You are on page 1of 27

PRESENTASI KASUS FISIOTERAPI DADA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: Dwi Arif Wahyu Wibowo 20090310156

Diajukan Kepada: dr. Handayani, M.Sc., Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD SETJONEGORO WONOSOBO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
i

LEMBAR PENGESAHAN PRESENTASI KASUS FISIOTERAPI DADA

Disusun oleh : Dwi Arif Wahyu Wibowo 20090310156

Disetujui oleh : Dokter Pembimbing

dr. Handayani, M.Sc., Sp.A

ii

KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan presentasi kasus untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan profesi kedokteran di bagian Ilmu Kesehatan Anak yang berjudul :

Fisioterapi Dada
Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada 1. dr. Handayani, M.Sc., Sp.A selaku dokter pembimbing dan dokter Spesialis Anak RSUD Setjonegoro Wonosobo atas bimbingan dan bantuannya. 2. dr. Heru Wahyono, Sp.A selaku dokter Spesialis Anak RSUD Setjonegoro Wonosobo atas segala bimbingan dan bantuannya dalam menjalani program pendidikan profesi kedokteran di bagian Ilmu Kesehatan Anak. 3. Seluruh perawat bangsal anak (Dahlia dan Edelweis), Perinatal, ICU dan IGD RSUD Setjonegoro Wonosobo. 4. Seluruh teman-teman dokter muda di RSUD Setjonegoro Wonosobo. 5. Dan seluruh pihak-pihak terkait yang membantu penyelesaian buku ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan presentasi kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan kritik yang membangun. Penulis berharap bahwa presentasi kasus ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca. Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

iii

DAFTAR ISI
PRESENTASI KASUS ............................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi BAB I LAPORAN KASUS .................................................................................... 1 A. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. D. E. Identitas Pasien ......................................................................................... 1 Anamnesa ................................................................................................. 1 Riwayat Penyakit Sekarang .................................................................. 1 Riwayat Penyakit Dahulu ..................................................................... 2 Riwayat Keluarga ................................................................................. 2 Riwayat Kehamilan dan Persalinan ...................................................... 2 Riwayat Nutrisi ..................................................................................... 3 Riwayat Imunisasi................................................................................. 3 Riwayat Tumbuh Kembang .................................................................. 3 Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan.......................................... 3 Anamnesis Sistem ................................................................................. 4 Pemeriksaan Fisik..................................................................................... 4 Status Generalisata ................................................................................ 4 Status Gizi ............................................................................................. 4 Pemeriksaan Kepala .............................................................................. 6 Pemeriksaan Thorax ............................................................................. 6 Pemeriksaan Abdomen ......................................................................... 6 Pemeriksaan Anogenital ....................................................................... 6 Pemeriksaan Ekstremitas ...................................................................... 7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 7 Diagnosis banding .................................................................................... 7

F. Diagnosis Kerja ............................................................................................ 7 G. H. Penatalaksanaan ........................................................................................ 8 Anjuran Pemeriksaan ............................................................................... 8

iv

I.

Follow Up .................................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12 A. B. C. D. 1. 2. 3. Pendahuluan ........................................................................................... 12 Fisioterapi Dada ..................................................................................... 13 Indikasi Fisioterapi Dada ........................................................................ 14 Gerakan Fisioterapi Dada ....................................................................... 15 Postural Drainase ................................................................................ 15 Perkusi ................................................................................................ 16 Vibrasi ................................................................................................. 18

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 19 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 20

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 BB/U untuk anak laki-laki ..................................................................... 5 Gambar 2 TB/U untuk anak laki-laki ...................................................................... 5 Gambar 3 Posisi Postural Drainase ....................................................................... 16 Gambar 4 posisi tangan seperti mangkok saat perkusi ......................................... 17 Gambar 5 Vibrasi .................................................................................................. 18

vi

BAB I LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama Jenis Kelamin Umur Berat Badan Alamat Tanggal Mauk RS Tanggal Keluar RS : An. Z : Laki-laki : 2 bulan : 3,7 kg : Bakalan 5/9, Bowongso, Kalikajar : 21 November 2013 :-

