You are on page 1of 66

KONSEP DAN ASKEP PADA ANAK AUTISME

DEFINISI

Istilah Autisme berasal dari kata Autos yang berarti diri sendiri dan Isme yang berarti aliran. Autisme berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunia sendiri

Autisme merupakan ganguan perkembangan fungsi otak yang mencakup bidang sosial dan afek, komunikasi verbal (bahasa) dan non verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup interest (minat), kognisi dan atensi.
Ini suatu kelainan dengan ciri perkembangan terlambat atau yang abnormal dari hubungan sosial dan bahasa.

Gejala penting lainnya adalah tidak suka dengan perubahan, prilaku motorik yang aneh, kedekatan yang tidak biasa dengan benda tertentu dan reaksi emosional yang mendadak. Kelainan ini terlihat sejak ia muda, sebelum usia tiga tahun

PENYEBAB ( ETIOLOGI)

Ada tiga lokasi diotak yang ternyata mengalami kalainan neuro anatomis Apa sebabnya sampai timbul kelainan tersebut memang belum dapat dipastikan Banyak teori yang diajukan oleh para pakar, kekurangan nutrisi Oksigenasi Polusi udara, air dan makanan

Gangguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ organ (organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0 4 bulan. Organ otak sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu.

Pada kehamilan trimester pertama, yaitu 0 4 bulan, factor pemicu ini bias terdiri dari : infeksi ( toksoplasmosis, rubella, candida, dsb) logam berat (Pb, Al, Hg dan Cd), zat adiif (MSG, pasawat, pewarna, dsb), alergi berat, obat obatan, jamu peluntur, muntah muntah hebat (hiperemesis) perdarahan berat, dll. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin, pemakaian forsep, dll dapat memicu terjadinya austisme

Bahkan sesudah lahir (post partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai pemicu, misalnya : infeksi ringan berat pada bayi, imunisasi MMR dan hepatitis B (mengenai 2 jenis imunisasi ini masih controversial), logam berat, MSG, zat pewarna, zat pengawet, protein susu sapi (kasein) dan protein tepung terigu (gluten).

Tumbuhnya jamur yang berlebihan di susu anak sebagai akibat dari pemakaian antibiotika yang berlebihan, dapat menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky get syndrome) dan tidak sempurnanya pencernaan kasein dan gluten.
Kedua protein ini hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua protein tersebut terserap kedalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin pada otak anak.

PATOFISIOLOGI

Kelainan anatomis pada lobus patietalis, cerebellum dan sistem limbiknya 43 % penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (cerebellum), terutama pada lobus ke VI dan VII

Otak kecil bertanggung jawab atas proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian).
Juga didapatkan jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamine, akibatnya terjadi gangguan atau kekacauan lalu lalang impuls di otak.

Ditemukan pula kelainan yang khas didaerah sistem limbik yang disebut hippocampus dan amygdale. Akibatnya terjadi gangguan fungsi kontrol terahadap agresi dan emosi. Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu agresif atau sangat pasif. Amygdala juga bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang sensoris seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, rasa dan rasa takut

Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat. Terjadilah kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku yang diulang ulang yang aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hippocampus.

Faktor genetika diperkirakan menjadi penyebab utama dari kelainan autisme, walaupun bukti bukti yang konkrit masih sulit ditemukan. Memang ditengarai adanya kelainan kromosom pada anak autisme, namun kelainan itu tidak berada pada kromosom yang selalu sama

Masih ada sesuatu kelainan yang disebut sebagai Sensory Interpretation Errors yang juga menyebabkan terjadinya gejala autisme. Rangsangan sensoris yang berasal dari reseptor visual, auditori dan taktil, mengalami proses yang kacau di otak anak, sebagai timbul persepsi yang semrawut, kacau atau berlebihan, yang pada akhirnya menyebabkan kebingungan dan ketakutan pada anak. Akibatnya anak menarik diri dari lingkungan yang menakutkan tersebut.

GEJALA-GEJALA

Gejala gangguan perilaku dan gangguan intelektual, dan dapat disertai oleh gangguan fisik.

Gangguan perilaku yang mencolok ialah interaksi dan hubungan yang abnormal terhadap lingkungan atau social. Anak mungkin telah abnormal sejak lahir ; kurang menunjukan respon, tidak menikmati sentuhan fisik dan menghindari kontak mata (pandangan).

Pada usia 2 3 tahun anak tidak mancari orang tuanya untuk bermanja manja, kolokan. Dengan bertambahnya usia, abnormalitas lainnya muncul, misalnya tidak bermain dengan anak lain. Pada usia remaja individu ini mempunyaI hubungan yang kurang pas, kurang sadar pada opini orang lain atau perasaan orang lain.

