang ?omor $0 tahun 1AA$. Dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, permasalahan aborsi memperoleh

legitimasi dan penegasan. &ecara eksplisit, dalam undang-undang ini terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi, meskipun dalam praktek medis mengandung berbagai reaksi dan menimbulkan kontro#ersi diberbagai lapisan masyarakat. =eskipun, undang-undang melarang praktik aborsi, tetapi dalam keadaan tertentu terdapat kebolehan. "etentuan pengaturan aborsi dalam 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun $..A dituangkan dalam Pasal <9, Pasal <@ dan Pasal <<. 6erikut ini adalah uraian lengkap mengenai pengaturan aborsi yang terdapat dalam pasalpasal tersebut* Pa$al :>: )1/ &etiap orang dilarang melakukan aborsi. )$/ Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat )1/ dapat dikecualikan berdasarkan* a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danBatau janin, yang menderita penyakit genetik berat danBatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandunganE atau b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. )0/ +indakan sebagaimana dimaksud pada ayat )$/ hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling danBatau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. );/ "etentuan lebih lanjut mengenai indikasi dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis kedaruratan medis

<A

dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat )$/ dan ayat )0/ diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pa$al :9: 4borsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 hanya dapat dilakukan* a. sebelum kehamilan berumur @ )enam/ mingguE b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki serti!ikat yang ditetapkan oleh menteriE c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutanE d. dengan iLin suami, kecuali korban perkosaanE dan e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh =enteri. Pa$al ::: Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 ayat )$/ dan ayat )0/ yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengguguran kandungan yang disengaja dengan melanggar berbagai ketentuan hukum )abortus provocatus criminalis/ yang terdapat dalam "37P menganut prinsip illegal tanpa kecuali dinilai sangat

memberatkan paramedis dalam melakukan tugasnya. Pasal tentang aborsi yang diatur dalam "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana juga

bertentangan dengan Pasal <9 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, di mana dalam satu sisi melarang dilakukannya aborsi dalam segala alasan dan di sisi lain memperbolehkan tetapi atas indikasi medis untuk menyelamatkan ibu hamil dan atau janin. =enurut "usumo yang dikutip

5.

dalam buku 1kotama, menyatakan disini berlaku asas le3 posteriori derogate legi priori. 4sas ini beranggapan bahwa jika diundangkan peraturan baru dengan tidak mencabut peraturan lama yang mengatur materi yang sama dan keduanya saling bertentangan satu sama lain, maka peraturan yang baru ini mengalahkan atau melumpuhkan peraturan yang lama.<; Dengan demikian, Pasal <9 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan yang mengatur tentang abortus provocatus medicinalis tetap dapat berlaku di Indonesia meskipun sebenarnya aturan itu bertentangan dengan rumusan abortus provocatus criminalis menurut "37P. 6erdasarkan ketentuan 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun tersebut jika kita kaitkan dengan aborsi karena kehamilan tidak dikehendaki )"+D/ akibat perkosaan, maka dapat disimpulkan* Pertama, secara umum paraktik aborsi dilarangE Kedua, larangan terhadap praktik dikecualikan pada beberapa keadaan, kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. &elain itu tindakan medis terhadap aborsi "+D akibat perkosaan hanya dapat dilakukan apabila* )1/ setelah melalui konseling danBatau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenangE
74

&uryono 1kotama, dkk., +p)5it), halaman <<.

51

)$/ dilakukan sebelum kehamilan berumur @ )enam/ minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medisE )0/ oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki serti!ikat yang ditetapkan oleh menteriE );/ dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutanE dan )9/ penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh =enteri. 7ukum pidana dengan jelas menyebutkan sanksi pidana bagi pelaku dan orang yang turut serta melakukan aborsi. Pengecualian diberikan apabila ada alasan-alasan pembenar yang terdapat dalam

undang-undang )Pasal ;;, ;5, 9. dan 91/ "37P dan alasan medis )kesehatan/ yang terdapat dalam Pasal <9 3ndang-undang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan. Dengan demikian alasan ekonomis, alasan sosial dan alasan darurat )pemaksa/ tidak dapat dijadikan sebagai legalisasi dari perbuatan abortus provocatus. 4pabila dihubungkan dengan aborsi karena kehamilan tidak dikehendaki )"+D/ akibat perkosaan , dimana kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan dapat dijadikan sebagai alasan darurat )pemaksa/ untuk melakukan aborsi

sebenarnya perlu menjadi pertimbangan dalam menerapkan sanksi pidana, khususnya bagi para penegak hukum )7akim/. "arena janin yang 5$

diaborsi adalah sebagai akibat pemaksaan hubungan )perkosaan/ dengan ancaman kekerasan. Perkosaan sendiri merupakan tindak pidana yang

pelakunya harus dijatuhi sanksi pidana penjara maksimal 1$ )dua belas/ tahun sesuai Pasal $59 "37P. &edangkan korbannya harus mendapat perlindungan hukum yang salah satu caranya adalah mengembalikan kondisi jiwanya akibat tekanan daya paksa dari pihak lain )tekanan psikologis/. 4lasan tekanan psikologis akibat perkosaan inilah yang seharusnya dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan bahwa aborsi akibat perkosaan dilakukan. 4ri! ,osita dalam bukunya 'asala( Korban Ke=a(atan Kumpulan Karangan mengatakan bahwa* Dalam kasus abortus, janin ditolak sebagai makhluk hidup dan dianggap sebagai obyek mati. 8leh karena di!ormulasikan seperti itu maka penghancurannya saat itu tidak dianggap sebagai sutu pembunuhan dan tidak menimbulkan kemarahan moral atau pertentangan moral seperti pada kasus pembunuhan lain.<9 sebagai suatu pengecualian, sehingga seharusnya legal

