You are on page 1of 33

Presentasi kasus

CA OVARIUM RESIDIF DENGAN PANSITOPENIA

Disusun oleh:
Nur Agami
FKUPN 111.0221.129

Moderator :
dr. Toto Imam S, Sp.OG.K.Onk

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI GINEKOLOGI


PERIODE 21 OKTOBER 28 DESEMBER 2013
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SUBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
1

BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
No.RM

: 353676

Nama

: Ny. B

Usia

: 53 tahun

Pedidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu rumah tanggal

Status

: Menikah

Agama

: Kristen-Protestan

Suku

: Palembang

Alamat

: Jl.Cendrawasih II no.10 Depok

IDENTITAS SUAMI

Nama

: Tn. R

Umur

: 54 tahun

Pendidikan

: SI

Pekerjaan

: TNI-AD

Pangkat

: Letkol

Kesatuan

: KODAM JAYA

Suku

: Batak

Agama

: Protestan

Alamat

: Jl.Cendrawasih II no.10 Depok

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis tanggal 12 November 2013 pukul 11.00
Keluhan Utama
Pusing, muntah dan tidak napsu makan.

Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang wanita yang bernama Ibu B, 53 datang dengan keluhan Pusing, muntah
sebanyak 3 kali, dan tidak napsu makan. Pasien merupakan pasien onkologi kebidanan
yang sebelumnya didiagnosis Ca Ovarium 3,5 tahun yang lalu dan pasien berencana
akan melakukan kemoterapi seri ke III B: Gemcikal-carboplantine. Keluhan nyeri perut
bagian bawah dan terasa kram pada panggul (-), keputihan (-), nyeri saat buang air kecil
(-), gangguan BAB (-),badan lemas (+), sesak nafas (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Tahun 2010 pasien datang ke poli RSPAD rujukan dari RS. Cijantung dengan
diagnosa susp.mioma uteri. Sebelumnya pasien sering mengeluhkan nyeri didaerah
disekitar simfisis pubis yang menjalar hingga ke tulang belakang. Keluhan perdarahan
(-), perut terasa membesar (-) . Dari hasil pemeriksaan ginekologi terdahulu didapatkan :
Inspeksi: u/v tenang, perdarahan (-) , Inspekulo: Porsio licin, OUE tertutup, fl(-), flx (-),
VT: CUT kesan normal, teraba masa diadneksa kiri kira-kira 15 cm dan kanan kira-kira
10 cm. Hasil USG tanggal 24-06-2010 didapatkan hasil : NOK kanan susp.dermoid ,
mioma uteri, dan susp.tumor mesensial.

14-07-2010 : Operasi HTSOB+Omentektomi+Apendiktomi


PA: atypical proliferating endometrioid tumor derajat tinggi (sediaan berasal dari
ovarium)
29-07-2010 : operasi debulking
PA: -cystadenokarsinoma serosum papilliferus ovarium.
-Omentum tidak tampak sel tumor
22-10-2013 Kemoterapi seri III : CP
19-11-2010 Kemoterapi seri ke IV : CP
26-04-2011 : residif debulking+loss of followup
26-12-2012: kemoterapi 6 seri Carbo-Brexel
26-05-2013: kemoterapi seri ke IV: Docetaxel Carboplantin
29-07- 2013 : laparotomi debulking
Hasil histopatologis sesuai cystadenokarsinoma serosus papilarius ovarium.
29-10-2013 : Kemoterapi seri II A : Gemcikal-carboplantine
27-11-2013 Kemoterapi III B: Gemcikal-carboplantine
Riwayat Haid
Menarche

: 13 tahun

Lamanya haid

: 5-6 hari

Siklus

: teratur, 28-30 hari

Banyaknya

: 2-3 kali ganti pembalut/hari

Nyeri haid

: tidak ada

Riwayat KB
Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah satu kali, dengan usia pernikahan 23 tahun.
Riwayat Obstetri
P0A2
Riwayat Penyakit Dahulu
Tuberkulosis

: Disangkal

Hipertensi

: Disangkal

DM

: Disangkal

Asma

: Disangkal

Alergi

: Diakui, alergi obat golongan penisilin

Riwayat tumor

: Diakui

Riwayat operasi

: Diakui,saat tahun tahun 2010 Operasi HTSOB +


Omentektomi+Apendiktomi

Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi

: Disangkal

DM

: Disangkal

Asma

: Disangkal

Alergi

: Disangkal

Penyakit keturunan lain

: Disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK (12 November 2013)


Berat badan : 45 Kg
Tinggi Badan : 148 cm
BMI : 20,45% (Normal)

Status Generalis
Keadaan Umum

: tanpa Sakit sedang, pasien hanya dapat bicara kata perkata.

Kesadaran

: Composmentis, GCS 15 E4V5M6

Tanda Vital
Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Denyut nadi

: 80 x/menit, reguler, isi cukup

Pernapasan

: 18 x/menit, reguler, kedalaman cukup

Suhu

: 36,8 oC

Kepala

: deformitas (-), rambut hitam tidak mudah dicabut

Mata

: konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor ( 2mm),


refleks cahaya (+/+).

THT

: tenang

Dada

: simetris statis dan dinamis, massa (-)

Paru

: sonor +/+, vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Dada

- Paru
Inspeksi

: Bentuk normal, gerak simetris, retraksi intercostal space (-),


retraksi otot bantu napas supraclavicular (-), ekspirasi
memanjang (-)

Palpasi

: Pelebaran ICS (-), Fremitus vokal kanan=kiri

Perkusi

sonor kiri = kanan

Auskultasi

Suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

- Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Redup, batas jantung di ICS III parasternal line dextra, ICS V


midclavicular line sinistra

Auskultasi

: S1S2 tunggal reguler, bising jantung (-)

Inspeksi

: datar

Palpasi

: supel, korpus uteri tidak didapatkan pembesaran, nyeri tekan (-)

Perkusi :

: tympani

Perut

Auskultasi
Anggota Gerak

: Bising usus (+) normal


: Sianosis (-), anemis (-), edema (-), akral teraba hangat, tidak ada
edem.

