You are on page 1of 159

! !

UNIVERSITAS INDONESIA

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN BELITUNG

TESIS

ALFIAN ZULKARNAIN NPM : 1106111760

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH JAKARTA JANUARI, 2013!

""!

Universitas Indonesia!

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta memudahkan dan memberikan kekuatan penulis dalam menyelesaikan kuliah dan tesis ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik (MPKP) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selama menimba ilmu dan menyusun tesis, penulis banyak dibantu dan dimotivasi oleh berbagai pihak. Untuk itu sudah sepantasnya penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. 2. Kepala Pusbindiklatren Bappenas yang telah berkenan memberikan beasiswa kepada penulis; Gubernur Kepulauan Bangka Belitung yang telah memberikan ijin tugas belajar kepada penulis untuk mengikuti pendidikan strata-2 beasiswa Pusbindiklatren Bappenas; Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telahh memberikan kami peluang untuk menjalani pendidikan strata-2 beasiswa Pusbindiklatren Bappenas; Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selaku atasan langsung yang telah memberikan dorongan untuk melanjutkan studi dan menyelesaikan tugas belajar ini dengan sebaik-baiknya; Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung; Bapak Arindra A. Zainal, Ph.D. selaku Ketua Program MPKP-FEUI dan Bapak Dr. Andi Fahmi Lubis S.E., M.E. selaku Sekretaris Program MPKP FE-UI yang juga selaku pembimbing penulis; Prof. Sulastri Surono,Ph.D. dan Bapak Nurkholis, SE., M.SE. selaku penguji, Bapak DR. Ir. Widyono Soetjipto selaku pembimbing, seluruh dosen pengajar MPKP-FEUI yang dengan penuh kesabaran dan perhatian memberikan ilmunya, seluruh tim akademik Program MPKP yang selalu membantu permasalahan administrasi mahasiswa; Seluruh Angkatan XXV PB Bappenas Salemba; Penunggu setia warung kopi (Yeyen, Imau, Bastian, Pendri, Ricky, Ridwan, Kang Aceng, Uci dan Para Empus), Penunggu 1.4. (Mas Parhan, Jeng Santi, Bang Tam-Tam, Mama Rista Dedeh, Romiat, Mbak Qori, Mbak Wahyu, Iskandar, Maiza, Mia dan Daus Sang Konspirator), Rekan satu bimbingan (Mbak Anne dan Mbak Lili), Trio BRA (Bubu dan Rey); Rekan-rekan seperjuangan dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sedang menempuh studi, Bang andi dan Pak Nu;

3.

4.

5. 6.

7.

8.

9.

10. Rekan-rekan kerja dari BKD terutama Pak De Rudi, rekan-rekan di DISKOMINFO dan rekan-rekan di Bappeda terutama Bapak Nazalius selaku Kepala Badan; 11. Rekan-rekan Wisma Bougenvil Belitung yang selalu menerima saya dan memberikan pinjaman motor selama di Belitung;

12. Yang tidak akan pernah bisa penulis lupakan dukungan moril, materil dan doa dari keluarga besar M.Zain (Mama, Bang Arief, Yuk Rini, Bang Gun, Bang Iin dan Yuk Ita) dan calon teman hidup yang bakalan tidak pernah bosan mendengar suara mesin kapal Trisnawati; 13. Dan kepada semua pihak yang telah membantu, namun tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga Allah Swt membalasnya. Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penulisan tesis ini, karena itu segala kritik, saran dan masukan akan sangat berguna bagi penulis dan penelitian sejenis di masa mendatang. Jakarta, Januari 2013 Penulis, Alfian Zulkarnain

Nama Program Studi Judul

ABSTRAK : Alfian Zulkarnain : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik : Strategi dan Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung

Tesis ini membahas tentang strategi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. Pengembangan pariwisata diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi pengembangan pariwisata diperoleh dengan menggunakan pendekatan SWOT, sedangkan kebijakan pengembangan pariwisata diperoleh dengan menggunakan pendekatan AHP. Data diperoleh dari wawancara langsung kepada stakeholder terkait. Hasil Perhitungan SWOT menunjukan strategi WO merupakan strategi utama yang harus dilakukan oleh PEMDA Kabupaten Belitung. Sedangkan hasil perhitungan AHP menunjukan bahwa prioritas utama strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Pengembangan Destinasi Wisata dengan bobot 43%. Hambatan utama dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Lemahnya Kelembagaan. Sedangkan altenative kebijakan yang menjadi prioritas adalah optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada dengan bobot prioritas sebesar 35,5%. Kata kunci:
Perencanaan, Pariwisata, SWOT, AHP

Name Study Program Title

ABSTRACT : Alfian Zulkarnain : Master of Planning and Public Policy : Strategy and Policy of Tourism Development in Kabupaten Belitung

The focus of this study is Policy and Strategy of Tourism Development in Belitung District. Tourism is supposed to increase the welfare of the local community. Tourism development strategy is obtained by using the SWOT approach, while the policy of tourism development is obtained by using the AHP approach. Data obtained from the interviews to the relevant stakeholders. SWOT results indicate that Weaknesses-Opportunity (WO) strategy is the main strategy that should be adopted by PEMDA of District Belitung. The results of the AHP calculations show that priority of tourism development strategy is the development of tourism destinations with a 43% . The greatest impediment is the instutional weaknesses. While policy priority is to optimize the destinations and attractions that already exist with priority weight 35.5%. Key words: Planning, Tourism, SWOT, AHP

vii

Universitas Indonesia!

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... I SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME....................................... ii HALAMAN ORISINALITAS. iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv KATA PENGANTAR ..... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi ABSTRAK .. vii DAFTAR ISI ... viii DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR TABEL xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii 1. PENDAHULUAN .......... 1 1.1. Latar Belakang .. 1 1.2. Rumusan Masalah ..................... 6 1.3. Tujuan Penelitian .. 7 1.4. Metodologi dan Batasan Penelitian 7 1.6. Ruang Lingkup Penelitian.. 8 1.7. Sistematika Penulisan 8 2. TINJAUAN LITERATUR 9 2.1. Pengertian wisata, pariwisata, kepariwisataan, Destinasi Pariwisata, 10 wisatawan... 2.2. Jenis Pariwisata .... 14 2.3. Pariwisata Sebagai Industri... 15 2.4. Permintaan dan Penawaran Pariwisata..... 18 2.5. Pariwisata dengan Pembangunan Ekonomi...... 21 2.6. Strategi Pengembangan Pariwisata... 22 2.7. Konsep Perencanaan Kebijakan 22 2.8. Penelitian Terdahulu..... 24 2.9. Kerangka Konsep Penelitian. 25 3. METODOLOGI PENELITIAN ....... 28 3.1. Metode Penelitian.. 28 3.2. Sumber Data.. 28 3.3. Teknik Pengumpulan Data 29 3.3.1. Wawancara. 29 3.3.2. Dokumentasi.. 29 3.3.3. Survey. 29 3.4. Teknik Sampling... 30 3.5. Instrumen Penelitian.. 30 3.5.1. SWOT.. 30 3.5.2. Analytical Hierarchy Process (AHP).. 34 3.5.2.1. Kelebihan Kelemahan AHP..... 37 3.6. Teknik Analisis Data. 38 3.7. Pemilihan Metode SWOT dan AHP dalam Penelitian.. 39 3.8. Acuan Hirarki.... 40 4. GAMBARAN UMUM ............ 42 4.1. Gambaran Umum... 42

viii

Universitas Indonesia

4.1.1 Keadaan Geografis... 4.1.2 Keadaan Infrastruktur .. 4.1.3 Keadaan Ekonomi ... 4.2. Visi dan Misi.. 4.2.1. Visi.. 4.2.2. Misi.. 5. ANALISA DAN PEMBAHASAN . 5.1 Analisa SWOT........ 5.5.1. Perumusan Faktor Internal dan Eksternal... 5.5.2. Penyusunan Kuesioner SWOT.... 5.2. Hasil Perhitungan Analisis SWOT..... 5.3. Evaluasi Strategi..... 5.3.1. Analisis IFAS-EFAS... 5.3.2. Perumusan Strategi...... 5.4. Analytical Hierarchy Process (AHP) ........ 5.4.1. Penentuan Kombinasi Strategi yang dipilih 5.4.2. Profil Responden......... 5.5. Hasil dan Pembahasan AHP... 5.5.1. Skenario...................... 5.5.2. Hambatan.................... 5.5.3. Pelaku.......................... 5.5.4. Kebijakan.................... 5.5. Uji Sensitivitas................... 5.6. Keterbatasan Kajian................... 6. KESIMPULAN DAN SARAN .......... 6.1. Kesimpulan......................... 6.1.1. Weakness(Kelemahan)........................ 6.1.2. Threatness (Ancaman)......................... 6.1.3. Strategi............................ 6.1.4. Prioritas Kebijakan.......................... 6.2. Saran........................... DAFTAR PUSTAKA...........................

42 43 45 46 46 46 48 48 48 52 52 53 56 59 63 63 65 66 67 69 72 74 79 80 81 81 81 82 84 85 85 88

ix!

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan.. . Sistem Kepariwisataan . Penawaran dan Permintaan Pariwisata. Kerangka Konsep Penelitian ... Hirarki Strategi Pengembangan Pariwisata Kab. Belitung.. Peta Kabupaten Belitung dan Obyek Wisata .................................. Hasil Prioritas Global AHP Strategi Pengembangan Pariwisata.. Model Kelembagaan Pembangunan. Hasil Prioritas Kebijakan.. Grafik Uji Sensitivitas... .. 13 18 21 27 40 42 66 70 74 79

Universitas Indonesia!

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Kawasan Pariwisata Pantai di Kab. Belitung.. ... Data Wisatawan.. PAD Kabupaten Belitung.... Indikator Faktor Internal dan Eksternal Analisa SWOT .................... Matriks Interaksi IFAS dan EFAS. Kondisi Geografis ...... Jumlah dan Kepadatan Penduduk .. PDRB Kabupaten Belitung Atas Dasar Harga Konstan .................... Faktor Internal ....... Faktor Eksternal ..... Penilaian Bobot IFAS Strenght ..... Penilaian Bobot IFAS Weakness ... Penilaian Bobot EFAS Oportunity .... Penilaian Bobot EFAS Threats ..... Latar Belakang Responden ... Tabel Penduduk Register Depati Tahun 1851 . Realisasi Anggaran Dinas Pariwisata Tahun 2011 Jumlah Hotel di Kabupaten Belitung.. 4 5 5 32 34 43 43 45 49 50 56 57 58 58 65 68 71 78

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!xi

Universitas Indonesia!

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Kuesioner SWOT Matriks Faktor Internal Matriks Faktor Eksternal Analisa IFAS dan EFAS Kuesioner AHP Hasil Olah Aplikasi Expert Choice Perhitungan Bobot Global Hasil Akhir Pengolahan Bobot Global 92 96 97 98 100 143 145 146

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!xii

Universitas Indonesia!

! !

"!

BAB 1
PENDAHULUAN

!"!

Latar Belakang
Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor

27 Tahun 2000, Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka dimekarkan menjadi satu provinsi baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi ini merupakan provinsi ke-31 di Indonesia. Selanjutnya berdasarkan aspirasi masyarakat dan setelah melalui berbagai pertimbangan, Kabupaten Belitung dimekarkan menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung beribukota di Tanjungpandan dengan cakupan wilayah meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpandan, Kecamatan Membalong, Kecamatan Sijuk, Kecamatan Badau dan Kecamatan Selat Nasik. Sedangkan Kabupaten Belitung Timur dengan Manggar sebagai ibukotanya dengan cakupan wilayah meliputi 4 kecamatan. Pemkab Belitung berencana mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan penekanan pada bidang pariwisata sebagai sektor unggulan daerah yang menjadi prioritas kekuatan ekonomi ke depan, disamping bidang perikanan dan kelautan serta perhubungan. Tiga sektor unggulan ini diharapkan mampu menopang perekonomian Kabupaten Belitung di masa mendatang. Hal ini didukung pula dengan pengembangan investasi di kawasan pariwisata untuk mendukung terwujudnya KEK pariwisata di Kabupaten Belitung. KEK pariwisata tampaknya memang menjadi prioritas Kabupaten Belitung. Mengingat Kabupaten Belitung memiliki modal dengan adanya panorama alam Belitung dengan keindahan pantai-pantai berbatu granit yang artistik, air laut jernih, dan pantai berpasir yang benar-benar putih. Kabupaten Belitung menjadi salah satu primadona dan incaran wisatawan lokal maupun internasional karena banyak memiliki keanekaragaman flora dan fauna serta kekayaan tradisi dan budaya. Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa

Universitas Indonesia

! !

"!

yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan, baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dengan demikian berarti pertumbuhan sektor pariwisata dapat dianggap sebagai pendorong laju pertumbuhan sektor-sektor lain termasuk pertanian, perdagangan dan sektor lainnya. Dampak ekonomis pariwisata yang lintas sektor ini dapat berupa pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan investasi. Sektor pariwisata sebagai suatu industri jasa merupakan salah satu bidang yang diharapkan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam pembangunan daerah Kabupaten Belitung. Kegiatan pariwisata ini bila dikelola dengan baik dapat menjadi salah satu penyumbang pendapatan yang potensial dalam pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Pariwisata bukan hanya sebagai sumber devisa tetapi juga dapat memperluas kesempatan kerja yang ditimbulkan dari sejumlah keterlibatan sektor-sektor lain di dalamnya. Menurut Dahuri (2003) salah satu tipologi pariwisata yang menjadi alternatif kegiatan bahari saat ini adalah kegiatan ekoturisme (wisata alam) yang mengandalkan keindahan alam. Dari dimensi ekologis, kegiatan ini jelas mengandalkan keindahan alam sehingga kegiatan ini akan mendorong tindakan konservasi untuk mempertahankan daya tarik agar keuntungan ekonomi dari kegiatan wisata ini dapat dipertahankan. Sementara itu aspek sosial masyarakat setempat dimana kegiatan ekoturisme ini berlangsung, sering mendapat manfaat ekonomi dari pengembangan kegiatan jasa pendukung wisata, selain itu juga gangguan terhadap kehidupan tradisional masyarakat umumnya sangat kecil sekali. Pulau Belitung telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan andalan dengan pariwisata sebagai sektor unggulan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) tahun 2011 karena pantainya yang indah dan berpasir putih serta gugusan terumbu karang yang terdapat di sekitarnya dan pulau pulau kecil di sekitarnya. Terkait dengan arahan RIPPNAS tersebut Pemda Kabupaten Belitung telah menetapkan 25 lokasi kawasan Pariwisata yang tersebar di seluruh wilayah pantai dan pesisir dikarenakan keindahan pantainya yang berpasir putih dengan kelestariannya yang masih terjaga seperti dalam Tabel 1.1. Dari 25 lokasi tersebut, 9 lokasi diantaranya

Universitas Indonesia

! !

"!

sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1990 tentang Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata dan Peraturan Daerah Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata. Upaya mempersiapkan kawasan-kawasan tersebut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung adalah dalam rangka meningkatkan PDRB daerah. Karena kegiatan pariwisata terkait dengan kegiatan perdagangan, hotel dan restoran yang pada tahun 1999 telah menyumbang sebesar Rp. 82 milyar (sekitar 15 % PDRB Kabupaten) dengan pertumbuhan sekitar 8,3% per tahun antara tahun 1995-1999. Pada tahun 2010, sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp 199,8 milyar ( sekitar 16% PDRB berdasarkan harga konstan Kabupaten) dengan pertumbuhan sekitar 4,4% per tahun antara tahun 2005-2010. Dari kedua periode ini secara nominal terjadi peningkatan pada sektor pariwisata akan tetapi terjadi penurunan pada persentase laju pertumbuhan. Dari Tabel 1.1 berikut, ada 7 lokasi yang sudah ditetapkan sebagai kawasan wisata melalui Perda No. 18 Tahun 1990 dan Perda No. 7 Tahun 2001 dan 9 lokasi yang belum ditetapkan. Dari semua itu di 5 lokasi sudah ada fasilitas dasar pariwisata seperti cottage, restoran, shelter dan kamar bilas; sedangkan di 15 lokasi lainnya belum ada sama sekali. Tidak adanya fasilitas dasar pariwisata menjadi nilai negatif untuk pariwisata Kabupaten Belitung dikarenakan fasilitas ini merupakan kebutuhan dasar bagi wisatawan yang selayaknya menjadi kewajiban untuk disediakan. Tabel 1.1. bersumber dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung tahun 2000 2010. Sedangkan RTRW yang terbaru belum bisa diperoleh dikarenakan pihak terkait sedang mengerjakan revisi dokumen tersebut. Nomor 7 Tahun 2001 tentang Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai

Universitas Indonesia

! ! Tabel 1.1. Kawasan Pariwisata Pantai di Kab. Belitung


Kecamatan Kawasan Pariwisata Luas (Ha) 53 60 100 100 150 50 25 800 10 50 335 200 400 650 10 15 PERDA

"!