&udah menjadi opini publik bahwa salah satu latar belakang abortus dilarang undang-undang adalah karena bertentangan dengan moral masyarakat dan atau moral agama. 4pabila dihubungkan dengan pendapat tersebut, sebenarnya yang menentang moral adalah pemerkosannya

bukan orang yang melakukan aborsi. 4borsi hanyalah merupakan akibat


4ri! ,osita, 'asala( Korban Ke=a(atan >Kumpulan Karangan., )(akarta* 4kademika Presindo, 1A59/, halaman 55.
<9

50

tindakan

orang

biadab yang memperkosa perempuan, sehingga menjadi hamil. Perempuan dalam hal ini adalah

perempuan tersebut

sebagai korban dari rentetan tindak pidana perkosaan, sehingga apabila tindak pidana perkosaan yang dilakukan terhadapnya berakibat hamil maka janin yang dikandungnya adalah dianggap sebagai obyek yang matiBtidak hidup. 8leh karena dianggap sebagai obyek yang mati maka penggugurannya, dianggap legal untuk dilakukan. 4pabila dihubungkan dengan Pasal ;5 "37P tentang daya paksa )overmac(t/, sebenarnya Pasal <9 ayat )$/ huru! b 33 ?o. 0@ +ahun $..A yang mengatur tentang pengecualian melakukan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan, mengakui adanya daya paksa bagi barang siapa yang melakukan aborsi. "etentuan tentang overmac(t atau daya paksa yang terdapat dalam pasal ;5 "37P, yaitu * 6arangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana .:9Dari ketentuan pasal ;5 "37P tersebut dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan daya paksa adalah suatu paksaan atau tekanan yang tidak dapat dihindarkan. 4dapun paksaan itu dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dengan suatu ancaman yang membahayakan diri dan jiwanya. +entu saja dalam hal ini, orang yang diancam tersebut mempunyai dugaan kuat bahwa ancama itu benar-benar akan dilaksanakan apabila ia menolak mengerjakan sesuatu yang dikehendaki pemaksa )pengancam/.
<@

Ibid., hlm. $0.

5;

Daya paksa )overmac(t/ ini merupakan alasan pemaa!. Dalam alasan pemaa! ini, seseorang yang melakukan perbuatan pidana tidak dapat dijatuhi pidana karena tidak adanya kesalahan. 4rtinya perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tetap bersi!at melawan hukum, jadi tetap merupakan perbuatan pidana. +etapi ia tidak dipidana, karena tidak adanya kesalahan. Dengan demikian, alasan pemaa! adalah alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa. "arena overmac(t sebagaimana yang tercantum dalam pasal ;5 "37P hanya memuat alasan pemaa!, artinya perbuatan yang dilakukan tetap bersi!at melawan hukum, tetapi kesalahannya bisa dimaa!kan karena pengaruh daya paksa tadi. &eseorang yang melakukan perbuatan pidana, sedangkan ia berada di bawah pengaruh daya paksa sehingga ia terpaksa melakukan perbuatan tersebut tidak dapat dijatuhi pidana. 7al ini merupakan hal yang tepat dan mencerminkan rasa keadilan, sebab orang tersebut melakukan perbuatan pidana karena dorongan yang tidak mampu dilawannya, misalnya karena mengancam keselamatan jiwanya. Dalam teori hukum pidana, =oejatno membagi daya paksa menjadi $ )dua/,yaitu daya paksa dalam arti sempit atau overmac(t dan daya paksa karena keadaan darurat atau noodtoestand yang terdiri dari 0 kemungkinan yaitu* a. 8rang terjepit antara dua kepentingan dalam hal adanya kon!lik diantara dua kepentingan, b. 8rang terjepit antara kepentingan dan kewajiban, 59

c.

8rang terjepit antara dua kewajiban. << Dihubungkan dengan teori tersebut, dalam kasus abortus

provokatus pada korban perkosaan terjadi kon!lik antara $ )dua/ hak, yakni hak perempuan yang hamil bertentangan dengan hak janin. Dengan demikian untuk menentukan apakah perempuan yang melakukan abortus provokatus atas kandungannya dapat dipidana atau tidak dapat dinilai dari kepentingan manakah yang lebih utama.<5 7ak janin untuk tetap hidup atau hak perempuan untuk tetap menjalankan hidupnya tanpa tekanan psikologis dan sosial. =encermati ketentuan yang terdapat dalam 3ndang-3ndang

?o. 0@ +ahun $..A khususnya Pasal <9 ayat )$/ huru! b yang mengatur tentang aborsi karena alasan darurat )pemaksa/ dalam hal ini adalah adanya trauma psikologis yang dialami oleh wanita hamil sebagai akibat tindak pidana perkosaan yang dialaminya. Pada akhirnya penyelesaian kasus tersebut sangat tergantung pada para penegak hukum untuk menegakkan keadilan terutama bagi perempuan yang jelas-jelas

berkedudukan sebagai korban perkosaan. Pendapat ahli hukum masa kini, sudah seharusnya menjadi pertimbangan dalam rangka menjatuhkan pidana, jadi tidak semata-mata didasarkan pada bunyi undang-undang, akan tetapi juga memperhatikan latar belakang perbuatan dilakukan. 7al inipun dalam proses pembuktiannya juga tidak mudah, karena harus dibuktikan lebih dahulu perkosaannya.
<< <5

=oljatno, +p) 5it, halaman1;.. &uryono 1kotama, dkk, +p) 5it6 halaman 1A;.