Status Ginekologi
Inspeksi

: uretra dan vulva tidak tampak tanda peradangan, darah (-), keputihan (-)

Inspekulo

: tidak dilakukan

VT

: tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium
12/11/13

14/11/13

18/11/13

24/11/13

26/11/13

Nilai normal

Hemoglobin

5,8 *

7.6*

11.8

10.5

10.7

12-16 g/dl

Hematokrit

16

21

33

31

32

37-47 %

Eritrosit

1.9

25

3.9

3.6

3.7

4,3 6,0 juta/L

Leukosit

400*

300*

7600*

5300*

6600*

4800-10800/L

Trombosit

3000*

4000*

11000*

62000*

13000*

150000-400000/L

MCV

84

85

85

87

87

80-96 fL

MCH

30

30

30

29

29

27-32 pg

MCHC

36

36

35

34

33

32-36 g/dL

Ureum

66

69

69

20-50 mg/dl

Kreatinin

1.2

1.3

1.7

0,5-1.5 mg/dl

GDS

138

144

<140 mg/dl

Natrium (Na)

133

140

143

135-147 mmol/L

Hematologi

Kimia Klinik

Kalium (K)

4.6

4.4

6.2

3.5-5.0 mmol/L

Klorida (Cl)

98

105

104

95-105 mmol/L

V.Follow-up dan Penatalaksanaan


Date
12-11-13

Subjective (S), Objective (O), Assessment (A)


S : badan lemas (+),mual (+), muntah (+), demam (-),
pusing (-), perdarahan (-),

Planning therapy

-Hemodinamik stabil
-Target leukosit >1000

O : Compos mentis, HR: 88x/mnt, T: 36,7 C, BP: 80/60 -Target trombosit > 50.000
mmHg, RR: 20x/menit,

-Target HB > 10 g/dl

ST.Generalis :
Mata : Konjungtiva Anemi (+/+), Sklera Ikhterik -/-.
Mulut : Sianosis (-), kering (-)
Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time <2
ST.Ginekologi : I: v/U : Tenang, fluor (-) , fluxus (-)

-IVFD Nacl : RL: 2: 1 /24 jam


-Farmadol iv 3x500
-Seftazidim iv 3x1
-Ondansentron iv 3x8

A : Ca Ovarium residif + Pansitopenia

-Rantin iv 2x1
-Leukogen 1 Amp
-Transamin iv 3x1
-Dexametason iv 2x1
-Rencana Transfusi 750 cc
14-11-13

S : badan lemas (+),mual (+), muntah (+), demam (-),


pusing (-), perdarahan (-),

IVFD: Aminofluid : RL: NaCl


1:1:1

O : Compos mentis, HR: 76 x/mnt, T: 36,7 C, BP: 90/60 Omeprazole iv 1x40 mg


mmHg, RR: 20x/menit,
ST.Generalis :
Mata : Konjungtiva Anemi (+/+), Sklera Ikhterik -/-.
Mulut : Sianosis (-), kering (-)
Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time <2
ST.Ginekologi : I: v/U : Tenang, fluor (-) , fluxus (-)
18-11-13

A : Ca Ovarium residif + Pansitopenia


S : badan lemas (+),mual (+), tidak napsu makan (-),

Hemodinamik stabil
8

muntah (-), demam (-), pusing (-), perdarahan (-),

Cegah stress

O : Compos mentis, HR: 80x/mnt, T: 36,90C, BP: Nutrisi adekuat


100/70 mmHg, RR: 18x/menit,

IVFD: Aminofluid : RL: NaCl

ST.Generalis :

1:1:1

Mata : Konjungtiva Anemi (+/+), Sklera Ikhterik -/-.

Omeprazole iv 1x40 mg

Mulut : Sianosis (-), kering (-)


Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time <2
ST.Ginekologi : I: v/U : Tenang, fluor (-) , fluxus (-)
24-11-13

A : Ca Ovarium residif + trombositopenia


S : badan lemas (+),mual (+), muntah (-), subfebris (+),
pusing (-), perdarahan (-),

Target trombosit >100.000


Leukosit >5000

O : Compos mentis, HR: 80x/mnt, T: 37,70C, BP: 90/60 Aminofluid : Rl: NaCl 1:1:1
mmHg, RR: x/18menit,

TC 20 kantung bertahap

ST.Generalis :

Nutrisi cukup ,diet 1700 kkal

Mata : Konjungtiva Anemi (-/-), Sklera Ikhterik -/-.

Bactesyn 3x1

Mulut : Sianosis (-), kering (-)

Dexametason 2x5 mg

Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time <2

Paracetamol kp

ST.Ginekologi : I: v/U : Tenang, fluor (-) , fluxus (-)


26-11-13

A : Ca Ovarium residif + trombositopenia


S : badan lemas (+),mual (+), muntah (-), demam (-),
pusing (-), perdarahan (-),

Cek ulang DL
Bactesyn 3x1

O : Compos mentis, HR: 88x/mnt, T: 36,60C, BP: Dexametason 2x5 mg


100/60 mmHg, RR: x/18menit,
ST.Generalis :
Mata : Konjungtiva Anemi (-/-), Sklera Ikhterik -/-.
Mulut : Sianosis (-), kering (-)
Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time <2
ST.Ginekologi : I: v/U : Tenang, fluor (-) , fluxus (-)
27-11-13

A : Ca Ovarium residif + trombositopenia


S : badan lemas (+),mual (-), muntah (-), demam (-),
pusing (-), perdarahan (-),

Inj.Paloxi drip
Inj.cibactadian iv

O : Compos mentis, HR: 88x/mnt, T: 36,60C, BP: Gemcikal 1600 drip


100/60 mmHg, RR: x/18menit,

Carboplatine 600 drip

ST.Generalis :

Inj.dexamethasone 10 mg

Mata : Konjungtiva Anemi (-/-), Sklera Ikhterik -/-.

Inj.im delladryl 2 cc

Mulut : Sianosis (-), kering (-)

Inj. Ranitidine 300 mg


9

Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time <2

Inj.Ondesco 8 mg

ST.Ginekologi : I: v/U : Tenang, fluor (-) , fluxus (-)


A : Ca Ovarium residif pro kemoterapi

VI. DIAGNOSIS KERJA


Ca ovarium residif dengan pansitopenia

VII. PROGNOSA
Dubia ad malam

VIII. RENCANA TERAPI


Perbaikan Hemodinamik pro kemoterapi
IX. RENCANA EDUKASI
Menjelaskan keadaan pasien dan tindakan yang akan dilakukan