Fasilitas Wisata Ada Tidak Tidak Tidak Ada Tidak Ada Tidak Tidak Ada Tidak Tidak Tidak Tidak Ada Tidak

Tanjung Pandan

1. Pantai Tanjung Pendam 2. Pantai Juru Seberang 3. Pantai Air Saga

Ada Tidak Ada Tidak Tidak Tidak Tidak Ada Tidak Tidak Ada Ada Ada Ada Tidak Tidak

Membalong

4. Pantai Tanjung Rusa 5. Pantai Teluk Gembira 6. Pantai Mentigi 7. Pantai Seliu 8. Pantai Tanjung Kiras 9. Pantai Penyambung

Sijuk

10. Pantai Secupak 11. Pantai Batu Itam 12. Pantai Terong 13. Pantai Sijuk 14. Tanjung Binga 15. Pulau Lengkuas 16. Pulau Babi

Sumber : RTRW Kabupaten Belitung 2000 2010

Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terjadi peningkatan wisatawan. Hal ini menunjukan minat wisatawan yang masih relatif tinggi untuk datang ke Kabupaten Belitung. Wisatawan Nusantara memberikan kontribusi terbesar dalam peningkatan ini. Kemunculan film Laskar Pelangi pada tahun 2008 turut membantu mendongkrak jumlah wisatawan Nusantara yang turut berimbas terhadap PAD Kabupaten Belitung dari sektor pariwisata. Pada bulan Oktober 2008, kegiatan internasional yaitu Sail Indonesia yang berakhir di Belitung memberikan dampak positif terhadap peningkatan wisatawan manca negara pada tahun 2008 dan 2009. Akan tetapi terjadi penurunan kembali jumlah wisatawan manca negara pada tahun 2010.

Universitas Indonesia

! ! Tabel 1.2 Data Wisatawan


No. 1. 2. 3. 4. 5. Tahun Kunjungan 2006 2007 2008 2009 2010 Wisatawan Nusantara (orang) 17.233 23.188 29.945 39.499 49.118 Wisatawan Asing (orang) 1.072 1.421 2.053 2.734 1.383 18.305 24.609 31.998 42.233 50.501 Jumlah (orang)

"!

Sumber : www.belitungkab.go.id

Sedangkan PAD Kabupaten Belitung dari pajak dan retribusi sektor pariwisata juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di bawah ini. Pajak restoran dan pajak hotel mengalami peningkatan tetapi pajak hiburan cenderung tetap. Hal ini mungkin disebabkan karena sektor hiburan yang tidak berkembang. Tabel 1.3 PAD Kabupaten Belitung
TAHUN PAJAK RESTORAN Rp 2006 2007 2008 2009 2010 124,548,654 328,617,401 572,319,777 1,069,877,123 1,129,380,531 PAJAK HOTEL Rp 119,012,145 100,526,859 192,100,151 334,328,508 593,776,941 PAJAK HIBURAN Rp 144,092,450 207,149,700 204,850,186 197,480,155 259,274,879 LAIN-LAIN TOTAL (Retribusi) Rp 289,490,000 419,272,000 Rp 387,653,249 636,293,960 969,270,114 1,891,175,786 2,401,704,351

Sumber : Dinas Pariwisata Prov. Kep. Babel

Saifullah (2000) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat pembangunan pariwisata: !" Bidang Ekonomi Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung maupun tidak langsung. Meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain.
Universitas Indonesia

! !

"!

Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung. Meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar. Menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cendrung tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan demikian amat berperan dalam menunjang pembangunan daerah. !" Bidang Sosial Budaya Dengan keaneka ragaman kekayaan seni budaya merupakan modal dasar dari pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan segenap lapisan sosial masyarakat, sosial budaya merupakan salah satu aspek penunjang karakteristik suatu kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Karena sosial budaya dapat memberikan ruang bagi kelestarian sumberdaya alam sehingga hubungan antara sosial budaya masyarakat dan konservasi sumberdaya alam memiliki keterkaitan yang erat. #" Bidang lingkungan Hidup Pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk pariwisata pada dasarnya adalah lingkungan dan ekosistem yang masih tetap alami, menarik dan bahkan unik, maka dengan demikian pengembangan wisata alam dan lingkungan senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui perencanaan dan pengelolaan yang teratur dan terarah. Atraksi-atraksi yang dikembangkan harus sesuai dengan kaidah-kaidah alami sehingga keterkaitan antara potensi ekosistem dengan kegiatan wisata dapat berjalan seiring saling melengkapi menjadi satu paket ekowisata.

1.2
Sektor

Rumusan Masalah
pariwisata memiliki potensi dalam peningkatan perekonomian

berkelanjutan dalam jangka panjang sehingga strategi pengembangan pariwisata

Universitas Indonesia

! !

"!

yang baik bisa menentukan keberhasilan pengembangan sektor pariwisata. Permasalahan penelitian secara khusus dirumuskan sebagai berikut : Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman apa saja yang mempengaruhi pariwisata di Kabupaten Belitung? Kebijakan apa saja yang menjadi prioritas pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasar latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini

bertujuan untuk: a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. b. Merumuskan prioritas kebijakan strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. !"#

Metodologi dan Batasan Penelitian


Untuk memenuhi tujuan dalam penelitian ini, maka alat analisa dibatasi

menjadi : Analisis SWOT Konsep analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang strategi atau taktik yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu. Analisis SWOT mengkaji dengan menilai faktor-faktor terkait. Untuk perumusan strategi dan mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor internal, kemudian membandingkan antara faktor eksternal yang merupakan peluang ( opportunities ) dan ancaman ( threats ) dengan faktor internal yang berupa kekuatan ( strengths ) dan kelemahan ( weaknesses ) (Rangkuti, 2001). Menurut Fandeli (2002:193) strategi merupakan cara bagaimana organisasi mencapai visi dan misi yang ada secara sistematis, terarah dan rasional. Strategi disusun berdasarkan analisis SWOT. Fungsi strategi ini sebagai titik tolak untuk merumuskan program.

Universitas Indonesia

! ! Analytic Hierarchy Process ( AHP )

"!

Untuk merumuskan prioritas penetapan keputusan dalam pengembangan pariwisata dilakukan dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process ( AHP ). AHP merupakan suatu alat atau model pengambilan keputusan dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Selain itu AHP juga merupakan suatu metoda yang memecahkan suatu masalah kompleks kelembagaan dalam kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi hirarki. Pembobotan suatu faktor atau variable dapat dilakukan sesuai dengan persepsi manusia sehingga diharapkan mampu menggambarkan kondisi sebenarnya. !"#

Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah :

a. Wilayah penelitian meliputi seluruh Kabupaten Belitung. b. Wawancara langsung dengan para stakeholder sektor pariwisata dan sektor yang mendukung lainnya. c. Data yang digunakan adalah data dari BPS dan Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung. !"$

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini akan tersusun dalam 6x(enam) bab.

Bab pertama terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metodologi, ruang lingkup, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisikan tinjauan literatur mengenai konsep pertumbuhan ekonomi, perencanaan pembangunan dan pembangunan berkelanjutan, serta uraian definisi dalam pariwisata dan studi terdahulu. Sedangkan metodologi yang akan digunakan dalam penulisan ini akan di uraikan dalam bab tiga. Gambaran umum daerah di jabarkan dalam bab empat. Bab lima merupakan analisa hasil dan pembahasan. Bab Enam penutup dari penulisan tesis ini yang akan berisikan kesimpulan dan saran.

Universitas Indonesia

! ! BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

"!

Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994). Karena itu pariwisata dapat dipakai sebagai alat untuk melaksanakan pembangunan nasional maupun daerah. Dimana seperti dijelaskan dalam UndangUndang Nomor 9 tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia. Serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang besar terhadap

perekonomian Indonesia, dampak yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan mancanegara dan nusantara cukup signifikan yaitu sebesar USD 4,8 Milyar pada tahun 2004, yang memberikan kontribusi 6,71% dari total ekspor menduduki peringkat kedua dalam penerimaan devisa setelah minyak dan gas (Pusdatin Dep. Budpar, 2006). Sehingga sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun sebagai pencipta lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Selain itu kegiatan pariwisata diharapkan juga dapat memperluas dan meratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, khususnya masyarakat sekitar objek wisata, untuk merangsang pembangunan regional serta memperkenalkan identitas dan kebudayaan nasional. Pengembangan pariwisata dilakukan sejalan dengan program pengembangan dari berbagai macam industri pariwisata, sehingga tidak hanya industri dalam skala kecil dan menengah saja tetapi juga industri pariwisata dalam skala besar akan dapat memperoleh manfaat.

Universitas Indonesia

! ! 2.1. Pengertian Wisata, Pariwisata, Kepariwisataan,

"#!

Destinasi

Pariwisata, Wisatawan Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa: Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Jadi pengertian wisata mengandung unsur sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek atau daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Dengan demikian pariwisata meliputi: (1) semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, (2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai, (3) Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata. Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pariwisata. Hunziker dan Kraff (Pendit, 2006) menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usahausaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh. Spillane (1987) mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu

Universitas Indonesia

! !

""!

tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebehagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu. Yang pasti pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise), karena begitu banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya, dan juga karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata (Lunberg, Stavenga dan Krishnamoorthy, 1997). Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Pacific Area Travel Association (PATA) yang didasarkan atas batasan League of Nation tahun 1936 memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orangorang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi: (a) orang-orang yang sedang megadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan, (b) orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi, (c) orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis, (d) pejabat pemerintahan

Universitas Indonesia

! !

"#!

dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan wisatawan (Pendit, 2006). Sesuai dengan rekomendasi World Tourism Organization (WTO) dan International Union of Office Travel Organization definisi Wisatawan Mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi. Definisi ini mencakup 2 (dua) kategori tamu mancanegara, yaitu (Dep. Budpar, 2006): 1. Wisatawan (tourist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan di tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain: a. Berlibur, rekreasi dan olah raga b. Bisnis, mengunjubgi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alas an kesehatan, belajar, dan keagamaan. 2. Pelancong (Excursionist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk cruise passenger yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan kapal atau kereta api, di mana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di negara tersebut).

Definisi tersebut bisa dilihat dalam diagram seperti pada gambar 2.1 berikut:

Universitas Indonesia

! !

"#!

Berlibur Bisnis Kesehatan Belajar Misi/ Pertemuan/ Kongres Mengunjungi teman/ keluarga Keagamaan Olahraga Lainnya Maksud Kunjungan (9)

ORANG YANG MELAKUKAN PERJALANAN

Termasuk dalam statistic pariwisata

Tidak termasuk dalam statistic pariwisata

PENGUNJUNG

WISATAWAN (1)

PELANCONG (3)

Bukan Penduduk

Penumpang kapal pesiar (4) Pengunjung kurang dari 24 jam (5) Awak kapal/ pesawat (6)

Warga negara yang tinggal di luar negeri Awak kapal/ pesawat yang bukan penduduk (2)

Nomaden

Penumpang transit (8)

Pengungsi

Anggota Angkatan Bersenjata (7)

Perwakilan konsuler (7)

Diplomat (7)

Imigran sementara

Imigran tetap

Catatan: (1) Pengunjung yang tinggal minimal 1 malam di negara yang dikunjunginya (2) Kru pesawat/kapal yang berlabuh dan yang menggunakan fasilitas akomodasi di negara yang dikunjungi (3) Pengunjung yang tinggal kurang dari 1 malam di negara yang dikunjungi walaupun mereka berada di wilayah negara yang dikunjungi lebih dari 1 malam dan mereka tidur di kapal atau kereta api yang mereka gunakan (4) Biasanya dimasukkan dalam kelompok pelancong. Namun akan lebih baik apabila klasifikasi pengunjung dalam kelompok ini bisa dipisahkan (5) Pengunjung yang datang dan pergi dalam hari yang sama (6) Kru yang bukan penduduk dari negara yang dikunjungi dan singgah 1 hari (7) Bagi mereka yang melakukan perjalanan dari negara asal ketempat tugas mereka dan sebaliknya (8) Mereka yang tidak keluar dari area transit. Dalam perjalanan di suatu negara mungkin mereka transit 1 hari atau lebih. Dalam kasus ini seharusnya mereka dimasukkan dalam statistik pariwisata

$%&

Maksud utama kunjungan seperti yang didefinisikan dalam konferensi Roma tahun 1963!

Sumber: Statistik Kebudayaaan dan Pariwisata, 2006

Gambar 2.1. Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan

Universitas Indonesia

! ! 2.2. Jenis Pariwisata

"#!

Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh berbagai motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi daerah sangat perlu mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas yang perlu disiapkan dan program-program promosinya. Spillane (1987) membedakan jenis pariwisata, yaitu: 1. pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism). Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar, untuk menikmati hiburan di kota-kota besar, atau untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat pariwisata, 2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya. 3. pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism), jenis ini ditandai adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat negeri lain, untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu atau sebaliknya. Penemuan-penemuan besar masa kini, pusatpusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau juga untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater rakyat, 4. pariwisata untuk olah raga (sport tourism). Jenis ini dibagi dua kategori: (i) big sport events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti olimpic games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan sepak bola dunia, dan lainlain yang menarik perhatian. Tidak hanya atlitnya saja, tetapi juga ribuan penonton dan penggemarnya, (ii) sporting tourism of the practitioners,

Universitas Indonesia

! !

"#!

yaitu peristiwa olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu, memancing, arung jeram dan lain-lain. Negara/daerah yang memiliki fasilitas atau tempat olah raga ini tentu dapat menarik sejumlah penggemarnya, 5. pariwisata untuk usaha dagang (business tourism). Menurut beberapa ahli teori, perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan. Dalam istilah business tourism tersirat tidak hanya profesional trips yang dilakukan kaum pengusaha atau industrialis. Tetapi juga mencakup semua kunjungan ke pameran, kunjungan ke instalasi teknis yang bahkan menarik orangorang di luar profesi ini. 6. pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism). Peranan jenis pariwisata ini makin lama makin penting. Banyak negara yang menyadari besarnya potensi ekonomi dari jenis pariwisata ini sehingga mereka saling berlomba untuk menyiapkan dan mendirikan bangunan-bangunan yang dilengkapi dengan fasilitas khusus. Sedangkan Pendit (1994) membagi jenis pariwisata menjadi empat belas macam yaitu: wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olah raga, wisata komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim (agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan), wisata bulan madu. Kabupaten Belitung memiliki potensi wisata bahari. Hal ini dimungkinkan karena secara geografis Kabupaten Belitung terdiri dari pulau-pulau. Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pengertian Wisata Bahari atau Tirta adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.

2.3.

Pariwisata Sebagai Industri Dalam konteks pariwisata sebagai industri, Pendit (2006) telah

memperkenalkan beberapa istilah seperti industry of the invisible export (industri

Universitas Indonesia

! !

"#!

eksport tidak nyata), hospitality industry (industri ramah tamah), atau service industry (industri jasa pelayanan). Adapun batasan tentang industri pariwisata menurut Yoeti (1990) adalah kumpulan dari bermacam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam perjalanannya. Sebagai sebuah industri, Wardiyanta (2006) menyatakan pariwisata mempunyai sifat yang khas, tidak hanya melibatkan banyak industri, yakni transportasi, akomodasi, jasa boga, atraksi, retail, tetapi bersifat menyerap banyak tenaga kerja yang pada akhirnya juga memiliki implikasi politis yang besar. Dalam pengembangan pariwisata, sangat diperlukan sebuah kebijakan untuk dapat meminimalisasi dampak negatif yang sering timbul. Menurut Prajogo (1976) pariwisata sebagai industri mempunyai beberapa sifat khusus, yang membedakannya dengan industri lain. Sifat khusus tersebut adalah: (a) produk wisata mempunyai ciri bahwa ia tidak dapat dipindahkan. Orang tidak dapat membawa produk wisata pada langganan, tetapi langganan itu sendiri harus mengunjunginya, mengalami dan datang untuk menikmati produk wisata itu, (b) dalam pariwisata produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama. Tanpa langganan yang sedang mempergunakan jasa-jasa itu tidak akan terjadi produksi, (c) sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam bentuk, oleh karena itu dalam pariwisata tidak ada standar ukuran yang obyektif, (d) langganan tidak dapat mencicipi, mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya, yang dapat dilihat hanya brosur-brosur, gambar-gambar, (e) dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar. Industri pariwisata memerlukan modal yang besar, sedangkan permintaan sangat peka terhadap perubahan situasi ekonomi, politik, sikap masyarakat, kesenangan wisatawan dan sebagainya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi industri pariwisata menurut Spillane (1987) adalah: (a) pertumbuhan pendapatan nyata dan wisatawan yang bersangkutan, semakin tinggi pendapatan nyata semakin bertambah juga pendapatan yang dapat disisihkan untuk perjalanan wisata, (b) wisatawan yang bersangkutan termasuk golongan orang-orang memperoleh pembiayaan cuti yang
Universitas Indonesia

! !

