You are on page 1of 2

io

The UCP elemen ditunjukkan dalam diagram adalah :

1 . Sebuah tangki utama dan kolektor dengan sebuah lubang di tengah pemisah wall ( 2 x 25 dm ) , dan drainase di kedua kompartemen (buatan metakrilat ) . 2 . Sebuah tangki proses ganda ( 2 x 10 dm ) , saling berhubungan melalui suatu mulut dan katup bola dan melimpah di dinding pembatas ( metakrilat ) ; skala sarjana dan menguras threaded adjustable tingkat dengan memotong ( metalik ) . 3 . Dua pompa sentrifugal . 4 . Dua flowmeters luas beragam ( 0,2-2 l / min , dan 0,2-10 l / min ) , dan dengan katup manual. 5 . Garis on / off katup regulasi ( solenoid ) . Biasanya satu dibuka ( AVS - 1 ) , dan dua lainnya biasanya ditutup dengan Cv berbeda ( AVS - 2 dan AVS - 3 ) , dan katup drainase manual tangki superior . 6 . Sebuah katup bermotor control ( AVP - 1 , tipe piston ) dengan rotasi indikator . 7 . Struktur, panel , pipa dan sambungan dibuat dalam stainless baja dan metakrilat . 8 . Sebuah sensor aliran , tetap , jenis turbin . 9 . Sebuah sensor suhu . 10.a helix agitator . 11 . Sebuah resistor listrik ( 0,5 KW ) , tetap . 12 . Tingkat sensor 0-300 mm ( perendaman kapasitif , 4-20 MA ) , dapat dibongkar . 13. sensor PH ( elektroda kaca , ddp ( V ) ) , dilipat ( tangki ) . 14 . On / off sensor level. Sensor ini menentukan kinerja resistor perendaman . 15.Control loop : interface, controller, monitor dan keyboard ( PC dan kartu ) , sambungan listrik .

Sistem Kontrol PID ( ProportionalIntegralDerivative controller ) merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tesebut ( Feed back ). Sistem kontrol PID terdiri dari tiga buah cara pengaturan yaitu kontrol P (Proportional), D (Derivative) dan I (Integral), dengan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam implementasinya masing-masing cara dapat bekerja sendiri maupun gabungan diantaranya. Dalam perancangan sistem kontrol PID yang perlu dilakukan adalah mengatur parameter P, I atau D agar tanggapan sinyal keluaran system terhadap masukan tertentu sebagaimana yang diinginkan . 1. Kontrol Proporsional Kontrol P jika G(s) = kp, dengan k adalah konstanta. Jika u = G(s) e maka u = Kp edengan Kp adalah Konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain (penguat) sajatanpa memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler. Penggunaan kontrol P memiliki berbagai keterbatasan karena sifat kontrol yang tidak dinamik ini. Walaupun demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk memperbaiki respon transien khususnya rise time dan settling time. 2. Kontrol Integratif Jika G(s) adalah kontrol I maka u dapat dinyatakan sebagai u(t) = [integrale(t)dT]Kidengan Ki adalah konstanta Integral, dan dari persamaan diatas, G(s) dapat dinyatakan sebagai u = Kd.[deltae / deltat] Jika e(T) mendekati konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi sangat besar sehingga diharapkan dapat memperbaiki error. Jika e(T) mendekati nol maka efek kontrol I ini semakin kecil. Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan respon steady-state, namun pemilihan Ki yang tidak tepat dapat menyebabkan respon transien yang tinggi sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem. Pemilihan Ki yang sangat tinggi justru dapat menyebabkan output berosilasi karena menambah orde sistem 3. Kontrol Derivatif Sinyal kontrol u yang dihasilkan oleh kontrol D dapat dinyatakan sebagai G(s) = s.Kd Dari persamaan di atas, nampak bahwa sifat dari kontrol D ini dalam konteks "kecepatan" atau rate dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan untuk memperbaiki respon transien dengan memprediksi error yang akan terjadi. Kontrol Derivative hanya berubah saat ada perubahan error sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi, hal ini pula yang menyebabkan kontroler Derivative tidak dapat dipakai sendiri

You might also like