You are on page 1of 39

BAB I

PENDAHULUAN
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari struktur keseluruhan LPPD Kota Medan Tahun 2008, dipandang perlu menyajikan terlebih dahulu dasar hukum pembentukan Kota Medan sebagai daerah otonom, serta gambaran umum Kota Medan baik secara geografis, demografis maupun sosial ekonomi. Penyajian aspek-aspek tersebut diharapkan dapat membantu analisis yang lebih menyeluruh terhadap capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah Kota Medan selama tahun 2008. A. Dasar Hukum Sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, setiap daerah (Propinsi/Kabupaten/Kota) memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Sebagai konsep dasar maka, menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pemberian otonomi kepada daerah dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Pemberian otonomi kepada daerah juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing daerah dalam rangka mengembangkan daerah dan kemajuan daerahnya, dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah baik Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai hak dan kewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya masing-masing. Salah satu bentuk dan upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, setiap Pemerintah Daerah berkewajiban untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), yang disusun dengan mengedepankan

prinsip-prinsip efektivitas, efisiensi, transparansi, akuntabilitas, keadilan, kepatutan dan taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya RKPD tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh kepala daerah. LPPD Kota Medan Tahun 2008
I-1

Penyusunan dan penyampaian Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) secara konstitusional merupakan salah satu kewajiban Kepala Daerah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 27 ayat 2 tentang Pemerintahan Daerah junto Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 pasal 9 ayat 4 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Laporan Daerah kepada Pemerintah, dan memberikan DPRD, serta

Keterangan

Pertanggungjawaban

kepada

menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat. Sebagai bagian dari prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan kewajiban untuk

memberikan pertanggungjawaban atas kinerja Pemerintah Daerah kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Selanjutnya, sebagai salah satu wujud tanggung jawab Kepala Daerah dan sesuai dengan mekanisme Medan penyelenggaraan telah menyusun

pemerintahan

daerah,

Pemerintah

Kota

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang merupakan laporan tentang pelaksanaan program dan kegiatan Pemerintah Kota Medan selama kurun waktu 1 (satu) tahun anggaran, berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun anggaran 2008. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ini diarahkan untuk memberikan berbagai hal tentang aspek keberhasilan, tantangan maupun upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Medan dalam

pelaksanaan pembangunan kota, sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kota Medan. Di samping itu,

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah disusun dengan maksud sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Adapun maksud dari penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan tahun 2008 adalah : 1. Upaya menciptakan dan mendorong penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan azas umum tata kelola pemerintahan yang baik. LPPD Kota Medan Tahun 2008
I-2

2. Untuk mengukur kemampuan daerah dalam menyelenggarakan hak dan kewajiban daerah untuk mewujudkan tujuan desentralisasi. 3. Sebagai tindakan dini dan ditujukan dalam rangka pembinaan dan pengawasan daerah dan penataan daerah. 4. Sebagai sistem pengukuran dan evaluasi kinerja pemerintahan daerah. Selanjutnya, tujuan penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan tahun 2008 antara lain : 1. Mengukur sejauhmana tingkat perkembangan pemerintahan daerah melalui sistem pengukuran dan evaluasi kinerja pemerintah daerah. 2. Meningkatkan kinerja pemerintah daerah dan mengoptimalkan hubungan antara pemerintahan dan pemerintah daerah dengan masyarakat serta mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. 3. Memperjelas kondisi distribusi urusan pemerintahan yang tidak sepadan dengan distribusi keuangan daerah dan perencanaan daerah dalam menyelenggarakan urusan wajib dan pilihan serta memperjelas derajat pertanggungjawaban pada level penyelenggaraan pemerintahan daerah serta tindakan dini bagi daerah dalam rangka pembinaan dan

pengawasan maupun penataan daerah. Selanjutnya, sebagai landasan hukum penyusunan Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Medan sebagai berikut :

Tahun 2008

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme; 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara; 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Perubahan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; LPPD Kota Medan Tahun 2008
I-3

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan LPPD, Kepada Pemerintah, LKPJ Kepala Daerah Kepada DPRD, dan Informasi LPPD Kepada Masyarakat; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Walikota Medan Nomor 5 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Tahun 2006-2010; 15. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan Tahun 2008. 16. Peraturan Daerah Kota Medan Tahun 2008 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P.APBD) Kota Medan Tahun 2008. Jangka Menengah (RPJM) Kota Medan

B. Gambaran Umum Kota Medan Secara umum ada 3 (tiga) aspek pokok yang selalu mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan daerah Kota Medan selama tahun 2008, yaitu : (1) Kondisi Geografis, (2) Demografis, dan (3) Kondisi Sosial Ekonomi Daerah. Faktor-faktor tersebut dapat diamati sebagai potensi pembangunan Kota Medan juga sekaligus sebagai tantangan pembangunan pada masa yang akan datang.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I-4

1. Kondisi Geografis Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Bahkan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dan tolok ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan dengan 59 kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951 agar daerah Kota Medan diperluas menjadi 3 (tiga) kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35

Tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, Kota Medan dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2.001 lingkungan.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I-5

Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 330 - 343 Lintang Utara dan 9835 - 9844 Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Di samping itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka : Kabupaten Deli Serdang : Kabupaten Deli Serdang : Kabupaten Deli Serdang

2. Gambaran Umum Demografis Profil penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu kemajemukan yang meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat.

Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Berdasarkan sisi demografi, Kota Medan pada saat ini sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi ini menunjukkan suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah seperti perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Sementara di sisi yang lain adanya faktor perbaikan gizi dan kesehatan yang memadai akan mempengaruhi tingkat kematian yang semakin menurun. Tabel 1. Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Medan Tahun 2006 -2008
Indikator 2006 [1] Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Luas Wilayah (KM ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara
2

Kota

Tahun 2007 [3] 2.083.156 0,77 265,10 7.858 1,53 265,10 7.798 2008 ) [4] 2.102.105 0,91 265,10 7.929
a

[2] 2.067.288

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I-6

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa ada peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa pada tahun 2006 menjadi 2.083.156 jiwa pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 2.102.105 jiwa pada tahun 2008. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2006 sebesar 1,53%, sedangkan pada tahun 2007 sebesar 0,77%, laju pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 0,91% pada tahun 2008. Walaupun mengalami peningkatan pada tahun 2006, akan tetapi cenderung kembali menurun pada tahun 2007 dan tahun 2008. Adapun faktor alami yang dapat mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk adalah tingkat kelahiran, tingkat kematian dan arus urbanisasi. Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan untuk pengendalian tingkat kelahiran adalah melalui program keluarga berencana (KB), dan peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat, pembangunan social, ekonomi secara menyeluruh. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, Kota Medan mengalami peningkatan kepadatan penduduk dari 7.798 jiwa/km2 pada tahun 2006, jiwa/km2 terutama

menjadi 7.858 pada tahun 2007, kepadatan penduduk Kota Medan meningkat kembali menjadi 7.929 pada tahun 2008.

Peningkatan tingkat kepadatan penduduk tersebut relatif tinggi sehingga termasuk salah satu permasalahan yang harus diantisipasi. Apalagi dengan semakin menyempitnya luas lahan yang ada sehingga berpeluang terjadi ketidakseimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan yang tersedia. Kombinasi antara kepadatan, commuters (penglaju), para pencari kerja dan peran Pemerintah Kota Medan sebagai pusat pelayanan regional menyebabkan tuntutan akan pelayanan dasar menjadi semakin meningkat. Di samping itu, adanya fenomena penglaju di Kota Medan yang menyebabkan jumlah penduduk pada siang hari lebih banyak, yaitu sekitar 2,5 juta jiwa dibandingkan jumlah penduduk pada malam hari yang diperkirakan 2,1 juta jiwa. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa penyebab utama fenomena penglaju di Kota Medan dikarenakan adanya pandangan bahwa (1) bekerja di kota lebih bergengsi; (2) lebih mudah mencari pekerjaan di kota; (3) tidak ada lagi yang dapat dikerjakan (diolah) di daerah asalnya; dan (4) upaya mencari nafkah yang lebih baik. Dengan demikian, besarnya dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap kehidupan

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I-7

sosial,

ekonomi,

dan

pelayanan

umum

yang

harus

disediakan

secara keseluruhan. Selanjutnya, faktor lain yang secara umum memberikan pengaruh

menurunnya angka pertumbuhan penduduk pada periode 2006 2008 adalah meningkatnya derajat pendidikan masyarakat Kota Medan.