B. Anamnesa
Alloanamnesa dilakukan kepada ibu pasien. Keluhan Utama Keluhan Tambahan : Batuk : Sesak, demam, tidak mau menyusu

1. Riwayat Penyakit Sekarang 1 hari SMRS : Sejak pagi pasien panas tinggi disertai batu berdahak, sesak (-), pilek (-), pasien masih mau menyusu, BAK dan BAB lancar. Setelah diberi obat penurun panas oleh ibu, suhu tubuh pasien turun. HMRS : Pukul 03:00, ibu membangunkan pasien untuk disusui, tetapi pasien tidak mau menyusu. Batuk (+), sesak (+), pilek (-), demam (-), pasien tampak lemas dan pucat. Sehabis dzuhur pasien dibawa oleh orang tuanya ke puskesmas. Dari puskesmas langsung dirujuk ke Rumah Sakit.

2. Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya, sekitar 2 minggu sebelum masuk Rumah Sakit, pasien menderita batuk, tetapi tidak demam, pilek dan sesak. Pasien dibawa berobat ke puskesmas oleh ibu dan diberi obat. Setelah 3 hari mengkonsumsi obat pasien sembuh. Pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya. 3. Riwayat Keluarga Anggota keluarga yang tinggal serumah tidak ada yang mengalami gejala yang serupa dengan pasien. Tidak ada riwayat atopik dalam keluarga. Riwayat epilepsi, batuk lama, asma, diabetes, dan hipertensi dalam keluarga juga disangkal. Kesimpulan: riwayat penyakit dalam keluarga yang diturunkan tidak ada. 4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan a. Kehamilan Pasien merupakan anak pertama. Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah mengeluhkan adanya masalah. Ibu pasien rutin memeriksakan

kehamilannya di puskesmas sebanyak 7 kali. Ibu pasien menyangkal adanya hipertensi maupun diabetes selama kehamilan. b. Persalinan Pasien lahir dari seorang ibu G1P1A0. Lahir spontan di bidan dengan berat bayi lahir: 2600 gram. Usia kehamilan aterm, air ketuban jernih, dan APGAR score tidak tahu. Pasien lahir langsung menangis, kelainan kongenital (-), dan 1 jam setelah persalinan pasien menyusu pada ibunya. c. Pasca Persalinan Kondisi ibu dan pasien pasca persalinan baik. Ibu rutin memeriksa kan pasien ke posyandu, berat pasien bertambah setiap bulan, pasien hanya diberi ASI, tidak ada masalah dalam pemberian ASI. Kesimpulan: riwayat kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan baik.

5. Riwayat Nutrisi Pasien hanya diberi ASI eksklusif tanpa susu sambung/formula, dan makanan tambahan yang lainnya. Pemberian ASI juga teratur setiap 3 jam sekali. Pasien menyusu sampai puas dan melepaskan puting dengan sendirinya. Tidak ada masalah saat pasien menyusu. Kesimpulan: kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi baik dan sesuai dengan usia pasien, frekuensi pemberiannya juga teratur. Riwayat nutrisi baik. 6. Riwayat Imunisasi BCG pada usia 1 minggu Hep B pada usia 1 minggu DPT pada usia 2 bulan Polio pada usia 2 bulan

Kesimpulan: imunisasi lengkap sesuai usia 7. Riwayat Tumbuh Kembang Pasien ditimbang secara rutin tiap bulan di Posyandu. Berat badan pasien bertambah setiap bulan. Berat badan pasien sekarang 3,7 kg. Pasien sudah bisa menoleh jika ada rangsang suara. Pasien bisa menatap mata ibunya dan merespon jika diajak bermain. Kesimpulan: riwayat tumbuh kembang baik sesuai usia 8. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan. Pasien merupakan anak pertama. Pasien tinggal di rumah bersama ayah ibunya, Pakde dan Bude beserta 2 orang anaknya, dan kakek neneknya. Ayahnya bekerja sebagai petani dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Rumah pasien terdiri dari 4 kamar, 1 ruang tengah, 1 ruang tamu, dan 1 dapur. Setiap kamar memiliki jendela. Rumah terbuat dari tembok dengan lantai keramik. Pasien tidur hanya