5@

Dengan demikian alasan psikologis tidak cukup dijadikan alasan aborsi apabila tindakan perkosaannya tidak dapat dibuktikan atau tidak terbukti. =engingat dewasa ini perkosaan tidak hanya murni dilakukan oleh orang yang benar-benar belum pernah dikenal oleh korban, tapi juga telah dikenal sebelumnya bahkan memiliki hubungan dekat dengan korban )sebagai pacar pisalnya/. 4pabila aborsi karena perkosaan dijadikan pengecualian

sebagaimana alasan medis, maka kriteria yang dijadikan pengecualian harus benar-benar jelas dan tegas, sehingga tidak disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab, akibatnya aborsi marak dilakukan. Dengan demikian. 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun memperbolehkan praktik aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan dengan persyaratan dilakukan oleh tenaga yang kompeten, dan memenuhi ketentuan agama dan perundang-undangan yang berlaku. &ebagai bagian akhir dari analisa mengenai pengaturan hukum pidana tentang abortus provocatus khususnya pada korban perkosaan, berikut ini penulis akan menguraikan tentang pengaturan mengenai sanksi pidana terhadap pelaku abortus provocatus, yang secara spesi!ik lebih ditekankan terhadap korban perkosaan berdasarkan pengaturan yang terdapat baik dalam "37P maupun dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang kesehatan.

5<

&uatu aturan hukum diadakan pasti diikuti dengan sanksi hukumnya, sehingga peraturan hukum tidak hanya mengatur akan tetapi juga bersi!at memaksa bagi anggota masyarakat yang melanggar

peraturan tersebut. 7ukum pidana diadakan pada prinsipnya adalah dalam rangka memberikan ketertiban dan kepastian hukum agar hak-hak manusia terlindungi. 8leh karena itu barangsiapa yang melanggar ketentuan yang ada dalam hukum pidana dalam hal ini "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana )"37P/ dan memenuhi unsur-unsur yang ditetapkan dalam ketentuan tersebut maka dikenakan sanksi pidana. Dalam hukum pidana terdapat berbagai jenis sanksi pidana mulai yang terberat yaitu sanksi pidana mati sampai teringan yaitu sanksi pidana denda. "ecuali ada alasan pembenar yang dapat dijadikan legalisasi dari perbuatan pidana yang dilakukan, sebagaimana tertuang dalam Pasal ;; )karena jiwanya cacat/, Pasal ;5 )adanya pengaruh daya paksa/, Pasal 9. )melaksanakan

ketentuan 33/ dan Pasal 91 "37P )melaksanakan perintah jabatan/. =enanggapi alasan pembenar yang terdapat dalam Pasal ;;, ;5, 9. dan 91 "37P, 8emar &eno 4dji mengatakan, bahwa ada alasan-alasan yang dapat dibenarkan yang bukan didasarkan pada alasan-alasan

pembenar yang terdapat dalam undang-undang yaitu yang berada di luar undang-undang yang dikembangkan oleh ilmu hukum dan 2urisprudensi.<A Dengan demikian, dari hasil analisa yang dilakukan terhadap 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan dalam kaitannya
<A

8emar &eno 4dji, Hukum Pidana, )(akarta, 1rlangga, 1A5./, halaman 1A;.

55

dengan abortus pro#ocatus pada korban perkosaan, dapat penulis simpulkan, bahwa pada prinsipnya 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan yang berlaku sebagai le3 speciale melarang tindakan aborsi )Pasal <9 ayat )1//, kecuali abortus provocatus terhadap kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan )Pasal <9 ayat )$/ huru! b/, disamping tindakan abortus provocatus medicinalisBt(erapeuticus, yakni aborsi yang dilakukan secara sengaja karena terdapat indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danBatau janin )Pasal <9 ayat )$/ huru! a/. Pengecualian yang diberikan oleh 33 ?o.0@ +ahun $..A sebagai legalisasi terhadap abortus provocatus pada korban perkosaan dapat dilakukan dengan beberapa persyaratan sebagai berikut* )1/ setelah melalui konseling danBatau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang )Psl.<9 ayat )0//E )$/ dilakukan sebelum kehamilan berumur @ )enam/ minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medisE )0/ oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki serti!ikat yang ditetapkan oleh menteriE );/ dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutanE dan

5A

)9/ penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh =enteri.)Psl.<@/. &anksi pidana bagi pelaku abortus provokatus baru dapat diberikan apabila memenuhi unsur-unsur perbuatan pidana yaitu unsur-unsur perbuatan abortus provocatus kriminalis, seperti halnya yang tertuang dalam Pasal $AA, 0;@, 0;<, 0;5 dan 0;A "37P. &anksi pidana berupa pidana pidana penjara maksimal, yaitu*
a. Paling lama ; )empat/ tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah

bagi setiap orang yang melakukan perbuatan mengobati seorang wanita yang sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilan dari wanita tersebut dapat digugurkan . b. ; )empat tahun/ bagi wanita yang dengan sengaja mematikan janinnya )Pasal 0;@ "37P/E
c. 1$ )dua belas tahun/ bagi seseorang yang menggugurkan kandungan

wanita tanpa persetujuan )Pasal 0;< ayat )1/ "37P/E


d. =aksimal 19 )lima belas tahun/ bagi pengguguran kandungan tanpa

persetujuan wanita yang berakibat matinya wanita tersebut, dan juga yang dengan persetujuan )Pasal 0;< ayat )$/ "37P/E
e. 9 )lima tahun/ @ )enam bulan/

bagi pengguguran yang disengaja

dengan kesepakatan wanita )Pasal 0;5 ayat )1//E


f.

