Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Nur Agami
FKUPN 111.0221.129
Moderator :
dr. Toto Imam S, Sp.OG.K.Onk
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
No.RM
: 353676
Nama
: Ny. B
Usia
: 53 tahun
Pedidikan
: SMA
Pekerjaan
Status
: Menikah
Agama
: Kristen-Protestan
Suku
: Palembang
Alamat
IDENTITAS SUAMI
Nama
: Tn. R
Umur
: 54 tahun
Pendidikan
: SI
Pekerjaan
: TNI-AD
Pangkat
: Letkol
Kesatuan
: KODAM JAYA
Suku
: Batak
Agama
: Protestan
Alamat
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis tanggal 12 November 2013 pukul 11.00
Keluhan Utama
Pusing, muntah dan tidak napsu makan.
: 13 tahun
Lamanya haid
: 5-6 hari
Siklus
Banyaknya
Nyeri haid
: tidak ada
Riwayat KB
Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah satu kali, dengan usia pernikahan 23 tahun.
Riwayat Obstetri
P0A2
Riwayat Penyakit Dahulu
Tuberkulosis
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
DM
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Alergi
Riwayat tumor
: Diakui
Riwayat operasi
: Disangkal
DM
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
: Disangkal
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Denyut nadi
Pernapasan
Suhu
: 36,8 oC
Kepala
Mata
THT
: tenang
Dada
Paru
Jantung
Dada
- Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
- Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
: datar
Palpasi
Perkusi :
: tympani
Perut
Auskultasi
Anggota Gerak
Status Ginekologi
Inspeksi
: uretra dan vulva tidak tampak tanda peradangan, darah (-), keputihan (-)
Inspekulo
: tidak dilakukan
VT
: tidak dilakukan
14/11/13
18/11/13
24/11/13
26/11/13
Nilai normal
Hemoglobin
5,8 *
7.6*
11.8
10.5
10.7
12-16 g/dl
Hematokrit
16
21
33
31
32
37-47 %
Eritrosit
1.9
25
3.9
3.6
3.7
Leukosit
400*
300*
7600*
5300*
6600*
4800-10800/L
Trombosit
3000*
4000*
11000*
62000*
13000*
150000-400000/L
MCV
84
85
85
87
87
80-96 fL
MCH
30
30
30
29
29
27-32 pg
MCHC
36
36
35
34
33
32-36 g/dL
Ureum
66
69
69
20-50 mg/dl
Kreatinin
1.2
1.3
1.7
0,5-1.5 mg/dl
GDS
138
144
<140 mg/dl
Natrium (Na)
133
140
143
135-147 mmol/L
Hematologi
Kimia Klinik
Kalium (K)
4.6
4.4
6.2
3.5-5.0 mmol/L
Klorida (Cl)
98
105
104
95-105 mmol/L
Planning therapy
-Hemodinamik stabil
-Target leukosit >1000
O : Compos mentis, HR: 88x/mnt, T: 36,7 C, BP: 80/60 -Target trombosit > 50.000
mmHg, RR: 20x/menit,
ST.Generalis :
Mata : Konjungtiva Anemi (+/+), Sklera Ikhterik -/-.
