You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Saat ini baja merupakan salah satu elemen dalam bidang konstruksi yang memiliki peran sangat penting . Baja biasanya digunakan untuk pertulangan atau campuran beton dan struktur rangka atap. Baja dikenal memiliki keunggulan diantaranya ketahanan terhadap tarik atau regangan dan juga ketahanan terhadap tekanan. Sifat unik baja yang berbeda dengan elemen lainnya adalah besarnya kuat tekan yang hampir sama dengan besarnya kuat tarik.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan yang dilakukan manusia, meningkat pula penggunaan baja dalam konstruksi, oleh karena itu perlu diketahui bagaimana tingkah laku, sifat dan properti baja dalam menahan beban. Ada berbagai sifat baja yang harus diketahui terutama untuk dapat melakukan perhitungan suatu struktur bangunan. Oleh karena itu, dalam praktikum ini dilakukan pengujian terhadap baja, yakni uji tarik baja agar dapat diperoleh nilai-nilai properti baja shingga pada akhirnya dapat digunakan dalam menentukan dan memperhitungkan standar kekuatan suatu struktur bangunan. 1.2. Tujuan 1. 2. Mengetahui cara pegukuran uji tarik langsung. Mengetahui cara pengoperasian alat uji tarik (Universal Testing Machine, UTM). 3. Menghitung nilai-nilai properti mekanik baja, seperti modulus Young, tegangan leleh, kuat tarik, dan lain-lain. 4. Pembacaan tegangan dan regangan dengan menggunakan strain gauge.

1.3. Dasar Teori Uji tarik baja dapat digunakan langsung untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari material baja yaitu antara lain :

Tegangan () adalah gaya yang dibaca pada load cell dibagi dengan luas penampang. Regangan () adalah pebandingan pertambahan panjang dengan panjang awal beda uji. Modulus Young (E) merupakan kemiringan garis (daerah elastis) pada kurva tegangan regangan. Tegangan leleh (y) adalah besarnya gaya tarik yang bekerja pada saat benda uji mengalami leleh pertama dibagi dengan luas penampang. Kuat Tarik (maks) adalah tegangan tarik maksimum yang didapat dari gaya maksimum dengan luas penampang semula dari benda uji. Kontraksi penampang adalah perbandingan dari selisih luas penampang akhir dengan luas penampang akhir terhadap luas penampang awal.

1.4. Alat dan Bahan 1. Jangka Sorong 2. Mesin uji Universal Testing Machine (UTM) 3. Load Cell, pengubah beban UTM dari analog ke digital. 4. Linear Variable Displacement Tranducer (LVDT), pencatat defleksi atau perpanjangan. 5. Data Logger, alat pencatat dari load cell dan LVDT 6. Baja tulangan polos 8, 10, 12, dengan panjang yang sama (uji pengaruh luas penampang) 7. Baja tulangan ulir D10, D13, D16, dengan panjang yang sama (uji pengaruh luas penampang) 8. Baja tulangan polos 8 dan ulir D10 yang lebih panjang (uji pengaruh panjang) 9. Baja tulangan polos 12 (perbandingan hasil strain gauge dengan load cell dan LVDT)

BAB II METODOLOGI PENGUJIAN

1. Setiap benda uji diberi nomor atau nama 2. Masing-masing benda uji diukur diameter dan panjangnya 3. Semua alat yang akan digunakan pada saat praktikum dicek kelengkapannya terlebih dahulu 4. Alat dikalibrasi 5. Benda uji dipasangkan ke mesin UTM (sumbu alat penjepit berhimpit dengan sumbu benda uji) sambil dipasangkan alat ukur 6. Benda uji ditarik dengan pertambahan beban yang konstan sampai benda uji putus. Hasil yang didapat kemudian dicatat pertambahan panjangnya oleh pengamat pada setiap pertambahan beban. 7. Perilaku benda uji diamati secara visual oleh pengamat 8. Setelah putus, diameter penampang pada daerah yang putus dan panjang akhir benda uji kemudian diukur.

BAB III HASIL PENGUJIAN


3.1 Prosedur Penghitungan

Pada Baja Polos Diketahui : Diameter nominal awal baja Diameter akhir baja : 8 mm : 4,87 mm

Luas penampang awal nominal baja : 50,26 mm2 Luas penampang akhir nominal baja : 18,617 mm2 Panjang awal (L0) Panjang akhir (L) Beban leleh Pertambahan panjang leleh (L) Beban maksimum Berat material Panjang material i. Tegangan Leleh ( ) : 101 mm : 145 mm : 2000 kg : 93 mm : 2925 kg : 150 gr : 400 mm