< )tujuh tahun/ pengguguran disengaja dengan kesepakatan yang berakibat mati )Pasal 0;5 ayat )$/E A.

g. Ditambah

1B0 )sepertiga/ lebih tinggi bagi ahli medis dibanding

selain ahli medis. 6ahkan ditambah dengan pencabutan iLin praktek yang digunakan untuk melakukan perbuatan pidana )Pasal $AA jo. Pasal 0;A "37P/. &edangkan dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, menerapkan sanksi pidana penjara paling lama 1. )sepuluh/ tahun, dan denda paling banyak %p1............,.. )satu miliar rupiah/ terhadap setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 ayat )$/ undangundang tersebut. +erhadap orang lain yang ikut melakukan perbuatan abortus baik melakukan atau membantu melakukan, dapat digolongkan pada turut serta terhadap perbuatan pidana. Dalam hukum pidana, turut serta digolongkan menjadi lima macam sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 99 dan 9@ "37P, yaitu*5.
a. b. c. d. e.

8rang yang melakukan >Pleger., 8rang yang menyuruh melakukan >%oen Plegen., 8rang yang turut melakukan >'edepleger., 8rang yang membujuk untuk melakukan >9itlokker. 8rang yang membantu melakukan )'edeplic(tige/.

3trecht, Hukum Pidana )&urabaya* Pustaka +inta =as, 1A5</, II, halaman 5. 6andingan dengan %. &oesilo, Kitab 9ndang-undang Hukum Pidana >K9HP. Serta Komentar-komentarn2a 0engkap Pasal %emi Pasal, )6ogor* Politeia, 1AA1/, halaman <$-<;.

5.

A1

B.

Perlindun&an Hu u% Pidana terhada4 /orban Per o$aan yan& Mela u an A(ortu% Pro)o'atu%

Perlindungan hukum berarti melindungi hak setiap orang untuk mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan undang-undang, maka oleh karena itu untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan padanya serta dampak yang diderita olehnya ia berhak pula untuk mendapat perlindungan dari hukum yang diperlukan sesuai dengan asas hukum. +etapi perlu kita ketahui bahwa dalam kasus perkosaan pihak korban telah terabaikan dari jangkauan hukum. Ini terbukti dari banyaknya kasus dengan korban perempuan yang tidak mampu terselesaikan secara adil dan memuaskan.(Persoalan yang menyangkut korban kejahatan ternyata kurang begitu menarik perhatian orang, sehingga jarang sekali ada kegiatan-kegiatan keilmuan yang bertujuan untuk membahasnya. Padahal dalam kejahatan pada umumnya kita tidak dapat memikirkan suatu kejahatan tanpa adanya korban. (adi, korban merupakan komponen penting dari kejahatan pada umumnya yang sering dilupakan orang. 4pabila dikaji, dilupakannya persoalan korban tersebut disebabkan antara lain * =asalah kejahatan tidak dilihat, dipahami menurut proporsi yang sebenarnya secara multidimensionalE

1rwin 2uliatiningsih, "ebutuhan Perlindungan 7ukum bagi Perempuan "orban +indak Pidana Perkosaan di Indonesia , (ttp:::111)google)com, diakses 1$ >ebruari $.1..

51

A$

"ebijakan penanggulangan kejahatan >criminal polic2. yang tidak


didasarkan pada konsep yang integral dengan etiologi kriminalE "urangnya pemahan bahwa masalah kejahatan merupakan masalah kemanusiaan, demikian pula masalah korban. +erjadinya korban pada umumnya tidak dapat dilepaskan dari terjadinya kejahatan itu sendiri. Dengan kata lain, korban selalu mempunyai kedudukan !ungsional dalam terjadinya kejahatan. "husus mengenai peranan pihak korban, seringkali dikatakan bahwa korban dan pelaku mempunyai hubungan !ungsional. 6ahkan dalam kondisi-kondisi tertentu, korban termasuk yang bertanggung jawab. 4rtinya, dalam kejahatan-kejahatan tertentu keberadaan korban merupakan syarat mutlak agar kejahatan tersebut terjadi. Peranan korban dalam terjadinya kejahatan tersebut dapat disadari atau tidak disadari. Perkosaan yang dialami oleh seorang wanita akan menimbulkan derita !isik, psikis dan sosial pada dirinya. Penderitaan tersebut akan terus berlanjut apabila korban ternyata mengalami kehamilan. 6erbeda dengan kehamilan yang tidak dikehendaki lainnya, misalnya karena kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi dalam keluarga berencana )"6/ atau karena dalam hubungan seks pranikah. "ehamilan karena perkosaan lebih sulit dan berat diterima oleh perempuan atau keluarganya. &ebenarnya korban perkosaan yang hamil dapat memilih satu dari dua alternati! untuk menyikapi kondisinya tersebut, meneruskan kehamilan yang tidak dikehendaki atau melakukan abortus provocatus, tentu dengan A0