"#!

diambil (pad vacation), (c) besar kecilnya kurs mata uang dari negara penghasil wisatawan terhadap mata uang negara tujuan mereka. Semakin tinggi nilai mata uang negara penghasil wisatawan terhadap mata uang negara tujuan mereka, semakin besar pula daya tarik negara tujuan bagi wisatawan yang bersangkutan, (d) perbandingan antara daya tarik suatu negara tujuan wisatawan dengan kebutuhannya untuk berkunjung ke sana, (e) kemudahan pencapaian dan tersedianya fasilitas transportasi. Berapapun besarnya suatu daerah tujuan wisata, jika jika sulit untuk dicapai dan fasilitas tidak memadai, maka keinginan wisatawan untuk ke sana pun pudar, (f) faktor-faktor penting lainnya adalah air travel policies, landing rights dan tarif penerbangan, yaitu intensitas usaha usaha promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh negara tujuan wisata di negara penghasil wisatawan, dan yang sangat penting adalah sikap dari negara-negara tujuan wisata terhadap pariwisata itu sendiri, baik sikap pemerintah maupun sikap masyarakatnya. Kemajuan pariwisata sebagai industri menurut Spillane (1987) sebenarnya ditunjang oleh bermacam-macam usaha yang perlu dikelola secara terpadu dan baik, diantaranya adalah: (i) promosi, (ii) transportasi, (iii) kemudahan keimigrasian atau birokrasi, (iv) akomodasi, (v) pemandu wisata yang cakap, (vi) penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan harga yang wajar, (vii) pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik, dan (viii) kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup. Lebih lanjut Spillane (1987) menambahkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan industri pariwisata adalah: (a) undang-undang sosial, yang membatasi jumlah jam kerja dan menjamin adanya waktu istirahat mingguan dan liburan tahunan yang dibayar bagi semua karyawan, pegawai dan buruhburuh yang bekerja. Negara-negara yang ekonominya kuat cenderung untuk menambah jumlah hari libur yang dibayar penuh, (b) pendapatan yang meningkat. Faktor penting penyebab industri ialah makin meningkatnya kehidupan masyarakat. Kebutuhan dasar manusia di negara-negara maju seperti perumahan, kendaraan dan sebagainya umumnys sudah terpenuhi, sehingga memungkinkan untuk menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk melakukan perjalanan wisata, (c) pendidikan dan hasrat ingin tahu, (d) urbanisasi dan kebutuhan untuk

Universitas Indonesia

! !

"#!

menghindari kebisingan kota. Kota-kota industri yang selalu ramai menyebabkan kebutuhan untuk menghindarkan diri dari kebisingan yang diderita penduduk dan para pekerja. Mereka membutuhkan istirahat demi kembalinya kesegaran jasmani dan rohani, (e) hasrat untuk meniru, merupakan kebutuhan sosiologis seseorang untuk meniru orang lain. Hasrat tersebut bisa berkembang sebagai keinginan, bila selalu melihat dan mendengar kesan-kesan liburan yang indah dan memuaskan dari orang lain yang telah melakukan perjalanan wisata.

2.4.

Permintaan dan Penawaran Pariwisata Damanik (2006) menyatakan dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari

empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu sistem, yakni (a) permintaan atau kebutuhan; (b) penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata itu sendiri; (c) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; dan (d) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elemen tadi. Keterkaitan antar empat unsur tersebut di atas sebagai sistem pariwisata seperti tergambar di bawah ini:

KEBIJAKAN PARIWISATA
a b

PENAWARAN

PERMINTAA N

PRODUK

PASAR/PELAKU PARIWISATA

Keterangan: a) mendorong; b) mengendalikan; c) mempengaruhi; d) mengembangkan & memasarkan; e) membeli

Sumber: Damanik (2006), Perencanaan Ekowisata

Gambar 2.2. Sistem Kepariwisataan Kebijakan sektor pariwisata dilakukan untuk mendorong potensi wisata yang ada menjadi produk yang siap dikonsumsi. Untuk itu perlu dilakukan

Universitas Indonesia

! !

"#!

pengendalian supaya produk yang ada tidak saling bersaing, namun dapat bersinergi dalam satu kemasan produk yang ditawarkan menjadi paket-paket wisata. Sehingga kebijakan yang dibuat mampu menciptakan penawaran berbagai atraksi wisata. Dengan demikian produk wisata harus peka dan mampu menagkap permintaan dari wisatawan terhadap kualitas dan kuantitas produk yang ditawarkan. Permintaan. Menurut Yoeti (1990) permintaan dalam pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang saling berbeda baik sifat, bentuk serta manfaatnya bagi wisatawan. Permintaan dalam pariwisata tidak hanya terbatas selama masa perjalanan berlangsung. Tetapi unsur permintaan dilaksanakan sebelum adanya perjalanan wisata. Berbagai informasi, dokumen, perjalanan, tempat penginapan dan sebagainya harus terlebih dahulu disiapkan. Lebih lanjut Damanik (2006) menyatakan unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan produk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah waktu dan uang. Dengan waktu dan sumberdaya yang dimiliki, wisatawan adalah konsumen utama yang akan mengkonsumsi produk dan layanan wisata yang disediakan di negara atau daerah tujuan wisata. Berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan wisatawan, antara lain pendapatan, harga, kualitas, hari-hari libur, dan teknologi transportasi. Pendapatan merupakan faktor yang sangat menentukan, dapat tidaknya seseorang berwisata, seseorang baru akan melakukan perjalanan wisata, bila mempunyai uang lebih. Demikian juga faktor harga dapat mempengaruhi keputusan untuk berwisata. Perubahan harga akan mempengaruhi penggunaan dana yang dimiliki seseorang. Jika terjadi perubahan harga pada produk wisata, maka akan terjadi substitusi, dan calon wisatawan akan mengalihkan perhatiannya pada paket wisata lain yang lebih murah, ataupun membatalkannya. Selain itu faktor transportasi yang semakin canggih dan dapat mempersingkat waktu perjalanan dengan segala fasilitas yang nyaman lagi baik, maka hal ini akan menarik bagi calon wisatawan untuk berwisata seperti di negara-negara maju, yang pariwisatanya ditangani dengan baik dan didukung teknologi canggih, justru lebih banyak kegiatan kunjungan wisata.
Universitas Indonesia

! !

"#!

Penawaran. Penawaran dalam pariwisata, meliputi unsur-unsur objek dan daya tarik wisata (ODTW) ciptaan Tuhan (alamiah) dan ODTW buatan manusia, barang-barang dan jasa-jasa yang dapat mendorong orang-orang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata (Yoeti, 1990). Damanik (2006) mengemukakan apa yang ditawarkan kepada wisatawan? Jawabnya adalah produk (product) dan jasa (services). Produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi atau dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata. Adapun jasa adalah layanan yang diterima wisatawan ketika mereka memanfaatkan (mengkonsumsi) produk tersebut. Jasa ini biasanya tidak tampak (intangible), bahkan sering kali tidak dirasakan. Mulai dari pembersihan kamar hotel yang dilakukan oleh staf room service, aneka hidangan dan cara penyajiannya yang dilakukan oleh staf food and beverage sampai penyediaan informasi di Tourist Information Center, semuanya merupakan bentuk jasa wisata. Lebih lanjut Damanik (2006) menyampaikan, banyak kalangan yang menyamakan produk dan jasa sebagai potensi wisata. Pemahaman seperi itu jelas keliru. Produk dan jasa harus sudah siap dikonsumsi oleh wisatawan. Sebaliknya potensi wisata adalah semua objek (alam, budaya, buatan) yang memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan. Lebih lanjut Kuswara (2006) menyatakan kegiatan pariwisata melibatkan berbagai unsur atau komponen, yang saling kait mengkait yaitu antara konponen produk dari sisi penawaran dengan komponen pasar dari sisi permintaan seperti pada gambar 2.3. berikut:

Universitas Indonesia

! !

"#!

Sumber: Kuswara (2006), Kepariwisataan dalam Perspektif pengembangan Kota

Gambar 2.3. Penawaran dan Permintaan Pariwisata 2.5. Pariwisata dengan Pembangunan Ekonomi Dep. Budpar (2005) menyatakan pariwisata sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi perekonomian. Dengan ekonomi yang maju pariwisata akan berkembang karena didukung oleh kesejahteraan penduduk dan fasilitas daerah tujuan wisata yang memadai. Hal sebaliknya juga dapat terjadi yaitu pariwisata dapat mendorong perekonomian regional dan nasional. Kegiatan pariwisata akan menimbulkan demand akan barang dan jasa yang selanjutnya akan merangsang pertumbuhan produksi. Menurut Spillane (1994) ada beberapa elemen dalam menentukan hubungan pariwisata dengan pembangunan ekonomi, yaitu: (a) jenis pariwisata, (b) struktur ekonomi nasional, (c) hubungan antara perpindahan modal dan migrasi tenaga kerja. Hal ini mengisyaratkan bahwa pariwisata dalam pembangunan ekonomi nasional tergantung secara parsial pada organisasi permodalan dan khususnya kemampuan modal dari luar negeri untuk ditanamkan di dalam negeri. Pariwisata memainkan peranan yang sangat penting dalam strategi ekonomi di berbagai negara.

Universitas Indonesia

! ! 2.6. Strategi Pengembangan Pariwisata

""!

Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck dan Jauch, p.9, 1989). Sedangkan menurut Chandler (1962), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya (lihat Rangkuti, 2001). Strategi pengembangan pariwisata harus dikaji berdasarkan kondisi lingkungan strategik yang berpengaruh. Lingkungan strategik tersebut mencakup faktor internal dan faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap pengelolaan pariwisata. Tahapan pembuatan strategi merupakan tahapan yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya dan merupakan strategi yang paling sesuai dengan misi organisasi (Tangkilian, 2005:24). Proses pembuatan strategi terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu: 1. Identifikasi masalah strategik yang dihadapi organisasi. 2. Pengembangan alternatif strategi yang ada. 3. Evaluasi dari alternatif. 4. Penentuan pemilihan strategi baik dari berbagai alternatif yang tersedia.

2.7.

Konsep Perencanaan Kebijakan Menurut Drucker (1954), Perencanaan adalah suatu proses kerja yang

terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melalukan perkiraanperkiraan dengan menggunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan hasil

Universitas Indonesia

! !

"#!

yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik. Konsep pengembangan merupakan konsep yang terkait dengan perencanaan dalam penyusunan kebijakan publik. Pada konsep pengembangan, yang utama adalah perencanaan dan strategi untuk mengimplementasikan perencanaan tersebut dalam kebijakan pemerintah. Strategi kebijakan dalam pengembangan pariwisata perlu dirumuskan dan diimplementasikan dalam membangun dan mengendalikan masyarkat supaya objek dan atraksi wisata yang terbentuk makin tertata dan mampu dikelola dengan baik sesuai dengan kapasitas pemerintah, swasta, LSM dam masyarakat stempat. Strategi kebijakan pembangunan itu dapat diimplementasikan melalui pelaksanaan program dan kegiatan yang spesifik untuk mengatasi masalah infrastruktur, sumber daya manusia, ekonomi, social dan regulasi yang terkait dengan perkembangan pariwisata. Yoety (1997 dalam Prencanaan Pengembangan Pariwisata) menyatakan bahwa ada Sembilan prinsip yang perlu diikuti oleh pengembang pariwisata sebagai pedoman dasar untuk menyusun rencana pariwisata, yakni : 1. Perencanaan pengembangan pariwisata merupakan satu kesatuan dengan pembangunan regional maupun nasional dari pembangunan perekonomian Negara. 2. Perencanaan pengembangan pariwisata perlu menggunakan pendekatan terpadu dengan sektor-sektor lainnya yang terkait. 3. Perencanan pengembangan pariwisata perlu dibawah koordinasi fisik daerah/Negara secara keseluruhan. 4. Perencanaan pengembangan pariwisata perlu didasarkan pada studi yang khusus yang dibuat secara khusus untuk pengembangan pariwisata dengan memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup, alam dan budaya sekitarnya. 5. Perencanaan fisik harus didasarkan pada penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam sekitar dengan memperhatikan faktor-faktor geografi yang lebih luas tidak hanya dari segi administrative saja.
Universitas Indonesia

! !

"#!

6. Perencanaan dan penelitian yang dilakukan harus memperhatikan masalah kelestarian ekologi supaya pariwisata dapat berlangsung secara berkelanjutan. 7. Perencanaan dan pengembangan pariwisata harus memperhatikan dampak social yang mungkin ditimbulkan supaya pengembangan pariwisata tidak mendapat resistensi karena terjadinya konflik social yang mungkin ditimbulkannya. 8. Pada daerah perkotaan dan daerah industry, perlu direncanakan fasilitas hiburan yang disebut pre-urban. 9. Perencanaan pengembangan pariwisata harus didasarkan kepentingan

peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan maupun bangsa

2.8.

Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti

terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Pao (2004), melakukan penelitan yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan prospek dari industri pariwisata di Macao. Analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT. Menurut Pao, dalam mengembangkan industri pariwisata di Macao ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu promosi dari MICE, program kerjasama promosi dengan Hong Kong dan Guangdong, dan Macao harus mengembangkan kota wisatanya agar menjadi tujuan wisata liburan yang menyediakan berbagai macam kegiatan dan hiburan menyenangkan dan menarik. Forman dan Gass (2001) melakukan penelitian tentang Pemakaian Analytic Hierarchy Process (AHP). Tujuan penelitian ini adalah mendiskusikan mengapa AHP menjadi sebuah metodologi yang umum untuk berbagai macam pengambilan keputusan dan aplikasi yang lain, memaparkan secara singkat keberhasilan dari penggunaan AHP, mengelaborasi kegiatan-kegiatan akademik yang berkaitan dengan efektivitas dan aplikatif AHP dibandingkan dengan metodologi lain. Validitas dan kemampuannya dalam memecahkan kembali Lebih dari 1000 artikel dan permasalahan yang multi objektif digunakan dalam ratusan (bahkan sekarang ribuan) pengambilan keputusan (Saaty, 1994).

Universitas Indonesia

! ! hampir 100 disertasi doktoral merujuk kepada

"#!

alamat

http://www.ExpertChoice.com. sebagai referensi. Hasil yang diperoleh adalah AHP tidak hanya sebatas sebuah metode pengambilan keputusan, alat untuk menganalisis melainkan lebih dari itu bahwa ada 3 fungsi utama AHP yang menjadi keunggulannya yaitu kompleksitas yang terstruktur, pengukuran dari skala perbandingan dan proses sintesis (permasalahan). Wijaya (2005) melakukan penelitian tentang Perencanaan Pengembangan Wisata Bahari di Kepulauan Seribu yang bertujuan untuk menyusun perencanaan yang efektif dalam pengembangan kepariwisataan melalui sektor wisata bahari di Kepulauan Seribu. Penelitian ini mencoba menawarkan sebuah rumusan strategi yang didasarkan pada usaha mensinergikan beberapa pandangan dan preferensi para ahli pariwisata bahari. Hasil yang diperoleh dari pendekatan AHP berdasarkan interaksi 3 kelompok stakeholder antara lain : (1) Masyarakat lokal lebih memprioritaskan program pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat dibandingkan dengan 3 program lainnya dengan bobot prioritas 0,329. (2) Sementara PEMDA lebih menitikberatkan pada program pengadaan berbagai informasi dan promosi obyek wisata dengan bobot 0,379. (3) Pihak swasta/investor menginginkan program pengadaan sarana dan prasarana penunjang pariwisata yang memadai didahulukan dari program lainnya dengan bobot 0,432. (4) Secara keseluruhan, jika ketiga kelompok dipertautkan berdasarkan kepentingan masing-masing dan kelompok pelaksana program maka diperoleh hasil sintesis bahwa program pengadaan informasi dan promosi obyek wisata harus menjadi prioritas utama dibandingkan program lainnya, dengan bobot prioritas 0,299 dan indeks inkonsistensi keseluruhan yang dapat diterima yakni sebesar 0,03. Setiyadi, Amar dan Aji (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan etode SWOT AHP. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang faktor kekuatan, faktor kelemahan, faktor peluang dan faktor ancaman. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan prioritas strategi dalam mengembangkan UKM kuliner. Hasil dari penelitian tersebut berupa program utama yang harus direalisasikan bagi pengembangan usaha UKM

Universitas Indonesia

! !