Mulut : Sianosis (-), kering (-)
Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time <2
ST.Ginekologi : I: v/U : Tenang, fluor (-) , fluxus (-)
-Rantin iv 2x1
-Leukogen 1 Amp
-Transamin iv 3x1
-Dexametason iv 2x1
-Rencana Transfusi 750 cc
14-11-13
Hemodinamik stabil
8
Cegah stress
ST.Generalis :
1:1:1
Omeprazole iv 1x40 mg
O : Compos mentis, HR: 80x/mnt, T: 37,70C, BP: 90/60 Aminofluid : Rl: NaCl 1:1:1
mmHg, RR: x/18menit,
TC 20 kantung bertahap
ST.Generalis :
Bactesyn 3x1
Dexametason 2x5 mg
Paracetamol kp
Cek ulang DL
Bactesyn 3x1
Inj.Paloxi drip
Inj.cibactadian iv
ST.Generalis :
Inj.dexamethasone 10 mg
Inj.im delladryl 2 cc
Inj.Ondesco 8 mg
VII. PROGNOSA
Dubia ad malam
10
PEMBAHASAN
Dari anamesis didapatkan keterangan pasien Ny. B, 53 th. P0A2 datang dengan
keluhan Pusing, muntah sebanyak 3 kali, dan tidak napsu makan. Pasien merupakan
pasien onkologi kebidanan yang sebelumnya didiagnosis Ca Ovarium 3,5 tahun yang
lalu dan pasien berencana akan
diikuti
gejala,
haid
tidak
teratur,
ketegangan
menstrual
yang
terus
meningkat,menoragia, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri tekanan
pada pelvis, rasa begah setelah makan makanan kecil, lingkar abdomen yang terus
meningkat,dan sulit buang air besar.
Selain itu pada pasien ini mempunyai beberapa faktor predisposisi yang bisa
mengakibatkan Ca Ovarium antara lain pasien ini tidak mempunyai anak, menurut
literatur Nuliparitas berhubungan dengan ovulasi yang berulang dalam jangka waktu
lama dan wanita nulipara mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
ovarium.1,6 Dan menurut literatur Ca Ovarium lebih banyak dialami oleh wanita usia
pramenopause sekitar 50 tahunan, sesuai dengan usia pasien pertama kali terdiagnosa
Ca Ovarium.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal, kecuali konjungtiva
tampak anemi, sedangkan dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 5.8, Leukosit
11
400, Trombosit 3000. Dari hasil pemeriksaan tersebut disarankan untuk perbaikan
keadaan umum pasien terlebih dahulu, dan dilakukan transfusi darah dan trombosit,
penatalaksanaan ini sesuai dengan literatur, untuk penatalaksanaan pansitopenia yang
dialami pasien transfusi darah merupakan pilihan utama. Selain itu literatur juga
menyebutkan untuk memulai dilakukannya kemoterapi pada pasien Ca Ovarium kadar
laboratorium hematologi harus mendekati kadar standar normal, target yang disarankan
antara lain target leukosit >1000, target trombosit > 50.000,target HB > 10 g/dl hal ini
mengingat bahwa, jika terjadi gangguan hematologi pada pasien pemberian antikanker
dapat menyebabkan hasil pengobatan menjadi kurang efektif. Dan untuk memperbaiki
keadaan umum pasien, pemberian obat-obatan tambahan mesti harus diberikan, sesuai
dengan keluhan pasien, pada pasien ini tindakan yang diberikan sudah sesuai dengan
semestinya.
Sedangkan dari hasil pemeriksaan terakhir histopatologi yag didapatkan ada
tanggal 29-07-2010 didapatkan hasil cystadenokarsinoma serosum papilliferus ovarium
dan tidak Omentum tidak tampak sel tumor, untuk jenis tumor ovarium epitel tersebut
sudah dilakukan kemoterapi, tetapi tidak ada hasil dari pemeriksaan CA-125, hal ini
tidak sesuai dnegan literatur yang menyebutkan bahwa sebaiknya dilakukan
pemeriksaan terhadap kadar CA-125 untuk melihat upaya keberhasilan yang telah
dihasilkan dari kemoterapi yang telah diberikan
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker ovarium
Kanker ovarium adalah kanker kedua tersering dari seluruh tumor ganas
ginekologi dan merupakan penyebab kematian nomor satu dari seluruh kematian
akibat kanker ginekologi. Pada umumnya penderita didiagnosis terlambat karena
belum adanya metode deteksi dini yang akurat untuk kanker ovarium sehingga
hanya 25-30 % saja yang terdiagnosis pada stadium awal.1,2 Hingga tahun 1998,
kanker ovarium merupakan kanker kelima tersering yang menyebabkan kematian
wanita di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara dan
pankreas. Insidensinya pada wanita di bawah 50 tahun adalah 5,3 per 100.000 dan
meningkat menjadi 41,4 per 100.000 wanita di atas 50 tahun.1
Di Indonesia kanker ovarium menduduki urutan keenam terbanyak dari
keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit
dan limfoma.