masing-masing resiko. 4pabila memilih untuk meneruskan kehamilannya, ia harus siap menjadi orang tua tunggal tanpa suami, disamping itu secara sosiologis hal tersebut merupakan pilihan yang berat mengingat kondisi sosiokultural masyarakat kita yang masih memandang rendah, bahkan menabukan seorang perempuan yang hamil tanpa suami sah. &edangkan jika alternati! kedua yang dipilih, resiko keselamatan jiwa bisa mengancam. "alaupun abortus provocatus dapat dilakukan dengan selamat, ancaman sanksi pidana sudah menghadang, apabila terbukti abortus provocatus yang dilakukan tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam undang-undang. =engenai ancaman sanksi pidana bagi pelaku abortus provocatus, dalam hukum pidana )"37P/ dirumuskan adanya ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pengguguran kandungan. "37P tidak

memperdulikan latar belakang atau alasan dilakukannya pengguguran kandungan itu. Dengan demikian, apabila abortus provocatus adalah pilihan yang harus diambil dan dilakukan oleh perempuan korban perkosaan, baik atas permintaan diri sendiri maupun melalui bantuan orang lain atas persetujuan ataupun tanpa persetujuan perempuan korban perkosaan, maka dengan menggunakan ketentuan "37P, perempuan korban perkosaan tidak dapat lepas dari jeratan hukum, sehingga "37P tidak memberikan perlindungan hukum terhadap perempuan korban perkosaan yang melakukan abortus provocatus.

A;

&edangkan dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, perlindungan hukum yang diberikan terhadap perempuan korban perkosaan yang melakukan pengguguran kandungan )abortus provocatus/ menjadi hak dari perempuan tersebut. 4rtinya pengguguran kandungan )abortus provocatus/ yang dilakukan oleh perempuan korban perkosaan diperbolehkan. &eperti yang disebutkan dalam Pasal <9 ayat )$/ 3ndang3ndang ?o. 0@ +ahun $..A, salah satu pengecualian terhadap perempuan untuk melakukan aborsi adalah kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan tersebut. +ekanan psikologis yang dialami oleh perempuan yang mengandung karena perkosaan, dapat dimasukkan sebagai indikasi medis untuk melakukan pengguguran kandungan asalkan memenuhi syarat-sayarat sebagaimana yang ditentukan oleh 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A, sebagai dasar hukum untuk melegalkan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh korban perkosaan, termasuk mereka dalam hal ini adalah tenaga kesehatan yang berkompeten dan memiliki kewenangan yang diberikan oleh undang-undang untuk melakukan pengguguran kandungan. &yarat-syarat tersebut adalah*
melalui konseling danBatau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan

konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang )Pasal <9 ayat )0//E
4borsi tersebut dilakukan*

a. sebelum kehamilan berumur @ )enam/ mingguE

A9

b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki serti!ikat yang ditetapkan oleh menteriE c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan. )Pasal <@/

"arena tekanan psikologis yang dialami oleh perempuan yang mengandung akibat perkosaan dapat dimasukkan sebagai indikasi medis untuk melakukan pengguguran kandungan, maka perempuan yang menjadi korban perkosaan yang kemudian melakukan aborsi dengan memperhatikan beberapa syarat seperti yang sudah disebutkan di atas mendapatkan perlindungan hukum, dan tidak dapat dituntut secara pidana karena telah melakukan abortus provocatus. Dengan demikian, alasan psikologis yang dialami oleh perempuan korban perkosaan yang melakukan aborsi adalah merupakan alasan penghapus pidana, oleh karenanya pula menjadi pertimbangan dalam hukum pidana khususnya melalui 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang kesehatan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap perempuan korban perkosaan yang kemudian hamil, dan memilih abortus provocatus sebagai cara untuk mengakhiri kehamilannya. Dalam "37P juga diakui adanya alasan-alasan tekanan psikologis tertentu sebagai alasan penghapus pidana. 4pabila hal tersebut dikaitkan dengan korban perkosaan, pertanyaannya adalah apakah tekanan psikologis yang dialami korban perkosaan )yang hamil/ dapat juga dinilai sebagi suatu alasan pnghapus pidanaG 7al itu perlu dipertimbangkan dengan landasan

A@

ber!ikir ilmiah mengingat kenyatannya hampir semua korban perkosaan juga mengalami tekanan psikologis. Pasal ;5 "37P mengakui adanya daya paksa yang dapat menghapuskan pemidanaan bagi barangsiapa yang melakukan tindak pidana. "orban perkosaan dihadapkan pada dua pilihan antara menggugurkan kandungan atau meneruskan kehamilannya. Dalam teori hukum pidana, =oeljatno membagi daya paksa menjadi dua yaitu daya paksa dalam arti sempit atau overmac(t dan keadaan darurat atau noodtoestand. &edangkan noodtoestand sendiri ada 0 kemungkinan, yakni * 1. 8rang terjepit antara $ )dua/ kepentingan, dalam hal ini ada kon!lik antara dua kepentinganE $. 8rang terjepit antara kepentingan dan kewajibanE

8. 8rang terjepit antara $ )dua/ kepentingan.(+


Dengan mendasarkan pada perkembangan keadaan di masyarakat, pasal ini harus dita!sirkan secara luas. =akna pengaruh daya paksa disini termasuk pula opini publik yang mengancam kesehatan psikis korban perkosaan yang hamil. ?iat korban perkosaan untuk menggugurkan kandungannya belum tentu hanya berasal dari nuraninya saja, karena ia sadar bahwa embrioBjanin tersebut tidak berdosa. ?amun ketakutan akan persepsi masyarakat bahwa anak yang ia lahirkan adalah anak di luar nikah, melahirkan anak tanpa suami, anaknya nanti akan dicap sebagai anak haram dan pandangan-pandangan yang bersi!at minor lainnya cenderung memicu niat korban perkosaan untuk menggugurkan kandungannya.
5$

=oeljatno, 4sas....,+p)5it),halaman 9;.