"#!

Kuliner dalam pengembangan bisnis untuk mencapai sustainability, yang terdiri dari : Strategi membuka cabang luar daerah Strategi kemitraan saham keseluruhan Strategi membuka cabang lokal Strategi kemitraan saham sebagian Utami (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi citra yang terbentuk melalui film dan pemasaran destinasi yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan destinasi sebagai tujuan wisata. Temuan-temuan yang dihasilkan yaitu: (1) Film sangat berpengaruh terhadap pembentukan citra destinasi pulau Belitung, (2) Faktor permintaan destinasi sebagai lokasi pembuatan film sangat tinggi namun belum didukung oleh faktor penyediaan destinasi sebagai tujuan wisata yang dipengaruhi oleh film (filminduced tourism). 2.9. Kerangka Konsep Penelitian Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung serta merumuskan prioritas kebijakan strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan analisis kualitatif yang menggunakan data primer dari hasil penelitian lapangan dan analisis deskriptif menggunakan data sekunder. Analisis kualitatif yang digunakan adalah SWOT dan AHP. Berdasarkan studi literatur dan studi empiris terdahulu, penelitian ini memfokuskan diri pada analisis sektor pariwisata dengan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Universitas Indonesia

! !
Visi dan Misi Pariwisata Kabupaten Belitung

"#!

Tujuan dan Strategi

Potensi
Kebijakan Pengembangan Pariwisata

Kondisi Pariwisata saat ini Analisa Faktor Internal Hambatan Analisa Faktor Eksternal

Target Berkembangnya pariwisata Kabupaten Belitung yang berkelanjutan

Analisa SWOT

!"#$
Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Belitung!

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Indonesia

! ! BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian

"#!

Penelitian ini berupa penelitian Deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan analisa mengenai strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung dimana pengambilan data dilakukan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung sebagai pihak pembuat Program Strategi dan Pengembangan Pariwisata serta pelaksana kebijakan pariwisata Kabupaten Belitung. Selain itu pengambilan data pendukung juga dilakukan pada Bappeda Kabupaten Belitung, BPS Kabupaten Belitung dan informasi tambahan lainnya dari Kabupaten Belitung. 3.2. Sumber Data Data maupun informasi dalam penelitian ini dikumpulkan dari hasil data primer wawancara dengan kuesioner dan data sekunder. Informasi tersebut digali dari beragam sumber data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi informan sumber data, terdiri dari : 1. Pejabat pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung meliputi Kepala Dinas, Subag. Program dan Pelaporan, Kepala Bidang Pemasaran,Kepala Bidang Kebudayaan, Kepala Seksi Lingkungan Kebudayaan dan Kepercayaan, Kepala Seksi Promosi, Kepala Seksi Kerjasama serta staf yang berhubungan dengan program. 2. Pejabat terkait pada Kabupaten Belitung. 3. Pejabat yang berwenang pada BPS Kabupaten Belitung 4. Pejabat pada Dinas Terkait pada Kabupaten/Kota di Kabupaten Belitung. 5. Stakeholder lain yang terlibat seperti Anggota DPRD, Pelaku Usaha Pariwisata di Kabupaten Belitung dan Komunitas masyarakat yang terlibat langsung dengan Program Pariwisata di Kabupaten Belitung. 6. Arsip atau dokumen pendukung yang didapat dari sumber yang valid untuk memperjelas data utama.

Universitas Indonesia

! ! 3.3. !"!"#" Teknik Pengumpulan Data Wawancara

"#!

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Dimana dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Tujuan melakukan wawancara adalah memungkinkan kita untuk masuk dalam perspektif orang lain. Adalah tanggung jawab pewawancara menyediakan kerangka kerja, yang orang dapat menanggapi dengan rasa nyaman, tepat dan jujur terhadap pertanyaan terbuka (Patton ,2009:184) Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka dan wawancara dengan responden terpilih (Purposive Sampling) berdasarkan kemampuan dan keterlibatannya dengan masalah yang diteliti baik secara internal maupun eksternal untuk mendapatkan masukan pada indikator strategi SWOT dan AHP yang akan diteliti. Wawancara dilakukan pada masing masing Kantor tempat pengambilan data terkait, pada saat jam kerja berlangsung. !"!"$" Dokumentasi Penggunaan dokumen resmi dalam penelitian sebagai sumber data telah lama digunakan sebagai alat untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan tentang suatu keadaan. Pengumpulan data dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari kegiatan wawancara. Dokumendokumen tersebut antara lain RPJMD dan RPJP Kabupaten Belitung, Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung, Laporan Keuangan dan Program Kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Belitung, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2008 2010.

!"!"!"

Survey Survey merupakan satu tahapan untuk mencari informasi dari responden.

Dalam Penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan kuesioner sebagai

Universitas Indonesia

! !

"#!

alat pengambilan data pokok dimana pada umumnya yang merupakan unit analisa dalam penelitian survei adalah responden kunci. Survey dilakukan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Responden yang berhubungan dengan sektor pariwisata di Kabupaten Belitung. Kuesioner di buat sedemikian rupa dengan berbagai alternatif jawaban dan responden memberikan tanda pada satu jawaban saja. Item skala penilaian disusun berdasarkan skala Likert. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawabannya pada kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda silang (X) atau centang (!) (Arikunto,2006). Alasan penggunaan kuesioner tertutup , yaitu : a. Kuesioner ini memberikan kemudahan pada responden dalam memberikan jawaban; b. Lebih praktis sistematis dan sesuai alat analisa yang digunakan; c. Jawaban lebih relevan dan mengarah terhadap permasalahan yang diteliti. Penyampaian kuesioner kepada responden dilakukan secara langsung dan sebelumnya diberi pengarahan mengenai tata cara pengisian kuesioner. Setelah kuesioner diisi oleh responden, kemudian dikembalikan kepada peneliti. !"#" Teknik Sampling Tehnik pengambilan sampling dilakukan dengan menggunakan sampel bertujuan (Purposive Sampling), dimana menurut Arikunto (2006) dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata , random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini sampling yang diambil adalah dari Pejabat Lingkup Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung ditambah dengan stake holder yang terkait baik secara internal maupun eksternal di lingkup Kabupaten Belitung. !"$" !"$"%" Instrumen Penelitian SWOT Konsep analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang strategi atau taktik yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu. Analisis SWOT mengkaji dengan menilai faktor-faktor terkait. Untuk perumusan strategi

Universitas Indonesia

! !

"#!

dan mengelompokan faktor-faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor internal, kemudian membandingkan antara faktor eksternal yang merupakan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal yang berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2001). Menurut Fandeli (2002) strategi merupakan cara bagaimana organisasi mencapai visi dan misi yang ada secara sistematis, terarah dan rasional. Strategi disusun berdasarkan analisis SWOT. Fungsi strategi sebagai titik tolak untuk merumuskan program. Menurut Pearce and Robinson (2003,134), analisis SWOT perlu dilakukan karena analisa SWOT untuk mencocokkan fit antara sumber daya internal dan situasi eksternal perusahaan. Pencocokkan yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan dan meminimumkan kelemahan dan ancamannya. Asumsi sederhana ini mempunyai implikasi yang kuat untuk design strategi yang sukses. Suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang organisasi, namun pada kondisi yang sama meminimalkan kelemahan dan ancaman yang muncul. Menurut Pearce dan Robinson (2003), analisis SWOT memiliki keterbatasan. Pertama, analisis SWOT berpotensi untuk terlalu banyak memberikan penekanan pada kekuatan internal dan kurang memberikan perhatian pada ancaman eksternal. Kedua, analisis SWOT dapat menjadi sesuatu yang bersifat statis dan berisiko mengabaikan perubahan situasi dan lingkungan yang dinamis. Ketiga, analisis SWOT berpotensi terlalu memberikan penekanan hanya pada satu kekuatan atau elemen dari strategi. Dengan keterbatasan tersebut bukan berarti SWOT tidak bisa lagi digunakan. Justru keterbatasan ini dapat menjadi panduan dan pelajaran bagi peneliti agar dapat memanfaatkan analisis SWOT dengan tepat, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peneliti. Instrumen yang dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan data,pada penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan/ kuesioner jenis tertutup yang harus diisi oleh responden dengan cara mengisi dan memberi tanda tertentu pada alternatif jawaban yang dipilih. Kuesioner dimaksudkan untuk menjaring data yang berkaitan dengan program dan strategi yang telah dilaksanakan sehingga dapat dianalisa apa saja secara internal faktor kekuatan (Strength) dan kelemahannya (Weakness). Secara Eksternal juga dapat diketahui Peluang

Universitas Indonesia

! ! (Opportunity) dan ancaman (Threatnesss) mengevaluasi strategi yang telah dilakukan.

"#!

yang dihadapi dalam rangka

Pada kuesioner ini, responden mengisi 3 kolom butir pertanyaan kuesioner faktor internal dan eksternal berupa keadaan saat ini dan harapan dimasa yang akan datang dalam kisaran angka 1 hingga angka 6 dan kuesioner urgensi penanganan dalam kisaran angka 1 hingga angka 4 skala yang digunakan adalah skala Likert. Responden mengisi setiap butir pernyataan kuesioner kolom 1 dan 2 dalam kisaran sangat baik diberi skor 6 hingga sangat kurang diberi skor 1.Pada kolom 3 berupa urgensi penanganan. Responden mengisi setiap butir pernyataan berupa Sangat Urgen diberi skor 4 hingga Tidak Urgen diberi skor 1 Secara rinci, pemberian skor sebagai berikut : Tabel 3.1 Indikator Faktor Internal dan Eksternal Analisa SWOT
Indikator N o 1 2 3 4 5 Penelitian Eksternal / internal Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4 Dst ...... 1 2 3 4 5 6 1 Kondisi Sampai Saat ini Urgensi Penanganan 2 3 4

Penilaian Responden: Angka 1 = Sangat Kurang Angka 2 = Kurang Angka 3 = Cukup Angka 4 = Agak Baik Angka 5 = Baik Angka 6 = Sangat Baik

Urgensi Penanganan: Angka 1 = Tidak Urgen Angka 2 = Agak Urgen Angka 3 = Urgen Angka 4 = Sangat Urgen

1. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa faktor, merupakan bagian dari bidang yang merupakan penjabaran spesifik dari masing-masing bidang. Dari contoh di atas (1) Penjualan barang/jasa dimana dinilai dari anggaran vs

Universitas Indonesia

! ! target (2)

""!

Distribusi produk melalui jasa Travels Tour dan Maskapai

merupakan faktor. Faktor inilah yang kemudian terkategori sebagai kekuatan atau kelemahan (dari analisa internal) dan peluang atau ancaman (dari analisa eksternal). 2. Setelah kuesioner terisi dan terkumpul semua, penilaian faktor dilakukan dengan meranking bobot penilaian pada penilaian responden yang memiliki nilai maksimal 6 dan minimal 1. Faktor-faktor yang memiliki nilai di atas median (atau rata-rata dilihat dari persebaran distribusi probabilitasnya) disebut dengan kekuatan pada analisa internal dan peluang pada analisa eskternal. Sebaliknya faktor-faktor yang memiliki nilai penilaian di bawah median disebut dengan kelemahan pada analisa internal dan ancaman pada analisa eksternal. Cara pengisian pembobotan IFAS dan EFAS sebagai berikut : Untuk faktor Strenght (kekuatan) dan Opportunity (peluang) karena bobotnya diatas rata-rata kolom maka langsung menjadi bobot sebenarnya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk faktor Weakness (kelemahan) dan Threatness (ancaman) yang bobotnya < dari kolom rata rata, maka bobot yang diperoleh dari selisih rata-rata kolom dan faktor baris masih harus dijadikan sebagai angka pengurang dari angka tertinggi (6) baik jangka pendek dan jangka panjang. 3. Nilai penyesuaian bersifat mutlak. 4. Penentuan bobot dari masing-masing elemen SWOT untuk setiap faktornya diambil dari masing-masing elemen SWOT untuk setiap faktornya dengan mengambil bobot masing-masing faktor = 100% baik internal maupun eksternal. Bobot total dari setiap elemen SWOT menggambarkan nilai total penyesuaian rata-rata terhadap nilai total faktor masing-masing. Pembobotan dipakai sebagai bahan penilaian prioritas adalah bobot tertimbang yang diperoleh dari perkalian bobot X rating. Sedangkan rating diperoleh dari nilai rata rata faktor urgensi penanganan/skala prioritas kepentingan program sesuai dengan abjad dalam kuesioner responden dimana nilai a = 1, b= 2,c = 3, d = 4. Tujuan penyesuaian bobot adalah untuk

Universitas Indonesia

! !

"#!

menyesuaikan perbedaan bobot faktor baik secara internal dan eksternal. Prioritas dan keterkaitan antar strategi didapat dari hasil pembobotan IFAS dan EFAS hasil kuesioner SWOT untuk masing-masing indikator faktor (Soesilo,2002). 5. Membentuk suatu kuadran faktor strategi pengembangan sektor pariwisata, yang menjelaskan posisi dari kombinasi faktor internal dan eksternal, dengan kombinasi : kekuatan-peluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahanpeluang (W-O) dan kelemahan-ancaman (W-T).

Tabel 3. 2 Matriks Interaksi Internal Factors Analysis Summary (IFAS) dan External Factors Analysis Summary (EFAS) IFAS EFAS SO OPPORTUNITY (O) untuk kekuatan ST yang THREATHS (I) ancaman Sumber : Rangkuti F,(2011) !"#"$" Analytical Hierachy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan keputusan multi kriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia di mana faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. STRENGTH (S) = Ciptakan WEAKNESS (W)

strategi WO = Ciptakan strategi yang kelemahan untuk untuk memanfaatkan peluang WT = Ciptakan strategi meminimalkan

menggunakann meminimalkan

memanfaatkan peluang = Ciptakan strategi menggunakann yang ancaman

kekuatan untuk mengatasi kelemahan dan menghindari

Universitas Indonesia

! !

"#!

AHP adalah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk menentukan prioritas dari beberapa alternatif yang ada ketika beberapa kriteria harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan (decision makers) untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau serangkaian level yang terintegrasi. Pada dasarnya AHP merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompokkelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi. AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam

menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, penentuan kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil, perencanaan sistem, pengukuran performansi, optimasi, dan pemecahan konflik. The Analytic Hierarchy Process adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya 1 . Saaty menyebutkan bahwa the analytic hierarchy process (AHP) is a theory of measurement2. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Dengan menyusun hirarki suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur kemudian dipecah ke dalam kelompokkelompok untuk diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Perbedaan AHP dengan model pengambilan keputusan yang lain adalah terletak pada jenis inputnya. Model yang sudah ada umumnya memakai input data kuantitatif atau data sekunder, sedang model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap ekspert sebagai input utamanya. Ekspert disini lebih mengacu !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!"#$"%&'()*#"+,'-.!./'012(3/'(14567548/9":"*;"/'<==>' '?,@"#A",:"%' (*BC.' -"";D' A"+"' @D#AB@,E#' (14567548' 9":"*;"' $EF"%' ?)@)#$)*' <=G=' H?*.' 8I"%' 9"D"' 1J,@/' K"AB*"%' A)%)F,;,"%' L' A)%+):";"%' 0#EF;,M*,)*,"' +)M,@,B%' #":,%&3' L' "%"FD;,M' N,)*"*MND' A*BM)@@/'(14567548/'<==OP<==<Q'
> 1

Universitas Indonesia

! !