1,2, 5
Tumor membesar dan menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluhan. Oleh karena
itulah tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun
mematikan (silent killer). Kanker ovarium baru menimbulkan keluhan apabila telah
menyebar ke rongga peritoneum dan pada keadaan ini tindakan pembedahan dan
terapi adjuvan seringkali tidak menolong. Penderita biasanya meninggal karena
malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor intraperitoneal.1,2 Kanker ovarium
mempunyai mortalitas yang paling tinggi pada wanita di usia produktif
dibandingkan dengan kanker lain. Insiden di Amerika Serikat adalah 6 7/100.000
dan pada kebanyakan negara, kelangsungan hidup selama 5 tahun secara
keseluruhan adalah sebanyak 30 %. Kecenderungan terjadi karsinoma ovarium
meningkat seiring usia dengan usia rata-rata pada saat diagnosis adalah 63 tahun.
13
Terdapat variasi geografis bagi karsinoma ovarium yang mana sering terjadi di
Eropa utara dan Amerika Serikat dan lebih jarang di Afrika dan Jepang.
Ada beberapa tipe dari tumor ovarium, baik yang jinak maupun ganas.
Sekitar 80 % dari seluruh kasus bersifat jinak dan sebagian besarnya ditemukan
pada wanita muda yang berusia antara 20-45 tahun. Tumor ganas lebih sering
ditemukan pada wanita yang berusia 40-65 tahun.
Gejala
Kanker indung pada masa awal berkembang cenderung tanpa gejala. Inilah
yang menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini. Biasanya, gejala umum
terjadi kanker ini adalah timbulnya sakit di bagian punggung, yang sering diikuti
gejala, haid tidak teratur, ketegangan menstrual yang terus meningkat,menoragia,nyeri
tekan pada payudara,menopause dini,rasa tidak nyaman pada abdomen,tekanan pada
pelvis,rasa begah setelah makan makanan kecil,lingkar abdomen yang terus
meningkat, Sulit buang air besar.1,2
Patofisiologi
Penyebab karsinoma ovarium secara tepat belum diketahui. Terdapat teori
chronic uninterrupted ovulation yang berhubungan dengan resiko terjadinya
karsinoma ovarium. Pada saat terjadi ovulasi, akan terjadi kerusakan pada epitel
ovarium dan mengaktifkan mekanisme perbaikan selular (cellular repair
mechanism). Proses perbaikan ini memerlukan waktu tertentu. Proses ovulasi dan
kerusakan epitel yang terjadi berkali-kali atau berulang untuk waktu yang lama
tanpa interupsi, terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai (masa
istirahat sel tidak adekuat), akan memberikan peluang untuk terjadinya delesi gen
somatik serta mutasi selama proses perbaikan sel sehingga dapat terjadi
transformasi sel menjadi sel-sel neoplastik. Nuliparitas, menarke awal dan
menopause lambat merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya karsinoma ovarium.
Oleh karena itu, faktor-faktor yang berhubungan dengan incessant ovulation
atau terjadinya supresi ovulasi secara terus menerus dapat mengurangi aktivasi
mekanisme perbaikan sel epitelial serta menurunkan peluang terjadinya delesi gen
14
Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko kanker ovarium hingga saat ini masih belum jelas
dibandingkan tumor-tumor genitalia lainnya. Namun, nuliparitas, riwayat keluarga
dan mutasi yang diturunkan telah dinyatakan berperan dalam perkembangan tumor.