dengan kasur yang diberi alas karpet di lantai. Ayah, Pakde, dan Kakek pasien seorang perokok. Kesimpulan: tempat tinggal pasien cukup baik. Keadaan sosial ekonomi keluarga pasien baik. Namun pasien tinggal bersama perokok dan pasien tidur dengan kasur di lantai. 9. Anamnesis Sistem Sistem Serebrospinal : Pasien apatis, sadar, demam (-), gangguan neurologis (-) Sistem Kardiovaskuler Sistem Respirasi : Berdebar-debar (-) : Sesak nafas (+), batuk (+), napas cepat (+), pilek (-), mimisan (-), ronkhi basah kasar pada lapang dada (+) Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), BAB (+) normal lendir (-) darah (-), flatus (+), distensi (-), kembung (-) Sistem Urogenital Sistem Integumentum : BAK (+) normal : Gatal (-), luka (-), tanda inflamasi (-), petekie (-), purpura (-) Sistem Muskuloskeletal : Kelemahan anggota gerak (-), edema (-), gerakan bebas (+)

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalisata Keadaan Umum: Pasien tampak sesak dan lemas Kesadaran Vital Sign : Apatis : Nadi 126 kali/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur. Respirasi Suhu 38,3C 2. Status Gizi Berat badan : 3,7 kg 70 kali/menit, tipe torakoabdominal.

Panjang badan : 55 cm

Gambar 1 BB/U untuk anak laki-laki

Status gizi berdasarkan grafik berat badan per umur untuk anak laki-laki usia 0-6 bulan menurut WHO adalah berada diantara -2 dan 0.

Gambar 2 TB/U untuk anak laki-laki

Status gizi berdasarkan kurva tinggi badan per umur untuk anak laki-laki menurut WHO adalah berada diantara -2 dan 0. Kesimpulan : status gizi baik 3. Pemeriksaan Kepala Kepala Mata Hidung Mulut Telinga Leher : Mesocephal, simetris, deformitas dan kelainan kongenital (-) : Konjungitva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+) : Discharge (-/-), napas cuping (+/+), simetris, deformitas (-/-) : Sianosis (-), pucat (+), bibir kering (-) : Simetris, deformitas (-) : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

4. Pemeriksaan Thorax a. Cor Inspeksi Palpasi Askultasi : Iktus kordis tampak : Iktus Kordis kuat angkat : Bunya jantung 1 dan 2 reguler,bising (-)

b. Pulmo Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Simetris, retraksi (+), ketinggalan gerak (-) : Suara fremitus kanan dan kiri sama : Sonor : Suara dasar vesiculer (+/+), ronkhi basah kasar (+/+)

5. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : Datar, tanda inflamasi (-), deformitas (-), distensi (-) Auskultasi: Bising Usus (+) normal Perkusi Palpasi : Timpani : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba

6. Pemeriksaan Anogenital Jenis kelamin laku-laki, tidak ada kelainan kongenital maupun deformitas, lesi kulit juga tidak ada.

7. Pemeriksaan Ekstremitas Akral hangat, gerak aktif, sianosis (-), edema (-), bekas luka (-), bisul (-), deformitas (-).

D. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin dan gula darah sewaktu
Pemeriksaan Hemoglobin Angka Leukosit Eosinofil Basofil Netrofil Limfosit Monosit Hematokrit Eritrosit Trombosit MCV MCH MCHC Gula darah sewaktu Hasil 11,6 5,8 0,20 0,30 32,20 46,30 21,00 36 3,8 331 94 30 32 36 Satuan g/dL 103/L % % % % % % 106/L 103/L fL Pg g/dL mg/dL Nilai Rujukan 9,2 - 13,6 5,5 - 18,0 2-4 0-1 50 - 70 25 - 40 2-8 30 - 46 2,80 - 4,80 150 - 400 81 - 121 24 - 36 26 - 34 70-150