Pada umumnya peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung akan meningkatkan rata-rata pendidikan generasi muda yang merupakan calon Melalui orang tua yang akan memasuki semakin kehidupan baik rumah tangga. semakin

tingkat

pendidikan

yang

diharapkan

meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat. Adanya anggapan mengenai jumlah anggota keluarga yang tidak besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini dikarenakan beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih ringan dan pada akhirnya akan mendorong pasangan usia subur (PUS) cenderung mengikuti konsep norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Bahkan sebagian PUS memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai ekonomi (bekerja) ataupun alasan sosial dan psikologis lainnya.

2.1. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk Kota Medan tentunya memberikan pengaruh terhadap kebijakan pembangunan kota, baik sebagai subjek maupun objek

pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya-upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, umumnya didasarkan kepada kebutuhan pelayanan sosial ekonomi yang harus disediakan kepada masingmasing kelompok usia penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan sosial lainnya.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I-8

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Kota Medan Tahun 2008a)
Golongan Umur [1] 0-4 59 10 14 15 19 20 24 25 29 30 34 35 39 40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 + Jumlah Laki-laki Jiwa [2] 84.810 92.185 93.039 111.233 117.217 100.014 84.210 74.973 76.490 57.116 47.039 35.710 26.999 38.672 1.039.707 Persen [3] 8,16 8,87 8,95 10,70 11,27 9,62 8,10 7,21 7,36 5,49 4,52 3,43 2,60 3,72 100,00 Perempuan Jiwa [4] 91.367 95.124 100.949 101.109 122.707 104.256 71.636 87.525 77.476 51.494 52.619 38.265 23.025 44.846 1.062.398 Persen [5] 8,60 8,95 9,50 9,52 11,55 9,81 6,74 8,24 7,29 4,85 4,95 3,60 2,17 4,22 100,00 Jumlah Jiwa Persen [6] [7] 176.177 8,38 187.309 8,91 193.988 9,23 212.342 10,10 239.924 11,41 204.270 9,72 155.846 7,41 162.498 7,73 153.966 7,32 108.610 5,17 99.658 4,74 73.975 3,52 50.024 2,38 83.518 3,97 2.102.105 100,00

Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka sementara penduduk pertengahan tahun 2008

Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui proporsi anak-anak yang berusia di bawah lima tahun (balita) di Kota Medan mencapai sekitar 9% dari jumlah penduduk. Besarnya proporsi ini berimplikasi pada kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana kesehatan untuk usia balita serta sarana pendidikan bagi anak usia dini baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan untuk kelompok usia anak-anak dan remaja yang mencapai sekitar 18%, kebijakan Pemerintah Kota Medan yang telah ditempuh selama ini diarahkan pada kegiatan yang mengarah pada peningkatan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak dan remaja, serta peningkatan kualitas pendidikan. Upaya ini diharapkan nantinya terus berkesinambungan sebagai upaya untuk mempersiapkan masa depan anak-anak dan remaja untuk mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh dalam menghadapi persaingan global. Selanjutnya, berdasarkan komposisi penduduk yang berusia 15 - 64 tahun merupakan kelompok usia produktif atau kelompok usia aktif secara ekonomis yang mencapai sekitar 69,5%. Sementara itu, diluar kelompok usia produktif tersebut terdapat kelompok usia tidak produktif yang cenderung akan ditanggung oleh kelompok usia produktif dan biasanya disebut dengan LPPD Kota Medan Tahun 2008
I-9

angka

beban

tanggungan

(ABT)

yang

jumlahnya

sekitar

4%.

Berdasarkan data yang ada, Kota Medan memiliki angka beban tanggungan berkisar 44% atau sekitar setiap 44 orang ditanggung oleh 100 orang yang produktif. Sementara itu, jumlah penduduk Kota Medan yang sampai saat ini diperkirakan 2,1 juta jiwa lebih dan diproyeksikan mencapai 2,139 juta jiwa pada tahun 2010 serta ditambah beban arus penglaju yang tinggi dipastikan menjadi beban pembangunan Kota Medan. Untuk itu diperlukan kebijakan yang terintegrasi sekaligus antisipatif untuk mengendalikan perkembangan penduduk sehingga harus ditangani secara terpadu dan komprehensif. Di samping itu, kebijakan pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk harus disesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi Kota Medan sehingga masalah kependudukan tidak menjadi persoalan di masa mendatang. Secara umum masalah kependudukan yang dihadapi Kota Medan saat ini maupun masa datang sebagai berikut : 1. Kecenderungan adanya penurunan fluktuasi laju pertumbuhan

penduduk dari tahun 2006, 2007 dan tahun 2008. 2. Kecenderungan peningkatan arus ulang alik ke Kota Medan yang berimplikasi pada pemenuhan fasilitas sosial yang dibutuhkan. 3. Masalah kemiskinan, tenaga kerja dan permasalahan sosial lainnya yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global. 4. Penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman untuk warga Kota Medan.

2.2. Pendidikan Pembangunan di bidang pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harus diakui bahwa pembangunan sumber daya manusia di suatu kota akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan manusia adalah pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal dan mengekploitasi berbagai sumberdaya serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, sosial dan politik yang sangat LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 10

penting bagi pembangunan sosial. Dengan demikian, peningkatan pendidikan suatu kota menjadi sangat penting artinya bagi pembangunan kota itu sendiri. Beberapa upaya telah dilakukan Pemerintah Kota Medan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pendidikan meliputi berbagai kegiatan rehabilitasi

prasarana dan sarana pendidikan, penataran guruguru sekolah, pengadaan peralatan belajar, penyempurnaan kurikulum, dan sebagainya.

Tabel 3. Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Medan Tahun 2006 - 2008 Tingkat Pendidikan
[1] SD/MI SMP/MTS SMK/SMA/MA
Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara

TAHUN 2006 [2] [3] 111,51 94,53 81,09 2007 [4] 112,18 98,36 89,34 2008 a) [5] 112,85 98,49 89,59

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa tingkat partisipasi pendidikan di Kota Medan menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Hal ini dapat dilihat baik dari angka partisipasi kasar (APK) maupun angka partisipasi murni (APM) sebab semakin tinggi nilai APK berarti semakin banyak yang penduduk usia sekolah SD/MI, SMP/MTs, lebih baik.

SMA/MA/SMK

bersekolah,

sehingga

semakin

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa angka partisipasi kasar (APK) di Kota Medan, baik SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA/SMK pada

tahun 2006 2008 menunjukkan kecenderungan meningkat. Untuk tahun 2006, nilai APK SD/MI di Kota Medan sebesar 111,51%, sedangkan pada tahun 2007 menunjukkan angka yang lebih tinggi lagi yakni sebesar 112,18% dan terus meningkat menjadi 112,85% di tahun 2008. Tingginya nilai APK untuk SD/MI di Kota Medan yang melewati angka 100% dikarenakan adanya penduduk dari kabupaten/kota di sekitar Kota Medan yang bersekolah di Medan dan hal ini tercatat sebagai siswa sekolah di Kota Medan. Sedangkan untuk nilai APK SMP/MTs menunjukkan

peningkatan dari 94,53% pada tahun 2006 menjadi 98,36% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 98,49% pada tahun 2008. Begitu juga untuk nilai APK SMK/SMA/MA yang mengalami peningkatan dari 81,09% di tahun 2006 LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 11

menjadi 89,34% tahun 2007 dan meningkat lagi pada tahun 2008.

menjadi 89,59%

Tabel 4. Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Medan Tahun 2006 2008 Tingkat Pendidikan
[1] SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA
Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara

TAHUN 2006 [2] [3] 91,04 73,83 62,91 2007 [4] 91,79 76,18 64,71 2008 a) [5] 92,54 77,53 65,51

Selanjutnya, berdasarkan nilai APM Kota Medan selama kurun waktu 2006 2008 menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai APM SD/MI 91,04% pada tahun 2006, menjadi 91,79% di tahun 2007 dan 92,54 % pada tahun 2008. Sedangkan untuk nilai APM SMP/MTs selama periode 2006 2008 juga mengalami kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Begitu juga untuk nilai APM SMK/SMA/MA yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan mencapai 65,51% pada tahun 2008. Tabel 5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kota Medan Tahun 2006 2008 Kelompok Umur
[1] 7 12 13 15 16 18
Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara

TAHUN 2006 [2] [3] 99,15 92,19 72,17 2007 [4] 99,31 94,04 79,21 2008 a) [5] 99,50 96,00 81,00

Sementara itu, indikator lain yang menunjukkan kemajuan penyelenggaraan pendidikan adalah angka partisipasi sekolah (APS) menurut usia sekolah. Jumlah penduduk usia sekolah di Kota Medan selama periode 2006 2008 yang masih sekolah mengalami kenaikan pada seluruh kelompok usia. Pada tahun 2008, untuk anak usia 7 12 tahun yang bersekolah mencapai

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 12

hampir 100% dan sebesar 96% untuk anak usia 13 15 tahun serta untuk usia 16 18 tahun yang masih bersekolah mencapai 81%. Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah khususnya pada usia 16 18 tahun lebih disebabkan karena alasanalasan ekonomi. Upaya penting yang dilakukan Pemerintah Kota Medan untuk menjadikan penduduk usia 7 18 tahun untuk tetap bersekolah adalah melalui kebijakan pemberian beasiswa terarah, baik di jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA. Melalui kebijakan ini diharapkan biaya pendidikan, khususnya bagi anak yang kurang mampu dapat diatasi sehingga mereka tidak perlu lagi memikul biaya pendidikan untuk bersekolah sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. Di samping itu, penyelenggaraan pendidikan di Kota Medan juga semakin baik, khususnya dengan tetap mendorong anak usia bersekolah agar dapat bersekolah hingga jenjang SMA/SMK/MA.

2.3. Kesehatan Selain pendidikan, kesehatan masyarakat merupakan faktor penting bagi pembangunan suatu kota. Hal ini dikarenakan erat kaitannya dengan mutu sumber daya manusia sebagai salah satu modal pembangunan.

Jaminan kesehatan yang semakin baik akan menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, selain urusan pendidikan, Pemerintah Kota Medan juga terus mendorong peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum. Derajat kesehatan masyarakat Kota Medan juga merupakan indikator penting yang mengindikasikan kemajuan pembangunan kota selama

tahun 2006 2008. Hal ini disebabkan, derajat kesehatan pada dasarnya dapat digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas SDM yang ada. Masyarakat dengan pendidikan yang memadai dan didukung dengan kesehatan yang baik maka akan menjadi asset pembagunan kota yang berkualitas. Salah satu indikator kesehatan penduduk adalah kelahiran total. Angka ini menunjukkan banyaknya bayi lahir dalam keadaan hidup per 1000 penduduk. Tinggi rendahnya angka ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 13

kondisi kesehatan, perumahan, pendidikan, penghasilan, agama, maupun sikap terhadap besarnya anggota keluarga. Besarnya angka kelahiran total pada tahun 2006 sebesar 2,16 per mil, menurun menjadi 2,13 per mil pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 angka kelahiran total menjadi 2,11 per mil. Indikator lain yang digunakan adalah angka kesakitan (morbidity rate), dimana berdasarkan perhitungan selama tahun 2006 2008, angka kesakitan umum pada masyarakat Kota Medan mengalami penurunan dari 20,43% pada tahun 2006 menjadi 20,13% pada tahun 2007.

Sedangkan pada tahun 2008 meningkat sedikit menjadi sebesar 20,15%. Angka ini menunjukkan bahwa banyaknya penduduk Kota Medan yang mengalami keluhan kesehatan ringan, dimana tanda-tanda fisik dapat dideteksi seperti demam, batuk, pilek, dan lain-lain dalam sebulan sehingga menggangu dapat diindikasikan bahwa kondisi kesehatan masyarakat Kota Medan relatif semakin baik. Derajat kesehatan masyarakat yang relatif semakin membaik juga tidak terlepas dari upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dijalankan. Dalam kaitan tersebut, Pemerintah Kota Medan dalam beberapa tahun terakhir telah melaksanakan kebijakan dan program-program yang

mendukung pelayanan kesehatan masyarakat seperti rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,

pengembangan pembinaan lingkungan sehat, pembinaan pos pelayanan terpadu (posyandu), peningkatan quality assurance di puskesmas, imunisasi, dan dukungan Forum Kesehatan Kota. Indikator makro kesehatan masyarakat Kota Medan lainnya secara umum selama tahun 2006 2008 ditunjukkan oleh angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup yang semakin menurun dari 15 bayi pada tahun 2006 menjadi 10 bayi pada tahun 2008. Kematian bayi berkaitan erat dengan kesehatan lingkungan, sistem pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan keluarga, serta kondisi sosial ekonomi keluarga. Untuk rata-rata angka lahir hidup Kota Medan semakin membaik yaitu dari 1,39 jiwa pada tahun 2006 menjadi sebesar 1,33 jiwa tahun 2008. Sedangkan angka anak masih hidup juga menunjukkan perbaikan yaitu dari 1,44 jiwa pada tahun 2006 menjadi 1,29 jiwa pada tahun 2008. Kondisi tersebut sesuai dengan tingkat LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 14

pendidikan di Kota Medan yang semakin tinggi, sarana prasarana kesehatan yang semakin memadai serta tingkat pendapatan yang meningkat. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan-perbaikan kesehatan masyarakat secara keseluruhan dan ini berdampak pada semakin bertambahnya angka harapan hidup dari 70,70 tahun pada tahun 2008. Peningkatan tahun derajat kesehatan masyarakat Kota Medan selama pada tahun 2006 menjadi 71,20 tahun

2006 2008 juga dibarengi oleh peningkatan mutu dan jangkauan

pelayanan kesehatan dasar serta rajukan yang diberikan. Pelayanan dasar kesehatan ini diberikan oleh Puskesmas/Puskesmas Pembantu yang saat ini mencapai 39 unit dan 41 unit Puskesmas Pembantu di samping Puskesmas Keliling 27 unit, 2 unit Rumah Sakit Pemerintah, Swasta, Praktek Dokter. Jangkauan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat berpengasilan rendah juga semakin meningkat seiring dengan adanya pelayanan kesehatan dasar tanpa bayar di tingkat Puskesmas yang ada di Kota Medan, juga Jaminan Kesehatan Masyarakat Medan Sehat. Tabel 6. Indikator Kesehatan Masyarakat Kota Medan Tahun 2006 2008
Tahun Jenis Indikator [1] 1. Angka Kelahiran Total, TFR(%) 2. Angka Harapan Hidup (Tahun) 3. Angka Kematian Bayi, IMR(%) 4. Rata-rata Anak Lahir Hidup (jiwa) 5. Rata-rata Anak Masih Hidup (Jiwa) 6. Angka Kesakitan Umum (%) Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara 2006 [2] 2,16 70,70 15,10 1,39 1,33 20,43 2007 [3] 2,13 71,10 13,80 1,34 1,29 20,13 2008 ) [4] 2,11 71,20 10,50 1,33 1,29 20,15
a

2.3. Ketenagakerjaan Dalam membahas aspek ketenagakerjaan, pada umumnya yang paling sering dilihat adalah angka pengangguran. Salah satu persoalan pokok pembangunan kota yang dihadapi selama periode 2006 2008 adalah relative masih tingginya tingkat pengangguran terbuka.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 15

Munculnya pengangguran ini disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melampaui laju pertumbuhan kesempatan kerja sehingga mengakibatkan relatif masih tingginya angka pengangguran terbuka di Kota Medan.

