You are on page 1of 8

Injeksi Uap (Steam Flooding)

I. PENDAHULUAN Injeksi uap adalah menginjeksikan uap ke dalam reservoir minyak untuk mengurangi viskositas yang tinggi supaya pendesakan minyak lebih efektif sehingga akan meningkatkan perolehan minyak. Proses pelaksanaan Injeksi uap hampir sama dengan injeksi air. Uap diinjeksikan secara terusmenerus melalui sumur injeksi dan minyak yang didesak akan diproduksikan melalui sumur produksi yang berdekatan. I.1. Sifat-Sifat Uap F) di panaskan pada tekanan konstan Ps (pasia), akan didapat temperatur maksimal ts, yang disebut temperatur saturasi, sebelum berubah menjadi uap. Jumlah panas yang diserap air, hw, diberikan dalam persamaan :Jika 1 lb pada temperatur awal ti ( F ..........................................................(1) 32 Hw = Cw(ts ti), ti F) dalam range temperatur antara ti sampai ts.Cw adalah panas spesifik air (BTU/lbDengan suplai panas yang kontinyu, temperatur air tidak berubah sampai seluruh air diubah menjadi uap. Jumlah panas 1 (BTU/lb) yang diperlukan untuk mengubah air dari air cairan pada temperatur ts dan tekanan Ps menjadi uap pada temperatur dan tekanan yang sama disebut entalpi penguapan atau panas laten penguapan. Uap pada ts dan Ps disebut uap tersaturasi. Kandungan panasnya merupakan entalpi uap dan diberikan dalam persamaan : hs = hw + 1 I.2. Mekanisme Pendesakan Uap Dalam Reservoir Mekanisme injeksi uap merupakan proses yang serupa dengan pendesakan air. Suatu pola sumur yang baik dipilih dan uap diiinjeksikan secara terus menerus melalui sumur injeksi dan minyak yang didesak dan diproduksikan melalui sumur lain yang berdekatan. Uap yang diinjeksikan akan membebtuk suatu zona jenuh uap (steam saturated zone) disekitar sumur injeksi seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Temperatur dari zona ini hampir sama dengan temperatur uap yang diinjeksikan. Kemuadian uap bergerak menjauhi sumur, temperaturnya berkurang secara kontinyu disebabkan oleh penurunan tekanan. Pada jarak tertentu dari sumur (tergantung dari temperatur uap mula-mula dan laju penurunan tekanan), uap akan mencair dan membentuk hot water bank. Pada zona uap, minyak tergiring oleh distilasi dan pendorongan uap. Pada hot water, perubahan sifat-sifat fisik minyak dan batuan reservoir mempengaruhi dan menghasilkan perolehan minyak. Perubahan tersebut adalah ekspansi panas dari minyak, penurunan viskositas dan saturasi minyak sisa dan merubah permeabilitas relatif. I.3. Effisiensi Injeksi Uap Effisiensi injeksi uap dipengaruhi oleh sifat homogenitas reservoir dan pola susunan sumur injeksi-produksi. Menurut SPE, effisiensi recovery didefinisikan sebagai perbandingan antara volume hidrokarbon yang diproduksikan dengan volume hidrokarbon mula-mula sebelum proyek mulai dilaksanakan. Effisiensi recovery dapat dinyatakan denga hubungan : ET = Es x Ed x Ei ................................................................................(3.13) dimana :