"#!

pada orang yang mengerti benar permasalahn yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa model AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif, karena dapat memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif sekaligus (Brodjonegoro, 1992). Model AHP (Alphonce, 1996) merupakan metode yang dapat mengakomodir faktor-faktor atau variable-variabel kualitatif dalam suatu masalah pengambilan keputusan, dan sangat mengandalkan pada pengalaman dari pengambil keputusan untuk membuat sebuah prioritas kebijakan yang lebih baik. Untuk membuat keputusan menggunakan metode ini adalah dengan mendekomposisi keputusan sehingga akan diperoleh prioritas keputusan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut (Saaty, 2008) : 1. Merumuskan permasalahan 2. Membuat Hirarki yang terdiri atas level paling atas berupa tujuan dari pengambilan keputusan, dilanjutkan dengan level di bawahnya berupa kriteria dari pengambilan keputusan, dan level yang paling bawah berupa alternatifalternatif keputusan yang akan diambil. 3. Membuat matriks perbandingan (Pairwise Comparison Matrices). 4. Menggunakan prioritas yang terkandung dalam matriks pairwise comparison ke dalam pembobotan prioritas global. Model AHP yang digunakan dalam penelitian ini adalah model perencanaan (backward process). Model ini terdiri atas 5 level dimana level teratas merupakan tujuan yaitu masa depan yang diinginkan dari suatu permasalahan. Pada level dua terdapat skenario-skenario atau target-target yang diinginkan. Berikutnya pada level 3 terdapat masalah-masalah yang diperkirakan akan menghambat pencapaian target yang diinginkan. Sedangkan pada level 4 terdapat aktor atau pelaku yang berperan atau berpengaruh dalam pencapaian target. Pada level terakhir dan sekaligus hasil akhir suatu proses perencanaan adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diperlukan untuk target yang diinginkan tersebut. Konsistensi tidak diharuskan dalam model ini, baik dalam pengisian

Universitas Indonesia

! !

"#!

data primer maupun antar elemen karena adanya sifat fleksibel dari AHP sendiri (Permadi, 1992).

3.5.2.1. Kelebihan dan Kelemahan AHP Kelebihan dari metode AHP dalam pemecahan persoalan dan pengambilan keputusan adalah: a. Kesatuan AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur. b. Kompleksitas AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. c. Saling ketergantungan AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. d. Penyusunan hirarki AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemenelemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. e. Pengukuran AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu model untuk menetapkan prioritas. f. Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas. g. Sintesis AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. h. Tawar-menawar AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

Universitas Indonesia

! ! i. Penilaian dan konsensus

"#!

AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda. j. Pengulangan proses AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan. Di samping kelebihan-kelebihan di atas, terdapat pula beberapa kesulitan dalam menerapkan metode AHP ini. Apabila kesulitan-kesulitan tersebut tidak dapat diatasi, maka dapat menjadi kelemahan dari metode AHP dalam pengambilan keputusan. Kesulitan-kesulitan dalam menerapkan metode ini ialah : a. b. c. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat tajam/ekstrim di kalangan responden. Metode ini mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan keputusan. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang permasalahan serta metode AHP. !"#" Teknik Analisis Data Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membiarkan pembaca

mengetahui apa yang terjadi pada program yang dilakukan dan menjelaskan secara garis besar mengenai obyek penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi persentase serta nilai rata-rata variabel. Dimana datanya, meliputi catatan wawancara, catatan observasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, data resmi yang berupa dokumen atau arsip, memorandum dalam proses pengumpulan data dan juga semua pandangan yang diperoleh dari manapun serta dicatat. Menurut Moleong,(2001) karakteristik metodologi penelitian kualitatif disebutkan bahwa analisisnya bersifat induktif. Pendekatan induktif dimaksudkan untuk membantu pemahaman dalam data yang rumit melalui pengembangan tema tema yang diikhtisarkan dari data kasar. Sifat analisis induktif sangat menekankan pentingnya apa yang sebenarnya terjadi dan ditemukan di lapangan

Universitas Indonesia

! !

"#!

yang pada dasarnya bersifat khusus berdasarkan karakteristik konteksnya dalam kondisi alamiahnya.

!"#"

Pemilihan Metode SWOT dan AHP dalam Penelitian Pemilihan metode SWOT dan AHP dalam penelitian ini didasarkan pada

kegunaan dan kelebihan metode itu sendiri dalam menyelesaiakan sebuah permasalahan yang kompleks dan dalam merumuskan kebijakan yang tepat berdasarkan skala prioritas/urgensi masalah. Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis strategi pengembangan dengan melihat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung, dan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk merumuskan konsep kebijakan dan peran institusi dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata dengan cara memilih prioritas alternatif dalam mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung.

Universitas Indonesia

! ! !"#" Acuan Hirarki

"#!

Hirarki disusun berdasarkan kombinasi strategi faktor internal dan faktor eksternal yang telah diolah. Kombinasi strategi prioritas diturunkan ke dalam bagan hirarki sebagai berikut : Level 1 : Tujuan Level 2 : Skenario
Pendidikan Tinggi Pariwisata

Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Belitung


Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Pendidikan dan sosialisasi masyarakat Pengembangan destinasi pariwisata

Level 3 : Hambatan Level 4 : Pelaku Level 5 : Kebijakan


Kerjasama Pendidikan Tinggi Pariwisata

Keterbatasan Anggaran

Lemahnya kelembagaan

Lemahnya pemberdayaan masyarakat

PEMDA
Menetapkan standarisasi dan keselamatan wisatawan

SWASTA Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata

LSM
Penambaha n Jumlah destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Gambar 3.1. Hirarki Strategi Pengembangan Pariwisata Kab. Belitung Pertama, penentuan elemen hirarki dimulai dari merumuskan tujuan. Kedua, merumuskan elemen skenario berdasarkan kombinasi faktor internal dan eksternal yang dihitung berdasarkan bobot dan urgensi. Ketiga, merumuskan elemen-elemen hambatan berdasarkan faktor ancaman dan faktor kelemahan dari metode SWOT dan dikonsultasikan dengan narasumber terkait. Keempat, merumuskan pelaku-pelaku yang terkait dengan pengembangan pariwista. Kelima, merumuskan elemen kebijakan berdasarkan studi literatur serta kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung dan selanjutnya dilakukan konsultasi dengan narasumber. Kombinasi yang menjadi prioritas adalah kombinasi strategi W-T (Weakness Threatness) dengan nilai bobot dan urgensi sebesar 3,41. Kombinasi tersebut adalah :

Universitas Indonesia

! !

"#!

1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya ketersediaan tenaga kerja. 2. Edukasi, sosialisasi, standarisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata. 3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat dapat diberdayakan. 4. Pengembangan destinasi dan atraksi wisata baru sehingga meningkatkan keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek dan atraksi budaya yang sudah ada.

Universitas Indonesia

! ! BAB 4 GAMBARAN UMUM

"#!

4.1. 4.1.1.

Gambaran umum Keadaaan Geografis dan Penduduk

Sumber : DISBUDPAR Kabupaten Belitung Gambar 4.1. Peta Kabupaten Belitung dan Obyek Wisata Secara geografis Kabupaten Belitung terletak pada 10735BT 10818BT dan 0230LS 03LS, dengan luas keselruhan wilayah kabupaten adalah 2.293,69 km!. Dari Jakarta menuju Belitung dapat ditempuh menggunakan penerbangan komersial dalam waktu kurang lebih 50 menit. Pulau Belitung yang memiliki garis tengah Timur-Barat 79 km dan garis tengah Utara-Selatan 77 km. Dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur.

Universitas Indonesia

! ! Sebelah Selatan Berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah Barat Berbatasan dengan Selat Gaspar.

"#!

Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 98 buah pulau besar dan kecil. Pulau yang terbesar adalah Pulau Belitung, disamping itu masih ada pulau besar lainnya seperti : Pulau Seliu, Pulau Mendanau dan Pulau Nadu. Penyebaran pulau di setiap kecamatan adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Kondisi Geografis
No. 1. 2. 3. 4. 5. Kecamatan Membalong Tanjungpandan Sijuk Badau Selat Nasik Jumlah
Sumber : Belitung Dalam Angka 2011

Luas (km!) 909,55 378,45 458,2 413,99 133,5 2,293,69

Persentase Luas 39,65 16,50 19,98 18,05 5,82 100,00

Jumlah desa 12 12 6 8 4 42

Jumlah Pulau 36 5 23 8 26 98

Berdasarkan hasil Registrasi Penduduk pada akhir Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Belitung berjumlah 155.640 jiwa. dengan jumlah kepadatan 67,856 orang/km!. Tabel 4.2. Jumlah dan kepadatan penduduk
No. 1. 2. 3. 4. 5. Kecamatan Membalong Tanjungpandan Badau Sijuk Selat Nasik Jumlah Jumlah Penduduk 22.046 90.336 11.898 25.336 6.024 155.640 Kepadatan Penduduk (jiwa/km!) 24,24 238,70 25,97 61,20 45,12 67,86

Sumber : Kabupaten Belitung Dalam Angka 2011

4.1.2.

Keadaan Infrastruktur Berdasarkan data dari BPS Kabupten Belitung, infrastruktur terus

ditingkatkan hingga sekarang. Panjang jalan di Kabupaten Belitung menunjukkan perkembangan dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Dapat dilihat

Universitas Indonesia

! !

""!

perkembangannya pada tahun 2008, panjang jalan dengan permukaan yang di aspal meningkat menjadi 459,13 km dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 435,23 km. Pada tahun 2009, secara keseluruhan pembangunan jalan di Kabupaten Belitung semakin meningkat dengan panjang jalan secara keseluruhan mencapai 615,38 km, meningkat disbanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 477,93 km. Pemanfaatan sarana transportasi di Kabupaten Belitung tidak sedikit juga disumbang dari transportasi udara melalui Bandara H.AS. Hanandjoeddin, yang tiap tahun mengalami peningkatan jumlah penumpang baik penumpang datang maupun penumpang berangkat. Ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Belitung mengalami perkembangan yang baik dalam pengelolaan sarana transportasi udaranya. Pada tahun 2009, jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara H.AS.Hanandjoeddin meningkat sebesar 23,14 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi 134.508 orang. Angkutan laut merupakan sarana transportasi yang sangat penting dan strategis bagi Kabupaten Belitung yang merupakan daerah kepulauan. Dapat dilihat bahwa jumlah penumpang kapal yang naik di Pelabuhan Tanjungpandan selalu lebih tinggi dibanding penumpang yang turun. Pada tahun 2009, terjadi penurunan jumlah penumpang naik sebesar (2,58) persen yaitu sebesar 54.522 orang, turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 55.968 orang. Kondisi energi listrik di Kabupaten Belitung secara umum terlihat mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jika dilihat dari tahun 2007 sampai tahun 2009, jumlah produksi listrik dan daya tersedia terus meningkat. Produksi listrik yang dihasilkan oleh PT. PLN Cabang Tanjungpandan mencapai 113.714.257 kWh pada tahun 2009, pada tahun 2008 mencapai 88.945.743 kWh dan pada tahun 2007 sebesar 81.627.696 kWh. Begitu pula dengan jumlah pelanggan PLN di Kabupaten Belitung dari tahun 2007 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 jumlah pelanggan adalah 39.616 pelanggan, kemudian naik pada tahun 2008 menjadi 39.719, lalu pada tahun 2009 jumlah pelanggan menjadi 39.768 pelanggan. Pada umumnya jumlah pelanggan listrik di Kabupaten Belitung didominasi digunakan untuk keperluan rumah tangga kecil, disusul keperluan bisnis kecil dan keperluan badan-badan sosial.
Universitas Indonesia

! !

"#!

4.1.3.

Keadaan Ekonomi Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Belitung Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Sektor Pertanian pada tahun 2010 menduduki peringkat pertama sebagai pemberi kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Belitung dengan nilai Rp 329.497.000.000,-. Dan yang menjadi penyumbang terbesar terhadap Sektor Pertanian pada tahun 2010 adalah Perikanan dengan nilai sebesar Rp 215.501.000.000,-. Hal ini disebabkan kondisi geografis Kabupaten Belitung yang terdiri dari kepulauan sehingga memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Sedangkan di posisi kedua pada tahun 2010 adalah Sektor Industri Pengolahan yang berkontribusi terhadap perekonomian sebesar Rp 266.718.000.000,-. Kemudian di posisi ketiga adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Belitung pada tahun 2010 sebesar Rp 199.780.000.000,-. Tabel 4.3. PDRB Kabupaten Belitung Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Komunikasi Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Jasa Jumlah dengan Migas dan Gas dan Air dan 2005 264.961 107.546 205.808 11.840 63.305 158.519 42.053 42.366 100.022 996.420 2006 281.303 105.785 214.396 12.162 68.899 164.028 43.750 43.348 106.590 1.040.263 2007 300.916 102.306 222.689 12.618 76.110 168.068 46.792 46.924 113.930 1.090.349 2008 312.416 83.248 241.174 13.175 85.454 177.543 49.628 48.512 120.605 1.131.755 2009 320.585 86.117 248.699 13.818 94.066 186.388 51.789 51.904 127.056 1.180.423 2010 329.497 87.851 266.718 16.306 103.840 199.780 55.723 55.447 135.642 1.250.804

Sumber : Kabupaten Belitung Dalam Angka 2011

Universitas Indonesia

! ! 4.2. 4.2.1. Visi dan Misi Visi Dalam menghadapi

"#!

persaingan yang semakin ketat dan lingkungan

dinamis yang selalu berubah cepat , menuntut instansi Pemerintah harus terus melakukan penyesuaian kearah perbaikan. Penyesuaian tersebut harus disusun dalam suatu tahapan kebijakan yang konsisten dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil / manfaat yang optimal. Visi dapat diartikan sebagai cara pandang jauh ke depan ke arah mana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipasif dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh instansi pemerintah. Keadaan masa depan tersebut haruslah sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan menantang sehingga memotivasi dan memberi inspirasi seluruh anggota organisasi dan mempengaruhi pengambilan keputusan. Visi masa depan organisasi harus realistis dan kredibel dan visi juga merupakan kerangka dari proses perencanaan organisasi. Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka Visi yang dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Tahun 2010-2014 adalah Terwujudnya Kabupaten Belitung sebagai daerah tujuan wisata dengan memanfaatkan potensi wisata alam dan keanekaragaman budaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan visi ini diharapkan menjadi motivasi dan pedoman untuk pengembangan sektor Kebudayaan dan Kepariwisataan Belitung dengan tolak ukur pada peningkatan jumlah kunjungan wisata, yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam upaya peningkatan ekonomi kerakyatan. 4.2.2. Misi Untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan, maka ditetapkan beberapa misi sebagai arahan dalam implementasi Program dan Kegiatan. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan Instansi Pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penerapan strategi yang telah dipilih.

Universitas Indonesia

! !

"#!

Dengan penetapan Visi tersebut maka sebagai implementasinya ditentukan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Tahun 2010 - 2014 adalah sebagai berikut : a. Optimalisasi pelaksanaan administrasi perkantoran, peningkatan sarana dan prasarana aparatur serta upaya peningkatan disiplin aparatur. b. Penataan, peningkatan pengetahuan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang kebudayaan dan pariwisata. c. Pelestarian dan pengembangan kebudayaan. d. Pengembangan destinasi wisata. e. Intensifikasi promosi dan pemasaran wisata.

Universitas Indonesia

! ! BAB 5 ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa SWOT

"#!