Selain itu, beberapa penulis telah melaporkan bahwa terdapat hubungan antara
kejadian kanker ovarium dengan beberapa faktor lingkungan termasuk paparn
dengan makanan tertentu, infeksi virus dan bahan-bahan industri.2,7
Beberapa faktor risiko yang dinyatakan berhubungan dengan terjadinya
kanker ovarium antara lain :
1. Nuliparitas
Nuliparitas berhubungan dengan ovulasi yang berulang dalam jangka
waktu lama dan wanita nulipara mempunyai resiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker ovarium. Namun, pada wanita yang mendapatkan terapi
infertilitas dengan kelahiran hidup tidak meningkatkan risiko terhadap kanker
ovarium. Pada umumnya, resiko berkurang pada setiap kelahiran hidup dan
mendatar pada wanita dengan paritas sebanyak lima kali. Kondisi tersebut
semakin memperkuat hipotesis incessant ovulation.
2. Menarke awal dan menopause lambat
Menarke awal dan lambatnya terjadi menopause juga dikaitkan dengan
peningkatan risiko terhadap kanker ovarium. Sebaliknya menyusui memiliki
efek protektif terhadap kanker ovarium dengan memperpanjang waktu amenore.
Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi selama lima tahun atau lebih juga
mengurangi risiko sebesar 50 % dengan durasi perlindungan berlangsung
hingga 25 tahun setelah penggunaan terakhir. Hal ini dikarenakan tidak
terjadinya ovulasi saat menyusui maupun saat menggunakan kontrasepsi oral.
3. Ligasi tuba dan histerektomi
Ligasi tuba dan histerektomi telah dikaitkan dengan 67 % dan 30 %
pengurangan berkembangnya kanker ovarium. Hal ini dikarenakan tindakan
15
4. Ras
Wanita kulit putih memiliki insiden tertinggi pada kasus kanker ovarium
antara semua kelompok ras dan etnik. Dibandingkan dengan perempuan kulit
hitam dan hispanik, risiko ini meningkat sebesar 30-40%. Meskipun alasan
yang tepat tidak diketahui, perbedaan ras dalam paritas dan tingkat operasi
ginekologi dapat menjelaskan beberapa perbedaan.
5. Faktor genetik dan familial
Di antara seluruh faktor risiko kanker ovarium, yang paling dianggap
berpengaruh adalah faktor genetik. Riwayat keluarga tingkat pertama dengan
kanker ovarium, seperti ibu, anak atau saudara mempunyai risiko tiga kali lipat
menderita kanker ovarium. Risiko lebih meningkat jika terdapat dua atau lebih
kerabat tingkat pertama yang menderita kanker ovarium.
Berdasarkan penelitian epidemiologi, dikenal tiga kelainan genetik yang
berkaitan dengan terjadinya kanker ovarium. Namun kelainan genetik ini tidak
hanya menyebabkan keganasan pada ovarium, tetapi juga menyebabkan
keganasan pada organ lain secara bersamaan, sehingga merupakan suatu
sindroma. Ada tiga sindroma yang dikenal, sesuai dengan urutan yang paling
banyak dijumpai, yaitu:1,2,6,9
a. Hereditary breast/ ovarian cancer syndrome (HBOC)
b. Hereditary site-specific ovarian cancer
c. Hereditary nonpolyposis colon cancer syndrome (HNPCC)
Dengan demikian, adanya riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium,
payudara atau kolon merupakan faktor risiko terjadinya kanker ovarium pada
seseorang.
Kurang dari 10 % kasus merupakan karsinoma ovarium herediter. HBOC
merupakan kelainan herediter yang paling banyak ditemukan dan merupakan
85-90 % karsinoma ovarium herediter. Sebagian besar kanker ovarium
berhubungan dengan mutasi gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17q.