10

PEMBAHASAN
Dari anamesis didapatkan keterangan pasien Ny. B, 53 th. P0A2 datang dengan
keluhan Pusing, muntah sebanyak 3 kali, dan tidak napsu makan. Pasien merupakan
pasien onkologi kebidanan yang sebelumnya didiagnosis Ca Ovarium 3,5 tahun yang
lalu dan pasien berencana akan

melakukan kemoterapi seri ke III B: Gemcikal-

carboplantine. Sedangkan dari anamesis tentang riwayat penyakit terdahulu pasien,


didapatkan bahwa pertama kali keluhan yang dirasakan pasien saat belum terdiagnosa
Ca Ovarium, pasien sebelumnya sering mengeluhkan nyeri didaerah disekitar simfisis
pubis yang menjalar hingga ke tulang belakang. Selain itu pasien mengatakan seperti
timbul benjolan di perut kanan dan kirinya sehingga membuat pasien tidak nyaman,
menurut diliteratur gejala yang dialami oleh pasien merupakan beberapa gejala dari Ca
Ovarium. Gejala tersebut antara lain adalah timbulnya sakit di bagian punggung, yang
sering

diikuti

gejala,

haid

tidak

teratur,

ketegangan

menstrual

yang

terus

meningkat,menoragia, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri tekanan
pada pelvis, rasa begah setelah makan makanan kecil, lingkar abdomen yang terus
meningkat,dan sulit buang air besar.
Selain itu pada pasien ini mempunyai beberapa faktor predisposisi yang bisa
mengakibatkan Ca Ovarium antara lain pasien ini tidak mempunyai anak, menurut
literatur Nuliparitas berhubungan dengan ovulasi yang berulang dalam jangka waktu
lama dan wanita nulipara mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
ovarium.1,6 Dan menurut literatur Ca Ovarium lebih banyak dialami oleh wanita usia
pramenopause sekitar 50 tahunan, sesuai dengan usia pasien pertama kali terdiagnosa
Ca Ovarium.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal, kecuali konjungtiva
tampak anemi, sedangkan dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 5.8, Leukosit
11

400, Trombosit 3000. Dari hasil pemeriksaan tersebut disarankan untuk perbaikan
keadaan umum pasien terlebih dahulu, dan dilakukan transfusi darah dan trombosit,
penatalaksanaan ini sesuai dengan literatur, untuk penatalaksanaan pansitopenia yang
dialami pasien transfusi darah merupakan pilihan utama. Selain itu literatur juga
menyebutkan untuk memulai dilakukannya kemoterapi pada pasien Ca Ovarium kadar
laboratorium hematologi harus mendekati kadar standar normal, target yang disarankan
antara lain target leukosit >1000, target trombosit > 50.000,target HB > 10 g/dl hal ini
mengingat bahwa, jika terjadi gangguan hematologi pada pasien pemberian antikanker
dapat menyebabkan hasil pengobatan menjadi kurang efektif. Dan untuk memperbaiki
keadaan umum pasien, pemberian obat-obatan tambahan mesti harus diberikan, sesuai
dengan keluhan pasien, pada pasien ini tindakan yang diberikan sudah sesuai dengan
semestinya.
Sedangkan dari hasil pemeriksaan terakhir histopatologi yag didapatkan ada
tanggal 29-07-2010 didapatkan hasil cystadenokarsinoma serosum papilliferus ovarium
dan tidak Omentum tidak tampak sel tumor, untuk jenis tumor ovarium epitel tersebut
sudah dilakukan kemoterapi, tetapi tidak ada hasil dari pemeriksaan CA-125, hal ini
tidak sesuai dnegan literatur yang menyebutkan bahwa sebaiknya dilakukan
pemeriksaan terhadap kadar CA-125 untuk melihat upaya keberhasilan yang telah
dihasilkan dari kemoterapi yang telah diberikan

12

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker ovarium
Kanker ovarium adalah kanker kedua tersering dari seluruh tumor ganas
ginekologi dan merupakan penyebab kematian nomor satu dari seluruh kematian
akibat kanker ginekologi. Pada umumnya penderita didiagnosis terlambat karena
belum adanya metode deteksi dini yang akurat untuk kanker ovarium sehingga
hanya 25-30 % saja yang terdiagnosis pada stadium awal.1,2 Hingga tahun 1998,
kanker ovarium merupakan kanker kelima tersering yang menyebabkan kematian
wanita di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara dan
pankreas. Insidensinya pada wanita di bawah 50 tahun adalah 5,3 per 100.000 dan
meningkat menjadi 41,4 per 100.000 wanita di atas 50 tahun.1
Di Indonesia kanker ovarium menduduki urutan keenam terbanyak dari
keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit
dan limfoma.

1,2, 5

Pada umumnya kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut.

Tumor membesar dan menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluhan. Oleh karena
itulah tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun
mematikan (silent killer). Kanker ovarium baru menimbulkan keluhan apabila telah
menyebar ke rongga peritoneum dan pada keadaan ini tindakan pembedahan dan
terapi adjuvan seringkali tidak menolong. Penderita biasanya meninggal karena
malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor intraperitoneal.1,2 Kanker ovarium
mempunyai mortalitas yang paling tinggi pada wanita di usia produktif
dibandingkan dengan kanker lain. Insiden di Amerika Serikat adalah 6 7/100.000
dan pada kebanyakan negara, kelangsungan hidup selama 5 tahun secara
keseluruhan adalah sebanyak 30 %. Kecenderungan terjadi karsinoma ovarium
meningkat seiring usia dengan usia rata-rata pada saat diagnosis adalah 63 tahun.
13

Terdapat variasi geografis bagi karsinoma ovarium yang mana sering terjadi di
Eropa utara dan Amerika Serikat dan lebih jarang di Afrika dan Jepang.
Ada beberapa tipe dari tumor ovarium, baik yang jinak maupun ganas.
Sekitar 80 % dari seluruh kasus bersifat jinak dan sebagian besarnya ditemukan
pada wanita muda yang berusia antara 20-45 tahun. Tumor ganas lebih sering
ditemukan pada wanita yang berusia 40-65 tahun.
Gejala
Kanker indung pada masa awal berkembang cenderung tanpa gejala. Inilah
yang menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini. Biasanya, gejala umum
terjadi kanker ini adalah timbulnya sakit di bagian punggung, yang sering diikuti
gejala, haid tidak teratur, ketegangan menstrual yang terus meningkat,menoragia,nyeri
tekan pada payudara,menopause dini,rasa tidak nyaman pada abdomen,tekanan pada
pelvis,rasa begah setelah makan makanan kecil,lingkar abdomen yang terus
meningkat, Sulit buang air besar.1,2

Patofisiologi
Penyebab karsinoma ovarium secara tepat belum diketahui. Terdapat teori
chronic uninterrupted ovulation yang berhubungan dengan resiko terjadinya
karsinoma ovarium. Pada saat terjadi ovulasi, akan terjadi kerusakan pada epitel
ovarium dan mengaktifkan mekanisme perbaikan selular (cellular repair
mechanism). Proses perbaikan ini memerlukan waktu tertentu. Proses ovulasi dan
kerusakan epitel yang terjadi berkali-kali atau berulang untuk waktu yang lama
tanpa interupsi, terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai (masa
istirahat sel tidak adekuat), akan memberikan peluang untuk terjadinya delesi gen
somatik serta mutasi selama proses perbaikan sel sehingga dapat terjadi
transformasi sel menjadi sel-sel neoplastik. Nuliparitas, menarke awal dan
menopause lambat merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya karsinoma ovarium.
Oleh karena itu, faktor-faktor yang berhubungan dengan incessant ovulation
atau terjadinya supresi ovulasi secara terus menerus dapat mengurangi aktivasi
mekanisme perbaikan sel epitelial serta menurunkan peluang terjadinya delesi gen
14

dan mutasi. Penggunaan kontrasepsi oral, menyusui, multiparitas dan chronic


anovulation merupakan beberapa faktor yang dapat mengurangi resiko terjadinya
karsinoma ovarium dengan menginterupsi atau mensupresi terjadinya ovulasi.1,6,7

Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko kanker ovarium hingga saat ini masih belum jelas
dibandingkan tumor-tumor genitalia lainnya. Namun, nuliparitas, riwayat keluarga
dan mutasi yang diturunkan telah dinyatakan berperan dalam perkembangan tumor.
Selain itu, beberapa penulis telah melaporkan bahwa terdapat hubungan antara
kejadian kanker ovarium dengan beberapa faktor lingkungan termasuk paparn
dengan makanan tertentu, infeksi virus dan bahan-bahan industri.2,7
Beberapa faktor risiko yang dinyatakan berhubungan dengan terjadinya
kanker ovarium antara lain :
1. Nuliparitas
Nuliparitas berhubungan dengan ovulasi yang berulang dalam jangka
waktu lama dan wanita nulipara mempunyai resiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker ovarium. Namun, pada wanita yang mendapatkan terapi
infertilitas dengan kelahiran hidup tidak meningkatkan risiko terhadap kanker
ovarium. Pada umumnya, resiko berkurang pada setiap kelahiran hidup dan
mendatar pada wanita dengan paritas sebanyak lima kali. Kondisi tersebut
semakin memperkuat hipotesis incessant ovulation.
2. Menarke awal dan menopause lambat
Menarke awal dan lambatnya terjadi menopause juga dikaitkan dengan
peningkatan risiko terhadap kanker ovarium. Sebaliknya menyusui memiliki
efek protektif terhadap kanker ovarium dengan memperpanjang waktu amenore.
Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi selama lima tahun atau lebih juga
mengurangi risiko sebesar 50 % dengan durasi perlindungan berlangsung
hingga 25 tahun setelah penggunaan terakhir. Hal ini dikarenakan tidak
terjadinya ovulasi saat menyusui maupun saat menggunakan kontrasepsi oral.
3. Ligasi tuba dan histerektomi
Ligasi tuba dan histerektomi telah dikaitkan dengan 67 % dan 30 %
pengurangan berkembangnya kanker ovarium. Hal ini dikarenakan tindakan
15

tersebut dapat mengganggu suplai darah ovarium dan/atau menurunkan migrasi


karsinogen dari saluran genitalia bawah sampai ke ovarium.

4. Ras
Wanita kulit putih memiliki insiden tertinggi pada kasus kanker ovarium
antara semua kelompok ras dan etnik. Dibandingkan dengan perempuan kulit
hitam dan hispanik, risiko ini meningkat sebesar 30-40%. Meskipun alasan
yang tepat tidak diketahui, perbedaan ras dalam paritas dan tingkat operasi
ginekologi dapat menjelaskan beberapa perbedaan.
5. Faktor genetik dan familial
Di antara seluruh faktor risiko kanker ovarium, yang paling dianggap
berpengaruh adalah faktor genetik. Riwayat keluarga tingkat pertama dengan
kanker ovarium, seperti ibu, anak atau saudara mempunyai risiko tiga kali lipat
menderita kanker ovarium. Risiko lebih meningkat jika terdapat dua atau lebih
kerabat tingkat pertama yang menderita kanker ovarium.
Berdasarkan penelitian epidemiologi, dikenal tiga kelainan genetik yang
berkaitan dengan terjadinya kanker ovarium. Namun kelainan genetik ini tidak
hanya menyebabkan keganasan pada ovarium, tetapi juga menyebabkan
keganasan pada organ lain secara bersamaan, sehingga merupakan suatu
sindroma. Ada tiga sindroma yang dikenal, sesuai dengan urutan yang paling
banyak dijumpai, yaitu:1,2,6,9
a. Hereditary breast/ ovarian cancer syndrome (HBOC)
b. Hereditary site-specific ovarian cancer
c. Hereditary nonpolyposis colon cancer syndrome (HNPCC)
Dengan demikian, adanya riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium,
payudara atau kolon merupakan faktor risiko terjadinya kanker ovarium pada
seseorang.
Kurang dari 10 % kasus merupakan karsinoma ovarium herediter. HBOC
merupakan kelainan herediter yang paling banyak ditemukan dan merupakan
85-90 % karsinoma ovarium herediter. Sebagian besar kanker ovarium
berhubungan dengan mutasi gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17q.
16

Gen lain yang berperan dalam kerentanan terhadap kanker ovarium dan
payudara adalah BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q. Wanita dengan
mutasi pada gen BRCA1 dan riwayat keluarga dengan kanker mempunyai
risiko sebesar 90 % untuk mendapat kanker payudara dan 65 % untuk mendapat
kanker ovarium. Mutasi BRCA1 ditemukan pada 5 % pasien di bawah usia 70
tahun dengan kanker ovarium. Risiko terkena kanker ovarium pada wanita
dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2 diperkirakan sekitar 20-60 % pada usia 70
tahun. Kebanyakan kanker ini adalah jenis kistadenoma serosa. Mutasi pada gen
supresor tumor p53 juga ditemukan pada 50 % kasus kanker ovarium.
6. Umur
Pertambahan usia berhubungan langsung dengan peningkatan risiko
terhadap kanker ovarium, khususnya di atas 50 tahun. Penelitian menunjukkan
bahwa pasien berusia 65 tahun ke atas didiagnosa pada stadium lanjut. Prognosis
dan kelangsungan hidup juga lebih jelek dibanding dengan pasien berusia
kurang dari 65 tahun.
7. Geografis
Wanita yang tinggal di Amerika Utara, Eropa Utara, atau negara
perindustrian barat, misalnya Israel, memiliki risiko lebih tinggi menderita
kanker ovarium. Secara global, kejadian sangat bervariasi, namun negaranegara berkembang dan Jepang memiliki tingkat terendah. Kebiasaan makanan
di setiap daerah mungkin mempengaruhi, misalnya konsumsi makanan rendah
lemak namun tinggi serat, karoten dan vitamin tampak protektif terhadap
kanker ovarium.
8. Faktor bahan-bahan industri
Beberapa penelitian melaporkan bahwa asbes dan komponen dari talk
(hydrous magnesium trisilicate) dapat meningkatkan peningkatan kejadian
neoplasma epitel ovarium pada wanita-wanita yang dalam pekerjaannya
terpapar dengan asbes. Penelitian Langseth (2007) pada para wanita pekerja di
Norwegia yang terpapar dengan asbes menunjukkan bahwa pada pemeriksaan
histopatologis dijumpai adaanya partikel asbes pada jaringan ovarium dari
wanita-wanita pekerja tersebut. Partikel talk tersebut dapat mencapai ovarium