P 2000 39,793kg / mm 2 A0 50,56

ii. Kuat Tarik ( )

maks

Pmaks 2925 58,197 kg / mm 2 A0 50 ,56

iii. Elongasi Maksimum


L' L0 100% L' 145 101 m 100% 101 m 43,56 %

iv. Kontraksi Penampang


Aso Asu 100 % Aso 50 ,26 18,617 S 100 % 50 ,26 S 62,957% S

v. Modulus Elastisitas
E
E

39 ,793 0,092 E 432,1614

Pada Baja Ulir i. Diameter efektif baja ulir Diketahui Panjang material (L) : 397 mm Berat material (W)
D 12,74

: 227 g

massa( g ) 227 12,74 9,633mm panjang(mm) 397

3.2 Data Hasil Pengujian Tarik Baja Tulangan

Tabel 1.1 Hasil Pengujian Tarik Baja Tulangan (bagian 1) Diameter Aktual Awal (mm) 7.79 9.7 12.31 9.633 12.88 15.8 9.71 9.563 Diameter Nominal Awal (mm) 8 10 12 10 13 16 10 10 Diameter Akhir (mm) 4.87 6.27 7.2 Luas Penampang Nominal Awal (mm2) 50.26 78.54 113.10 78.54 132.73 201.06 78.54 71.79 Luas Penampang Nominal Akhir (mm2) 18.618 30.861 40.694 Kontraksi Panjang Panjang Penampang Awal Akhir (%) (mm) (mm) 62.96 60.71 64.02 101 102 100 100 100 102 99 200 145 136 126 124 132 123 129 233

No.

Identifikasi BendaUji Polos Polos Polos Ulir Ulir Ulir Polos (pjg) Ulir (pjg)

elongasi (%) 43.56 33.33 26.00 24.00 32.00 20.59 30.30 16.50

1 2 3 4 5 6 7 8

*) Beberapa data dalam tabel ini tidak ada karena tidak semua data dicatat

Tabel 1.2 Hasil Pengujian Tarik Baja Tulangan (bagian 2) Identifikasi Benda Uji Polos Polos Polos Ulir Ulir Ulir Polos (pjg) Ulir (pjg) Beban Luluh (kg) 2000 3480 4350 3750 6750 10750 3100 3600 Kekuatan Luluh Nominal (kg/mm2) 39.793 44.309 38.463 47.746 50.854 53.467 39.470 50.147 Beban Maks. (kg) 2925 5050 6200 4375 8280 14250 4700 4300 Kekuatan Regangan tarik Nominal Luluh 2 (kg/mm ) 58.197 64.298 54.820 55.704 62.381 70.874 59.842 59.898 0.092 0.088 0.105 0.115 0.200 0.027 0.081 0.085 Modulus Elastisitas 432.161 502.165 366.310 415.186 254.272 1983.126 488.445 589.964 Berat (gr) 150 232 374 227 408 615 349 338.7 Panjang (mm) 400 400 400 397 399 400 599 601

No. 1 2 3 4 5 6 7 8

3.3 Analisa Grafik Uji Tarik 3.3.1. Analisa Grafik Uji Tarik Baja Polos Grafik 3.1 Regangan-Beban Baja Polos 8

Kurva Beban - Pertambahan Panjang


3500 3000 2500 2000 1500 Beban (kg) 1000 polos D8 500 0 0 2 4 6 8 Pertambahan Panjang (cm) 10 12

Grafik 3.2 Regangan-Beban Baja Polos 10

Kurva Beban - Pertambahan Panjang


6000 5000 4000 Beban (kg) 3000 2000 Polos D10 1000 0 0 2 4 6 Pertambahan Panjang (cm) 8 10

Grafik 3.3 Regangan-Beban Baja Polos 12

Kurva Beban - Pertambahan Panjang


7000 6000 5000 Beban (kg) 4000 Polos D12 3000 2000 1000 0 0 2 4 6 RPertambahan Panjang (cm) 8 10 12

Dari ketiga grafik di atas dapat diketahui bahwa baja polos memiliki karakteristik grafik yang sama, dari grafik ini dapat diketahui nilai-nilai properti baja seperti tegangan leleh, tegangan maksimal, regangan serta modulus elastisitas.

Dari Grafik ini kita dapat memperkirakan desain struktur pembebanan baja.