Tabel 7. Indikator Ketenagakerjaan di Kota Medan Tahun 2006 2008 Jenis Indikator
[1] 1. Angkatan Kerja - Bekerja - Pengangguran 2. Bukan Angkatan Kerja - Sekolah - Mengurus Ruta - Lainnya
Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara

TAHUN 2006 [2] 889.352 755.882 133.470 540.142 331.164 273.575 71.993 2007 [3] 853.562 729.892 123.670 602.648 232.616 300.779 69.253 2008 a) [4] 959.309 833.832 125.477 573.562 211.687 285.450 76.425

Indikator ketenagakerjaan di Kota Medan dapat dilihat dari jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu penduduk yang termasuk angkatan kerja dan penduduk yang bukan angkatan kerja. Penduduk angkatan kerja terdiri dari mereka yang berkerja dan penganggur (termasuk di dalamnya orang yang mencari kerja). Sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang sekolah, mengurus rumah tangga (IRT) dan lainnya. Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa yang termasuk angkatan kerja selama periode 2006 2008 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Hal ini terlihat dari jumlah angkatan kerja di Kota Medan pada tahun 2006 sebesar 889.352 orang, namun pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi

853.562 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2007 telah terjadi peningkatan kesadaran bagi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga hal ini berdampak pada menurunnya angkatan kerja pada tahun 2007, dan disisi yang lain semakin bertambahnya jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja menjadi 602.648 orang. Selanjutnya pada tahun 2008 terjadi peningkatan kembali jumlah angkatan kerja di Kota Medan menjadi 959.309 orang dan sebaliknya LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 16

terjadi penurunan jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja menjadi 573.562 orang untuk tahun yang sama. Seiring dengan perkembangan jumlah angkatan kerja yang ada,

maka jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja di Kota Medan juga mengalami perkembangan yang fluktuatif, dimana pada tahun 2006 sebesar 540.142 orang. Pada tahun 2007 terjadi penambahan jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja menjadi 602.648 orang, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan kembali menjadi 573.562 orang. Hal ini dikarenakan mereka yang melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi semakin bertambah. Di samping itu, adanya kemungkinan mereka yang tadinya bekerja tetapi tidak bekerja lagi dan sekarang berubah menjadi ibu rumah tangga. Kondisi di atas juga menunjukkan terjadi perubahan tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK) di Kota Medan, dimana pada tahun 2006 sebesar 62,21% menjadi 58,62% pada tahun 2007. Pada tahun 2008 terjadi

peningkatan kembali menjadi 62,58%. Gambar 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Medan Tahun 2006 2008
60

30

0 TPAK

2006 62,21

2007 58,62

2008 62,58

Sementara itu, berdasarkan komposisi jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing sektor ekonomi, diketahui bahwa sektor perdagangan merupakan sub sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja hingga mencapai 34%. Kemudian sektor jasa-jasa sekitar 19%, sektor industri pengolahan sekitar 14%, serta sektor transportasi dan komunikasi

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 17

sekitar 12%. Sedangkan komposisi orang yang bekerja menurut sektor tidak terlalu berbeda antara tahun 2006 2008, kecuali pada sektor jasa-jasa serta sektor transportasi dan komunikasi. Untuk sektor jasa-jasa mengalami peningkatan persentase penyerapan tenaga kerja dari 12,19% pada tahun 2006 menjadi 19,62% pada tahun 2008. Hal ini wajar karena sektor jasa-jasa sangat mudah menampung tenaga kerja seperti pada kegiatan ekonomi informal. Sedangkan sektor transportasi dan komunikasi mengalami penurunan daya serap tenaga kerja dari 17% pada tahun 2006 menjadi 12,01% pada tahun 2008. Tabel 8. Komposisi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor-Sektor Ekonomi Tahun 2006-2008
TAHUN Jenis Indikator 2006 [1] 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Transportasi & Telekomunikasi 8. Keuangan & Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Jumlah
Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara

2007 [3] 5,04 0,39 4,56 0,08 13,43 0,41 6,95 33,71 11,29 5,02 24,54 100.00

2008 ) [4] 5,04 0,39 14,80 0,71 8,45 34,14 12,01 4,84 19,62 100,00

[2]

15,05 0,71 8,45 35,74 17,59 4,84 12,19 100.00

Variabel lainnya yang cukup penting dalam aspek ketenagakerjaan adalah pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka adalah banyaknya orang yang mencari pekerjaan (dalam time reference) baik sudah pernah bekerja maupun yang belum pernah bekerja sama sekali, sedang mempersiapkan usaha, orang yang punya pekerjaan tetapi belum bekerja atau mereka yang merasa tidak mungkin dapat mendapat digambarkan pekerjaan. dangan Perkembangan menggunakan tingkat tingkat

pengangguran

pengangguran terbuka (TPT/open unamplyoment rate) yaitu perbandingan banyaknya orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan terhadap total angkatan kerja.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 18

Tingkat pengangguran terbuka secara persentase di Kota Medan selama periode 2006 2008 mengalami sedikit penurunan, yaitu dari 15,01% pada tahun 2006 menjadi 14,49% pada tahun 2007 dan kembali menurun menjadi 13,08% pada tahun 2008. Angka pengangguran ini relative tinggi dan hal ini masih perlu menjadi perhatian baik yang berkaitan langsung dengan upaya setiap orang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga dapat hidup layak dan tidak menjadi beban sosial maupun untuk mendorong mereka supaya dapat aktif secara ekonomi.

Gambar 2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Medan Tahun 2006 2008
TPT (%)
15

10

0 2006 TPT 15,01 2007 14,49 2008 13,08

Tahun

Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara

Tabel 9. Indikator Sosial Kota Medan Tahun 2006 2008 Jenis Indikator
[1]
1. Jumlah Penduduk (Jiwa) 2. Pertumbuhan Penduduk (%) 3. Angka Partisipasi Kasar (%) - SD/MI - SMP/MTS - SMA/SMK/MA 4. Angka Partisipasi Murni (%) - SD/MI - SMP/MTS - SMA/SMK/MA 5. Angka Partisipasi Sekolah (%) - 7 12 - 13 15 - 16 18 - 19 24

TAHUN 2006 [2]


2.067.293 2,82 111,51 94,53 81 ,09 91,04 73,83 62,91 99,15 92,19 72,17 22,90

2007 [3]
2.083.156 0,77 112,18 98,36 89,34 91,79 76,18 64,71 99,31 94,04 79,21 24,19

2008 a) [4]
2.102.105 0,91 112,85 98,49 89,59 92,54 77,53 65,51 99,50 96,00 81,00 26,00

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 19

6. Pendidikan - Penduduk Minimal Tamat SLTA (%) - Buta Huruf 7. Angka Kelahiran Total, TFR(%) 8. Angka Harapan Hidup (Tahun) 9. Angka Kematian Bayi, IMR(%) 10. Rata-rata Anak Lahir Hidup (jiwa) 11. Rata-rata Anak Masih Hidup (Jiwa) 12. Angka Kesakitan Umum (%) 13. TPAK 14. TPT 15. IPM 16. Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) 17. Penduduk Miskin (%)
Sumber : Kompilasi berbagai sumber

48,69 0,91 2,16 70,70 15,10 1,39 1,33 20,43 62,21 15,01 74,60 160,65 7,77

49,78 0,82 2,13 71,10 13,80 1,34 1,29 20,13 58,62 14,49 75,60 147,80 7,09

52,00 0,81 2,11 71,20 10,50 1,33 1,29 20,15 62,58 13,08 76,00 138,70 6,63

Oleh karena itu, kebijakan dasar Pemerintah Kota Medan selama periode 2006 2008 adalah mendorong terciptanya lapangan kerja baru terutama salah satunya melalui penanaman modal. Namun demikian, jumlah angkatan kerja yang begitu tinggi dan tidak sebanding dengan kesempatan kerja yang tersedia menyebabkan tidak tertampungnya seluruh angkatan kerja yang ada. Untuk itu, kebijakan anggaran pada masa yang akan datang seharusnya lebih menitikberatkan dan meningkatkan anggaran di bidang ekonomi dan investasi di samping bidang-bidang yang lainnya. 3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan pemerataan pendapatan masyarakat. Kinerja pembangunan ekonomi daerah mempunyai kedudukan yang amat penting karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan sumber daya yang lebih luas bagi pembangunan daerah di bidang lainnya.