Evaluasi strategi program yang dilakukan didalam suatu organisasi atau perusahaan harus berdasarkan analisa Indikator lingkungan internal dan eksternal berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi secara internal dan identifikasi peluang maupun ancaman yang akan terjadi secara eksternal. Penggunaan analisis SWOT dilakukan sebagai sebuah alat analisa yang baik dan powerful untuk mengevaluasi strategi program yang telah dilakukan dan perbaikan strategi program kedepannya berdasarkan kombinasi faktor internal dan eksternal. Tahapan analisis SWOT dilakukan sebagai berikut : 5.5.1. Perumusan Faktor Internal dan Faktor Eksternal Tahapan ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal Pariwisata di Kabupaten Belitung yang bertujuan untuk mencari solusi strategi terbaik yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas pariwisata di Kabupaten Belitung. Dalam hal ini yang menjadi target responden internal kunci adalah Kepala Dinas beserta jajaran Kepala Bidang dilingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung. Sedangkan target responden eksternal kunci adalah Pelaku pariwisata dan wakil masyarakat diwakili oleh Perusahaan Travel Tour, Pengelola Hotel dan Komunitas Budaya Kabupaten Belitung. Identifikasi faktor faktor lain tambahan yang berkaitan dengan indikator strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung dilakukan dengan menelaah dan mempelajari literatur yang berasal dari perpustakaan, dokumen Renstra ,RPJMN dan RIPPDA, Peraturan Perundang-undangan , Paper Ilmiah, maupun hasil Laporan Pertemuan ilmiah yang telah dilakukan. Hasil perumusan Indikator Internal dan Eksternal beserta definisinya diuraikan pada tabel berikut :

Universitas Indonesia

! ! Tabel 5.1. Faktor Internal


No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Faktor Program Struktur Birokrasi Potensi Budaya, dan tradisi daerah Adat FAKTOR INTERNAL Definisi Struktur Birokrasi yang efektif dan efisien di bidang pariwisata Budaya, adat dan tradisi daerah yang sudah ada di masyarakat Kabupaten Belitung Potensi alamiah yang ada di Kabupaten Belitung Pengelolaan pariwisata yang mengedepankan green ekologi Situs bersejarah dan museum yang ada di Kabupaten Belitung Meningkatkan nilai tambah dari objek wisata dan atraksi budaya yang sudah ada Penambahan objek dan atraksi wisata baru Kemampuan tekhnis SDM tentang Industri pariwisata Kemampuan tekhnis SDM aparat pemerintah pada sektor kepariwisataan Kreatifitas birokrat dalam pengelolaan pariwisata di Kabupaten Belitung Ketersediaan akomodasi mayor infrastruktur turisme berupa kamar hotel, penyewaan kendaraan (mobil,motor), mesin atmdll Adanya layanan informasi untuk wisatawan baik yang sudah datang maupun yang memiliki rencana untuk datang Ketersediaan data pariwisata daerah maupun luar daerah Kategori Struktur Birokrasi Produk dan Tarik Wisata

"#!

Daya

Sumber daya alam dan panorama Pariwisata berbasiskan lingkungan Potensi Peninggalan Bersejarah ( Darat dan Laut ) Optimalisasi objek wisata dan atraksi budaya yang sudah ada Pengembangan Destinasi Wisata Baru Kualitas SDM Sektor Pariwisata Kompetensi/Kualitas Birokrat Kreatifitas birokrat sektor pariwisata Tersedianya Infrastruktur Pariwisata/Akomodasi Pusat dan Informasi Data Pariwisata Layanan

SDM

Fasilitas akomodasi

12.

Data dan Informasi

13.

Universitas Indonesia

! ! Lanjutan tabel 5.1. Faktor Internal


No. 14. 15. 16. Faktor Program Alokasi anggaran Tersedianya Produk UU Pengembangan Kawasan Pariwisata Incentive Fiskal dari Pemerintah Pusat dan daerah Partnership dan Kolaborasi Kerjasama Pemerintah daerah dan stake holder Promosi melalui media massa dalam negeri Promosi melalui media massa luar negeri Edukasi dan Sosialisasi FAKTOR INTERNAL Definisi Besaran dana yang direncanakan dan besarnya dana yang sudah terealisasi UU yang berpihak kepada pengembangan pariwisata Besaran/banyaknya program incentive yang diberikan Pemerintah Pusat maupun daerah dalam peningkatan Program Pariwisata Adanya kerjasama antar stake holder pada program pariwisata Adanya kerjasama yang dilakukan oleh pemda dan pemangku kepentingan terkait pada sektor pariwisata Optimalisasi informasi sehingga Kabupaten Belitung dikenal didalam negeri Optimalisasi informasi sehingga Kabupaten Belitung dikenal diluar negeri Pendidikan dan sosialisasi mengenai kepariwisataan dan lingkungan serta pelestariannua di masyarakat Adanya program pelestarian dan pengembangan seni budaya masyarakat Adanya partisipasi aktif anggota masyarakat dalam sektor pariwisata Kategori Anggaran

"#!

Birokrasi dan Regulasi

17. 18.

Kerjasama dan Koordinasi Pariwisata

19. 20. 21.

Pasar dan Promosi

Edukasi dan Peran serta masyarakat

22. 23.

Pembinaan seni budaya masyarakat

dan /

Pemberdayaan partisipasi masyarakat

Sumber : Hasil rumusan yang telah diolah

Universitas Indonesia

! ! Tabel 5.2. Faktor eksternal


No. Faktor Program 1. Pengelolaan lingkungan dan budaya lokal 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Akulturasi budaya asing dan lokal Infrastruktur ICT Keadaan Infrastruktur Atraksi dan pendukung Keanekaragaman Produk pariwisata Ketersediaan Souvenir/Gift Shop Tersedianya Akomodasi dan biro travel Mutu layanan Living Cost FAKTOR EKSTERNAL Definisi Pemeliharaan lingkungan akibat industri pariwisata dan Pemeliharaan budaya lokal sbg daya tarik wisata Adanya interaksi dan akulturasi budaya pada wilayah destinasi Jaringan Informatika dan teknologi komunikasi (Internet broadband networks,line telephone) Ketersediaan infrastruktur (jalan,sanitasi, air bersih dan listrik) Daya tarik sumber daya alam dan budaya yang ada di wilayah tersebut Adanya diversifikasi dan variasi produk pariwisata yang dijual Adanya pengerajin dan toko penjual cideramata khas Belitung Adanya akomodasi dan travel agent yang kompeten Layanan yang memuaskan dari pelaku industri pariwisata Biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan selama tinggal di Belitung (penginapan, makan, transportasi dll) Adanya koordinasi yang baik antar sektor di lingkungan Kabupaten Belitung Adanya jaringan kerjasama dengan daerah lain Adanya penelitian dan ide kreatif untuk mengembangkan sektor pariwisata Adanya rencana induk (Master Plan) pariwisata untuk pemetaan potensi, dan pengembangan pariwisata Adanya pengawasan dari pihak terkait terhadap standar keselamatan wisatawan selama melakukan aktifitas pariwisata Adanya transportasi udara dengan biaya yang representative (Low Cost Carrier ) Keterjangkauan daerah objek wisata Kategori Dampak pariwisata

"#!

Infrastruktur

Produk dan Daya Tarik Wisata

Akomodasi

11. 12. 13. 14.

Koordinasi antar pemerintahan

sektor

Birokrasi dan regulasi

Jaringan koordinasi dengan pariwisata daerah lain Penelitian dan pengembangan pariwisata Tersedianya Blue sistem pariwisata Print

15.

Keselamatan Wisatawan

16. 17.

Penerbangan dengan Low Cost Carrier Aksesibilitas Objek Wisata

Aksesbilitas

Universitas Indonesia

! ! Lanjutan Tabel 5.2. Faktor Eksternal


FAKTOR EKSTERNAL Definisi Adanya perguruan tinggi yang menghasilkan sdm pariwisata yang kompeten 19. Kreatifitas swasta sektor Kreatifitas swasta dalam pariwisata pengelolaan dan pemanfaatan potensi pariwisata di Kabupaten Belitung 20. Investasi sektor pariwisata Banyaknya investasi dan rencana investasi pada sektor pariwisata 21. Kepemilikan lahan Kemudahan dan kepastian untuk mendapatkan lahan dalam mengembangkan pariwisata 22. Keamanan Keadaan keamanan dan kenyamanan suatu wilayah 23. Kerusakan lingkungan Kerusakan lingkungan akibat pertambangan dan perkebunan 24. Integritas Terbukanya akses terhadap orang asing membuka peluang terhadap keinginan menguasai tanah (pulau) Sumber : Hasil rumusan yang telah diolah No. Faktor Program 18. Pendidikan Tinggi Pariwisata Kategori SDM

"#!

Investasi

Isu terkait

5.5.2.

Penyusunan Kuesioner SWOT Berdasarkan hasil rumusan faktor internal dan eksternal yang sudah

dibuat, selanjutnya dilakukan penyusunan kuesioner SWOT beserta pembobotan Indikator masalah yang ada . Penyusunan kuesioner dilakukan dengan wawancara langsung terhadap responden kunci sebagai nara sumber yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung. Selain itu untuk objektifitas penelitian ditambahkan juga responden kunci dari luar yaitu Pengelola Resort, Tour Organizer, Ketua Komunitas Budaya. Wawancara langsung dilakukan untuk mendapatkan indikator relevan dan mempertajam indikator yang sudah ada. Setelah dilakukan perbaikan maka dilakukan uji coba pengisian kuesioner kepada beberapa responden untuk melihat apakah ada kendala teknis atau pertanyaan yang tidak relevan dengan masalah dalam penelitian ini. Setelah secara teknis kuesioner tidak ada masalah secara fundamental maka kuesioner siap diberikan kepada responden penelitian. 5.2. Hasil Perhitungan Analisis SWOT Penelitian ini dilakukan dengan memilih responden yang telah ditetapkan secara Purposive Sampling, atau ditetapkan secara langsung berdasarkan tingkat

Universitas Indonesia

! !

"#!

kepentingan dan keterlibatan responden terhadap penelitian ini. Dimana penelitian ini secara internal melibatkan 19 orang Pejabat di lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung berupa Eselon II, III dan IV. Sedangkan untuk mempertinggi objektifitas penelitian dilibatkan juga pihak Eksternal yang berhubungan dengan penelitian ini sejumlah 11 orang sebagai bahan pembanding. Sehingga total kuesioner yang diedarkan sejumlah 30 kuesioner. Setelah data hasil penelitiaan terkumpul jumlah kuesioner yang didapat sebanyak 20 orang, sedangkan 10 orang responden tidak mengembalikan kuesioner yang telah diberikan yaitu 8 orang dari intern Disbudpar dan 2 orang lagi dari pihak Eksternal. Untuk mendapatkan prioritas maupun keterkaitan antar strategi, dilakukan pembobotan maupun rating terhadap semua indikator faktor dalam kuesioner yang telah disebar pada responden yang mengisi kuesioner. Hasil akhirnya berupa empat elemen model SWOT yaitu faktor Strenght, Weakness, Opportunity dan Threatness. Dari hasil seluruh kuesioner yang masuk tersebut dirata-ratakan hasilnya menjadi patok duga (benchmark) baik pada kondisi sekarang maupun kondisi yang akan datang. 5.3. Evaluasi Strategi Berdasarkan hasil perhitungan yang telah ditabulasi dari seluruh responden yang mengembalikan kuesioner maka dapat dilihat faktor internal maupun eksternal dari kondisi saat sekarang, apa saja faktor baik secara internal maupun eksternal yang menjadi Kekuatan (S), Kelemahan (W), Peluang (O) maupun Ancaman (T) dari program Visit Lombok Sumbawa ini yang telah dijalankan. Untuk melihat secara lebih jelas Faktor ini dibagi menjadi 2 faktor utama yaitu : 1. Faktor Internal Faktor internal dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu faktor internal yang nilai rata-ratanya diatas nilai rata-rata internal sebesar 3,56 menjadi kekuatan sedangkan nilai yang berada dibawah nilai rata rata akan menjadi kelemahan untuk kondisi saat ini dan jangka panjang. a. Faktor Kekuatan (Strenght)

Universitas Indonesia

! !

"#!

Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden untuk faktor internal yang mempunyai nilai diatas rata rata kondisi saat sekarang dan menjadi kekuatan bagi strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung yaitu faktor :
No. 3 2 5 4 18 9 11 13 22 FAKTOR Sumber daya alam dan panorama Potensi Budaya, Adat dan tradisi daerah Potensi Peninggalan Bersejarah ( Darat dan Laut ) Pariwisata berbasiskan lingkungan Kerjasama Pemerintah daerah dan stake holder Kompetensi/Kualitas Birokrat Tersedianya Infrastruktur Pariwisata (Akomodasi) Data Pariwisata Pembinaan seni dan budaya masyarakat RATA-RATA BARIS 5.70 4.55 4.45 3.90 3.80 3.70 3.70 3.65 3.60

b. Faktor Kelemahan (Weakness) Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden untuk faktor internal yang mempunyai nilai diatas rata rata kondisi saat sekarang dan menjadi kelemahan bagi srategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung yaitu faktor :
NO. 1 14 19 17 21 7 23 8 10 6 16 12 15 20 FAKTOR Struktur Birokrasi Alokasi anggaran Promosi melalui media massa dalam negeri Partnership dan Kolaborasi Edukasi dan Sosialisasi Pengembangan Destinasi Wisata Baru Pemberdayaan / partisipasi masyarakat Kualitas SDM Sektor Pariwisata Kreatifitas birokrat sektor pariwisata Pengembangan Destinasi Wisata Baru Incentive Fiskal dari Pemerintah Pusat dan daerah Pusat dan Layanan Informasi Tersedianya Produk UU Pengembangan Kawasan Pariwisata Promosi melalui media massa luar negeri RATA-RATA BARIS 3.55 3.55 3.55 3.50 3.40 3.35 3.35 3.30 3.30 3.25 2.85 2.80 2.80 2.35

2. Faktor Eksternal Faktor Eksternal dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu faktor Eksternal yang nilai rata-ratanya diatas nilai rata-rata Eksternal sebesar 3.45 menjadi faktor Peluang sedangkan faktor Eksternal yang mempunyai nilai rata rata

Universitas Indonesia

! !

""!

dibawah nilai rata-rata akan menjadi faktor ancaman program untuk kondisi saat ini dan jangka panjang. a. Faktor Peluang (Opportunity) Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden untuk faktor eksternal yang mempunyai nilai diatas rata rata kondisi saat sekarang dan menjadi Peluang bagi strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung yaitu faktor :
No. 22 4 8 11 17 20 3 9 19 12 24 10 2 7 FAKTOR Keamanan Keadaan Infrastruktur Tersedianya Akomodasi dan biro travel Koordinasi antar sektor pemerintahan Aksesibilitas Objek Wisata Investasi sektor pariwisata Infrastruktur ICT Mutu layanan Kreatifitas swasta sektor pariwisata Jaringan koordinasi dengan pariwisata daerah lain Integritas Living Cost Akulturasi budaya asing dan lokal Ketersediaan Souvenir/Gift Shop RATA-RATA BARIS 5.10 4.25 4.25 3.95 3.95 3.90 3.80 3.75 3.75 3.65 3.65 3.60 3.60 3.45

b. Faktor Ancaman (Threatness) Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden untuk faktor eksternal yang mempunyai nilai diatas rata rata kondisi saat sekarang dan menjadi Peluang bagi strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung yaitu faktor :
No. 1 21 6 5 15 14 13 23 16 18 FAKTOR Pengelolaan lingkungan dan budaya lokal Kepemilikan lahan Keanekaragaman Produk pariwisata Atraksi dan pendukung Keselamatan Wisatawan Tersedianya Blue Print sistem pariwisata Penelitian dan pengembangan pariwisata Kerusakan lingkungan Penerbangan dengan Low Cost Carrier Pendidikan Tinggi Pariwisata RATA-RATA BARIS 3.30 3.25 3.20 3.20 3.20 2.90 2.75 2.70 1.75 1.75

Setelah didapat nilai faktor internal dan eksternal dari setiap faktor internal dan eksternal dilanjutkan dengan membuat pembobotan untuk matriks

Universitas Indonesia

! !

"#!

Interaksi Internal Factors Analysis Summary (IFAS) dan Interaksi External Factors Analysis Summary (EFAS) yang berisikan penyesuaian nilai dari rata-rata faktor, dimana bobot rata rata baris dikurangi rata-rata kolom (distandarisasikan) dalam harga mutlak sehingga tidak ada nilai yang negatif. Interaksi kombinasi strategi yang meliputi kombinasi faktor internal dan eksternal terdiri dari : 1. Strategi SO (Strenght + Opportunity) 2. Strategi ST (Strenght + Threattness) 3. Strategi WO (Weakness + Opportunity) 4. Strategi WT (Weakness + Threathness) 5.3.1. Analisis Internal Factor Analysis Summary (IFAS) External Factor Analysis Summary (EFAS) Hasil dari perhitungan faktor tersebut diperoleh pembobotan IFAS dan EFAS yang terdapat pada dua tabel berikut. Berdasarkan penentuan Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dapat ditentukan kekuatan dan kelemahan masing-masing faktor yang menjadi indikator permasalahan internal pariwisata Kabupaten Belitung. Tabel 5.3. Penilaian bobot Internal Factors Analysis Summary (IFAS) Strenght
No. 3 2 5 4 18 9 11 13 22 FAKTOR Sumber daya alam dan panorama Potensi Budaya, Adat dan tradisi daerah Potensi Peninggalan Bersejarah ( Darat dan Laut ) Pariwisata berbasiskan lingkungan Kerjasama Pemerintah daerah dan stake holder Kompetensi/Kualitas Birokrat Tersedianya Infrastruktur Pariwisata (akomodasi) Data Pariwisata Pembinaan seni dan budaya masyarakat TOTAL BOBOT S (Xs) RATARATA BARIS 5.70 4.55 4.45 3.90 3.80 3.70 3.70 3.65 3.60 !"#$%& BOBOT 4.91 3.92 3.83 3.36 3.27 3.19 3.19 3.14 3.10 !'#()& URGENSI 2.950 2.950 3.200 3.100 2.750 2.950 2.850 2.700 3.150 )*#*$& BOBOT X URGENSI 0.14 0.12 0.12 0.10 0.09 0.09 0.09 0.08 0.10 $#(+&

Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah

Universitas Indonesia

! !