17

melalui vagina ke uterus dan keluar melalui tuba falopii masuk ke rongga
peritoneum.
Klasifikasi
Karsinoma ovarium merupakan 60% neoplasma ovarium dan 80% keganasan
ovarium. Klasifikasi untuk tumor ovarium yang dipakai adalah klasifikasi WHO,
2003 yang membagi tumor ovarium berdasarkan asal sel dan jaringannya. Hingga
saat ini, tumor ovarium dianggap berasal dari salah satu dari tiga komponen
ovarium, yaitu :1,6,7
1. Epitel permukaan yang berasal dari epitel selom atau epitel endometrium
ektopik. Epitel selom akan menjadi epitel mullerian selama perkembangan
embrio. Dari epitel inilah terbentuk tuba falopii, pelapis endometrium atau
kelenjar-kelenjar endoservikal.
2. Germ cells, yang bermigrasi ke ovarium dari yolk sac dan bersifat totipotensial.
3. Stroma ovarium, yang termasuk di dalamnya adalah sex cords, pemeran utama
dari apparatus endokrin pada ovarium pasca kelahiran.
Selain ketiga kelompok di atas, ada kelompok tumor yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam kelompok lainnya dan kelompok tumor sekunder atau
metastatik mengingat ovarium adalah lokasi metastasis yang sering ditemukan dari
berbagai jenis kanker lain.
Tabel 1.1. Klasifikasi tumor ovarium menurut WHO
Surface epithelial-stromal tumors
a. Serous tumors : benign, borderline tumor, malignant
b. Mucinous tumors : benign, borderline, malignant
c. Endometrioid tumors : benign, borderline, malignant
d. Clear cells tumors : benign, borderline, malignant
e. Transitional cell tumors : benign (brenner tumor), borderline (brenner tumor of
borderline malignancy), malignant, malignant
brenner tumor, transitional cell carcinoma (nonbrenner type)
f. Squamous cell tumors : squamous cell carcinoma, kista epidermoid
g. Mixed epithelial tumors : benign, borderline, malignant
h. Undifferentiated and unclassified tumours
18

Sex cord-stromal tumors


a. Granulosa-stromal cell tumors : granulosa cell tumors, tumors of the thecomafibroma group
b. Sertoli-stromal cell tumors :
-

Sertoli-leydig cell tumour group (androblastomas)

Sertoli cell tumour

Stromal-leydig cell tumour

c. Sex cord-stromal tumours of mixed or unclassified cell types


-

Sex cord tumour with annular tubules

Gynandroblastoma

Sex cord stromal tumour, unclassified

d. Steroid (lipid) cell tumours


-

Leydig cell tumour group

- Steroid cell tumour, not otherwise specific


Germ cells tumors
a. Primitive germ cell tumours : dysgerminoma, yolk sac tumour, embryonal
carcinoma, polyembryoma, non-gestasional choriocarcinoma, mixed germ cell
tumour.
b. Biphasic/triphasic teratoma :
-

Immature

Mature : solid, cystic (dermoid cyst)

c. Monodermal teratoma and somatic-type tumours associated with dermoid cysts


: Thyroid tumour group, carcinoid group, neuroectodermal tumour group,
carcinoma group, melanocytic group, sarcoma group, pituitary-tumour group,
retinal anlage tumour group
d. Germ cell sex-cord stromal tumours : gonadoblastoma, mixed germ-cell-sexcord-stromal tumour
Tumors of the rete ovarii
Miscellanous tumors
Tumor like conditions
Lymphoid and haematopoetic tumors
Secondary tumors

19

Gambar1.1. Klasifikasi Tumor Ovarium menurut asal sel tumor


Tumor Epitel Mullerian
Sebagian besar tumor primer ovarium yang ditemukan merupakan tumor epitel.
Kanker ovarium jenis epitelial jumlah kasusnya mencapai 90 % dari kanker
ovarium di Amerika Utara dan Eropa Barat. Kategori ini diobagi lagi menjadi tipe
mayor, yaitu serosa, endometrioid, dan musinosa. Tumor-tumor ini berbeda dalam
hal ukuran maupun komposisinya. Tumor ini dapat berukuran kecil hingga sangat
besar, memenuhi pelvis bahkan hingga rongga abdomen. Komponen ini dapat
berasal dari kelompok kista (kistadenoma), kelompok kista dan fibroma
(kistadenofibroma) dan yang tersering adalah kelompok fibrosa (adenofibroma).
Teori yang diakui oleh sebagian besar ahli mengenai berkembangnya tumor
epitelial ini adalah melalui transformasi mesotelium selom. Pandangan ini
didasarkan oleh jalur embriologik, dimana duktus mullerian telah terbentuk dan
berevolusi menjadi epitel serosa (tuba), endometrioid (endometrium) dan musinosa
(serviks). Kebanyakan tumor terjadi di ovarium, karena epitel selom terinkorporasi
ke dalam korteks ovarium untuk membentuk kista inklusi mesotel. Inkorpoprasi ini
terjadi akibat formasi dan adhesi permukaan, atrofi dengan invaginasi epitel dan
perbaikan di daerah ovulasi.

20

Tumor Sel Benih


Tumor sel benih merupakan 30 % dari semua tumor ovarium. Sembilan puluh
lima persen dari tumor sel benih adalah teratoma kistik jinak, namun sisanya yang
paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda memiliki insidens yang
lebih tinggi dari sifat keganasan serta memiliki permasalahan dalam diagnosis
histopatologi dan terapi. Sebagian besar dari neoplasma ini berasal dari berbagai
tahapan dari perkembangan sel benih yang mengolonisasi ovarium.1,7,8
1.

Tumor sel benih primitif


Tumor sel benih primitif adalah tumor yang mengandung komponen ganas
sel benih selain teratoma. Tumor jenis ini terbagi lagi menjadi disgerminoma,
tumor yolk sac, karsinoma embrional, poliembrioma, koriokarsinoma nongestasional dan tumor sel benih campuran.
Disgerminoma merupakan 2 % dari semua kanker ovarium. Tumor ini
sebagian besar terjadi pada dekade kedua dan ketiga (75 %), tetapi juga bisa
terjadi pada masa anak-anak. Disgerminoma tersusun dari sel-sel vesikular
besar yang memiliki sitoplasma jernih, batas sel yang jelas dan nuklei yang
terletak di tengah.
Tumor yolk sac jarang ditemukan tetapi merupakan tumor ganas kedua
tersering yang berasal dari sel benih. Tumor ini diduga berasal dari diferensiasi
sel-sel benih ganas menuju struktur yolk-sac ekstraembrionik. Tumor ini kaya
akan -fetoprotein dan 1-antitripsin. Gambaran histologik khasnya adalah
struktur menyerupai glomerulus yang tersusun dari pembuluh darah utama
yang dibungkus oleh sel-sel benih di dalam ruang yang dilapisi oelh sel benih
(badan Schiller-Duval). Sebagian besar pasien tumor yolk-sac adalah anakanak atau wanita muda yang datang dengan keluhan nyeri abdomen dan massa
pelvis yang membesar secara cepat. Tumor ini biasanya hanya melibatkan satu
ovarium tetapi progresinya sangat cepat dan agresif.