E. Diagnosis banding
Pneumonia Bronkhiolitis Asma Hipoglikemi

F. Diagnosis Kerja
Pneumonia Hipoglikemi

G. Penatalaksanaan
Oksigen headbox 5liter/menit Infus KAEN 4B 100 cc per 24 jam Bolus D10% 200 cc, cek GDS 1 jam setelahnya Injeksi cefotaxime 3 x 150 mg Injeksi Ampisilin 3 x 150 mg Injeksi dexamethasone 3 x ampul Nebulisasi dengan Farbivent 1 ampul ditambah NaCl 0,9% 1 cc, 3 x sehari

Per oral : Paracetamol drop 4 x 0,5 ml Diet : ASI 8 x 35 cc Edukasi : pasien jangan disusui dahulu untuk mencegah tersedak

H. Anjuran Pemeriksaan
Pemeriksaan foto thoraks Foto thorax dapat menampakkan daerah opak yang menggambarkan konsolidasi. Pneumonia tidak selalu dilihat oleh sinar x, selain karena penyakitnya hanya pada tingkat permulaan atau karena mengenai bagian paru tertentu yagn sulit dilihat dengan sinar x. Dalam beberapa kasus CT (Computed Tomography) dapat menunjukkan pneumonia yang tidak terlihat dengan foto thorak sinar x. Sinar x dapat menyesatkan, karena masalah lain seperti aprut pada paru dan gagal jantung kongestif dapat menyerupai pneumonia pada foto thorax sinar x. Foto thorax juga digunakan untuk evaluasi adanya komplikasi dari pneumonia.

I. Follow Up

Hari, tanggal : Kamis, 21 November 2013


Perjalanan Penyakit S/ batuk berdahak, sesak, demam (+), muntah (-), diare (-), BAB dan BAK (+) normal, tidak mau menyusu. Instruksi Dokter Oksigen headbox 5 liter/menit Infus KAEN 4B 100cc per 24 jam Pasang NGT Injeksi cefotaxime 3x150 mg O/ KU nampak sesak dan lemah VS: Nadi 125 kali/menit Respirasi 70 kali/menit Suhu 38,3C Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Hidung : napas cuping (+/+) Mulut : sianosis (-) Thorak : retraksi dada (+) Cor : bunyi jantung reguler Pulmo : suara dasar vesiculer, RBK (+/+) Abdomen : datar, BU (+) normal, supel Ekstremitas : akral hangat, udem (-) Injeksi viccilin 3x150 mg Injeksi dexamethasone 3x1/3 ampul Nebulisasi dengan farbivent 1 ampul dicampur NaCl 0,9% 1 cc, 3 kali sehari Bolus D10% 200cc, cek GDS 1 jam setelahnya Per oral parasetamol drop 4x0,5 ml Diet ASI 8x35cc Pindah ke PICU

A/ Pneumonia

Hari, tanggal : Jumat 22 November 2013


Perjalanan Penyakit S/ Batuk berkurang, sesak berkurang, demam (-), BAB (-), BAK (+), Instruksi Dokter Oksigen headbox 5 liter/menit Infus KAEN 4B 100cc per 24 jam Injeksi cefotaxime 3x150 mg Injeksi viccilin 3x150 mg O/ KU CM nampak lemah Injeksi dexamethasone 3x1/3 ampul

ASI/PASI (+), muntah (-)

Vital Sign : Nadi 131 kali/ menit Respirasi 53 kali/menit Suhu 36,8C Mata Ca-/-, SI -/Hidung, napas cuping (-) Mulut sianosis (-) Thorak : retraksi dada (-) Cor : bunyi jantung reguler Pulmo : suara dasar vesiculer, RBK (+/+) Abdomen : datar, BU (+) normal, supel Ekstremitas : akral hangat, udem (-)

Nebulisasi dengan farbivent 1 ampul dicampur NaCl 0,9% 1 cc, 3 kali sehari Per oral parasetamol drop 4x0,5 ml Diet ASI 8x35cc