Oleh karena itu, aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat daerah.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 20

A. Potensi Unggulan Daerah Tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian Kota Medan masih menghadapi berbagai kendala dan tantangan yang patut mendapat perhatian. Untuk itu, salah satu komponen utama yang perlu diketahui yaitu potensi unggulan daerah. Mengetahui potensi unggulan daerah dapat membantu memahami sektor basis (sektor unggulan) dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah. Berdasarkan sektor ekonomi, potensi unggulan Kota Medan didominasi sektor sekunder dan tersier yang terdiri dari berbagai sektor usaha, yaitu : 1. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum Pada umumnya usaha sektor listrik, gas dan air minum menyebar merata di Kota Medan. Walaupun sektor ini memberikan kontribusi sebesar 2,47% terhadap pembentukan PDRB Kota Medan, namun sektor ini mengalami laju pertumbuhan sektoral yang cukup tinggi hingga mencapai 10,22% pada tahun 2008. Akan tetapi penyerapan tenaga kerja pada sektor ini relatif sebagian kecil yakni 0,71% terhadap total penyerapan tenaga kerja di setiap sektor. 2. Sektor Bangunan (Konstruksi) Sektor bangunan memiliki kontribusi yang cukup besar sekitar 12,68% terhadap pembentukan PDRB Kota Medan pada tahun 2008 dengan laju pertumbuhan sebesar 6,84%. Sedangkan dalam penyerapan tenaga kerja, sektor ini mampu menyerap tenaga kerja sekitar 8,45%. 3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kontribusi sebesar 30,88% pada tahun 2008. Dengan laju pertumbuhan sektoral sebesar 1,67% pada tahun 2008 sektor ini ternyata mampu menyerap tenaga kerja sekitar 34,14% dari total tenaga kerja yang bekerja pada sektor ekonomi. 4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Medan sebesar 29,24% dengan laju pertumbuhan sekitar 20,29% pada tahun 2008. Walaupun kontribusi dan laju pertumbuhannya relatif cukup besar, tetapi dalam penyediaan

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 21

lapangan kerja hanya mampu menyerap sekitar 12,01% dari total tenaga kerja yang bekerja. 5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami laju pertumbuhan sektoral sekitar 2,95% dengan memberikan kontribusi sebesar 18,22% terhadap pembentukan PDRB Kota Medan pada tahun 2008. Sedangkan kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Medan hanya sekitar 4,84% dari total tenaga kerja yang bekerja pada sektor ekonomi. 6. Sektor Jasa-Jasa Untuk tahun 2008, sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sekitar 13,57% terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dengan laju pertumbuhan sebesar 5,44% dan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 19,62%.

Bila dilihat dari tingkat penyerapan tenaga kerja di tiap-tiap sektor, maka sektor yang banyak menyerap tenaga kerja yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor jasa.

Bila dilihat dari tingkat kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Medan, maka sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, hotel dan restoran, sektor Pengangkutan dan

Komunikasi, serta sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dan masih berpeluang untuk di kembangkan guna lebih meningkatkan PDRB Kota Medan.

Dari sembilan sektor ekonomi tersebut, sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi mempunyai keistimewaan karena selain mampu meningkatkan PDRB Kota Medan, sektor ini juga dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 22

Tabel 10. Sektor Unggulan Kota Medan Tahun 2006 2008


N0 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Location Quotient (LQ) 2006 2007 0,131 0,126 0,005 0,004 0,635 0,650 1,932 1,808 1,676 1,684 1,373 1,327 2,128 2,113 2,332 1,089 2,218 1,096 2008 0,127 0,003 0,659 1,929 1,612 1,214 2,555 2,051 1,032

Mengacu pada nilai LQ dari kesembilan sektor ekonomi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan sektor yang paling unggul dibandingkan dengan sektor yang lain dengan nilai LQ sebesar 2,332 pada tahun 2006 dan 2,218 pada tahun 2007 serta 2,051 pada tahun 2008. Nilai tersebut berarti produksi pada sektor tersebut di Kota Medan 2,332 kali lebih besar dengan produksi sektor yang sama bila dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya di Sumatera Utara pada tahun 2006 dan 2,218 kali lebih besar dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Utara dengan produksi sektor yang sama pada tahun 2007 serta 2,051 kali lebih besar pada tahun 2008. Sektor unggulan kedua yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai LQ sebesar 2,128 pada tahun 2006 dan sebesar 2,113 pada tahun 2007 serta 2,555 pada tahun 2008. Nilai tersebut berarti produksi pada sektor tersebut di kota medan 2,128 kali lebih besar dibandingkan dengan produksi sektor yang sama di Sumatera Utara pada tahun 2006 serta 2,113 kali lebih besar dibandingkan dengan produksi sektor yang sama di Sumatera Utara pada tahun 2007 serta 2,555 kali lebih besar pada tahun 2008. Hal tersebut didukung oleh jumlah penduduk Kota Medan yang semakin besar serta lalulintas yang semakin ramai akibat besarnya arus migrasi yang masuk ke Kota Medan.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 23

Gambar 3. Nilai Location Quotient Sektoral Kota Medan Tahun 2006 2008

Dari gambar 3 di atas, dapat diketahui perkembangan produksi sektoral Kota Medan terhadap daerah lain di Sumatera Utara. Terlihat bahwa untuk sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Pertanian, serta sektor Industri pengolahan daya saingnya masih lebih rendah dan cenderung lebih stabil bila dibandingkan daerah lain di Sumatera Utara. Hal tersebut cukup dimaklumi mengingat sedikitnya daerah tambang serta area pertanian di Kota Medan. Namun selain ketiga sektor tersebut,

Kota Medan sudah mampu bersaing dengan daerah lain. Akan tetapi tidak semua sektor yang mampu bersaing tersebut mengalami peningkatan. Selama periode 2006-2008 terdapat 4 sektor yang mengalami

kemunduran yaitu sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, sektor bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor jasa. Sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor Listrik, Gas dan Air Minum mengalami kemajuan yang cukup berarti.

Hal ini sangat didukung dengan semakin padatnya penduduk di Kota Medan baik penduduk yang menetap maupun penglaju.

B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Besaran PDRB sering digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja perekonomian suatu daerah, terutama yang dikaitkan dengan

kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 24

dimilikinya. Besaran nilai PDRB ini secara nyata mampu memberikan gambaran mengenai nilai tambah bruto yang dihasilkan unit-unit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu. Di samping itu, perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan daerah atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai PDRB.

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Berdasarkan tabel 11 di bawah, menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi Kota Medan selama periode 2006 2008 ditandai oleh peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku dari 48,84 triliun rupiah pada tahun 2006 menjadi 64,42 triliun rupiah pada tahun 2008 atau mengalami peningkatan rata-rata per tahun sekitar 14,61%.

Sehingga dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota Medan secara keseluruhan digerakkan oleh seuruh kelompok sektor ekonomi yaitu sektor primer, sekunder dan tersier secara simultan.

Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 2008 (milyar Rp.)
Sektor/Lapangan Usaha
[1]

2006
[3] 1.427,43 3,28 7.960,60 1.102,66 4.795,79 12.692,84 9.164,62 6.550,50 5.152,23

2007
[4] 1.580,64 3,09 9.029,33 1.040,73 5.420,08 14.106,44 10.548,09 7.833,88 5.893,30

2008 a)
[5] 1.864,27 2,89 10.253,01 1.204,40 6.195,96 15.086,21 14.284,59 8.899,82 6.630,65

1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Transportasi dan Telekomunikasi 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDRB
Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara

48.849,95

55.455,58

64.421,79

2. Produk Domestik Harga Konstan

Regional

Bruto

(PDRB)

Atas

Dasar

Sejalan dengan perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku, perkembangan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 selama periode 2006 2008 juga mengindikasikan adanya peningkatan yang LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 25

signifikan. Pada tahun 2006, PDRB Kota Medan atas dasar harga konstan sebesar 27,23 triliun rupiah dan meningkat menjadi 31,32 triliun rupiah pada tahun 2008 atau mengalami peningkatan secara rata-rata per tahun sebesar 7,42%. Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan selama kurun waktu 2006 - 2008 terjadi pada hampir semua sektor ekonomi, kecuali sektor penggalian dan pertambangan yang mengalami penurunan. Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 2008 (milyar Rp.)
Sektor/Lapangan Usaha
[1]

2006
[2] 673,09 0,73 4.095,43 435,64 3.011,37 7.271,81 5.255,76 3.685,67 2.804,95