3.3.2 Analisa Grafik Uji Tarik Baja Ulir Grafik 3.4 Regangan-Beban Baja Ulir D10

Kurva Beban - Pertambahan Panjang


5000 4500 4000 3500 3000 Beban (kg) 2500 2000 1500 1000 500 0 0 1 2 3 4 5 Pertambahan Panjang (cm) 6 7 Ulir D10

Grafik 3.5 Regangan-Beban Baja Ulir D13

Kurva Beban - Pertambahan Panjang


9000 8000 7000 6000 Beban (kg) 5000 4000 3000 2000 1000 0 0 2 4 6 Pertambahan Panjang (cm) 8 10 Ulir D13

Grafik 3.6 Regangan-Beban Baja Ulir D16

Kurva Beban - Pertambahan Panjang


16000 14000 12000 10000 Beban (kg) 8000 6000 Series1 4000 2000 0 0 2 Pertambahan 4 Panjang 6 (cm) 8 10

Dari ketiga grafik di atas dapat diketahui bahwa baja ulir juga memiliki karakteristik grafik yang sama, dari grafik ini dapat diketahui nilai-nilai properti baja seperti tegangan leleh, tegangan maksimal, regangan serta modulus elastisitas.

Karakteristik baja ulir berbeda dengan baja polos, dari grafik dapat disimpulkan bahwa karakteristik baja ulir lebih baik karena setelah melewati daerah elastis, perubahan panjangnya tidak terlalu besar.

Dari Grafik ini pula kita dapat memperkirakan desain struktur pembebanan baja.

Grafik 3.7 Regangan-Beban Baja Polos 10

Kurva Beban - Pertambahan Panjang


5000 4500 4000 3500 3000 Beban (kg) 2500 2000 1500 1000 500 0 0 2 4 6 Pertambahan Panjang (cm) 8 10 Polos D10 panjang

Grafik 3.8 Regangan-Beban Baja Ulir D16

Kurva Beban - Pertambahan Panjang


5000 4500 4000 3500 3000 Beban (kg) 2500 2000 1500 1000 500 0 0 2 4 6 Pertambahan Panjang (cm) 8 10 Ulir D10 Panjang

Pada kedua kurva di atas tidak ada perbedaan baik antara kurva baja polos dengan baja polos sebelumnya dengan baja ulir dengan baja ulir sebelumnya juga, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh panjang tidak berpengaruh pada properti mekanik baja. Hal ini berarti baja dapat dipakai dengan panjang yang tak terbatas pada

konstruksi, sehingga memungkinkan untk memakai baja dengan panjang berapapun tanpa memotongnya (memendekkannya).

3.2.3 Hasil Uji dari Strain Gauge

Grafik 3.9 Regangan-Beban Baja Polos 12 .

Kurva Tegangan-Regangan
25 20

Tegangan

15 10 5 0 0 10 20 30 Regangan 40 50 60

Grafik yang didapatkan melalui strain gauge lebih baik dan lebih detail daripada yang mengguunakan LVDT, hal ini dikarenakan strain gauge menggunakan instrumen load cell yang sangat sensitif terhadap defleksi.

Dari Grafik ini dapat diketahui nilai modulus elastisitas properti baja dan tentunya lebih baik daripada yang didapatkan melalui LVDT karena data disajikan dalam tegangan vs regangan, dari grafik ini didapatkan modulus elastistas adalah kemiringan kurva sebelum mengalami perubahan kemiringan yang drastis yaitu sebesar 0.5168. 3.2.4 Analisis Pengaruh Panjang Benda Uji Terhadap Properti Mekanik

Pada percobaan ini, praktikan melakukan uji tarik langsung yang dapat digunakan untuk mengetahui sifat sifat mekanik dari material seperti modulus Young, tegangan leleh dan kuat tarik. Pada percobaan ini, dipakai baja ulir dengan diameter dari tiap tiap baja yang sama yaitu 10 mm dan panjangnya masing-masing adalah: Baja 1 Baja 2 : 400 : 600

Dari penghitungan data didapatkan bahwa tidak ada perbedaan properti mekanik yang mencolok antara baja yang memiliki panjang 400 mm dan 600 mm. Hal ini dikarenakan kedua benda uji ditarik pada titik yang sama. Artinya pada titik yang sama pengaruh panjang baja tidak mempengaruhi kekuatan material baja, hal ini berarti bahwa kekuatan baja pada tiap titik relatif sama, terkecuali jika mengalami kesalahan pada proses fabrikasi.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan a. Dengan mengetahui sifat-sifat mekanik seperti yield strength (dari yield stress), ultimate strength (dari ultimate stress) dan juga daerah elastis, seseorang dapat memutuskan material yang cocok untuk kebutuhannya. b. Properti mekanik baja polos dan ulir berbeda salah satunya karma bentuk geometri yang berbeda. c. Properti mekanik benda uji Tegangan () Regangan () Modulus Young (E) Tegangan leleh (y) Kuat Tarik (maks) Kontraksi penampang adalah perbandingan dari selisih luas penampang akhir dengan luas penampang akhir d. Besar kuat tarik baja pada tiap titik relative sama, hal ini karena property mekanis baja bersifat mikroskopis.

You might also like