A<

8pini masyarakat tersebut dapat dikategorikan sebagai daya paksa >overmac(t. yang berasal dari luar diri korban perkosaan dan secara sosiologis memaksa korban perkosaan untuk menggugurkan kandungannya agar dapat terhindar dari stigma-stigma buruk di masyarakat. 4spek ini harus diperhatikan dalam proses pemidanaan oleh hakim. 4pabila hal ini diabaikan ada kemungkinan korban perkosaan akan mengalami tekanan psikis bertubitubi tanpa ada kepedulian sama sekali dari masyarakat, aparat penegak hukum maupun pemerintah. Dengan demikian, seorang hakim dalam proses peradilan pidana khususnya dalam kasus abortus provocatus pada korban perkosaan tidak hanya berkedudukan sebagai pelaksana undang-undang saja. ?amun lebih dari itu, hakim harus mampu mena!sirkan hukum agar pemberlakuannya sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Lebih jauh lagi, hakim harus mampu menemukan hukum >rec(tsvinding. dalam menangani kasus-kasus yang spesi!ikasinya ada di luar undang-undang. Dengan demikian, hakim sebagai praktisi hukum juga harus berperan serta dalam mengembangkan hukum yang mengandung aspek-aspek keadilan dan keman!aatan hukum sebagaimana ditegaskan dalam 33 ?o. ;5 +ahun $..A tentang "ekuasaan "ehakiman tidak hanya bagi para pihak yang bersangkutan namun juga bagi masyarakat luas. Perumusan delik abortus provocatus tidak terlepas dari proses dan konteks sosial pada waktu "37P itu dibuat. &eperti diketahui, "37P yang merupakan induk dari hukum pidana )tertulis/ di Indonesia itu merupakan

A5

hasil konkordansi dari -#& 6elanda. Dari perumusan delik yang berkitan dengan perempuan sebagai korbannya dapat disimpulkan, bahwa eksistensi perempuan sebagai manusia utuh belum diakui. 7al ini secara gamblang dapat dilihat dari pereduksian hakekat perempuan sebagai manusia hanya terbatas pada alat kelaminnya, seperti yang dapat dilihat pada pasal tentang perkosaan. =enurut "37P dikatakan ada perkosaan apabila seorang laki-laki dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksakan persetubuhan dengan perempuan di luar perkawinan. &edangkan menurut batasan medis, dikatakan ada persetubuhan jika ada penetrasi penis ke dalam #agina. Dengan demikian seorang laki-laki yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksakan oral seks atau anal seks, atau bahkan memasukkan benda-benda lain ke dalam #agina seorang perempuan tidak dapat dijerat dengan pasal perkosaan ini. Demikian juga jika yang melakukan pemaksaan persetubuhan adalah suami dari perempuan tersebut. 4borsi memang mengundang banyak kontro#ersi, misalnya mengenai hak janin dan hak ibu hamil, atau mengenai konsep awal kehidupan, apakah sejak terjadinya konsepsi atau beberapa mingguBbulan setelah itu. Perbedaaan pandangan inilah yang menyebabkan timbulnya dua aliran yang memperdebatkan masalah aborsi. =enurut ". 6ertens dalam Lukman 7akim ?ainggolan, ,erakan Pro 0ife menekankan hak janin untuk hidup. 6agi mereka mengaborsi janin sama dengan pembunuhan )murder/ gerakan Pro 5(oice mengedepankan pilihan si perempuan mau melanjutkan kehamilannya atau mengakhirinya dengan aborsi. 6agi mereka perempuan

AA

mempunyai hak untuk memilih antara dua kemungkinan itu, orang lain dalam masalah ini tidak dapat ikut campur.(8

Pereduksian eksistensi perempuan sebagai manusia utuh tersebut sekaligus menunjukkan kurang diakuinya atau tidak adanya perlindungan terhadap hak-hak perempuan atas tubuh dan jiwanya. Dalam kasus abortus provocatus ada hak dari perempuan atas tubuh dan jiwanya )karena abortus provocatus seringkali juga mengancam jiwa perempuan yang mengandung /. &oal apakah ada hak dari janin atas tubuh dan jiwanya amat tergantung pada batasan kapan janin dikatakn mempunyai bentuk tubuh seorang manusia serta kapan janin dikatakan mempunai jiwaBnyawa. 4pabila janin dianggap mempunyai hak, tanpa mempersoalkan kapan hak itu muncul atau diakui, maka sebenarnya pada kasus abortus provocatus terjadi kon!lik antara dua hak, yaitu hak perempuan yang hamil bertentangan dengan hak janin. Dengan demikian untuk menentukan apakah perempuan )korban perkosaan/ yang melakukan abortus provocatus atas kandungannya dapat dipidana atau tidak dapat dinilai dari kepentingan manakah yang lebih utama. Pertentangan antara kedua pandangan tersebut memang masih dirasakan sampai sekarang. 8leh karena itu melalui legalisasi abortus provocatus pada korban perkosaan dengan memenuhi beberapa syarat seperti yang diatur melalui 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, diharapkan selain memberikan perlindungan hukum terhadap perempuan korban perkosaan yang kemudian hamil dan memilih abortus provocatus
50

Lukman 7akim ?ainggolan, 4spek 7ukum..... , +p)5it., halaman A5.