2007
[3] 707,71 0,66 4.344,56 423,39 3.205,06 7.703,59 5.813,39 4.158,05 2.996,51

2008 a)
[4] 727,81 0,57 4.438,71 466,68 3.424,17 7.831,99 6.992,84 4.280,57 3.159,53

1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Transportasi dan Telekomunikasi 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDRB
Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara

27.234,45

29.352,92

31.322,87

C. Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan suatu daerah khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi Kota Medan secara riil selama periode 2006 2008 disajikan sebagai berikut : Tabel 13. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2006 2008 (%)
Sektor/Lapangan Usaha
[1]

2006
[3]

2007
[4]

2008 )
[5]

1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Transportasi dan Telekomunikasi 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDRB
Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara

0,37 (6,05) 6,59 5,39 11,01 6,15 13,34 5,08 6,34 7,76

5,14 (10,20) 6,08 (2,81) 6,43 5,94 10,61 12,82 6,83 7,78

2,84 (13,49) 2,17 10,22 6,84 1,67 20,29 2,95 5,44 6,71

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 26

Selama periode 2006 2008, pertumbuhan ekonomi Kota Medan menunjukkan trend yang cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi selama periode tersebut yang tumbuh di atas rata-rata 7% per tahun dan masih berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk tahun 2006, laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan tumbuh sebesar 7,76% dan meningkat menjadi 7,78% pada tahun 2007.

Sedangkan pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Kota Medan sebesar 6,71% atau turun sebesar 1,07% dari laju pertumbuhan ekonomi tahun 2007. Hal ini dapat dianggap cukup berarti sebab selama tahun 2008 Kota Medan juga harus menghadapi ekses global krisis ekonomi yang terjadi. Gambar 4. Gambaran Beberapa Indikator Ekonomi Kota Medan

Indikator Ekonomi
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 2006 2007 tahun 2008

pertumbuhan ekonomi inflasi pengangguran penduduk miskin

Namun demikian, perkembangan perekonomian kota Medan yang melambat tahun 2008 tidak berdampak yang merugikan terhadap kondisi ketenagakerjaan. Kondisi tersebut tercermin dari semakin meningkatnya rasio tenaga kerja yang bekerja terhadap angkatan kerja seiring dengan menurunnya penurunan tingkat pengangguran ekonomi terbuka. tidak Hal tersebut berarti

pertumbuhan

signifikan

mempengaruhi

perubahan jumlah pengangguran di Kota Medan.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 27

D. Struktur Perekonomian Daerah Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya

kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan ketergantungan daerah terhadap

kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Transformasi struktur ini sering digunakan sebagai indikator ekonomi untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan. Untuk mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku. Dari tabel 14 di bawah menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota Medan relatif tidak mengalami pergeseran selama periode 2006 2008. Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi. Selanjutnya sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa dan sektor bangunan (konstruksi). Sedangkan sektor ekonomi yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor pertanian. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Kota Medan umumnya didorong oleh pertumbuhan hampir pada semua sektor ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi di Kota Medan terus berlangsung dan semakin membaik. Tabel 14. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2006 2008 (%)
No 1. Kelompok Sektor Primer a. Pertanian b. Pertambangan dan Penggalian Sekunder a. Industri Pengolahan b. Listrik, Gas dan Air Bersih c. Bangunan Tersier a. Perdagangan, Hotel, dan Restoran b. Pengangkutan dan Komunikasi c. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan d. Jasa-Jasa Jumlah
Kontribusi Terhadap PDRB (%) 2006 2007 2008 2,39 2,86 2,90 2,92 2,85 3,82 0,01 0,01 0,01 28,37 27,93 27,40 16,30 16,28 20,99 2,26 1,88 2,47 9,82 9,77 12,68 68,70 69,21 69,70 25,98 25,44 30,88 18,76 19,02 29,24 13,41 10,55 100,00 14,13 10,63 100,00 18,22 13,57 100,00

2.

3.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 28

Bila dianalisis lebih jau, maka sektor ekonomi yang mengalami peningkatan peranan selama periode tersebut adalah sektor

pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,48% yakni dari 18,76% pada tahun 2006 menjadi 29,24% tahun 2008. Selanjutnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang peranannya cenderung meningkat dari 25,98% tahun 2006 menjadi 30,88% pada tahun 2008 atau

mengalami peningkatan sebesar 4,90%. Sedangkan sektor berikutnya adalah sektor bangunan (konstruksi) yang meningkat sebesar 2,86% dari 9,82% tahun 2006 menjadi 12,68% pada tahun 2008 dan diikuti sektor industri pengolahan yang meningkat sebesar 4,69% dari 16,30% pada tahun 2006 menjadi 20,99% tahun 2008. Di samping itu, dilihat dari struktur perekonomian Kota Medan selama periode 2006 2008 menunjukkan kontribusi sektor primer yang cenderung meningkat dari 2,39% pada tahun 2006 menjadi 2,90% di tahun 2008 atau meningkat sebesar 0,51%. Begitupun kontribusi sektor tersier yang mengalami peningkatan sebesar 1,00% dari 68,70% pada tahun 2006 menjadi 69,70% di tahun 2008. Namun sebaliknya kontribusi sektor sekunder menunjukkan perkembangan yang cenderung menurun selama periode tersebut yakni dari 28,37% pada tahun 2006 menjadi 27,40% pada tahun 2008 atau mengalami penurunan sebesar 0,97%.

E. PDRB Per Kapita PDRB per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi selama satu tahun. Indikator ini dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat walaupun parameter ini belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan di suatu daerah. Tabel 15. PDRB Per Kapita Kota Medan Tahun 2006 2008
PDRB Per Kapita Tahun 2006 2007 2008 Rerata
Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah)

23,63 26,62 30,65 13,40 %

13,17 14,09 14,90 4,28 %

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 29

Sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Medan, PDRB per kapita selama periode 2006 2008 juga memperlihatkan pola yang cenderung meningkat. Untuk PDRB atas dasar harga berlaku selama periode tersebut meningkat rata-rata sebesar 13,40 % per tahun, yaitu dari Rp 23,63 juta pada tahun 2006 menjadi Rp 30,65 juta pada tahun 2008. Sementara itu untuk PDRB per kapita atas dasar harga konstan mengalami peningkatan rata-rata 4,28% per tahun dari Rp 13,17 juta pada tahun 2006 menjadi Rp 14,90 juta pada tahun 2008.

F. Perkembangan Inflasi Salah satu faktor makro ekonomi yang berada di luar kemampuan Pemerintah Kota Medan adalah menyangkut tingkat kestabilan

harga-harga atau inflasi. Tingkat inflasi di Kota Medan selama periode 2006 2008 mengalami fluktuasi (turun naik). Pada tahun 2006, tingkat inflasi di Kota Medan relatif cukup rendah yaitu sebesar 5,97%. Rendahnya inflasi ini dikarenakan selama tahun 2006 Pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat memicu kenaikan hargaharga barang dan jasa. Harga-harga barang dan jasa selama periode 2007-2008 mengalami tekanan yang lebih berat dibandingkan tahun 2006. Pada tahun 2007, inflasi Kota Medan sedikit mengalami peningkatan menjadi 6,42% dan meningkat kembali pada tahun 2008 menjadi 10,63%. Kecenderungan kenaikan inflasi selama tahun 2008 lebih disebabkan kebijakan pemerintah mengurangi subsidi BBM, walaupun pada tahun yang sama pemerintah melakukan penyesuaian kembali sesuai dengan fluktuasi harga minyak dunia. Tabel 16. Perkembangan Inflasi Kota Medan Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2006 2008 (%)
N0.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kelompok Pengeluaran
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transportasi dan Komunikasi

Tingkat Inflasi (%)


2006 4,58 5,09 10,50 8,80 8,22 8,02 1,21 2007 11,32 4,04 3,67 14,98 0,04 12,19 1,87 2008 12,57 4,05 3,27 9,85 0,04 12,22 1,86