Komunikasi verbal (bahasa) non verbal ialah abnormal. Bila kemampuan bicara berkembang terdapat abnormalisasi, seperti echolalia (mengulangi kata seperti burung beo) dan neologisme (kata baru). Komprehensi dan ekspresi terlambat dan keterlambatan ini sangan bermakna pada separo individu yang autistic.
Komunikasi non verbal juga terlibat, misalnya isyarat melalui gerak gerik tubuh (gesture) kurang.

Bermain imajinatif (menggandai, misalnya ia sebagai pengemudi mobil balap) atau pikiran imajinatif berkurang atau sedikit, hal ini mungkin karena kurang berkembang pikiran simbolik pada individu yang autistic. Perilaku motorik yang sering dijumpai ialah anak yang suka berputar putar, jalan jinjit, atau berteput tangan.

Anak yang autis sering mempunyai ritual yang stereotip dan bila digangu menyebabkan distress dan kadang ia menentang. Mereka sering terikat pada objek objek yang sepele misalnya kaleng. Letupan emosional sering terjadi, misalnya marah, gelisah atau cemas, dan hal ini dapat dicetuskan oleh masalah yang kecil. Anak autis dapat pula mempunyai masalah dengan tidur, buang air besar dan buang air kecil.

Intelek. Kecerdasan sering diukur (eses) melalui perkembangan non verbal, karena terdapat gangguan bahasa.
Didapatkan IQ dibawah 70 pada 70 % penderita, dan dibawah 50 pada 50 %. Namun sekitar 5 % mempunyai IQ diatas 100.

Anak autis sulit melakukan tugas yang melibatkan pemikiran simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan yang menonjol di satu bidang, misalnya matematik atau kemampuan memori. Sekitar seperlima anak autis berdeteriorasi bidang kognitifnya pada usia remaja. Keadaan Fisik. Epilepsi didapatkan pada sekitar 15 % pederita remaja, dan biasanya ringan. Kadang dijumpai gangguan pada fungsi motorik kasar dan halus dan gangguan ini lebih berat pada mereka dengan IQ yang lebih rendah.

KARAKTERISTIK
a.

Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara atau pernah berbicara tapi kemudian sirna kadang kata kata yang digunakan tidak sesuai artinya

Komunikasi

Mengoceh tanpa arti berulang ulang, dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain

Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi Senang meniru atau membeo (echoladia) Bila senang meniru hafal benar kata kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non vebal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa Senang menarik narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.

b. Interaksi Sosial

Penyandang autistic lebih suka menyendiri Tidak ada atau sedikit kontak mata, menghindar untuk bertatapan Tidak tertarik untuk bermain bersama teman Bila diajak bermain ia tidak mau dan menjauh.

c. Gangguan

Sensoris

Sangat sensitive terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga Senang mencium cium, menjilat mainan atau benda benda Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.

d. Pola Bermain

Tidak bermain seperti anak anak pada umumnya Tidak suka bermain dengan anak anak sebayanya Tidak kreatif, tidak imajinatif Tidak bermain sesuai fungsi mainan misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar putar Senang akan benda benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda Dapat sangat lekat dengan benda benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana mana.

e. Perilaku

Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif) Memperlihatkan prilaku stimulasi diri seperti bergoyang goyang, mengepakan tangan seperti burung, berputar putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/ berjalan bolak balik, melakukan gerakan berulang ulang Tidak suka pada perubahan Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong.

f. Emosi

Sering marah marah tanpa alasan yang jelas, tertawa tawa, menengis tanpa alasan Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya

Kadang suka menyerang dan merusak


Kadang kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

KLASIFIKASI
Dr. Faisal Yatim mengelompokan autisme menjadi 3 kelompok, yaitu :

a. Autisme Persepsi
Autisme ini dianggap sebagai autisme asli dan disebut autisme internal karena kelainan sudah timbul sebelum lahir.

b. Autisme Reaksi

Autisme ini biasanya mulai terlihat pada anak anak usia lebih besar (6 7 tahun) sebelum anak memasuki memasuki tahap berfikir logis. Tetapi bisa juga terjadi sejak usia minggu minggu pertama. Penderita autisme reaktif ini bisa membuat gerakan gerakan tertentu berulang ulang dan kadang kadang disertai kejang kejang.

c. Autisme yang Timbul Kemudian

TERAPI
Terapi Perilaku Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan. Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas PhD dari University of California Los Angeles (UCLA).

Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons negatif (atau tidak berespons) terhadap instruksi yang diberikan.

Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan sebagai A-B-C; yakni A (antecedent) yang diikuti dengan B (behavior) dan diikuti dengan C (consequence). Antecedent (hal yang mendahului terjadinya perilaku) berupa instruksi yang diberikan oleh seseorang kepada anak autis

Melalui gaya pengajarannya yang terstruktur, anak autis kemudian memahami Behavior (perilaku) apa yang diharapkan dilakukan olehnya sesudah instruksi tersebut diberikan, dan perilaku tersebut diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak memperoleh Consequence (konsekuensi perilaku, atau kadang berupa imbalan) yang menyenangkan.

Tujuan penanganan ini terutama adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan hasil yang signifikan bila dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini

Terapi wicara Terapis Wicara Terapis Wicara adalah profesi yang bekerja pada prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak. Terapis Wicara dapat diminta untuk berkonsultasi dan konseling; mengevaluasi; memberikan perencanaan maupun penanganan untuk terapi; dan merujuk sebagai bagian dari tim penanganan kasus.

Ganguan Komunikasi pada Autistic Spectrum Disorders (ASD):

Bersifat: (1) Verbal; (2) Non-Verbal; (3) Kombinasi

1.

Area bantuan dan Terapi yang dapat diberikan oleh Terapis Wicara: Untuk Organ Bicara dan sekitarnya (Oral Peripheral Mechanism), yang sifatnya fungsional, maka Terapis Wicara akan mengikut sertakan latihanlatihan Oral Peripheral Mechanism Exercises; maupun Oral-Motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.

2.

Untuk Artikulasi atau Pengucapan: Artikulasi/ pengucapan menjadi kurang sempurna karena karena adanya gangguan, Latihan untuk pengucapan diikutsertakan Cara dan Tempat Pengucapan (Place and manners of Articulation). Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apu; distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan). Untuk Articulatory Apraxia, latihan yang dapat diberikan antara lain: Proprioceptive Neuromuscular.

3.

a. b.

c. d. e.

f.

g.

Untuk Bahasa: Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah: Phonology (bahasa bunyi); Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata; Morphology (perubahan pada kata), Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa; Discourse (Pemakaian Bahasa dalam konteks yang lebih luas), Metalinguistics (Bagaimana cara bekerja nya suatu Bahasa) dan; Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).

4.

Suara: Gangguan pada suara adalah Penyimpangandari nada, intensitas, kualitas, atau penyimpangan-penyimpangan lainnya dari atribut-atribut dasar pada suara, yang mengganggu komunikasi, membawa perhatian negatif pada si pembicara, mempengaruhi si pembicara atau pun si pendengar, dan tidak pantas (inappropriate) untuk umur, jenis kelamin, atau mungkin budaya dari individu itu sendiri.

5.

Pendengaran: Bila keadaan diikut sertakan dengan gangguan pada pendengaran maka bantuan dan Terapi yang dapat diberikan: (1) Alat bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada dokter yang terkait; (2) Terapi; Penggunaan sensori lainnya untuk membantu komunikasi;

PERAN KHUSUS dari Terapi wicara adalah mengajarkan suatu cara untuk ber KOMUNIKASI:

Berbicara: Mengajarkan atau memperbaiki kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional. (Termasuk bahasa reseptif/ ekspresif kata benda, kata kerja, kemampuan memulai pembicaraan, dll). Penggunaan Alat Bantu (Augmentative Communication): Gambar atau symbol atau bahasa isyarat sebagai kode bahasa; (1) : penggunaan Alat Bantu sebagai jembatan untuk nantinya berbicara menggunakan suara (sebagai pendamping bagi yang verbal); (2) Alat Bantu itu sendiri sebagai bahasa bagi yang memang NON-Verbal.


1. 2. 3. 4. 5. 6.

Dimana Terapis Wicara Bekerja : Dirumah Sakit Disekolah Biasa Disekolah Luar Biasa Pada Klinik Rehabilitasi Praktek Perorangan Home Visit

Terapi Biomedik Yang dimaksud dengan terapi biomedik adalah mencari semua gangguan tersebut diatas dan bila ditemukan, maka harus diperbaiki , dengan demikian diharapkan bahwa fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja dengan lebih baik sehingga gejala-gejala autisme berkurang atau bahkan menghilang

Pemeriksaan yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan laboratorik yang meliputi pemeriksaan darah, urin, rambut dan feses. Juga pemeriksaan colonoscopy dilakukan bila ada indikasi. Terapi biomedik tidak menggantikan terapi-terapi yang telah ada, seperti terapi perilaku, wicara, okupasi dan integrasi sensoris. Terapi biomedik melengkapi terapi yang telah ada dengan memperbaiki dari dalam. Dengan demikian diharapkan bahwa perbaikan akan lebih cepat terjadi

Integrasi Sensori Integrasi sensoris berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah Disfungsi dari integrasi sensoris atau disebut juga disintegrasi sensoris berarti ketidak mampuan untuk mengolah rangsang sensoris yang diterima

Gejala adanya disintegrasi sensoris bisa tampak dari : pengendalian sikap tubuh, motorik halus, dan motorik kasar. Adanya gangguan dalam ketrampilan persepsi , kognitif, psikososial, dan mengolah rangsang.
Namun semua gejala ini ada juga pada anak dengan diagnosa yang berbeda, misalnya anak dengan ASD.