A/ Pneumonia

Hari, tanggal : Sabtu, 23 November 2013


Perjalanan Penyakit S/ Batuk (+), Sesak (+), demam (+), BAB (+), BAK (+), ASI/PASI (+), muntah (-) Instruksi Dokter

Oksigen headbox 5 liter/menit Infus KAEN 4B 100cc per 24 jam Injeksi cefotaxime 3x150 mg Injeksi viccilin 3x150 mg Injeksi dexamethasone 3x1/3 ampul
Nebulisasi dengan farbivent 1 ampul

O/ KU CM

Vital Sign : Nadi 101 kali/ menit Respirasi 40 kali/menit Suhu 36,8C Mata Ca-/-, SI -/Hidung, napas cuping (-) Mulut sianosis (-) Thorak : retraksi dada (-) Cor : bunyi jantung reguler Pulmo : suara dasar vesiculer, RBK (+/+)

dicampur NaCl 0,9% 1 cc, 3 kali sehari


Per oral parasetamol drop 4x0,5 ml Diet ASI/PASI 8 x 45-60 ml Konsultasi Fisioterapi Keadaan Umum baik, pindah bangsal minggu pagi

10

Abdomen : datar, BU (+) normal, supel Ekstremitas : akral hangat, udem (-)

A/ Pneumonia

Hari, tanggal : Minggu, 24 November 2013


Perjalanan Penyakit S/ Batuk (+), sesak (+), pilek (+), BAK (+), BAB (-), demam (-), muntah (-) Instruksi Dokter Infus KAEN 4B 100cc per 24 jam Injeksi cefotaxime 3x150 mg Injeksi viccilin 3x150 mg O/ KU CM, tampak sesak Vital Sign : Nadi 120 kali/menit Respirasi 48 kali/menit Suhu 36,7C Mata Ca-/-, SI -/Hidung, napas cuping (-) Mulut sianosis (-) Thorak : retraksi dada (-) Cor : bunyi jantung reguler Pulmo : suara dasar vesiculer, RBK (+/+) Abdomen : datar, BU (+) normal, supel Ekstremitas : akral hangat, udem (-) Injeksi dexamethasone 3x1/3 ampul
Nebulisasi dengan farbivent 1 ampul

dicampur NaCl 0,9% 1 cc, 3 kali sehari


Per oral parasetamol drop 4x0,5 ml Diet ASI/PASI 8 x 45-60 ml Pindah bangsal Dahlia

A/ Pneumonia

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pendahuluan
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain, listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.1 Fisioterapi dada adalah salah satu dari fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik bersifat akut maupun kronis.2 Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya pengeluaran sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukkan sekret, memperbaiki pergerakan aliran sekret.3 Dalam memberikan fisioterapi pada anak harus diingat keadaan anatomi dan fisiologi pada anak seperti pada bayi, yang belum mempunyai mekanisme batuk yang baik sehingga mereka tidak dapat membersihkan jalan napas secara sempurna.4 Teknik fisioterapi yang digunakan pada orang dewasa secara umum dapat diterapkan pada bayi dan anak-anak. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskular dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.5 Postural drainase dengan perkusi adalah cara fisioterapi yang paling sering dipergunakan karena dapat dipergunakan untuk semua umur. Sedangkan pada anak yang lebih besar dapat digunakan latihan pengendalian batuk dan latihan bernapas.6