Es = Effisiensi penyapuan pola Ed = Effisiensi pendesakan mikroskopik Ei = Effisiensi invasi Bursel dan Pitman telah melakukan percobaan injeksi uap untuk menentukan besarnya efisiensi penyapuan dari pola five spot. Hasil percobaan menunjukkan, dimana terlihat bahwa sweep efficiency dipengaruhi oleh viskositas minyak dan temperatur uap. Bila viskositas minyak dan temperatur uap semakin tinggi maka sweep efficiency-nya akan bertambah kecil. Farouq Ali juga melakukan percobaan pada model stream-channel untuk pola five spot. Hasil percobaan menunjukkan dimana harga sweep efficiency dipengaruhi oleh besarnya laju injeksi. Untuk laju injeksi yang semakin besar didapatkan sweep efficiency yang semakin besar pula. I.4. Peramalan Recovery Performance dalam injeksi uap terantung dari konsep pendesakan fluida yang digunakan, keseragaman media berpori dan geometri dari susunan sumur injeksi produksi. Pendekatan untuk mendapatkan solusi atau performance adalah memilih suatu bagian dari reservoir yang akan dikembangkan dengan pola injeksi tertentu (pilot injeksi). Performance dari pilot injeksi ini digunakan untuk mengevaluasi performance dari seluruh reservoir bila diinjeksi dengan pola yang sama. Dalam segi pendesakan fluida umumnya dibagi dalam dua konsep yaitu prinsip desaturasi dan prinsip kerja torak. Prinsip desaturasi oleh Bucley dan Laverett (1942). Gerakan fluida pendesak dan fluida yang didesak (minyak) di dalam reservoir dipisahkan oleh suatu bidang batas (front) antar fasa diantara kedua fluida tersebut. Dalam prinsip ini fluida yang mengalir didepan front terdiri atas satu fasa, sedangkan di belakang front fluida pendesak dan yang didesak mengalir bersama-sama dengan kecepatan yang berbeda sesuai dengan mobilitasnya. Pendesakan ini berlangsunghingga mencapai harga residunya. Anggapan-anggapan dalam prinsip desaturasi adalah : Keadaan aliran mantap. Sistem pendesakan dari dua macam fluida yang tidak saling larut. Fluida reservoir tidak dapat dimampatkan. Aliran terjadi pada media berpori yang homogen. Prinsip kerja torak dikembangkan oleh Stiles (1949) serta Dykstra dan Parsons (1950). Dalam prinsip ini fluida pendesak mengalir dibelakang front, sedangkan didepan front mengalir fluida yang didesak. Pendesakan ini berlangsung hingga mencapai saat breakthrough. Anggapan anggapan dalam prinsip kerja torak adalah : Aliran terjadi pada media berpori yang homogen. Geometri media berpori linier dengan ketebalan konstan. Kecepatan fluida pendesak dan didesak adalah sama. Selama berlangsungya proses pendesakan tidak ada perubahan mobilitas. Pada proyek injeksi uap, dalam prinsip desaturasi maupun prinsip kerja torak diambil anggapan bahwa setelah steam breakthrough tidak ada lagi produksi minyak. Peramalan recovery dihitung dengan persamaan Volek dan Pryor yang menyatakan bahwa minyak yang diproduksikan sama dengan volume zone uap sampai saat breahthrough yang diekivalenkan dengan bulk volume pattern (pola) berbentuk radial dikalikan dengan sweep efisiensi-nya. Anggapan-anggapan yang

digunakan dalam persamaan Volek dan Pryor adalah : Reservoir homogen dan isotropik. Ketebalan lapisan merata. Perkembangan zone uap berbentuk radial. II. TEORI PENDUKUNG II. : II.1. Model Marx dan Langenheim Anggapan-anggapan dalam model Marx dan Langenheim adalah : Cap rock dan base rock merupakan batuan yang homogen dan isotropik dengan ketebalan tidak terhingga Mekanisme panas konduksi dalamarah radial diabaikan Uap mendesak minyak tanpa hot water bank Minyak yang didesak adalah tidak kompresibel. Laju injeksi dan kualitas uap konstan Pada zona uap temperatur uap seragam Kehilangan panas ke cap rock dan base rock hanya oleh makanisme konduksi Tidak ada kehilangan panas ke dalan zone liquid di depan front kondensasi II.2. Model Willman et al Hampir sama dengan model Marx dan Langenheim. Model ini menghitung ukuran daerah penyapuan pada suatu waktu sejak permulaan injeksi uap. Untuk memprediksi perolehan minyak digunakan model saturasi Buckley-Leverett. Willman juga melakukan studi percobaan untuk memperkirakan kelakuan lapangan pada proses injeksi panas. Kesimpulan yang didapat adalah : Injeksi uap memiliki perolehan minyak yang lebih banyak dibandingkan dengan injeksi air biasa. Perolehan meningkat karena adanya penurunan viskositas dan ekspansi panas minyak. Injeksi digunakan khususnya untuk minyak kental karena dapat menurunkan perbandingan viskositas minyak-air dengan tajam. Perolehan dengan injeksi uap lebih tinggi dibandingkan dengan injeksi air panas. Minyak terproduksi sesaat sebelum uap breakthrough memiliki API yang lebih rendah dibandingkan dengan OOIP karena distilasi uap. Prosentase peningkatan dalam perolehan minyak dengan tekanan dan temperatur uap tinggi lebih rendah dibandingkan dengan prosentase peningkatan dalam panas yang diperlukan untuk meningkatkan temperatur uap tersaturasi tekanan tinggi Saturasi minyak sisa setelah injeksi uap tidak tergantung saturasi minyak awal. Massa air yang dibutuhkan dalam bentuk uap untuk memanasi reservoir lebih kecil daripada jika air diinjeksikan dalam bentuk cairan. Untuk meminimalkan panas yang dibutuhkan, laju injeksi harus tinggi, pola injeksi harus kecil dan formasi harus tebal. Jika saturasi minyak awal tinggi, perolehan minyak tiap bbl uap yang diinjeksi juga akan tinggi. III. PEMBAHASAN