"#!

Dari tabel diatas, sumber daya alam dan panorama menduduki peringkat pertama dengan rata-rata baris sebesar 5.70. Hal ini terutama disebabkan oleh kondisi pantai yang dihiasi batu granit yang menjadi ciri khas tersendiri sehingga memiliki nilai jual keluar. Selanjutnya yang mendapatkan bobot baris yang tinggi adalah potensi budaya, adat dan tradisi daerah. Tabel 5.4. Penilaian bobot Internal Factors Analysis Summary (IFAS) Weakness
NO. 1 14 19 17 21 7 23 8 10 6 16 12 15 20 FAKTOR Struktur Birokrasi Alokasi anggaran Promosi melalui media massa dalam negeri Partnership dan Kolaborasi Edukasi dan Sosialisasi Pengembangan Destinasi Wisata Baru Pemberdayaan / partisipasi masyarakat Kualitas SDM Sektor Pariwisata Kreatifitas birokrat sektor pariwisata Pengembangan Destinasi Wisata Baru Insentif Fiskal dari Pemerintah Pusat dan daerah Pusat dan Layanan Informasi Tersedianya Produk UU Pengembangan Kawasan Pariwisata Promosi melalui media massa luar negeri TOTAL BOBOT (Xw) RATARATA BARIS 3.55 3.55 3.55 3.50 3.40 3.35 3.35 3.30 3.30 3.25 2.85 2.80 2.80 2.35 44.90 BOBOT 5.16 5.16 5.16 5.12 5.03 4.99 4.99 4.94 4.94 4.90 4.56 4.51 4.51 4.12 68.08 URGENSI 2.550 2.750 2.950 2.550 2.900 3.250 3.050 3.200 2.950 3.050 2.400 3.000 2.900 2.750 40.25 BOBOT X URGENSI 0.13 0.14 0.15 0.13 0.15 0.16 0.15 0.16 0.15 0.15 0.11 0.14 0.13 0.11 1.96

Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan, promosi terutama untuk pasar wisatawan luar negeri mendapat nilai terendah yaitu sebesar 2,35. Sesungguhnya promosi memiliki peran sangat penting dalam pemasaran dan hal ini telah dibuktikan melalui riset yang telah ada. Selanjutnya yang mendapat nilai terendah kedua adalah faktor produk UU pengembangan kawasan wisata disusul oleh ketersediaan pusat layanan data dan informasi yang diharapkan dapat membantu wisatawan yang telah datang dan berencana akan datang.

Universitas Indonesia

! !

"#!

Tabel 5.5. Penilaian bobot External Factors Analysis Summary (EFAS) Oportunity
No. 22 4 8 11 17 20 3 9 19 12 24 10 2 7 FAKTOR Keamanan Keadaan Infrastruktur Tersedianya Akomodasi dan biro travel Koordinasi antar sektor pemerintahan Aksesibilitas Objek Wisata Investasi sektor pariwisata Infrastruktur ICT Mutu layanan Kreatifitas swasta sektor pariwisata Jaringan koordinasi dengan pariwisata daerah lain Integritas Living Cost Akulturasi budaya asing dan lokal Ketersediaan Souvenir/Gift Shop TOTAL BOBOT (Yo) RATARATA BARIS 5.10 4.25 4.25 3.95 3.95 3.90 3.80 3.75 3.75 3.65 3.65 3.60 3.60 3.45 54.65 BOBOT 4.71 3.93 3.93 3.65 3.65 3.60 3.51 3.46 3.46 3.37 3.37 3.33 3.33 3.19 50.49 URGENSI 2.40 2.70 2.85 2.60 2.85 2.80 2.80 2.95 3.05 2.55 2.50 2.55 2.25 2.75 37.60 BOBOT X URGENSI 0.11 0.11 0.11 0.09 0.10 0.10 0.10 0.10 0.11 0.09 0.08 0.08 0.07 0.09 1.35

Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas, keamanan mendapat nilai yang tinggi yaitu sebesar 5,10. isu keamanan merupakan isu yang cukup berpengaruh terhadap target kunjungan, karena dari beberapa referensi yang ada menunjukkan wisatawan yang ingin berwisata lebih memilih wilayah yang aman dan minim konflik sedangkan situasi yang kurang kondusif. Tabel 5.6. Penilaian bobot External Factors Analysis Summary (EFAS) Threats
No. 1 21 6 5 15 14 13 23 16 18 FAKTOR Pengelolaan lingkungan dan budaya lokal Kepemilikan lahan Keanekaragaman Produk pariwisata Atraksi dan pendukung Keselamatan Wisatawan Tersedianya Blue Print sistem pariwisata Penelitian dan pengembangan pariwisata Kerusakan lingkungan Penerbangan dengan Low Cost Carrier Pendidikan Tinggi Pariwisata TOTAL BOBOT (Yt) RATARATA BARIS 3.30 3.25 3.20 3.20 3.20 2.90 2.75 2.70 1.75 1.75 28.00 BOBOT 5.41 4.85 5.32 5.32 5.32 5.53 3.65 4.85 3.98 3.98 48.20 URGENSI 3.25 2.60 2.95 2.80 3.15 2.80 2.70 3.25 3.75 2.90 30.15 BOBOT X URGENSI 0.18 0.13 0.16 0.15 0.17 0.15 0.10 0.16 0.15 0.12 1.45

Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah

Universitas Indonesia

! !

"#!

Dari tabel 5.6 diatas, pendidikan tinggi mendapat nilai rata rata baris paling rendah yaitu sebesar 1,75. Hal ini terjadi karena Kabupaten Belitung belum memiliki sekolah tinggi pariwisata. Padahal hal ini sangat penting seiring bertumbuhnya industri pariwisata. Pertumbuhan industri pariwisata memicu kebutuhan tenaga kerja di sektor pariwisata, hal ini harus ditanggapi dengan penyediaan tenaga kerja yang siap pakai. Untuk mewujudkan ini, tentu saja dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik melalu jalur pendidikan resmi. Aksesbilitas dari luar Belitung sudah tersedia berupa jalur udara dan jalur laut. Akan tetapi berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, rute penerbangan dari Jakarta menuju Belitung hanya dilayani oleh 2 maskapai penerbangan. Diharapkan kedepan terjadi penambahan jumlah maskapai penerbangan sehingga terjadi persaingan harga yang menguntungkan penumpang. Dengan panjang runway 2.000 meter dan lebar 30 meter, bandara H.A.S. Hanandjoedin hanya bisa didarati oleh pesawat sejenis dengan B-737 300. Sementara itu, kerusakan lingkungan akibat pertambangan dan deforestasi hutan menjadi faktor ancaman dengan nilai terendah selanjutnya. Seperti yang diketahui bahwa Pulau Belitung juga memiliki potensi bahan galian tambang yaitu timah yang sudah di ekspolrasi sejak ratusan tahun yang lalu. Akan tetapi menurut beberapa responden pertambangan timah ini tidak terlalu mengganggu aktfitas pariwisata selama masih beroperasi di wilayah operasi KP (Kuasa Penambangan) darat. Pelaku usaha wisata dan masyarakat cenderung tidak menerima keberadaan penambangan laut baik skala besar maupun skala kecil karena dianggap dapat merusak lingkungan terutama laut dan pantai mengingat pariwisata di Belitung masih mengandalkan pariwisata yang berbasis maritim. 5.3.2. Perumusan Strategi Untuk mengevaluasi strategi yang telah dilakukan berupa prioritas dan keterkaitan antar strategi yang telah dilakukan berdasarkan pembobotan SWOT, maka dilakukan interaksi kombinasi strategi internal dan eksternal yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Interaksi kombinasi Strategi SO (Strenght + Opportunity) yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Kombinasi

Universitas Indonesia

! !

"#!

yang seimbang antara kesempatan dan peluang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Potensi sumber daya alam, panorama, adat, budaya dan peninggalan bersejarah yang ditunjang dengan nilai tawar (price competitiveness), merupakan modal yang sangat besar bagi Kabupaten Belitung dalam meningkatkan permintaan (demand) kunjungan wisatawan. Adanya kerjasama pemerintah dengan stakeholder terkait pariwisata merupakan nilai tambah tersendiri yang bisa dijadikan sebagai modal sosial dalam merencanakan pengembangan pariwisata. Ketersediaan fasilitas akomodasi dan transportasi harus ditunjang dengan infrastruktur yang ada di destinasi pariwisata seperti sanitasi, air bersih dan pengelolaan limbah. Pembinaan seni dan budaya masyarakat juga perlu digiatkan yang bisa menjadi modal dasar pariwisata berbasis masyarakat (comunity based). Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada kolom berikut:

STRATEGI SO 1. Meningkatkan melibatkan pengelolaan dan seluruh potensi pariwisata yang

masyarakat

stakeholder

pariwisata

terutama

pariwisata berbasis lingkungan.


2.

Meningkatkan investasi sektor pariwisata sehingga mendorong infrastruktur pariwisata.

3.

Meningkatkan infrastruktur di daerah destinasi wisata terutama sanitasi, air bersih dan pengelolaan limbah/sampah

4.

Peningkatan pembinaan seni dan budaya masyarakat yang dapat menjadi aset dalam atraksi budaya.

Universitas Indonesia

! ! 2.

"#!

Interaksi kombinasi Strategi WO (Weakness + Opportunity) yaitu strategi yang mengurangi kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, dimana dapat diuraikan sebagai berikut: Pengembangan pariwisata harus diimbangi dengan promosi yang berkelanjutan. Promosi bertujuan untuk memberikan informasi kepada para wisatawan tentang potensi pariwisata yang ada. Setelah dilaksanakan promosi ada baiknya dilakukan pengukuran terhadap hasil promosi sehingga dapat menentukan strategi promosi selanjutnya. Pemerintah daerah bisa memberikan insentif fiskal terhadap pelaku industri pariwisata guna memberikan rangsangan dalam pengembangan pariwisata. Insentif fiskal yang dimaksud dapat berupa keringanan pajak, kemudahan perizinan dan sebagainya. Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada

kolom berikut: STRATEGI WO 1. Meningkatkan program promosi pariwisata yang berkelanjutan dengan memanfaatkan media massa baik yang terintegrasi secara nasional maupun internasional.
2.

Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar daerah, provinsi, pusat dan akademisi.

3.

Pemberian Insentif fiskal sebagai rangsangan untuk pengembangan pariwisata.

4.

Adanya produk UU yang berpihak terhadap pengembangan pariwisata.

3.

Interaksi kombinasi Strategi ST (Strenght + Threatness) yaitu strategi yang menggunakan kekuatan dan meminimalisir ancaman yang terjadi berupa: Aset penting dari pariwisata di wilayah Kabupaten Belitung adalah panorama alam baik daratan, pesisir maupun dasar laut. Hal ini menjadi daya jual tersendiri untuk daerah. Akan tetapi, kegiatan pariwisata itu
Universitas Indonesia

! !

"#!

sendiri dapat mengancam pelesatarian lingkungan di kawasan destinasi wisata. Dari hasil dialog dan pengamatan dilapangan, kebersihan destinasi wisata masih dianggap belum optimal. Minimnya kesadaran masyarakat dan wisatawan lokal dalam menjaga kebersihan masih dirasa perlu untuk menjadi perhatian stakeholder terkait. Atraksi pedukung yang berupa kesenian lokal menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan yang menjadi nilai tambah tersendiri bagi pariwisata di Kabupaten Belitung. Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada kolom berikut: STRATEGI ST 1. Menjaga kelestarian lingkungan destinasi wisata dan budaya masyarakat.
2.

Berkoordinasi dengan stakeholder terkait guna mencari solusi terbaik tentang masalah pertanahan untuk pengembangan pariwisata.

3.

Mengembangkan Blue Print pariwisata sehingga perencanaan pengembangan pariwisata dapat memanfaatkan potensi pariwisata yang ada secara optimal dan berkelanjutan.

4.

Perbaikan infrastruktur bandara sehingga layak didarati oleh pesawat dengan jenis yang lebih besar

4.

Interaksi kombinasi Strategi WT (Weakness + Threatness) yaitu strategi yang mengurangi kelemahan dan sekaligus mengurangi ancaman secara eksternal yang terjadi yang ada,berupa: $%&'('()*&! '*&! +,+(*-(+*+(! .%/0*'*1! 2*+3*/*)*.! .%&.*&4! )%1*/(5(+*.**&! '*&! 1%-%+.*/(*&! -(&4)6&4*&! +%0(&44*! 2*+3*/*)*.! .%/6.*2*!'(!+%)(.*/!'*%/*0!'%+.(&*+(!5(+*.*!'*1*.!'(7%/'*3*)*&8

Universitas Indonesia

! !

"#!

$%&'%()*&'*&! +%,-.&*,.! /*0.1.,*-*! )*02! ,%3.&''*! (%&.&''4*-4*&! 4%0*'*(*&! 5)6%4! 1.,*-*! -*&/*! (%72/*4*&! 5/-.(*7.,*,.! 5)6%4! 1.,*-*! +*&!*-0*4,.!)2+*8*!8*&'!,2+*3!*+*99 Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada kolom berikut: STRATEGI WT 1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya

ketersediaan tenaga kerja sektor pariwisata.


2.

Edukasi, sosialisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.

3.

Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat dapat diberdayakan.

4.

Pengembangan destinasi pariwisata baru sehingga meninggkatkan keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek wisata dan atraksi budaya yang sudah ada.

5.4. 5.4.1.

Analisa Analytical Hierarchy Process (AHP) Penentuan Kombinasi Strategi yang dipilih Dari analisa SWOT yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan hasil

strategi dengan jumlah bobot x urgensi tertingi yaitu kombinasi antara faktor Weakness dan faktor Threatness yaitu sebesar 3,41. Dengan kombinasi strategi sebagai berikut : STRATEGI WT 1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya

ketersediaan tenaga kerja sektor pariwisata.


2.

Edukasi, sosialisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha

Universitas Indonesia

! !

"#!

pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.
3.

Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat dapat diberdayakan

4.

Pengembangan destinasi pariwisata baru sehingga meninggkatkan keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek wisata dan atraksi budaya yang sudah ada.

Dari kombinasi tersebut disusunlah hiraki skenario yang terdiri dari 5 level dengan susunan sebagai berikut : a. Level 1 merupakan skenario tujuan yang ingin dicapai yaitu Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung. b. Level 2 merupakan skenario strategi kebijakan yang terdiri dari : ! Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata ! Sosialisasi dan Pengawasan keselamatan wisatawan ! Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat ! Pengembangan destinasi pariwisata baru c. Level 3 merupakan hambatan-hambatan jika ingin menjalankan skenario di level 2. Terdiri dari : ! Keterbatasan Anggaran ! Lemahnya Kelembagaan ! Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat d. Level 4 terdiri dari aktor-aktor pelaku pengembangan pariwisata, yang terdiri dari pemda. swasta dan LSM. e. Level 5 merupakan skenario alternatif kebijakan yang terdiri dari : ! Kerjasama Pendidikan Tinggi Pariwisata ! Menetapkan standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan. ! Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata melalui edukasi dan sosialisasi ! Penambahan jumlah destinasi wisata baru.
Universitas Indonesia

! ! ! Optimalisasi destinasi wisata dan aktrasi budaya yang sudah ada. 5.4.2. Profil Responden

"#!