12

B. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada adalah teknik membersihkan jalan napas yang menggabungkan perkusi manual dari dinding dada, posisi dari pasien untuk mengeluarkan mukus dengan teknik batuk dan bernapas. Hal ini berguna bagi seseorang dengan mukus yang sangat banyak atau sekret yang tebal, orang dengan pernapasan mekanik yang lemah atau orang dengan batuk yang tidak efektif. Fisioterapi dada terdiri dari bermacam-macam prosedur manipulatif seperti positioning, perkusi dada, vibrasi, memerah dada dan stimulasi batuk. Latihan bernapas merupakan bagian dari fisioterapi dada. Latihan bernapas mempunyai peran yang signifikan dalam pembersihan jalan napas dan ekspansi parenkim dengan meningkatkan efisiensi otot pernapasan.7 Fisioterapi dada ini terdiri dari usaha-usaha yang bersifat pasif dan aktif yang bersifat pasif seperti penyinaran, relaksasi, postural drainase, perkusi dan vibrasi, sedangkan yang bersifat aktif seperti latihan/pengendalian batuk, latihan bernapas dan koreksi sikap.8 Fisioterapi dada menggunakan teknik yang disebut perusi utnuk mengencerkan mukus jadi psien dapat mengeluarkannya melalui batuk. Untuk menghindari cedera, teknik ini digunakan dengan telapak tangan membentuk seperti mangkok (cupped hand), bukan telapak tangan yang datar. Orang-orang sering berpikir bahwa mereka harus memukul dada dengan keras untuk mengencerkan dahak, tetapi hal ini tidak benar. Udara yang terperangkap pada telapak tangan yang membentuk mangkok yang memukul dinding dada dan menggetarkan mukus sehingga encer.9 Fisioterapi pada bayi muda lebih mudah dilakukan jika bayi tidur di pangkuan ibu atau fisioterapir dan bantal dapat ditambahkan untuk mendapatkan posisi yang diinginkan. Selama fisioterapi bayi harus berada dalam posisi dimana raut muka dan pernapasan dapat di cek secara berkala. Mainan, kotak musik dapat diberikan untuk membantu mengalihkan perhatian anak ketika melakukan fisioterapi dada untuk mengatasi ketakutan mereka.10

13

Indikasi dari fisioterapi dada adalah terdapat penumpukan sekret pada saluran napas yang dibuktikan dengan pengkajian fisik, X Ray, dan data klinis, selain itu pasien sulit mengeluarkan atau membatukkan sekresi yang terdapat pada saluran pernapasan.11 Kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.12

C. Indikasi Fisioterapi Dada


1. Pada kondisi retensi sekret yang sangat banyak pada jalan napas seperti bronkhiektasis dan kista fibrokistik.12 2. Kondisi dengan sekresi mukus yang tebal yang mengarah pada lesi atau kolaps segmental. Pembersihan sekret yang uruk berakibat pada fungsi mukus normal, mengganggu komponen biologis dan kimia dari sistem pertahanan paru. Sekret yang banyak atau tertahan mengalami perubahan kualitatif menjadi tebal, lengket dan infeksius, dan dapat mencederai jaringan paru dan mengacaukan pertukaran oksigen dan karbondioksida.13 3. Pada anak dengan pernapasan mekanik yang lemah sperti cerebral palsy (CP) dan kelainan neuromuckular seperti spinal muscular atrophy (SMA).7 4. Pada anak dengan batuk yang lemah dan tidak efektif seperti cord palsy, dan lesi batang otak.7 5. Pada kifoskoliosis, fungsi paru dibatasi oleh penurunan pengembangan paru dan dapat berakibat ekspansi paru yang tidak sama (atelektasis basal pada sisi con-cave dan ekspansi berlebihan pada sisi convex), sehingga terjadilah ketidakcocokan ventilas/perfusi. Faktor ini bersama-sama meningkatkan kerja napas dan merupakan awal gagal napas.14 6. Pada anak yang ditirahbaringkan, imobilisasi dapat membatasi gerak fisik, mengurangi kwmampuan mereka untuk memelihara kapasitas aerobik dan volume paru. Latihan fisik meningkatkan eliminasi mukus sebanyak 40%

14

dibanding pernapasan normal dan merupakan komponen penting dari pembersihan jalan napas yang normal.15 7. Pada asma akut yang parah. Fisioterapi dada tidak menignkatkan fungsi paru. Tapi dapat mempercepat penyembuhan pada keberadaan atelektasis dan skresi yang tertahan, khususnya pada anak dengan asma.16 8. Pada pasien pneumonia yang mendapat fisioterapi dada mempunyai durasi demam yang lebih lama khususnya pada pasien anak-anak. Jadi fisioterapi dada dapat berbahaya pada pasien yang tidak menghasilkan sputum yang banyak. Jika fase konsolidasi dimulai, fisioterapi dada dapat bermanfaat dalam mengeluarkan dan membersihkan sekret, khususnya pada anak yang lemah dan tidak kooperatif.16 9. Pada ICU, fisioterapi dada merupakan tatalksanan pilihan hanya pada pasien dengan atelektasis lobaris akut.17 10. Drainase profilaksi dari kontralateral paru yang normal.7

