You are on page 1of 5

I Pendahuluan Angiofibroma nasofaring adalah jenis tumor hidung jinak yang cenderung menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan,

paranasal dan nasofaring, sehingga sehingga secara klinis berbahaya, terutama ditemukan hampir pada anak laki-laki. Karena hidung mempunyai hubungan erat dengan struktur disekitarnya, misalnya sinus

tumor di rongga hidung sering meluas ke tempat tersebut

atau sebaliknya, Penanganan tumor hidung sangat tergantung dari jenis, jinak ganasnya, letak, besar dan luas penyebarannya, sehingga cara operasi belum tentu memberikan hasil yang memuaskan atau dapat dilakukan, maka diperlukan terapi lainnya yaitu terapi kombinasi.
Angiofibroma nasofaring. Pada refrat ini akan membahas khusus pada

II. Definisi Angiofibroma nasofaring adalah suatu tumor jinak nasofaring, tetapi secara klinis tumor ini berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan hebat, dan menimbulkan kerusakan karena mendesak organ-organ disekitarnya.1, III. !pidemiologi "umor ini terjadi pada anak laki-laki remaja. #mumnya terdapat pada rentang usia $ sampai dengan 1 tahun dengan usia tersering antara usia 1% sampai dengan 1% tahun dan jarang pada usia diatas & tahun. "umor ini merupakan tumor jinak nasofaring terbanyak dan ','&( dari seluruh tumor kepala dan leher. I). !tiologi !tiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai teori banyak diajukan. Diantaranya teori jaringan antar sel, yaitu pendapat bah*a tempat perlekatan spesifik angiofibroma adalah di dinding posterolateral atap rongga hidung. +aktor ketidak-seimbangan hormonal. Anggapan ini didasarkan atas adanya

hubungan antara jenis kelamin dan umur. ,anyak ditemukan pada anak atau remaja laki-laki. ). Patogenesis Patogenesis sera histopatologi tumor ini termasuk jinak tetapi secara klinis ganas karena bersifat ekspansif dan mempunyai kemampuan mendestruksi tulang. "umor yang kaya pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari arteri faringeal asenden atau arteri maksilaris interna.
,-

Angiofibroma kaya

dengan jaringan fibrosa yang timbul dari atap nasofaring atau bagian dalam fossa pterigoid. .etelah mengisi nasofaring, tumor ini meluas ke dalam sinus paranasal, rahang atas, pipi dan orbita, serta dapat meluas ke intrakranial setelah mengerosi dasar tengkorak.1, )I. /ejala klinik /ejala klinik terdiri dari hidung tersumat 01'-2'(34 merupakan gejala tersering, diikuti oleh epistaksis 0%&-5'(34 kebanyakan unilateral dan rekuren, nyeri kepala 0 &(34 khususnya bila sudah meluas ke sinus paranasal, pembengkakan *ajah 01'-11(3 dan gejala lain seperti anosmia, rhinolalia, tuli, pembengkakan palatum serta deformitas pipi.1, ,)II.Diagnosis Diagnosis biasanya ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik secara rinoskopi posterior akan terlihat tumor dengan massa kenyal, *arnanya ber6ariasi dari abu-abu sampai merah muda, mukosanya mengalami hiper6askularisasi dan tidak jarang ditemukan adanya ulserasi. Pemeriksaan penunjang radiologik berupa foto kepala potongan antero-posterior, lateral dan posisi *aters3 akan terlihat gambar klasik yang disebut tanda HolmanMiller yaitu berupa lengkungan ke depan dari dinding posterior sinus

maksilaris. ,iopsi tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan pendarahan masif.1, )III.Klasifikasi Ada sistem yang paling sering digunakan yaitu .essions dan +isch.
,%

Klasifikasi menurut .essions sebagai berikut 7 o .tage IA 7 "umor terbatas pada nares posterior dan8atau nasofaring. o .tage I, 7 "umor melibatkan nares posterior dan8atau nasofaring dengan perluasan ke satu sinus paranasal. o .tage IIA 7 Perluasan lateral minimal ke dalam fossa pterygomaksila. o .tage II, 7 9engisi seluruh fossa pterygomaksila dengan atau tanpa erosi ke tulang orbita. o .tage IIIA 7 9engerosi dasar tengkorak4 perluasan intrakranial yang minimal. o .tage III, 7 Perluasan ke intrakranial dengan atau tanpa perluasan ke dalam sinus ka6ernosus. Klasifikasi menurut +isch 7 o .tage I 7 "umor terbatas pada ka6um nasi, nasofaring tanpa destruksi tulang. o .tage II 7"umor mengin6asi fossa pterygomaksila, sinus paranasal dengan destruksi tulang. o .tage III 7"umor mengin6asi fossa infra temporal, orbita dan8atau daerah parasellar sampai sinus ka6ernosus. o .tage I) 7 "umor mengin6asi sinus ka6ernosus, chiasma optikum dan8atau fossa pituitary.

/ambar 1. Coronal CT scan, menunjukan suatu lesi di ka6um nasi sebelah kiri dan sinus etmoidalis, memblokir sinus maksilaris dan Nasopharyngeal Angiofibroma3% menyebabkan de6iasi septum nasalis ke kanan. 0.umber7 ***. emedicine.com8 Juvenile

/ambar . Axial CT scan, menunjukan suatu lesi yang meliputi ka6um nasi sebelah kanan dan sinus paranasal. 0.umber7 ***. emedicine.com8 Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma3% I:. Pengobatan Pengobatan tergantung dari luas dan besarnya tumor, bila masih terbatas dalam nasofaring dan rongga hidung dapat dilakukan pembedahan. ;adioterapi digunakan jika ada perluasan ke intrakranial atau pada kasus rekuren.1, ,-

:. Daftar pustaka 1. <urtrisno, Achadi I, dkk. 1211. Tumor Hidung yang Berdarah di umah !a"i# $r. %aryadi !emarang. A6ailable from7 ***.kalbe.co.id 0Accessed 2 Desember ''$3. . =arry. '' . Angiofibroma Nasofaring Belia. A6ailable from7 ***.library.usu.ac.id 0Accessed 2 Desember ''$3. -. Adams, /eorge >, ,oies >;, =igler P. 122$. Boeis& Bu"u A'ar penya"i# THT. !disi 5. ?akarta7!/@. %. Anonim. +ebruari ''-. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma. A6ailable from7 ***. emedicine.com 0Accessed 2 Desember ''$3

You might also like