2.

Teratoma bifasik atau trifasik


Tumor yang tersusun dari derivat dua atau tiga lapis sel benih (ektoderm,
mesoderm, endoderm) diistilahkan sebagai teratoma bifasik atau trifasik.

21

Teratoma Imatur Ganas


Teratoma imatur merupakan 3% dari keseluruhan teratoma, 1 % dari
keseluruhan kanker ovarium dan 20 % dari tumor ganas sel benih ovarium.
Tumor ini paling sering ditemukan pada remaja pra-pubertas dan wanita muda,
rata-rata usia 18 tahun. Komponen penyusun tumor ini menyerupai komponen
yang terdapat pada fetus/embrio (umumnya neuroektodermal imatur), bukan
seperti komponen jaringan dewasa.
Teratoma imatur tumbuh dengan cepat dan sering berpenetrasi ke dalam
kapsul dengan penyebaran lokal maupun metastasis. Tumor stadium I memiliki
prognosis baik. Tumor dengan stadium lebih tinggi umumnya diberikan
kemoterapi profilaksis. Sebagian besar rekurensi terjadi di dalam dua tahun
pertama.
Teratoma Matur
Teratoma kistik merupakan 27-44 % dari semua tumor ovarium dan
hampir 58 % dari semua tumor jinak. Neoplasma ini berasal dari diferensiasi
ektodermal dari sel-sel totipotensial. Tumor ini tersusun dari jaringan matur
tipe dewasa. Kista yang dilapisi oleh jaringan matur yang menyerupai
epidermis dengan derivatnya diistilahkan sebagai kista dermoid. Teratoma
kistik umumnya ditemukan pada wanita muda saat usia reproduktif. Akan
tetapi, meskipun terutama didapatkan pada usia reproduktif, distribusi usianya
sangat luas, yakni dari usia 2-80 tahun. Teratoma solid matur umumnya terjadi
pada dua dekad pertama kehidupan.
Teratoma jinak bersifat bilateral dalam 10-15 % kasus. Secara khas,
teratoma jinak berbentuk kista unilokular yang mengandung materi rambut dan
sebasea.
3.

Teratoma monodermal/terspesialisasi
Teratoma jenis ini merupakan sekelompok tumor yang jarang terjadi.
Teratoma terspesialisasi yang paling sering muncul adalah struma ovarii dan
karsinoid. Tumor-tumor ini selalu unilateral, walaupun teratoma kontralateral
dapat terjadi. Struma ovarii tersusun dari jaringan tiroid matur. Neoplasma
tiroidal ini bisa menyebabkan hipertiroidisme. Karsinoid ovarium yang berasal

22

dari epitel usus dalam suatu teratoma bisa berfungsi dan menghasilkan 5hidroksitriptamin dan sindroma karsinoid.
Tumor Stromal
Neoplasma kategori ini, yang jumlah kasusnya mecakup 8 % dari semua
tumor ovarium primer, meliputi semua neoplasma yang mengandung sel-sel
granulosa, sel-sel teka, dan derivat luteinisasi lainnya, seperti sel-sel Sertoli, sel-sel
Leydig dan fibroblas yang berasal dari stromal. Neoplasma ovarium ini berasal dari
stroma ovarium, yang berasal dari sex-cord dari gonad embrionik. Mesenkim gonad
yang belum berdiferensiasi akan menghasilkan struktur dari tipe sel spesifik pada
laki-laki (Sertoli dan Leydig) dan perempuan (granulosa dan teka). Oleh karena itu,
tumor yang menyerupai tipe-tipe sel ini bisa dijumpai dalam ovarium. Karena
beberapa dari sel-sel ini normalnya mensekresi estrogen (sel-sel teka) atau
androgen (sel-sel Leydig), maka tumor-tumor ini bisa menyebabkan feminisasi
(tumor sel teka-granulosa) atau maskulinisasi (tumor sel Leydig).
Tumor Ovarium Sekunder
Tumor metastasis yang paling sering terjadi pada ovarium biasanya
merupakan derivat dari tumor-tumor yang berasal dari Mullerian, yakni uterus, tuba
Falopii, ovarium kontralateral ataupun peritoneum pelvis. Tumor primer ekstramullerian yang paling sering adalah dari payudara dan traktus gastrointestinalis,
termasuk kolon, lambung, saluran empedu dan pankreas. Pseudomiksoma peritonei
juga termasuk dalam kelompok ini. Contoh klasik dari neoplasia gastrointestinal
yang mengalami metastasis ke ovarium diistilahkan tumor Krukenberg. Tumor ini
ditandai oleh metastasis bilateral yang tersusun dari sel-sel kanker penghasil musin,
paling sering berasal dari lambung.
Pembagian Stadium
Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Gynecologist and
Obstetricians (FIGO)
Stadium
I

Keterangan
Tumor terbatas pada ovarium
IA :Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak
ada pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada
23

sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di


rongga peritoneum.
IB : Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul tumor utuh, tidak
ada pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, tidak
ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan
di rongga peritoneum.
IC : Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah
satu faktor yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor
pada permukaan ovarium, ada sel tumor di cairan asites
II

ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.


Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis
IIA : Tumor meluas ke uterus dan/atau ke tuba tanpa sel tumor
di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga
peritoneum.
IIB : Tumor meluas ke jaringan/organ pelvis lainnya tanpa sel
tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga
peritoneum.
IIC : Perluasan di pelvis (IIA atau IIB) dengan sel tumor di

III

cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.


Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan
tumor pada rongga peritoneum di luar pelvis dengan/atau
metastasis kelenjar getah bening regional.
IIIA : Metastasis mikroskopik di luar pelvis
IIIB : Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi =
2 cm
IIIC : Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi >

IV

2 cm dan/atau metastasis ke kelenjar getah bening.