Umum

5,97

6,42

10,63

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 30

Pada tahun 2006, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran untuk perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 10,50% sebagai akibat permintaan yang cenderung meningkat, sedangkan inflasi terendah adalah kelompok pengeluaran untuk transportasi dan

komunikasi sebesar 1,21%. Selanjutnya untuk tahun 2007, laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran sandang sebesar 14,98% dan terendah sebesar 0,04% pada kelompok pengeluaran kesehatan. Sedangkan pada tahun 2008, kelompok pengeluaran bahan makanan memiliki laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 12,57% dan yang terendah adalah kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,04%. Namun demikian, dengan kondisi

perekonomian global yang tidak stabil maka secara tidak langsung juga menekan perekonomian Kota Medan dengan ditandai adanya kenaikan angka inflasi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Sebagai upaya untuk mencapai tingkat inflasi yang terkendali, oleh Pemerintah Kota Medan melalui BPS dilakukan pengawasan dan pengendalian angka inflasi dengan membuat laporan perubahan indeks harga konsumen secara berkala (bulanan). Di samping itu, dilakukan koordinasi secara intensif dengan instansi terkait sehingga programprogram yang sifatnya antisipatif dapat dilakukan oleh masing-masing pihak. Relatif stabilnya tingkat inflasi di Kota Medan selama periode 2006 2008 mengindikasikan bahwa Pemerintah Kota Medan mampu mengendalikan laju inflasi pada tingkat konstan sehingga mampu meredam gejolak kenaikan harga-harga barang/jasa di pasar.

G. Ekspor dan Impor Kegiatan ekonomi Kota Medan selama tahun 2008 juga tidak dapat dilepaskan dari kegiatan ekspor dan impor, bahkan dapat dikatakan memiliki kedudukan dan peran penting untuk memperluas pasar produk yang dihasilkan, sekaligus mendukung perekonomian Kota Medan yang semakin terbuka. Namun oleh karena kegiatan ekspor dan impor secara administrasi merupakan barang yang keluar atau masuk melewati wilayah kepabeanan, maka pengertian ekspor dan impor untuk Kota Medan juga LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 31

merupakan barang yang keluar atau masuk melewati wilayah kepabenaan baik melalui Pelabuhan Laut Belawan maupun Pelabuhan Udara Polonia Medan, sehingga belum tentu ekspor dan impor yang terjadi pada kedua pelabuhan tersebut seluruhnya adalah hasil kegiatan ekonomi masyarakat Kota Medan. Nilai ekspor Kota Medan dicatat berdasarakan nilai free on board (fob) yaitu nilai barang ekspor hingga berada di atas kapal di pelabuhan dan siap diekspor. Berdasarkan data yang tercatat, nilai ekspor Kota Medan yang melalui Pelabuhan Laut Belawan dan Bandara Polonia selama tiga tahun terakhir sejak 2006 2008 menunjukkan kondisi yang meningkat dengan nilai ekspor sebesar 4,52 milyar USD pada tahun 2006 meningkat menjadi 7,43 milyar USD pada tahun 2008. Kinerja ekspor ini diharapkan tidak hanya merupakan indikasi semakin bergairahnya perekonomian Kota, juga akan dapat mendorong peningkatan produksi produk-produk lain yang berorientasi ekspor. Tabel 17. Nilai Ekspor dan Impor Melalui Wilayah Kota Medan Tahun 2006 2008
PDRB [1] 1. Ekspor (Nilai fob, Miliyar USD) 2. Impor (Nilai cif, Miliyar USD) 3. Surplus Perdagangan (Miliyar USD)
Sumber : BPS Kota Medan a Keterangan : ) Angka Sementara

2006 [2] 4,52 1,17 3,35

2007 [3] 5,50 1,50 4,10

2008 a) [4] 7,43 3,06 4,37

Sesuai dengan kecenderungan ekonomi terbuka pada saat ini dan masa yang akan datang, sekaligus guna mendapatkan keunggulan kompetitif maka dapat dipastikan setiap daerah cenderung hanya akan

menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan kompetitif baik dilihat dari sisi kualitas maupun harga. Oleh sebab itu, kebutuhan akan produk-produk yang tidak dihasilkan sendiri biasanya akan didatangkan dari luar atau impor. Nilai impor yang dicatat di Kota Medan didasarkan kepada nilai cost insurance & freight (cif) yang merupakan nilai barang di atas kapal di pelabuhan bongkar. Impor melalui Kota Medan selama tahun 2006 2008 juga cenderung meningkat dengan nilai impor LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 32

1,17 milyar USD pada tahun 2006 meningkat menjadi 3,06 milyar USD pada tahun 2008. Selanjutnya, dilihat dari selisih ekspor dan impor,

Kota Medan mengalami surplus perdagangan pada tahun 2006 sebesar 3,35 milyar USD dan meningkat menjadi sebesar 4,37 milyar USD pada tahun 2008.

H. Investasi Investasi mempunyai arti secara luas dalam kegiatan perekonomian dan seringkali dikaitkan dengan kegiatan untuk menanamkan uang/modal dengan mengharapkan suatu keuntungan secara ekonomi/finansial sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi di masa yang akan datang. Investasi merupakan salah satu unsur penggerak pertumbuhan ekonomi selain pertumbuhan dan perkembangan dari faktor-faktor produksi yang lain. Untuk itu investasi disini yang dimaksud adalah dalam pengertian penambahan/pembentukan barang modal tetap dan perubahan stok baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi. Tabel 18. Perkiraaan Nilai Investasi Menurut Lapangan Usaha di Kota Medan Tahun 2006 2008 (milyar Rp.)
Sektor/Lapangan Usaha [1] 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Transportasi dan Telekomunikasi 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Jumlah
Sumber : Diolah dari berbagai sumber a Keterangan : ) Angka Sementara

2006 [2] 60,57 0,52 1.610,71 476,77 1.232,66 1.823,85 1.760,05 692,67 519,82 8.177,63

2007 [3] 63,77 0,56 1.826,63 534,66 1.374,07 2.007,57 1.927,55 771,33 583,57 9.089,71

2008 a) [4] 67,50 0,55 1.894,97 549,11 1.403,52 2.026,71 1.930,75 747,95 660,76 9.281,81

Kota Medan mempunyai letak geografis dan potensi demografis yang cukup strategis dan didukung dengan kebijakan yang bersahabat dengan pasar sehingga mendorong terbentuknya iklim dan lingkungan
I - 33

LPPD Kota Medan Tahun 2008

berinvestasi

yang

semakin

kondusif.

Beberapa

hal

yang

cukup

berpengaruh terhadap peningkatan investasi adalah kondisi keamanan dan ketertiban umum yang kondusif selama kurun waktu 2006 2008.

Gambar 5. Rata-rata Perkembangan Investasi Kota Medan Tahun 2008 (%)

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Secara umum investasi di Kota Medan mengalami perkembangan yang fluktuatif sejalan dengan terus bergeraknya faktor-faktor produksi.

Pada tahun 2006 jumlah investasi di Kota Medan sebesar 8,17 triliun rupiah dan terus mengalami peningkatan menjadi 9,28 triliun rupiah pada tahun 2008. Perkembangan investasi Kota Medan selama tahun 2008 secara total meningkat sebesar 6,63%, dimana perkembangan investasi tertinggi terjadi pada sektor jasa yakni sebesar 12,7% dan yang terendah adalah sektor penggalian sebesar 2,3%.

I. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Melalui pendekatan paradigma pembangunan manusia, maka keberhasilan pembangunan Kota Medan selama tahun 2008 juga ditunjukkan oleh angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat Kota Medan yang diketahui cenderung terus meningkat. Melalui IPM, diketahui tingkat kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kota Medan sebagai dampak proses pembangunan kota yang dilaksanakan. Pengukuran IPM, dilakukan LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 34

terhadap 4 (empat) dimensi pokok pembangunan manusia, meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf, rata -rata lama sekolah, dan konsumsi perkapita pertahun. IPM Kota Medan selama tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu 74,60 pada tahun 2006 meningkat menjadi 75,60 pada tahun 2007, dan 76,00 pada tahun 2008. Di samping itu, seluruh sub indikator juga memiliki korelasi positif dengan peningkatan IPM. Peningkatan IPM tersebut disebabkan relatif membaiknya tingkat daya beli dan pendapatan masyarakat sehingga mampu

meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, proses pembangunan kota sampai saat ini selain dapat memperbaiki daya beli masyarakat lebih baik, juga mampu meningkatkan kapasitas fisik (kesehatan) masyarakat dan kapasitas intelektual penduduk Kota Medan. Berdasarkan kategori yang diterapkan, status pembangunan manusia di Kota Medan termasuk dalam kelompok memuaskan atau tergolong pada tingkat atas untuk level Provinsi Sumatera Utara.

j. Kemiskinan kebijakan pembangunan kota tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi, tetapi juga ditujukan kepada upaya mengurangi jumlah penduduk miskin.