Diagnosa disintegrasi sensoris tidak boleh ditegakkan kalau ada tanda-tanda gangguan pada Susunan Saraf pusat.

Terapi integrasi sensoris :


Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat. Terapi integrasi sensoris meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya. Aktivitas integrasi sensoris merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks , dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME

PENGKAJIAN
Psikososial Penarikan diri dan tidak responsif terhadap ortu Sentuhan yg tdk sesuai terhadap obyek Perilaku menstimulasi diri sendiri Pola tidur yg tidak teratur Bermain bersifat stereotype Perilaku destruktif pada diri sendiri dan orla Verbalisasi menurun

PENGKAJIAN
Neurologik
Respon

yg tidak sesuai terhadap stimulus Tidak ada Sucking refleks Kesulitan menangis ketika lapar

PENGKAJIAN
Gastrointestinal
Menurunnya

selera makan Kehilangan BB

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. 2. 3.

Gangguan komunikasi b.d stimulus yg tidak sesuai Resiko kekerasan terhadap diri sendiri dan orla b.d hospitalisasi Resiko perubahan proses parenting b.d gangguan yang di derita klien

TUJUAN

Kriteria hasil : 1. Anak / klien dapat berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata yg sederhana, konkret begitu pula dgn bahasa tubuhnya. Infant dapat mengkomunikasikan keinginannya secara efektif (makan, tidur, rasa nyaman)

TUJUAN
2.

3.

Klien/ anak dapat menurunkan tendensi perilaku kekerasan dan destruktif ketika menghadapi episode agresi dan meningkatkan mekanisme koping yg positif ketika frustasi Ortu dapat melakukan proses parenting yang sesuai , mengekspresikan perhatiannya terhadap kondisi anaknya dan mencari dukungan atau informasi mengenai hal tersebut.

INTERVENSI
1.

2.

Ketika berkomunikasi dengan klien, berbicara dgn menggunakan 1- 3 kata dan diulang ulang jika perlu. Katakan pada klien untuk tetap menatap perawat ketika berbicara dan posisi duduk berdekatan Gunakan gerakan tubuh, musik, irama ketika berkomunikasi sampai si anak dapat mengerti bahasa yg disampaikan

INTERVENSI
Bantu klien untuk mengatur hubungan antara penyebab dan efek dari suatu perasaan dan mengidentifikasi stimulus penyebabnya Contoh : perasaan sedih, penyebab?, efek?,
3.

INTERVENSI
4. 5. 6. 7.

8.

Ketika berkomunikasi dengan klien , bedakan realita dan fantasi dgn jelas dan sederhana Sentuh dan gendong si anak terutama usia infant Sosialisasikan anak dengan lingkungan rumah sakit secara rutin Lakukan intervensi/tindakan dengan cepat dan tepat Jelaskan setiap tindakan yg akan dilakukan jika perlu demonstrasikan di depan ortu

INTERVENSI
9.

Gunakan restrain selama melakukan tindakan , jika perlu untuk menjaga keamanan klien dari kemarahannya. Contoh : untuk mencegah anak membenturkan kepalanya ke tembok maka restrain bag. Bawah tubuhnya dan sediakan bantal

INTERVENSI
10.

Berikan reward terhadap perilaku yg positif dan berikan punish terhadap perilaku negatif. Contoh : berikan reward pada anak yg dapat mengambil makanan /mainan kesukaannya, dan punish terhadap revoking a privilege

INTERVENSI
11.

12.

Ketika anak berperilaku destruktif, tanya dia ketika dia mencoba untuk mengatakan sesuatu. Contoh : ketika anak ingin makan/ minum atau keinginan anak untuk ke ke toilet Berikan kesempatan pada ortu mengekspresikan perasaannya dan perhatiannya terhadap kondisi anaknya

INTERVENSI
12.

Sarankan ortu untuk mencari atau bergabung dengan local autism support group dan sekolah khusus bagi anak-anak autisme

TERIMA KASIH

You might also like