16
Gen lain yang berperan dalam kerentanan terhadap kanker ovarium dan
payudara adalah BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q. Wanita dengan
mutasi pada gen BRCA1 dan riwayat keluarga dengan kanker mempunyai
risiko sebesar 90 % untuk mendapat kanker payudara dan 65 % untuk mendapat
kanker ovarium. Mutasi BRCA1 ditemukan pada 5 % pasien di bawah usia 70
tahun dengan kanker ovarium. Risiko terkena kanker ovarium pada wanita
dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2 diperkirakan sekitar 20-60 % pada usia 70
tahun. Kebanyakan kanker ini adalah jenis kistadenoma serosa. Mutasi pada gen
supresor tumor p53 juga ditemukan pada 50 % kasus kanker ovarium.
6. Umur
Pertambahan usia berhubungan langsung dengan peningkatan risiko
terhadap kanker ovarium, khususnya di atas 50 tahun. Penelitian menunjukkan
bahwa pasien berusia 65 tahun ke atas didiagnosa pada stadium lanjut. Prognosis
dan kelangsungan hidup juga lebih jelek dibanding dengan pasien berusia
kurang dari 65 tahun.
7. Geografis
Wanita yang tinggal di Amerika Utara, Eropa Utara, atau negara
perindustrian barat, misalnya Israel, memiliki risiko lebih tinggi menderita
kanker ovarium. Secara global, kejadian sangat bervariasi, namun negaranegara berkembang dan Jepang memiliki tingkat terendah. Kebiasaan makanan
di setiap daerah mungkin mempengaruhi, misalnya konsumsi makanan rendah
lemak namun tinggi serat, karoten dan vitamin tampak protektif terhadap
kanker ovarium.
8. Faktor bahan-bahan industri
Beberapa penelitian melaporkan bahwa asbes dan komponen dari talk
(hydrous magnesium trisilicate) dapat meningkatkan peningkatan kejadian
neoplasma epitel ovarium pada wanita-wanita yang dalam pekerjaannya
terpapar dengan asbes. Penelitian Langseth (2007) pada para wanita pekerja di
Norwegia yang terpapar dengan asbes menunjukkan bahwa pada pemeriksaan
histopatologis dijumpai adaanya partikel asbes pada jaringan ovarium dari
wanita-wanita pekerja tersebut. Partikel talk tersebut dapat mencapai ovarium
17
melalui vagina ke uterus dan keluar melalui tuba falopii masuk ke rongga
peritoneum.
Klasifikasi
Karsinoma ovarium merupakan 60% neoplasma ovarium dan 80% keganasan
ovarium. Klasifikasi untuk tumor ovarium yang dipakai adalah klasifikasi WHO,
2003 yang membagi tumor ovarium berdasarkan asal sel dan jaringannya. Hingga
saat ini, tumor ovarium dianggap berasal dari salah satu dari tiga komponen
ovarium, yaitu :1,6,7
1. Epitel permukaan yang berasal dari epitel selom atau epitel endometrium
ektopik. Epitel selom akan menjadi epitel mullerian selama perkembangan
embrio. Dari epitel inilah terbentuk tuba falopii, pelapis endometrium atau
kelenjar-kelenjar endoservikal.
2. Germ cells, yang bermigrasi ke ovarium dari yolk sac dan bersifat totipotensial.
3. Stroma ovarium, yang termasuk di dalamnya adalah sex cords, pemeran utama
dari apparatus endokrin pada ovarium pasca kelahiran.
Selain ketiga kelompok di atas, ada kelompok tumor yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam kelompok lainnya dan kelompok tumor sekunder atau
metastatik mengingat ovarium adalah lokasi metastasis yang sering ditemukan dari
berbagai jenis kanker lain.