Tabel.19. Penduduk Miskin Kota Medan Tahun 2006-2008


TAHUN Jenis Indikator 2006 [1] 1. Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 2. Persentase Penduduk Miskin (%) Sumber: BPS Kota Medan [2] 160,65 2007 [3] 147,80 2008 [4] 138,70

7,77

7,09

6,63

Berdasarkan tabel 1.19 tersebut di atas, diketahui walaupun belum begitu signifikan namun upaya menurunkan jumlah penduduk miskin melalui program-program khusus yang dijalankan cenderung berjalan positip. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 diperkirakan sebesar 160.650-an jiwa atau 7,77 persen, pada tahun 2007 turun menjadi 147.800-an atau LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 35

7,09 persen, dan menjadi 138.700-an atau 6,63 persen pada tahun 2008. Upaya-upaya menurunkan jumlah penduduk miskin secara berencana dilakukan baik melalui subsidi-subsidi bidang sosial yang diberikan melalui PKPS-BBM maupun program lokal lainnya, seperti BP-3 terarah dan pelayanan kesehatan tanpa dipungut biaya, Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Medan Sehat (JPKMS), pemberdayaan masyarakat, program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), maupun upaya-upaya menarik investasi lebih besar ke Kota Medan, sehingga mereka bekerja dan memperoleh pandapatan yang lebih baik. Dalam jangka menengah, upaya menurunkan jumlah penduduk miskin juga diprioritaskan dengan menjadikan percepatan pembangunan wilayah lingkar luar sebagai prioritas

pembangunan kota. Upaya kelembagaan juga dilakukan dengan bentuk forum koordinasi pengentasan kemiskinan Kota Medan, sebagai wadah dimana seluruh stakeholder pembangunan dapat memformulasikan

kebijakan-kebijakan sebagai masukan kepada pemerintah kota dalam upaya pengentasan kemiskinan termasuk aparat pelaksananya. Dengan demikian upaya yang dilakukan diharapkan dapat lebih terarah dan terpadu.

k. Kesenjangan Pembangunan Kota Walaupun menunjukkan kemajuan dan hasil yang menggembirakan, pembangunan kota secara faktual harus diakui masih dihadapkan kepada masalah-masalah yang bersifat fundamental seperti pengangguran (13,08%), kemiskinan (6,63%) dan kesenjangan pendapatan (0,28%). Masalah kesenjangan tentunya memiliki hubungan yang erat dengan kemiskinan dan pengangguran, sebab ada hubungan positif antara tingkat pengangguran yang besar dengan kemiskinan yang meluas dan kesenjangan antar kelompok pendapatan. Secara konsepsi, masalah kesenjangan dapat dipengaruhi 3 (tiga) faktor pokok, yaitu (1) faktor struktural, (2) faktor natural, dan (3) faktor cultural. Faktor struktural lebih banyak disebabkan faktor-faktor kebijakan pemerintah, sedang faktor natural oleh pasar, dan faktor kultural disebabkan oleh sikapsikap dan perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mencerminkan keinginan melakukan perubahan-perubahan yang selaras dengan tujuan pembangunan.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 36

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh BPS Kota Medan (2007), kesenjangan pembangunan kota terlihat dari angka-angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) tingkat Kecamatan. Distribusi IPM untuk delapan Kecamatan dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 1.20. IPM Kecamatan di Kota Medan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Kecamatan Medan Kota Medan Perjuangan Medan Helvetia Medan Johor *) Medan Deli *) Medan Labuhan *) Medan Marelan *) Medan Belawan *) IPM 86,0 75,4 74,5 68,2 67,9 65,2 62,9 58,4

Catatan : *) Kecamatan Lingkar Luar

Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa IPM kecamatan-kecamatan yang secara kewilayahan berada di wilayah lingkar luar, masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat IPM kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah lingkar dalam inti Kota Medan. Secara hipotesis kesenjangan

pembangunan kota antara wilayah lingkar luar dengan lingkar dalam tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu :

1) Faktor Struktural Dalam 5 (lima) tahun pertama Renstra Kota Medan Tahun 2000-2005, implementasi pelaksanaan pembangunan kota di bidang pendidikan, kesehatan, dan pembangunan ekonomi wilayah lingkar luar masih

diposisikan sama prioritasnya dengan bidang-bidang pembangunan kota lainnya, artinya pada saat itu belum ada kebijakan yang dirancang secara khusus untuk pembangunan wilayah lingkar luar, baik dari sisi pemrograman maupun dari sisi anggaran. Kebijakan ini kenyataannya kurang memberikan insentif bagi pasar untuk mendorong distribusi pembangunan kota ke wilayah lingkar luar.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 37

2) Faktor Natural Faktor natural yang paling fundamental mempengaruhi tingkat kesenjangan antar kelompok pendapatan adalah jumlah angkatan kerja. Angkatan kerja di pasar kerja ternyata jauh melebihi penawaran. Berdasarkan data tahun 2008, dari jumlah usia kerja (10 tahun ke atas ) sebesar 1.532.871 orang, yang memilih bekerja sebesar 959.309 orang. Akibatnya jumlah angkatan kerja yang belum bekerja secara nominal cenderung meningkat dari tahun ke tahun, (125.477 orang).

Di samping itu, Medan sebagai Kota Metropolitan dimana sektor-sektor ekonomi andalannya adalah sektor tertier dan sekunder juga telah mendorong arus urbanisasi (migrasi) yang cenderung besar, sehingga turut mempengaruhi ketidakseimbangan supplay and demand di pasar kerja. Kecenderungan ini diperparah lagi dengan kondisi urbanisasi yang ternyata hanya dimotivasi alasan-alasan irrasional dibandingkan alasan-alasan rasional, seperti adanya keterampilan dan skill sehingga menjadi harapan untuk mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di kota. Kondisi supplay dan demand pasar kerja di Kota Medan juga dipengaruhi arus kommuter. Arus orang yang pulang pergi ke Kota Medan setiap hari saat ini diperkirakan mencapai 500.000 orang perhari. Hal ini telah menjadikan pelaku usaha (industri) cenderung mempekerjakan orang-orang berdomisili di luar Kota Medan dibandingkan dengan orang-orang yang tempat tinggalnya di Kota Medan, sebab mereka cenderung bersedia menerima upah lebih rendah. Peluang atau kesempatan kerja yang terbatas ini telah menyebabkan angkatan kerja yang ada di Kota Medan relatif sulit mendapatkan lapangan kerja sehingga mereka cenderung miskin sekaligus menciptakan

kesenjangan pendapatan dengan si kaya. 3) Faktor Kultural Kesenjangan pendapatan, industri dan antar wilayah di Kota Medan juga didorong faktor-faktor kultural (budaya). Tingkat pendidikan yang rendah telah menyebabkan sangat lambannya transformasi sosial dan budaya di komunitas masyarakat miskin kota. Bila diamati ciri-ciri masyarakat kelompok miskin yang ada, umumnya mereka memiliki tingkat pendidikan yang masih relatif sangat rendah (SD ke bawah). Hal ini menyebabkan penyerapan LPPD Kota Medan Tahun 2008
I - 38

teknologi industri dalam usaha ekonomi yang dikelola masih sangat terbatas. Konsekuensi logisnya adalah mereka menciptakan nilai tambah produksi yang masih sangat terbatas. Faktor-faktor budaya juga telah menyebabkan mereka sangat sulit

meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang cenderung kurang selaras dengan sikap-sikap membangun yang diperlukan seperti inovasi, inisiatif, dan kreatif. Akibatnya diversifikasi usaha ekonomi juga tidak mudah dilakukan oleh

pemerintah daerah, termasuk menerima perubahan.

LPPD Kota Medan Tahun 2008

I - 39

You might also like