III.1. POLA SUMUR INJEKSI-PRODUKSI Pola sumur injeksi-produksi dibedakan sesuai dengan proyeksi di permukaan dari titik sumur menembus reservoir. Susunan sumur injeksi-produksi dapat merupakan pola teratur dan pola tidak teratur. Keteraturan pola sumur injeksi-produksi dipengaruhi oleh keteraturan kedudukan sumur yang dibor. Penempatan sumur injeksi relatif terhadap sumur produksi dipengaruhi oleh geometri reservoir, jenis natural drive, kemiringan formasi dan arah permeabilitas utama. 3.1.1. Central Flooding Central flooding adalah pola sumur injeksi-produksi dimana sumur-sumur injeksi terletak di tengah-tengah reservoir sedangkan sumur-sumur produksi mengelilinginya. Pola ini digunakan pada kasus dimana permeabilitas pada zona luar batas reservoir rendah, reservoir dengan tudung gas atau reservoir stratigrafi. 3.1.2. Peripheral Flooding Peripheral flooding adalah pola sumur injeksi-produksi dimana sumur-sumur injeksi terletak di luar batas pengeringan (oil bearing contour) sedangkan sumur-sumur produksi terletak di tengah-tengah reservoir. Pola ini digunakan pada reservoir dengan jebakan struktur natural drive yang bekerja adalah water drive. Keunggulan peripheral flooding adalah dapat memberikan recovery maksimal dengan produksi air yang minimum. 3.1.3. Pattern Flooding Pattern flooding adalah pola sumur injeksi-produksi dengan penempatan sumur-sumur injeksi dan produksi mengikuti pola-pola tertentu. Macam-macam pattern flooding : Four-spot Skewed four spot Five spot Nine spot Inverted nine spot Seven spot Inverted seven spot Direct line spot Staggered line drive Dalam proyek injeksi uap, pada umumnya digunakan pola five spot dan inverted five spot yaitu satu sumur injeksi dan empat sumur produksi. Menurut Taberg, luas tiap pola berkisar 10 acre. Lebih besar dari 10 acre kemungkinan akan mengakibatkan damage pada generator uap atau pada reservoirnya sendiri. Hal ini disebabkan luas pola yang semakin besar akan diperluas tekanan injeksi yang semakin besar pula. III.2. FASILITAS INSTALASI INJEKSI UAP 3.2.1. Generator Uap Menurut konvensi ASME, generator uap mencakup instalasi furnace, superheater, reheater, economizer dan pemanas mula udara (air preheater) serta peralatan pembakaran lainnya.