Metastasis jauh (di luar rongga peritoneum)

Diagnosis

24

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik ginekologi, dan


pemeriksaan penunjang
1. Anamnesis
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan
yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor
pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh
diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan

kanker

ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit,
sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif.
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan
umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru
lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm)
akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi
berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan insiden
tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid
dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan
meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan
mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan
yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus,
payudara, dan traktus gastrointestinal.
2. Pemeriksaan fisik ginekologi
Pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan ukuran,
lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pemeriksaan rektovaginal
dilakukan untuk mengevaluasi

permukaan bagian posterior, ligamentum

sakrouterina, parametrium, kavum Douglas

dan rektum. Adanya nodul di

payudara perlu mendapat perhatian, mengingat tidak jarang ovarium merupakan


tempat metastasis dari karsinoma payudara.
Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada
rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu
membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum
dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral
dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran
25

massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa besar yang
memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau
keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan
petunjuk adanya keganasan.
3. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi

merupakan

pemeriksaan

penunjang

utama

dalam

menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan
akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat
ditemukan

adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih

seperti CT scan, MRI(magnetic resonance imaging), dan positron tomografi


akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian
tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari
ultrasonografi.
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam

penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering

disertai keterbatasan. Ada pula beberapa petanda tumor untuk jenis sel germinal,
antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human
placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan
human chorionic gonadotrophin (hCG).1,7,8,10
Tabel 2. 2. Petanda tumor ganas sel germinal ovarium
Histologi
Disgerminoma
Yolk sac tumor
Teratoma imatur
Mixed germ cell tumors
Koriokarsinoma
Karsinoma embrional
Poliembrioma

AFP
+

hCG

+
+
+

Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada


penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan
pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang
memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila
penderita mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma.
26

Penatalaksanaan
1. Karsinoma ovarium stadium awal
a. Surgical staging
Ketika karsinoma ovarium terbatas pada ovarium, operasi pengangkatan
dan staging harus dilakukan. Sepertiga pasien yang tampak memiliki
kanker yang terbatas pada ovarium sering memerlukan kemoterapi
pasca operasi setelah dilakukan staging pembedahan. Pada stadium IA
atau IB, grade 1 atau

2 karsinoma ovarium epitelial tidak diperlukan

pengobatan lanjut pasca operasi.


Operasi dimulai dengan aspirasi cairan asites bebas atau bilas rongga
peritoneal, diikuti visualisasi dan palpasi semua permukaan peritoneum.
Omentum infrakolik harus diangkat atau setidaknya dibiopsi. Selanjutnya
extrafascial (simple) histerektomi dan

Bilateral salpingo-oophorectomy

(BSO) dilakukan. Dengan tidak adanya metastasis extraovarium secara


kasar,

biopsi peritoneum dilakukan,

serta biopsi

atau

kikisan

dari

diafragma kanan. Akhirnya, limfadenektomi pelvis dan infrarenal paraaorta dilakukan.


Laparoskopi staging sangat bermanfaat sebagai penatalaksanaan utama
pada wanita dengan stadium I karsinoma ovarium. Sekitar

10%

dari

karsinoma ovarium epitelial berkembang pada wanita berusia kurang


dari 40 tahun, sehingga pembedahan fertility-sparing merupakan pilihan
pada pasien dengan karsinoma yang terbatas pada satu ovarium. Pada
stadium 1, tindakan unilateral adnektomi mempunyai kelangsungan hidup
jangka panjang yang sangat baik. Pada beberapa kasus, kemoterapi pasca
operasi diperlukan, dan pasien biasanya dapat mempertahankan kemampuan
untuk hamil sehingga aterm.

b. Kemoterapi adjuvan
Pasien dengan stadium IA atau IB, grade 3 karsinoma ovarium epitelial
dan semua pasien dengan stadium IC dan II harus dilakukan 3 sampai
27

6 siklus kemoterapi karboplatin dan paclitaxel. Pada percobaan fase III


Gynecologic Oncology Group (GOG), wanita dengan stadium awal
secara

acak

keseluruhan,

diberikankombinasi

ini

untuk 3 atau 6 siklus.

Secara

3 siklus menghasilkan tingkat kekambuhan sebanding 6

siklus,namun dengan kurang toksisitas.


Meskipun dengan kemoterapi, lebih dari 20 persen dari wanita
dengan stadium awal kambuh dalam waktu 5 tahun, menunjukkan
perlunya strategi pengobatan yang lebih baik. Sebagai tanggapan, GOG
saat

ini melakukan fase III percobaan secara acak dari tiga siklus

kemoterapi adjuvan karboplatin dan paclitaxel diikuti dengan observasi atau


paclitaxel mingguan selama 24 minggu.
Tabel 2. 3. Pengelolaan lanjutan karsinoma ovarium

2. Karsinoma ovarium stadium lanjut


Dua pertiga pasien karsinoma ovarium akan menderita stadium IIIIV. Dengan demikian, terapi multimodalitas sangat penting untuk mencapai
hasil yang baik. Idealnya, pertama dilakukan pembedahan sitoreduksi untuk
mengangkat tumor makroskopis yaitu debulking tumor yang optimal. Ini
diikuti dengan 6 siklus kemoterapi berbasis platinum. Namun beberapa pasien
tidak akan menjadi kandidat yang tepat untuk operasi primer karena kondisi
kesehatan mereka atau tumor yang tidak dapat diangkat.
a.

Pembedahan sitoreduksi primer


28

Sejumlah

penelitian

retrospektif

telah

mendukung

manfaat

kelangsungan hidup pada wanita dengan karsinoma ovarium stadium


lanjut, jika kurang dari 2 cm dapat diangkat dengan sitoreduksi. Secara
khusus, 2 cm residu menggambarkan pembedahan di mana tidak ada sisa
dari beberapa daerah tumor yang lebih besar dari 2 cm. Jangka waktu hidup
lebih lama dilaporkan jika tidak ada residu setelah operasi. Untuk pasien
dianggap optimal debulked, yaitu residu tumor berukuran kurang dari 1
cm.
Sitoreduksi

dilakukan

dengan melakukan

insisi

vertikal

untuk

memberikan akses ke seluruh abdomen. Pasien dengan stadium lanjut


tidak

memerlukan pembilasan peritoneal atau penilaian sitologi asites,

tetapi sering beberapa liter asites perlu dievakuasi untuk memperbaiki


lapangan operasi. Selanjutnya, abdomen dieksplorasi dengan cermat
untuk segera menentukan apakah layak dilakukandebulking optimal atau
tidak.
Omentektomi infrakolik dapat dilakukan. Frozen section kemudian
dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis suspek karsinoma ovarium
epitelial.

Berikutnya dinilai

daerah

pelvis.

Sering,

histerektomi

abdominal total dan BSO memadai. Namun ketika konfluen atau


menginvasi

rektosigmoid,

reseksi anterior rendah, atau modified

exenteration pelvis posterior mungkin dilakukan.