D. Gerakan Fisioterapi Dada


1. Postural Drainase Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan menggunakan gaya berat dan sekret itu sendiri.5 Normalnya reflek batuk dan mukosilier secara efektif membersihkan eksudat radang pada kondisi normal tetapi dikacaukan selama infeksi. Postural drainase mencegah akumulasi dan meningkatkan pengeluaran sekret bronkhial dari jalan napas menggunakan gaya gravitasi. Postural drainase merupakan penempatan posisi anak dengan bantuan gravitasi untuk mengeluarkan sekret ke bronkus utama. Jika hanya mengubah posisi badan tidak akan membersihkan sekret jalan napas dengan efektif, tetapi jika dilengkapi dengan napas dalam, batuk yang efektif, perkusi dan vibrasi akan mengencerkan sekret.7 Persiapan pasien6 1. Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang. 2. Terangkan cara melakukan nya. 3. Periksa nadi dan tekanan darah. 15

Cara melakukan Postural Drainase 1. Terapis berada di depan pasien untuk melihat perubahan yang terjadi 2. Posisi pasien dapat dilihat pada gambar 3. Postural drainase dilakukan 2 kali sehari, bila dilakukan pada beberapa posisi tidak lebih dari 40 menit, tiap 1 posisi pertahankan selama 3-10 menit. 4. Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau 1 - 2 jam setelah makan.

Gambar 3 Posisi Postural Drainase

2. Perkusi Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan sekret yang tertahan. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran napas paru.18 Perkusi dapat dilakukan dengan memakai telapak tangan, jari dan jempol. Posisi yang terbaik adalah dengan mengadduksikan jari dan jempol sehingga membentuk mangkok. Bergantung pada area yang tersedia,

16

fisioterapis dapat menggunakan satu atau dua tangan atau 3 jari dengan jari tengah ditekuk. Tangan yang membentuk seperti mangkok cenderung menangkap udara, yang meringankan pukulan ketika mengenai tubuh, dan kolom udara didalam tangan menyebabkan pengeluaran efektif dari sekret pada bronkus dibawahnya.7 Cara melakukan perkusi6,7 1. Lepas pakaian yang tebal dan terlalu ketat pada tubuh pasien. Hanya gunakan pakaian yang nyaman atau kain. 2. Sebelum melakukan perkusi, terapis harus melepas aksesori di jari dan tangan. 3. Setiap perkusi dilakukan dengan telapak tangan yang membentuk mangkok. 4. Pergerakan perkusi hanya pada pergelangan tangan saja dan dilakukan dengan kuat tapi tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman. 5. Daerah klavikula, skapula, verteebra harus dihindari. Pada gadis remaja hati-hati jika melakukan perkusi pada bagian dada.

Gambar 4 posisi tangan seperti mangkok saat perkusi

17

3. Vibrasi Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan semua perkusi. Sesama postural drainas terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien eskpirasi. Pasien disuruh bernapas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Bila pasien tidak dapar bernapas dalam dapat dibantu dengan IPPB ataupun dengan ambubag. IPPB dan ambubag sangat baik digabung dengan postural drainase, perkusi dan vibrasi dimana melihat lebih cepat perbaikan atelektasis dan pengeluaran sekret. Bila hanya menggunakan ambubag pasien diberikan inspirasi dalam dan ditahan beberapa detik vibrasi dilakukan pada saat napas ditahan dan selama ekspirasi. Bila alat ini tidak ada terapis dapat mengikuti pola pernapasan pasien dan vibrasi dilakukan dengan menegangkan seluruh otot-otot dari bahu sampai ke tangan. Vibrasi harus memperhatikan gerakan normla daripada dada. Posisi vibrasi, beberapa terapis meletakkan tangan pada posisi yang berlawanan dari dada sedangkan yang lain meletakkan tangan berumpang tindih pada dada. Vibrasi ini dapat dilakukan 5-8 kali vibrasi per detik sedangkan kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.7

