You are on page 1of 2

Jumlah Lansia Indonesia, Lima Besar Terbanyak di Dunia

oleh Abdi Susanto Posted: 24/03/2013 13:02 Liputan6.com, Jakarta : Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk. Karena itu, Kementerian Kesehatan akan menambah jumlah puskesmas yang santun bagi lanjut usia karena bertambahnya jumlah penduduk lansia akibat meningkatnya umur harapan hidup menyebabkan pelayanan kesehatan yang ramah bagi kelompok tersebut semakin dibutuhkan. "Tantangan yang kita hadapi dalam upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia ini adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang memberikan layanan kesehatan yang ramah dan mudah diakses oleh lanjut usia," kata Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi pada pembukaan Launching Pengembangan Program Peduli Lanjut Usia di Jakarta seperti dikutip Antara, Minggu (24/03/2013). Di samping itu, Menkes juga mengakui bahwa Kementerian belum memiliki data yang memadai dan data terbaru tentang masalah kesehatan pada lanjut usia ini karena survei dan penelitian yang terkait dengan lanjut usia masih sangat terbatas. Saat ini data yang masuk di Kementerian Kesehatan baru terdapat 437 Puskesmas Santun Lanjut Usia namun sudah ada kurang lebih 69.500 Posyandu lanjut usia yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Indonesia. Sementara itu, Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia semakin meningkat dimana pada RPJMN Kemkes tahun 2014 diharapkan terjadi peningkatan UHH dari 70,6 tahun pada 2010 menjadi 72 tahun pada 2014 yang akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur usia penduduk. Menurut proyeksi Bappenas jumlah penduduk lansia 60 tahun atau lebih akan meningkat dari 18.1 juta pada 2010 menjadi dua kali lipat (36 juta) pada 2025. "Tujuan Program Kesehatan Lanjut Usia ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat," kata Menkes. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan pola penyakit pada lansia yang terbanyak adalah gangguan sendi kemudian diikuti oleh hipertensi, katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit jantung dan diabetes mellitus. Riskesdas 2007 juga menunjukkan penyebab kematian pada umur 65 tahun ke atas pada laki-laki adalah stroke (20,6 persen), penyakit saluran nafas bawah kronik (10,5 persen), Tuberkulosis Paru (TB) (8,9 persen), hipertensi (7,7 persen), NEC (7,0 persen), penyakit jantung iskemik (6,9

persen), penyakit jantung lain (5,9 persen), diabetes mellitus (4,9 persen), penyakit hati (4,4 persen) dan pnemonia (3,8 persen). Sementara pada perempuan penyebab kematian terbanyak adalah stroke (24,4 persen), hipertensi (11,2 persen), NEC (9,6 persen), penyakit saluran pernafasan bawah kronik (6,6 persen), diabetes mellitus (6,0 persen), penyakit jantung iskemik (6,0 persen), penyakit jantung lain (5,9persen), TB (5,6 persen), pnemonia (3,0 persen) dan penyakit hati (2,2 persen). (Abd/Abd) http://health.liputan6.com/read/541940/jumlah-lansia-indonesia-lima-besar-terbanyak-di-dunia MINGGU, 24 MARET 2013 | 20:43 WIB Alami Gangguan Multiorgan, Bayi Kembar Siam Meninggal Besar Kecil Normal TEMPO.CO, Surabaya - Fenia Aqyi Putri Aurora, salah satu dari kembar siam asal Ponorogo, mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 11.30 WIB, Minggu, 24 Maret 2013. Kondisinya terus memburuk pasca-operasi pada 20 Maret 2013. "Iya, Fenia meninggal tadi siang karena gangguan fungsi multiorgan," kata Ketua Tim Pusat Penanganan Bayi Kembar Siam Terpadu RSU dr Soetomo Surabaya Agus Harianto pada Tempo. Agus menuturkan Fenia meninggal karena gangguan fungsi multiorgan. Hal itu disebabkan adanya kelainan bawaan yang berat dan kompleks. Selain memiliki kelainan jantung, Fenia juga mengalami Ompalokel atau dinding perut tidak menutup sempurna. Menurut Agus, kondisi Fenia memang sudah memburuk sebelum maupun sesudah operasi. "Kondisinya jelek, naik turun, pascaoperasi 5 hari berturut-turut up and down, kritis," ujarnya. Beberapa jam sebelum meninggal, kondisi Fenia semakin parah. Ia pun tidak bisa diselamatkan. Meski demikian, Agus mengatakan tindakan operasi pemisahan memang sebaiknya dilakukan. Jika Fenia meninggal dalam keadaan masih dempet, kemungkinan besar saudara kembarnya, Fania, juga ikut meninggal. "Tapi kalau dioperasi, ada kemungkinan salah satu bertahan hidup," katanya. Setelah dimandikan dan disucikan, jenazah Fenia langsung didampingi sang ibu kembali ke Ponorogo untuk dimakamkan. Keluarga, kata Agus, mengaku sudah merelakan apabila salah satu putri kembarnya meninggal. Sementara itu, kondisi Fania Aqya Putri Aurora terus membaik. Kendati masih berada di ruang Intensive Care Unit dan mendapat perawatan intensif, ia sudah tidak lagi bergantung pada alat respirator. Asupan susu yang diminumnya 25 cc per dua jam sekali. Bila kondisinya terus membaik dan melewati fase kritis, Fania akan segera dipindahkan ke ruang anak. Fania dan Fenia lahir pada 27 Februari 2013 di Ponorogo dengan kondisi dempet tulang dada dan perut atau xyphoomphalopagus. Mereka berhasil dipisahkan melalui operasi yang berlangsung selama 6,5 jam. AGITA SUKMA LISTYANTI http://www.tempo.co/read/news/2013/03/24/058469083/Alami-Gangguan-Multiorgan-BayiKembar-Siam-Meninggal

You might also like