Pada generator uap, energi kimia yang terkandung dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas yang dipindahkan ke air hingga air yang masuk ke generatotr uap diubah menjadi uap pada tekanan dan temperatur yang spesifik. Untuk pilot injeksi umumnya digunakan generator uap tipe drum. Selain tipe drum, bisa juga digunakan tipe satu saluran. Generator uap tipe drum dapat menghasilkan uap dari 15000 bbl air tiap hari. Efisiensi generator uap ditentukan oleh kandungan panas uap, kadar air, kadar hidrogen dalam bahan bakar dan faktor kelebihan udara. Untuk kondisi yang sama, kualitas uap yang dihasilkan generator tipe drum lebih tinggi daripada tipe saluran satu. Bagian terpenting dari generator uap tipe satu saluran adalah saluran tabung yang membentuk coil. Pada satu bagian saluran, air masuk dan dipanasi hingga mencapai temperatur tertentu. Kemudian fluida panas ini masuk ke dalam bagian boiler yang lain dimana pemanasan dilanjutkan hingga mencapai kandungan panas yang diinginkan. Untuk pembakaran pada generator uap dapat digunakan minyak berat, gas alam atau batu bara. Minyak berat jarang digunakan sebagai bahan bakar karena mudah terjadi plugging sehingga aliran tidak konstan dan terjadi gangguan nyala api. Pengukuran kualitas uap umumnya digunakan orifice meter. Kualitas uap dapat dihitung berdasarkan laju aliran massa uap dibagi dengan massa air umpan (feedwater). Tekanan generator uap ditentukan berdasarkan pendekatan terhadap tekanan retak formasi. Untuk menghindari kerusakan formasi maka tekanan generator ditentukan di bawah tekanan retak formasi. Uap bercampur air panas yang keluar dari generator kemudian masuk ke dalam manifold yang akan membagi ke tiap-tiap sumur injeksi. Distribusi ke tiap sumur injeksi menggunakan pipa yang diisolasi untuk menghindari hilangnya panas. 3.2.2. Pipa Uap Perencanaan instalasi pipa uap di permukaan didasarkan atas laju kehilangan panas yang terjadi. Karena itu kehilangan panas diiusahakan sekecil mungkin dengan cara mengambil jarak untuk sistem didstribusi yang paling optimal. Pada generator uap dan weelhead sumur injeksi dilengkapi dengan checkvalve. Fungsi dari cehck valve adalah untuk memulai, memberhentikan dan mengatur aliran uap. Instalasi pipa uap dilengkapi dengan sambungan-sambungan yang memungkinkan adanya pengembangan dari bahan yang digunakan. Sambungan ini terdapat pada tiap dua ujung pipa sehingga adanya ekspansi termal akan dinetralkan oleh sambungan ini. 3.2.3. Kelengkapan Sumur Injeksi Akibat adanya ekspansi termal maka komplesi sumur injeksi perlu dilengkapi dengan suatu gantungan yang akan menopang terjadinya pengembangan material sehingga hanya akan terjadi pengembangan yang arahnya ke bawah. Pipa casing yagn disemen pada bagian atas dari lapisan produktif secara normal akan mengembang ke atas. Adanya dua bradenhead akan memberikan kelonggaran tubing, casing maupun konduktor untuk bergerak relatip satu dengan yang lain. Sumur produksi juga akan mengalami kenaikan temperatur akibat ekspansi termal. Pada wellhead sumur produksi hanya dilengkapi satu bradenhead yaitu di antara tubing dan casing. Hal ini disebabkan kenaikan temperatur pada sumur produksi sudah jauh di bawah temperatur