Pasien dengan nodul tumor abdominal kurang dari 2 cm (stadium IIIB
yang jelas) harus dilakukan biopsi nodus pelvic bilateral dan para-aorta
limfadenektomi. Pada pasien dengan stadium IV dan dengan nodul tumor
abdominal minimal 2 cm (sudah stadium IIIC) tidak perlu diseksi nodal.
Untuk mencapai sitoreduksi yang optimal, berbagai prosedur lain
perlu dilakukan, termasuk splenektomi, reseksi atau stripping diafragma
dan reseksi usus halus dan besar. Untuk tujuan diagnostik dan lokasi
metastasis yang sering, appendektomi juga dilakukan.
b.

Kemoterapi1,11
1)

Kemoterapi intravena

29

Kemoterapi berbasis platinum adalah pengobatan sistemik


karsinoma ovarium. Pada dua uji coba kelompok besar (GOG protocol
158 dan AGO protocol OVAR-3),

kombinasi

karboplatin

dan

paclitaxel lebih mudah dilakukan, sama bermanfaat, dan kurang


toksik. Sebagai hasilnya, rejimen intravena paling banyak digunakan
di Amerika Serikat adalah enam siklus karboplatin dan pactitaxel. Jika
siklus tambahan diperlukan untuk mencapai remisi klinis, ini
menunjukkan kemoresisten dan biasanya mengarah ke kekambuhan
awal. Di Eropa, agen tunggal karboplatin

sering

digunakan

berdasarkan pada dua percobaan besar fase III oleh International


Collaborative Ovarian Neoplasma (ICON) yang tidak mendeteksi
manfaat kelangsungan hidup pada kemoterapi kombinasi.
2)

Kemoterapi intraperitoneal
Pada Januari 2006, National Cancer Institute mendorong
penggunaan intraperitoneal kemoterapi. Hal ini bertepatan dengan
hasil uji coba fase III GOG (protocol 172) pada pasien karsinoma
ovarium dengan optimal debulking secara acak dilanjutkan dengan
pemberian kemoterapi intravena atau kombinasi IV/IP paclitaxel dan
cisplatin. Durasi median kelangsungan hidup secara keseluruhan adalah
66 bulan pada kelompok IV/IP dibanding dengan 50 bulan dalam
kelompok pemberian intravena.
Keuntungan teoritis kemoterapi IP amat dramatis. Secara umum,
karsinoma ovarium epitelial menyebar di rongga peritoneum, maka
pada pasien pascaoperasi dengan residu minimal, dosis kemoterapi
yang lebih tinggi dapat dicapai dengan administrasi langsung ke
rongga peritoneum.
Tabel 3 Pemberian regimen terapi intraperitoneal
Hari 1
Hari 2
Hari 3

Paclitaxel 135 mg/m2 IV dalam 24 jam


Cisplatin 100 mg/m2 IP
Paclitaxel 60 mg/m2 IP

Prognosis1,7

30

Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun dari semua stadium karsinoma ovarium


epitelial adalah 50 %, jauh lebih rendah dari karsinoma uterus (80%) atau
karsinoma serviks (70%). Surgical staging merupakan faktor yang paling penting
dan kelangsungan hidup relatif bervariasi menurut umur. Wanita yang lebih muda
dari 65 tahun adalah dua kali lebih memungkinkan untuk bertahan hidup 5 tahun
setelah didiagnosis.
Kadar survival pada setiap stadium karsinoma ovarium epitelial menurut FIGO :
Stadium
I
II
III
IV
B.

5-year survival (%)


86
70
34
19

Gangguan hematologi pada kemoterapi


Pemberian kemoterapi terapi sebagai salah satu modalitas terapi kanker telah
terbukti dapat memperbaiki hasil pengobatan kanker, baik untuk meningkatkan
angka kesembuhan, ketahanan hidup, maupun masa bebas penyakit dan kualitas
hidup penderita. Namun, kemoterapi juga membawa serta berbagai efek samping dan
komplikasi. Toksisitas hematologi merupakan efek samping pemberian kemoterapi
yang paling sering ditemukan, dibandingkan dengan efek toksik terhadap sistem
lainnya.
Anemia
Anemia merupakan masalah umum pada pasien kanker ginekologi yang
mendapat kemoterapi karena dapat terjadi akibat dari kankernya atau sebagai
komplikasi pemberian kemoterapi. Sebanyak 67-81% psien menerima kemoterapi
berbasis platinum dilaporkan menderita anemia, sementara pada kemoterapi tanpa
platinum diderita oleh 47-89% pasien.
Terjadinya anemia pada pemberian antikanker dapat menyebabkan hasil
pengobatan menjadi kurang efektif. Di samping itu, respon terhadap radioterapi
bisa menurun, demikian juga ketahanan hidup penderita yang sedang mendapat
radioterapi atau kemoradioterapi. Untuk penatalaksanaan anemia pada pasien
kemoterapi transfusi darah merupakan pilihan yang dipilih.
Trombositopenia
31

Trombositopenia

merupakan

komplikasi

yang

mungkin

terjadi

pada

kemoterapi untuk tumor-tumor padat. Perdarahan masif lebih sering terjadi jika
selama kemoterapi juga terjadi neutropenia. Selain itu, risiko perdarahan menngkat
sesuai dengan derajat trombositopenianya dan lebih sering jika jumlah trombosit
kurang dari 10.000/mm3
Pasien yang

mengalami perdarahan fatal kebanyakan adalah meraka yang

menunjukkan respon kurang terhadap transfusi trombosit. Biaya perawatan yang


meningkat pada pasien-pasien dengan respon negatif terhadap transfusi trombosit
dikarenakan bertambahnya jumlah trombosit dan lama perawatan. Penatalaksanaan
yang diberikan adalah pemberian transfusi trombosit.

DAFTAR PUSTAKA

32

1. Busmar, B. Kanker Ovarium. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.


Editor: M.F. Azis, Andrijono, dan A.B. Saifuddin.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2010: hal. 468-524.
2. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2005.
3. De Jong, W. Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
2003:729-730.
4. Kumar V, Cotran RS, and Robbins SL. Robbins Basic Pathology 7 th ed. New York:
W.B. Saunders Company. 2003.
5.

Cuningham, F.G., et al. (2010) Williams Obstetrics, 23rd Edition, United States:
The McGraw-Hill.

6.

Djuana A, Rauf S, Manuaba IBGF. Pengenalan dini kanker ovarium. Makalah


ilmiah PIT XII POGI Palembang, 2001.

7. Stephen

A.

Cannistra,

M.D.

cancer

of

ovary.

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra041842
8. Daniel

L.

Clarke-Pearson,

M.D.

screning

for

ovarian

cancer

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp0901926
9.

25th FIGO annual report on the result of treatment in gynecology cancer. Int. J
Gynecol Obstet. 2003; 83.

10. Andrew

Green,

Jules

Harris.

Ovarian

Cancer

http://emedicine.medscape.com/article/255771-overview .
11. C William Helm, Jules E Harris. Ovarian Cancer Treatment Protocols .
http://emedicine.medscape.com/article/2006723-overview

33

You might also like