1..

sebagai cara untuk mengakhiri kehamilannya, juga menjadi alternati! pemecahan masalah yang objekti! yang dipilih oleh masyarakat khususnya bagi mereka yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki sebagai akiat dari tindak pidana perkosaan. &ebenarnya, beberapa ?egara yang telah melegalkan aborsi memberi pilihan yang layak bagi ibu-ibu yang memiliki anak di luar nikah. &elain tersedianya klinik aborsi di mana-mana, jika perempuan memutuskan menyimpan janin yang dia kandung, biasanya tersedia dua alternati!* sebagai single mot(er, atau pengaturan adopsi untuk bayi tersebut. &ebagai single mother dia beserta bayinya akan mendapatkan dukungan material, seperti tunjangan makanan, kesehatan, biaya hidup bahkan sekolah bagi anak dari pemerintah. +etapi pemerintah Indonesia tidak akan mampu melakukan hal tersebut melihat perekonomian ?egara yang sedang mengalami krisis, jangankan mengharapkan tunjangan, perlakuan manusiawi pun sulit di dapat bagi perempuan yang bernasib seperti ini. Perdebatan antara pandangan pro life dan pro c(oice memang tidak akan pernah selesai dan merupakan pilihan sulit bagi masyarakat yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki. Pokok dari permasalahan abortus provocatus ini adalah karena adanya kehamilan yang tidak dikehendaki, dan untuk mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki tersebut harus ada upaya-upaya dari pemerintah dan masyarakat dalam mencegah permasalahan ini. Dan salah satu upaya yang sudah dilakukan adalah melakukan perubahan yang lebih progresi! melalui legalisasi 3ndang-3ndang

1.1

?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan terhadap abortus provocatus pada korban perkosaan. 8leh karena itu, perlu segera disosialisasikan kepada masyarakat bahwa korban perkosaan adalah tetap manusia yang mempunyai hak sama dengan manusia lainnya. =ereka patut mendapat perlakuan sama dengan manusia lainnya, termasuk penghargaan dan penghormatan serta

perlindungan atas haknya untuk melakukan abortus provocatus. "eputusan untuk melakukan abortus provocatus oleh korban perkosaan yang hamil tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. &atu-satunya akibat yang dirasa mengganjal adalah karena keputusan itu menimbulkan gesekan-gesekan dengan norma-norma masyarakat. +api sepenjang tidak merugikan orang lain, keputusan untuk melakukan abortus provocatus tetap harus dihormati. 7al ini juga demi kebaikan si korban sendiri daripada meneruskan kehamilannya tetapi menimbulkan banyak dampak buruk jangka panjang baik bagi dirinya sendiri, anak hasil perkosaan tersebut maupun masyarakat luas. 6erdasarkan uraian hasil penelitian di atas, berikut ini melalui ilustrasi bagan yang disajikan, penulis mengharapkan dapat memudahkan di dalam memahami objek permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini*

1.$

7asil Penelitian

Pengaturan Abortus Provocatus pada "orban Perkosaan dalam Perspekti! 7ukum Pidana

Perlindungan 7ukum Pidana terhadap "orban Perkosaan yang =elakukan Abortus Provocatus

"itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana )"37P/


"37P tidak melegalkan abortus provocatus tanpa kecuali, maka abortus provocatus yang dilakukan korban perkosaan, dan mereka yang turut melakukan pengguguran kandungan berdasarkan pengaturan "37P dapat dikenakan sanksi pidana.

3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan 4borsi karena perkosaan adalah merupakan pengecualian, dan tidak merupakan tindak pidana apabila dilakukan berdasarkan beberapa persyaratan sebagai alasan medis seperti yang diatur dalam Pasal <9 ayat )0/ dan Pasal <@

"37P tidak memberikan perlindungan hukum terhadap perempuan korban perkosaan yang melakukan abortus provocatus.

3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan memberikan perlindungan hukum terhadap abortus provocatus pada korban perkosaan dengan beberapa persyaratan sebagai alasan medis seperti yang diatur dalam Pasal <9 ayat )0/ dan Pasal <@ 33 ?o. 0@ +ahun $..A.

BAB 0 PEN"T"P

A. Si%4ulan

1.0

1. Pengaturan 7ukum Pidana tentang pengguguran kandungan ) abortus

provocatus/ terdapat dalam "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana )"37P/ yang berlaku sebagai hukum pidana umum ) 0e3 ,enerale/, dan juga dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan yang menggantikan 3ndang-3ndang ?o. $0 +ahun 1AA$, dan berlaku sebagai hukum pidana khusus )0e3 Speciale/. "37P memberikan status hukum ilegal terhadap aborsi karena tidak membolehkan aborsi tanpa

pengecualian dengan alasan apapun juga dan oleh siapapun juga. Dengan kata lain, "37P tidak membedakan antara abortus provocatus medicinalis:t(erapeuticus dan abortus provocatus crimnalis "etentuan ini sejak diundangkannya di Laman pemerintahan 7india 6elanda sampai dengan sekarang ini tidak pernah berubah, dan ketentuan ini berlaku umum bagi siapapun yang melakukan, bahkan bagi dokter yang melakukan dapat dikenakan pemberatan pidana. &edangkan dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, permasalahan aborsi memperoleh legitimasi dan penegasan. &ecara eksplisit, dalam undang-undang ini terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi, meskipun dalam praktek medis mengandung berbagai reaksi dan menimbulkan kontro#ersi diberbagai lapisan masyarakat. =eskipun, undang-undang melarang praktik aborsi, tetapi dalam keadaan tertentu terdapat kebolehan, yakni membolehkan aborsi berdasarkan indikasi medis untuk menyeamatkan jiwa ibu dalam keadaan darurat.