Gambar 5 Vibrasi

18

BAB III PEMBAHASAN


Pada kasus ini pasien mengalami batuk, napas cepat, dan kesulitan bernapas. Dari anamnesis didapatkan batuk berdahak, dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi basah kasar. Hal tersebut mengindikasikan adanya

penumpukkan sekret pada paru-paru pasien sehingga menyebabkan batuk dan kesulitan bernapas. Hal ini merupakan indikasi dari fisioterapi dada yang berfungsi mengeluarkan sekret dan membersihkan jalan napas sehingga pasien dapat bernapas dengan normal kembali. Fisioterapi dada yang dilakukan meliputi 3 macam gerakan yaitu: postural drainase, perkusi, dan vibrasi. Fisioterapi dada dilakukan setiap hari pada pagi hari ketika banyak terdapat sekret yang merupakan hasil pengumpulan dari malam sebelumnya. Fisioterapi dada pada pasien yang masih muda (bayi) ditemani oleh ibu pasien.

19

Daftar Pustaka
1. Krausen, F. H. (1985). Hand book of Physical Medicine and Rehabilitation. 2. Badget, D., & Casselbeny, C. (1984). Chest Physiotheraphy in A practical guide to pediatric Intensive Care. 3. Junus, M., & Nurdin, A. (1986). Fisioterapi dada pada penderita penyakit paru menahun. Majalah Dokter Keluarga , 243-9. 4. Worjodiardjo, M. (1985). Peranan fisioterapi dalam penanganan penyakit paru obstruktif pada anak. Kumpulan naskah temu ilmiah tahunan fisioterapi . 5. Hudaya, S. (1981). Postural Drainase. Cermin DUnia Kedokteran , 22-25. 6. Lubis, H. M. (2005). Fisioterapi pada Penyakit Paru Anak. USU Repository . 7. Balachandran, A., Shivbalan, S., & Thangavelu, S. (2005). Ches Physiotheraphy in Pediatrics Practice. Indian Pediatrics . 8. Waluyo, I., & Naution, A. (1981). Rehabilitasi Penderita Penyakit Paru Menahun. Cermin Dunia Kedokteran , 22-25. 9. Alma, L. (2008, Juli 5). How To Do Chest Physical Therapy: Child Under Five. Dipetik November 26, 2013, dari About.com: http://cysticfibrosis.about.com/od/respiratorytherapy/ss/CPTyoungchild.ht m 10. Subramanyam, L., Devaki, V., & Thangavelu, S. (1996). Chest physiotherapy. Dalam N. Somu, & L. Subramanyam, Subramanyam (hal. 255-9). Madras: Siva & Co. 11. Rosidah, & Monika, E. (2005). Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar edisi 5. Jakarta: EGC. 12. Hardy, K., & Anderson, B. (1996). Noninvasive clearance of airway secretions. espir Care Clin North Am , 323-345. 13. King, M., & Rubin, B. (1994). Rheology of airway mucus: relationship with clearance function. Dalam T. Takashima, & S. Shimura, Airway

20

Secretion in Health and Disease: Physiologica1 Basis for the Control of Mucus Hypersecretion (hal. 283-314). New York: Marcel Dekker, Inc. 14. Sheddon, P., & Khan, Y. (2003). Respiratory problems in children with neurological impairment. Arch Dis Child , 75-78. 15. Lundberg, A. (1978). Maximal aerobic capacity of young people with spastic cerebral palsy. Dev Med Child Neuro , 205-210. 16. Wallis, G., & Prasad, A. (1999). Who needs chest physiotherapy? Moving from anecdote to evidence. Arch Dis Child , 393-397. 17. Stiller, K. (2000). Physiotherapy in intensive care towards an evidencebased practice. Chest , 1801-1813. 18. Sweetwood, H. M. Nursing in The Intensive Respiratory Care Unit 2nd Edition.

21

You might also like