uap yang diinjeksikan. III.3. TREATMENT TERHADAP AIR YANG DIGUNAKAN Beberapa sumber air yang dapat digunakan dalam injeksi uap : Air perolehan (produced water) Air tawar (subsurface source water) Air permukaan : kolam, sungai, danau, laut Air alluvial Bila suatu sumber air tidak mencukupi maka seringkali dilakukan dengan mencampur air dari beberapa sumber. Masing-masing sumsber air mempunyai karakteristik berbeda. Karakteristik air perolehan : Biasanya mengandung H2S dan atau CO2 yang terlarut, korosivitasnya bervariasi. Kadang-kadang mengandung padatan tersuspensi. Kandungan minyak dalam air merupakan problem utama Sering dijumpai sulfate reducing bacteria Kadang-kadang dapat membentuk scale Karakteristik air tawar : Ada yang bersifat korosif, tergsntung komposisinya Kadang-kadang dapat membentuk scale Bila betul-betul tawar dapat menimbulkan clay swelling Harus diperhatikan kompatibilitasnya dengan air formasi Kadang-kadang dijumpai sulfate reducing bacteria Karakteristik air permukaan (kolam, sungai dan danau) Banyak mengandung oksigen, krosivitasnya bervariasi, tergantung komposisinya. Mengandung padatan tersuspensi yang normal. Sering dijumpai bakteri aerobik. Jarang membentuk scale, tetapi dapat menyumbat bila mengandung padatan tersuspensi yang cukup tinggi. Dapat menyebabkan clay swelling. Karakteristik air laut Jewnuh dengan oksigen, sangat korosif. Mengandung padatan tersuspensi dan organisme laut. Mengandung bakteri aerobik, kadang-kadang mengandung bakteri anaerobik. Perlu treatment yang intensif untuk padatan tersuspensi Kalsium karbonat sering terbentuk pada sumur injeksi alat pemanas Banyak mengandung ion-ion sulfat Sebelum air mentah dari sumber dipanaskan dalam generator uap maka terlebih dahulu dilakukan treatment untuk menghilangkan kotoran yang terkandung didalamnya. Pada umunya air mentah mengandung kotoran yang dapat berupa butiran-butiran keras, gas terlarut, besi, mangan, aluminium, silika, bakteri, minyak dan lumpur. Butiran-butiran keras biasanya dijumpai sebagai kalsium karbonat, kalsium sulfat, kalsium silikat, magnesium hidroksida dan magnesium silikat. Butiran-butiran keras ini dapat dihilangkan melalui proses zeolite yang secara populer dikenal sebagai sodium cation exchange. Cara ini juga menghilangkan butiran-butiran karas seperti besi,

barium, mangan dan aluminium. Selain proses zeolite, terutama untuk air payau butiran-butiran keras dapat dihilangkan dengan line-soda softening yaitu proses dimana butiran-butiran keras yang terdapat dalam air dihilangkan dengan line (kalsium hidroksida) dan soda ash (natrium karbonat). Secara tidak langsung cara ini juga yang dapat menghilangkan padatan tersuspensi seperti besi, aluminium, karbon dioksida bebas, berapa macam silika dan minyak. Untuk generator uap bersuhu tinggi, digunakan line-soda softening dengan temperatur opersi antara 212 o F 250o F sehingga akan menghasilkan air dengan butiran-butiran keras kurang dari 5 ppm kalsium karbonat. Bila dalam air ini ditambahkan EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid) maka bisa diperoleh air dengan zero hardnees. Gas terlarut seperti oksigen, hidrogen sulfida, karbon diaoksida mengakibatkan terjadinya korosi dan pengkaratan. Oksigen dapat dihilangkan dengan daeration dan oxigen scavenger. Dalam oksigen scavenger kebanyakan memakai sodium sulfite dengan katalisator kobal. Selain itu bisa juga digunakan hydrazine. Untuk menghilangkan hidrogen sulfida umumnya dengan deaeration dan chlorination. Sedangkan karbondioksida dihilangkan dengan deaeration dan netralisasi. Bakteri dapat dibunuh dengan chlorination, harganya murah dan mudah diperoleh di lapangan. Air yang mengandung minyak tersuspensi akan mengurangi efisiensi generator uap. Minyak akan membentuk lapisan tipis sehingga mengurangi perpindahan panas dari metal boiler ke air. Minyak ini dapat dihilangkan dengan skinner tank yang berisi filter antrasit. Lumpur yang terdapat dalam air dihilangkan dengan pengendapan dan penyaringan. Mula-mula minyak yang terdapat dalam air mentah dipisahkan dengan oil trap. Dengan pompa sentrifugal, air kemudian dimasukkan ke dalam perforated mixer dimana air dicampur dengan coagulation agent dan lime (kalsium hidroksida). Coagulation agent dimasukkan dari seal tank ke dalam tangki larutan yang dilengkapi dengan dosimeter. Lime disalurkan dengan pompa sentrifugal ke dalam perforated mixer dari unit instalasi hidrolik dimana dilakukan agitasi hidrolik. Banyaknya lime yang ditambahkan dikontrol dengan dosimeter. Campuran air dan reagent kemudian masuk ke reaktor melalui tangki pemisah udara. Dalam reaktor dilakukan agitasi untuk mempercepat penggumpalan dari padatan-padatan. Setelah melalui deaerator, gumpalan-gumpalan dan kotoran yang terdapat daalm air dihilangkan dalam clarifier. Udara dihilangkan untuk mencegah pengendapan dari gumpalan-gumpalan dalam clarifier. Akumulasi lumpur dihilangkan secara periodik dari sludge trap. Suatu zona air bersih mengalir melalui filter ke tangki air bersih. Tipe generator pada proyek injeksi uap umumnya dibatasi oleh : Butiran-butiran keras tidak melebihi 10 ppm Oksigen yang terlarut tidak melebihi 1 ppm Padatan yang terlarut tidak melebihi 2500 ppm Silika yang terlarut tidak melebihi 5 ppm Ph larutan berkisar antara 9-10 III.4. LAJU INJEKSI Penentuan laju injeksi optimal dalam operasi injeksi uap dimaksudkan untuk menghasilkan peningkatan recovery yang maksimum dengan biaya yang serendah mungkin. Laju injeksi berhubungan dengan efisiensi panas dalam zona uap pada proses pendesakan minyak. Chu dan Trimble melakukan studi simulasi numerik injeksi uap di Kern River Field. Yaitu variasi