Tabel 1.1. Klasifikasi tumor ovarium menurut WHO
Surface epithelial-stromal tumors
a. Serous tumors : benign, borderline tumor, malignant
b. Mucinous tumors : benign, borderline, malignant
c. Endometrioid tumors : benign, borderline, malignant
d. Clear cells tumors : benign, borderline, malignant
e. Transitional cell tumors : benign (brenner tumor), borderline (brenner tumor of
borderline malignancy), malignant, malignant
brenner tumor, transitional cell carcinoma (nonbrenner type)
f. Squamous cell tumors : squamous cell carcinoma, kista epidermoid
g. Mixed epithelial tumors : benign, borderline, malignant
h. Undifferentiated and unclassified tumours
18
Gynandroblastoma
Immature
19
20
2.
21
Teratoma monodermal/terspesialisasi
Teratoma jenis ini merupakan sekelompok tumor yang jarang terjadi.
Teratoma terspesialisasi yang paling sering muncul adalah struma ovarii dan
karsinoid. Tumor-tumor ini selalu unilateral, walaupun teratoma kontralateral
dapat terjadi. Struma ovarii tersusun dari jaringan tiroid matur. Neoplasma
tiroidal ini bisa menyebabkan hipertiroidisme. Karsinoid ovarium yang berasal
22
dari epitel usus dalam suatu teratoma bisa berfungsi dan menghasilkan 5hidroksitriptamin dan sindroma karsinoid.
Tumor Stromal
Neoplasma kategori ini, yang jumlah kasusnya mecakup 8 % dari semua
tumor ovarium primer, meliputi semua neoplasma yang mengandung sel-sel
granulosa, sel-sel teka, dan derivat luteinisasi lainnya, seperti sel-sel Sertoli, sel-sel
Leydig dan fibroblas yang berasal dari stromal. Neoplasma ovarium ini berasal dari
stroma ovarium, yang berasal dari sex-cord dari gonad embrionik. Mesenkim gonad
yang belum berdiferensiasi akan menghasilkan struktur dari tipe sel spesifik pada
laki-laki (Sertoli dan Leydig) dan perempuan (granulosa dan teka). Oleh karena itu,
tumor yang menyerupai tipe-tipe sel ini bisa dijumpai dalam ovarium. Karena
beberapa dari sel-sel ini normalnya mensekresi estrogen (sel-sel teka) atau
androgen (sel-sel Leydig), maka tumor-tumor ini bisa menyebabkan feminisasi
(tumor sel teka-granulosa) atau maskulinisasi (tumor sel Leydig).
Tumor Ovarium Sekunder
Tumor metastasis yang paling sering terjadi pada ovarium biasanya
merupakan derivat dari tumor-tumor yang berasal dari Mullerian, yakni uterus, tuba
Falopii, ovarium kontralateral ataupun peritoneum pelvis. Tumor primer ekstramullerian yang paling sering adalah dari payudara dan traktus gastrointestinalis,
termasuk kolon, lambung, saluran empedu dan pankreas. Pseudomiksoma peritonei
juga termasuk dalam kelompok ini. Contoh klasik dari neoplasia gastrointestinal
yang mengalami metastasis ke ovarium diistilahkan tumor Krukenberg. Tumor ini
ditandai oleh metastasis bilateral yang tersusun dari sel-sel kanker penghasil musin,
paling sering berasal dari lambung.
Pembagian Stadium
Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Gynecologist and
Obstetricians (FIGO)
Stadium
I
Keterangan
Tumor terbatas pada ovarium
IA :Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak
ada pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada
23
III
IV
Diagnosis
24
kanker
ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit,
sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif.
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan
umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru
lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm)
akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi
berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan insiden
tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid
dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan
meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan
mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan
yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus,
payudara, dan traktus gastrointestinal.
2. Pemeriksaan fisik ginekologi
Pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan ukuran,
lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pemeriksaan rektovaginal
dilakukan untuk mengevaluasi
massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa besar yang
memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau
keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan
petunjuk adanya keganasan.
3. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
merupakan
pemeriksaan
penunjang
utama
dalam
menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan
akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat
ditemukan
disertai keterbatasan. Ada pula beberapa petanda tumor untuk jenis sel germinal,
antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human
placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan
human chorionic gonadotrophin (hCG).1,7,8,10
Tabel 2. 2. Petanda tumor ganas sel germinal ovarium
Histologi
Disgerminoma
Yolk sac tumor
Teratoma imatur
Mixed germ cell tumors
Koriokarsinoma
Karsinoma embrional
Poliembrioma
AFP
+
hCG
+
+
+
Penatalaksanaan
1. Karsinoma ovarium stadium awal
a. Surgical staging
Ketika karsinoma ovarium terbatas pada ovarium, operasi pengangkatan
dan staging harus dilakukan. Sepertiga pasien yang tampak memiliki
kanker yang terbatas pada ovarium sering memerlukan kemoterapi
pasca operasi setelah dilakukan staging pembedahan. Pada stadium IA
atau IB, grade 1 atau
Bilateral salpingo-oophorectomy
serta biopsi
atau
kikisan
dari
10%
dari
b. Kemoterapi adjuvan
Pasien dengan stadium IA atau IB, grade 3 karsinoma ovarium epitelial
dan semua pasien dengan stadium IC dan II harus dilakukan 3 sampai
27
acak
keseluruhan,
diberikankombinasi
ini
Secara
ini melakukan fase III percobaan secara acak dari tiga siklus
Sejumlah
penelitian
retrospektif
telah
mendukung
manfaat
dilakukan
dengan melakukan
insisi
vertikal
untuk
Berikutnya dinilai
daerah
pelvis.
Sering,
histerektomi
rektosigmoid,
Kemoterapi1,11
1)
Kemoterapi intravena
29
kombinasi
karboplatin
dan
sering
digunakan
Kemoterapi intraperitoneal
Pada Januari 2006, National Cancer Institute mendorong
penggunaan intraperitoneal kemoterapi. Hal ini bertepatan dengan
hasil uji coba fase III GOG (protocol 172) pada pasien karsinoma
ovarium dengan optimal debulking secara acak dilanjutkan dengan
pemberian kemoterapi intravena atau kombinasi IV/IP paclitaxel dan
cisplatin. Durasi median kelangsungan hidup secara keseluruhan adalah
66 bulan pada kelompok IV/IP dibanding dengan 50 bulan dalam
kelompok pemberian intravena.
Keuntungan teoritis kemoterapi IP amat dramatis. Secara umum,
karsinoma ovarium epitelial menyebar di rongga peritoneum, maka
pada pasien pascaoperasi dengan residu minimal, dosis kemoterapi
yang lebih tinggi dapat dicapai dengan administrasi langsung ke
rongga peritoneum.
Tabel 3 Pemberian regimen terapi intraperitoneal
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Prognosis1,7
30
Trombositopenia
merupakan
komplikasi
yang
mungkin
terjadi
pada
kemoterapi untuk tumor-tumor padat. Perdarahan masif lebih sering terjadi jika
selama kemoterapi juga terjadi neutropenia. Selain itu, risiko perdarahan menngkat
sesuai dengan derajat trombositopenianya dan lebih sering jika jumlah trombosit
kurang dari 10.000/mm3
Pasien yang
DAFTAR PUSTAKA
32
Cuningham, F.G., et al. (2010) Williams Obstetrics, 23rd Edition, United States:
The McGraw-Hill.
6.
7. Stephen
A.
Cannistra,
M.D.
cancer
of
ovary.
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra041842
8. Daniel
L.
Clarke-Pearson,
M.D.
screning
for
ovarian
cancer
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp0901926
9.
25th FIGO annual report on the result of treatment in gynecology cancer. Int. J
Gynecol Obstet. 2003; 83.
10. Andrew
Green,
Jules
Harris.
Ovarian
Cancer
http://emedicine.medscape.com/article/255771-overview .
11. C William Helm, Jules E Harris. Ovarian Cancer Treatment Protocols .
http://emedicine.medscape.com/article/2006723-overview
33