1.;

+.

Perempuan

sebagai

korban

perkosaan

yang

kemudian

diketahui

mengandung janin sebagai akibat perkosaan yang pernah dialaminya, yang pada akhirnya memilih untuk melakukan aborsi )abortus provocatus/, dalam ketentuan hukum pidana khususnya melalui 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tetap mendapatkan perlindungan hukum sebagaimana yang diatur dalam undang-undang tersebut. Dalam pengertian lain, hukum pidana melalui ketentuan 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan memberikan perlindungan hukum terhadap tindakan abortus pro#ocatus pada korban perkosaan dengan beberapa persyaratan sebagai alasan medis seperti yang diatur dalam Pasal <9 ayat )0/ dan Pasal <@ 33 ?o. 0@ +ahun $..A.

B. Saran
1. &eyogjanya pedoman atau prinsip-prinsip pelaksanaan aborsi terhadap

janin hasil perkosaan

perlu dirumuskan secara eksplisit di dalam

Peraturan Pemerintah. 3ntuk itu perlu segera diterbitkannya Peraturan Pemerintah )PP/ sebagai peraturan pelaksana dari 33 ?o. 0@ +ahun $..A yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan aborsi bagi korban perkosaan. 2ang menjadi pertimbangan penting sehingga penulis menganggap perlu untuk segera diterbitkannya Peraturan Pemerintah )PP/ tersebut yaitu, bahwa Peraturan Pemerintah tentang tata cara pelaksanaan aborsi terhadap janin hasil perkosaan, tidak sembarangan bisa dilakukan sebagai jalan keluar bagi pelaku aborsi akibat perkosaan. &elain itu agar 1.9

Pasal <9 ayat )$/ sebagai aturan pengecualian

terhadap aborsi tidak

dijadikan justi!ikasi sebagaian orang untuk mempermudah terjadinya aborsi. Dengan demikian sebagai pelaksana lapangan dari 33 ?o. 0@ +ahun $..A ini benar-benar mengetahui kebutuhan nyata masyarakat. &ehingga, 33 ?o. 0@ +ahun $..A menjadi undang-undang yang lahir karena respon kebutuhan sebagai jawaban atas persoalan dan bukan menambah persoalan yang baru. "eberadaan aturan yang dimaksud harus betul memperhatikan segi positi! dan negati!nya, karena berkaitan dengan pembentukan moral bangsa secara keseluruhan.

$. Perlu melakukan re#isi terhadap 33 ?o. 0@ +ahun $..A, khususnya beberapa pasal yang terkait dengan penentuan usia maksimal janin sebagai akibat perkosaan yang boleh diaborsi. =enurut Pasal <@ huru! a 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, seorang perempuan korban pemerkosaan hanya boleh mengakses aborsi yang sah jika kehamilannya kurang dari enam minggu. "erangka waktu yang pendek ini akan membuat tidak mungkin bagi sebagian besar perempuan yang memerlukan layanan aborsi untuk mengakses layanan semacam itu secara legal. 6anyak perempuan tidak menyadari bahwa mereka hamil dalam waktu sesingkat itu, dan korban pemerkosaan karena trauma yang mereka derita mungkin baru mengetahui atau dapat mengakui kehamilan mereka setelah periode enam minggu berakhir. =enurut penulis, pembatasan kehamilan enam minggu yang bersi!at mutlak merupakan pembatasan atas akses perempuan

1.@

terhadap layanan aborsi. Di samping itu, 33 "esehatan mensyaratkan para korban pemerkosaan untuk mendapat konseling sebelum dan sesudah tindakan aborsi oleh konselor guna mengakses layanan aborsi yang sah )Pasal <9 ayat )0//, tapi tidak merinci prosedur bagi seorang perempuan yang hamil karena tindakan pemerkosaan untuk bisa membahas hal ini dengan konselor dengan tujuan mendapatkan aborsi. "egagalan

memperjelas proses ini mendudukkan baik perempuan maupun konselor dalam posisi di mana hak mereka masing-masing untuk mengakses layanan medis, dan tanggung jawab untuk menyediakan akses ke layanan aborsi, tidaklah jelas. "arena ketidakjelasan ini perempuan mungkin mengalami trauma lagi karena harus menceritakan perincian pemerkosaan, atau karena tidak memperoleh akses ke aborsi yang berhak mereka dapatkan, karena konselor tidak tahu kapan boleh secara sah memberikan aborsi dengan alasan pemerkosaan. "eadaan ini khususnya sulit bagi kelompok tertentu yang rentan seperti para perempuan dan gadis yang menjadi pekerja rumah tangga.

3. Perlu kerjasama dari berbagai pihak yang terkait dalam hal memastikan,

bahwa proses pelaksanaan aborsi secara sah tidak memberikan trauma kedua kalinya kepada para korban perkosaan, dan tidak membebankan sehingga mungkin mencegah sebagian besar korban, terutama mereka yang tinggal di komunitas miskin, termarginalisasi dan terpencil, untuk mengakses pelaksanaan layanan-layanan aborsi yang aman. Disamping

1.<

itu, juga memastikan bahwa program-program khusus dengan konselor, penyedia layanan dan pemangku kepentingan lainnya diadakan sehingga para korban perkosaan memiliki akses terhadap layanan-layanan untuk melakukan aborsi yang aman, dan diiLinkan menurut undang-undang.

1.5

You might also like