laju uap optimal dengan ketebalan untuk spasi 2,5 dan 5,0 acre dimana laju injeksi dipengaruhi oleh variabel-variabel ketebalan reservoir dan luas pola. Laju injeksi optimal lebih banyak tergantung dari ukuran pola dari pada ketebalannya. Injeksi uap dalam lapisan yang tipis akan mempunyai efisiensi yang rendah dibandingkan pada lapisan dengan ketebalan besar. IV. KESIMPULAN A. Mekanisme injeksi uap merupakan proses yang serupa dengan pendesakan air B. Tujuan injeksi uap adalah untuk mengurangi viskositas yang tinggi supaya pendesakan minyak lebih efektif sehingga akan meningkatkan perolehan minyak. C. Effisiensi injeksi uap dipengaruhi oleh sifat homogenitas reservoir dan pola susunan sumur injeksi-produksi. D. Performance dalam injeksi uap tergantung dari konsep pendesakan fluida yang digunakan, keseragaman media berpori dan geometri dari susunan sumur injeksi produksi. E. Dalam segi pendesakan fluida umumnya dibagi dalam dua konsep yaitu prinsip desaturasi dan prinsip kerja torak. F. Keuntungan 1. Uap mempunyai kandungan panas yang lebih besar dari pada air, sehingga efisiensi pendesakan lebih efektif. 2. Recovery lebih besar dibandingkan dengan injeksi air panas untuk jumlah input energi yang sama. 3. Didalam formasi akan berbentuk zone steam dan zone air panas, dimana masing-masing zone ini akan mempunyai peranan terhadap proses pendesakan minyak ke sumur produksi. 4. Efisiensi pendesakan sampai 60 % OOIP. G. Kerugian 1. Terjadinya kehilangan panas di seluruh transmisi, sehingga perlu pemasangan isolasi pada pipa. 2. Spasi sumur harus rapat, karena adanya panas yang hilang dalam formasi. 3. Terjadinya problem korosi, scale maupun emulsi. 4. Karena adanya perbedaan gravitasi, formasi pada bagian atas akan tersaturasi steam, sehingga efisiensi pendesakan pada formasi bagian atas sangat baik. Oleh karena itu secara keseluruhan, efisiensi pendesakan vertikalnya kurang baik. 5. Kecenderungan terjadinya angket oil sangat besar, tergantung pada faktor heterogenitas batuan.

III. PEMBAHASAN IV. GJHG V. PEMBAHASAN VI.

You might also like