Dalam penentuan responden AHP terdapat perbedaan terhadap responden SWOT baik dalam jumlah maupun responden itu sendiri. Untuk jumlah respoden AHP jumlahnya dibatasi sehingga mewakili keterlibatan responden itu sendiri. Dari keempat responden AHP hanya ada satu orang yang tidak terlibat dalam metode SWOT. Hal ini dikarenakan responden SWOT tidak bersedia untuk menjadi responden AHP sehingga dicari responden pengganti. Model perencanaan menggunakan AHP sangat tergantung oleh persepsi responden, maka perlu diketahui latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan yang sedang digeluti responden, sebagai berikut : Tabel 5.7. Latar Belakang Pendidikan, Usia dan Pekerjaan Responden No. Pekerjaan Usia Pendidikan (tahun) 1. DISBUDPAR (PEMDA 43 S2 2. 3. 4. Tour Adviser (SWASTA) Budayawan Komunitas Budaya (LSM) 29 61 42 D3 D3 S2

Sumber : Biodata respoden dari kusioner

Dalam pengisian kuesioner AHP ini dilakukan secara terpisah. pengisian kuesioner dilakukan dengan meggunakan wawancara langsung terhadap responden mengingat jumlah responden yang hanya terdiri dari 4 orang. Metode wawancara langsung sebenarnya cukup baik karena si pembuat model dapat mengetahui persepsi sebenarnya sang responden dan dapat segera mengadakan penyesuaian apabila terjadi kesalahan pengisian. Meskipun begitu, untuk jumlah responden di atas lima orang misalnya, cara ini dianggap tidak efektif karena menghabiskan waktu dan tenaga si pembuat model. Setelah data dari kuesioner AHP terkumpul kemudian dilakukan penilaian rata-rata responden sehingga dihasilkan penilaian baru. Rumus dari ratarata tersebut adalah :

Universitas Indonesia

! ! a1 + a2 + + an = aw dimana, n aw = penilaian gabungan (penilaian akhir) ai = penilaian responden ke I (dalam skala 1/9 9) n = banyaknya responden Hasil dan Pembahasan AHP

""!

5.5.

Berdasarkan pengolahan kuesioner AHP dengan menggunakan aplikasi Expert Choice, diperoleh hasil analisis hirarki sebagai berikut : Level 1 : Tujuan Level 2 : Skenario
Pendidikan Tinggi Pariwisata (0,111)!

Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Belitung (1,000)


Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan (0,134) Pendidikan dan sosialisasi masyarakat (0,325) Pengembangan destinasi pariwisata (0,430)

Level 3 : Hambatan

Keterbatasan Anggaran (0,129)

Lemahnya kelembagaan (0,538) SWASTA (0,179) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata (0,329)

Lemahnya pemberdayaan masyarakat (0,334)

Level 4 : Pelaku Level 5 : Kebijakan


Kerjasama Pendidikan Tinggi Pariwisata (0,105)

PEMDA
(0,441) Menetapkan standarisasi dan keselamatan wisatawan (0,100)

LSM
(0,435) Penambaha n Jumlah destinasi wisata baru (0,111) Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada (0,355)

Gambar 5.1. Hasil Prioritas Global AHP Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung

Universitas Indonesia

! ! 5.5.1. Skenario

"#!

Skenario strategi yang paling prioritas adalah Pengembangan Destinasi Pariwisata dengan bobot global sebesar 43%. Selanjutnya yang menjadi prioritas kedua adalah Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat dengan bobot prioritas sebesar 32,5%. Sementara di posisi ketiga adalah Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan dengan bobot prioritas sebesar 13,4% diikuti oleh Pendidikan Tinggi Pariwisata dengan bobot prioritas sebesar 11,1%. Prioritas skenario Pengembangan Pariwisata Kabupaten Belitung terdiri dari : 1) Prioritas pertama : Pengembangan Destinasi Pariwisata Baru. Pengembangan destinasi pariwisata dianggap perlu untuk mengatasi kejenuhan wisatan selama berada di Kabupaten Belitung terutama wisatawan yang bersifat repeater atau wisatawan yang sudah datang ke Kabupaten Belitung lebih dari 1 kali. Destinasi pariwisata baru tidak semata dianggap sebagai tempat wisata baru, tetapi bisa juga berupa atraksi dan budaya yang mungkin sudah ada tetapi kurang mendapat perhatian dari stakeholder pariwisata. Berdasarkan dari survey (pengamatan dan SWOT) dan wawancara terlihat bahwa Kabupaten Belitung masih mengandalkan panorama alam sebagai daya tarik wisata. Sementara wisata budaya, wisata sejarah dan wisata minat khusus masih belum dikelola dengan maksimal. Bangunan tua bernilai sejarah dan budaya yang tinggi tidak mendapat perhatian dari dari stakeholder pariwisata baik PEMDA maupun swasta. 2) Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat Salah satu faktor penting dalam keberhasilan masyarakat adalah kesiapan masyarakat itu sendiri dalam menerima pariwisata. Tidak mudah membentuk masyrakat yang berbudaya pariwisata di Kabupaten Belitung. Hal ini didasari karena berdasarkan sejarah bahwa masyarakat Belitung bukan berasal dari budaya pariwisata. Belitung dikenal menjadi destinasi pariwisata ketika era digital fotografi menjadi booming di tanah air. Komunitas komunitas fotografi sudah mengenal Pulau Belitung sebelum munculnya film Laskar Pelangi. Tidak bisa dipungkiri novel dan film Laskar Pelangi yang berperan besar membuka mata para penggila wisata untuk berbondong-bondong datang ke Pulau Belitung. Tabel 5.8. Tabel Penduduk Register Depati Tahun 1851
Universitas Indonesia

! !
Naam der Districten Tandjong Pandan en Lingan Siedjoek Boeding Badau Blantoe Orang Darat of Billtioneezen 2022 770 246 43 450 3531 Vreemde Oosterlingen en Malaiers 218 72 34 27 351 Chineezen 28 28 Orang Laut of Sekahs 1067 123 464 1654

"#!

TOTAAL 3335 965 280 43 941 5564

Sumber : Staat van de bevolking op Billiton ( Status kependudukan Belitong), 1851

Dari tabel diatas, ketika usaha pertambangan dibuka pada tahun1851, Pulau Belitung dihuni oleh sebagian besar urang darat (63,46%), orang laut (29,73%), melayu (6,31%) dan orang Cina (0.50%) dari total penduduk 5564 jiwa. Tetapi ketika tambang besar dibuka pada tahun 1852 oleh Belanda, hal ini memicu migrasi. Dari pernyataan ini menunjukan tranformasi budaya masyarakat dari bertani dan nelayan sehingga bertranformasi menjadi budaya tambang dari tahun 1852 dan mulai bertranformasi menjadi masyarakat berbudaya pariwisata pada tahun 2005. 3) Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan Australian/ NZ Standard 4360 : 1999 mendefinisikan Risk sebagai The chance of something happening that will have or impact upon objectives ( perubahan dari sesuatu yang terjadi yang akan mempuyai pengaruh terhadap tujuan ). Dari pengertian diatas terlihat jelas bahwa resiko dapat mempengaruhi tujuan. Meningkatnya jumlah wisatawan juga tidak terlepas dari resiko baik bagi daerah (stakeholder dan lingkungan) maupun wisatawan itu sendiri. Mengingat salah satu destinasi wisata favorit di Belitung adalah Pulau Lengkuas yang ditempuh 45 menit perjalanan laut. Resiko yang mungkin terjadi selama perjalanan laut sebaiknya ditanggulangi sedini mungkin. Penetapan satandar keselamatan seperti penggunaan Life Jacket selama perjalanan dirasa penting guna meminimalisir korban jiwa jika terjadi kecelakaan. Perpindahan wisatawan dari satu destinasi menuju destinasi lain melalui jalur darat juga memiliki resiko. Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama terjadinya gangguan resiko terhadap wisatawan selama melakukan perjalanan
Universitas Indonesia

! !

"#! darat. Sejak menjelang Idul Fitri dan sesudahnya terjadi 17 kasus kecelakaan lalu lintas, terdiri dari luka ringan 6 orang, luka berat 7 orang dan meninggal dunia 4 orang. Sedangkan kasus kecelakaan lalu lintas dari Januari sampai dengan Juli 2012, terjadi 23 kasus kecelakaan, terdiri dari luka ringan 11 orang, luka berat 14 orang dan meninggal dunia 19 orang.

5.5.2.

Hambatan Prioritas global hambatan dalam mengembangkan pariwisata di

Kabupaten Belitung adalah Lemahnya Kelembagaan dengan bobot prioritas sebesar 53,8%. Posisi kedua adalah Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat dengan bobot 33,4% dan yang terakhir adalah Keterbatasan Anggaran dengan bobot prioritas sebesar 12,9%. 1) Prioritas pertama : Lemahnya Kelembagaan Pentingnya peranan kelembagaan dalam pengembangan pariwisata adalah sebagai penggerak industri pariwisata itu sendiri. Kelembagaan pariwisata dituntut untuk meningkatkan kerjasama antar lembaga baik PEMDA Kabupaten Belitung dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi, PEMDA Kabupaten Belitung dengan PEMDA sekitarnya, PEMDA Kabupaten Belitung dengan SWASTA, PEMDA Kabupaten Belitung dengan dunia pendidikan dan PEMDA dengan unsur masyarakat (LSM). Elemen kelembagaan organisasi pariwisata diperlukan dan bertanggung jawab sekurang-kurangnya untuk promosi, persiapan kebutuhan para wisatawan, penelitian, dan informasi pariwisata. Organisasi pariwisata bisa bersifat pemerintahan, semi pemerintahan, dan bukan badan pemerintahan. Fungsi dari organisasi pariwisata adalah perencanaan pengembangan pariwisata, koordinasi antar berbagai badan/instansi pemerintah dan swasta yang mempunyai dampak dalam industri pariwisata, pengawasan bermacammacam segi jasa-jasa pariwisata, merencanakan dan menerapkan promosi, dan kemungkinan mengawasi kebijakan-kebijakan harga. Menurut Wahab (2003), belum ada kerangka susunan organisasi yang seragam yang dapat dijadikan pedoman bagi organisasi pariwisata pemerintah. Organisasi itu dapat berbentuk kementerian, komisariat, komite, dewan, lembaga, atau mungkin badan.
Universitas Indonesia

! !

"#! Kelembagaan dan lembaga adalah sebuah hal yang berbeda. Kelembagaan adalah sesuatu yang didalamnya memiliki tujuan, norma, dan aturan, serta memiliki struktur. Sedangkan lembaga merupakan sesuatu yang berfungsi untuk menjalankan fungsi kelembagaan. Lembaga menjalankan fungsi kelembagaan, namun dapat satu atau lebih fungsi sekaligus. Secara ringkas, kata kelembagaan akan diikuti oleh kata kerja, sedangkan kata lembaga akan diikuti oleh kata benda. Oleh karena itu, Oetomo (2006) mendefinisikan kelembagaan dan lembaga dalam gambar sebagai berikut:

Sumber : Oetomo, 2006

Gambar 5.2. Model Kelembagaan Pembangunan 2) Prioritas kedua : Lemahnya pemberdayaan masyarakat Pemanfaatan wisata berbasis komunitas masyarakat masih sangat rendah di Kabupaten Belitung. Pihak Swasta masih berperan dominan dalam industry pariwisata di Kabupaten Belitung. Pariwisata berbasis komunitas masyarakat dapat memberikan dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Pariwisata berbasis masyarakat adalah pengembangan pariwisata dengan keterlibatan masyarakat setempat yang tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan dari aspek sosial dan lingkungan hidup. Pariwisata berbasis masyarakat adalah salah satu cara memberdayakan masyarakat dalam industri pariwisata. Pemberdayaan masyarakat sangat membutuhkan dukungan dari PEMDA, SWASTA dan LSM.
Universitas Indonesia

! ! lingkungan juga dapat memanfaatkan partisipasi aktif

"#! Selain itu, pengelolaan dampak pariwisata seperti limbah dan kerusakan masyarakat. Peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat positif pariwisata sangatlah penting guna menunjang pemberdayaan masyarakat.

3) Prioritas ketiga : Keterbatasan Anggaran Berdasarkan hasil survey dilapangan, menurut para responden keterbatasan anggaran bukan merupakan hambatan mutlak. Kreatifitas lembaga pariwisata harus berperan aktif dalam mengelola sumber daya pariwsata dengan resources yang terbatas. Keterbatasan dana atau budget constraint yang dialami pemerintah daerah merupakan tantangan bagi daerah untuk membuka peluang investasi masuk ke sektor pariwisata dengan cara mencari dan mempromosikan potensi unggulan pariwisata yang memiliki nilai jual. Tabel 5.9. Realisasi Anggaran Dinas Pariwisata Tahun 2011
No. Program dan Kegiatan Pagu Anggaran (Rp) 1,345,920,000 844,435,000 49,725,000 Realisasi Anggaran (Rp) 1,178,933,092 737,932,100 42,376,500 Sisa Anggaran (Rp) 166,986,908 106,502,900 7,348,500

1 2 3

Program Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Program Peningkatan Disiplin Aparatur Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Program Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Wisatawan Program Peningkatan SDM Terkait Sektor Pariwisata Program Peningkatan Kepedulian Terhadap Pembangunan Kepariwisataan Program Pengelolaan Kawasan Wisata

10,000,000

10,000,000

5 6 7

481,570,300 194,376,300 263,579,000

410,613,800 190,361,800 232,281,400

70,956,500 4,014,500 31,297,600

334,972,000

242,647,500

92,324,500

400,995,000

380,166,800

20,828,200

Universitas Indonesia

! !

"#! (Lanjutan Tabel 5.9.)


10 11 Program Pengembangan Nilai Budaya Program Pengelolaan Kekayaan Budaya TOTAL 184,244,000 456,480,000 4,566,296,600 171,082,000 191,301,800 3,777,696,792 13,162,000 265,178,200 788,599,808

Sumber : LAKIP DISBUDPAR Kabupaten Belitung TA. 2011

Total pagu anggaran Dinas Pariwisata sebesar 0,8% dari APBD Kabupaten Belitung Tahun Anggaran 2011 dimana jumlah APBD Kabupaten Belitung sebesar Rp. 579.170.333.596,-. Jumlah ini relatif kecil jika dibandingkan dengan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB atas dasar harga konstan sebesar 16%. 5.5.3. Pelaku Bobot global masing-masing pelaku PEMDA, LSM dan SWASTA adalah 44,1%, 43,5% dan 17,9%. PEMDA dianggap paling berperan dalam prioritas pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. Akan tetapi PEMDA tidak bisa bergerak sendiri dalam pengembangan pariwisata. Oleh karena itu peran SWASTA dan LSM/Komunitas dibutuhkan dalam pengembangan pariwisata. Oleh karena itu kerjasama dalam pengembangan pariwisata sangatlah diperlukan. Kerja sama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi atau menjalin hubungan-hubungan yang bersifat dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Di sini terlihat adanya tiga unsur pokok yang selalu melekat pada suatu kerangka kerja sama yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi, dan unsur tujuan bersama. Jika salah satu dari ketiga unsur itu tidak termuat pada suatu objek yang dikaji, maka dapat dianggap bahwa pada objek tersebut tidak terdapat kerja sama (Pamudji, 1985). Selanjutnya Carmen dalam Winarso (2002) memberikan wawasan tentang kerja sama dari berbagai perspektif, antara lain: ! mitra adalah co-owners, ! pelaku kerja sama adalah kontributor sekaligus "pewaris", ! posisi egaliter antara pelaku kerja sama, ! pengedepanan prinsip hubungan horisontal, serta ! penekanan kembali bahwa mitra bukan merupakan "pihak lain",
Universitas Indonesia

! ! tanpa mengabaikan sama sekali potensi mitra kerja sama,

"#!

! memanfaatkan sebesar mungkin keuntungan komparatif dari mitra kerjasama, ! menekankan pada pentingnya "bottom-up cooperation" daripada "top-down cooperation" yang umumnya difasilitasi pemerintah (atasan). Kerja sama dapat memberikan manfaat yang besar bagi masing-masing pihak yang terlibat. Berdasarkan penelitian, manfaat yang dapat dipetik adanya kerja sama adalah sebagai berikut (Kusnadi, 2002; Keban, 2008): ! Kerja sama dapat mendorong adanya "perlombaan" di dalam pencapaian tujuan dan peningkatan produktifitas. ! Kerja sama mendorong berbagai upaya pihak yang bekerja sama agar dapat bekerja lebih produktif, efektif, dan efisien. ! Kerja sama mendorong terciptanya sinergi, sehingga biaya operasionalisasi dan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang ikut kerja sama akan menjadi semakin rendah, yang menyebabkan kemampuan bersaing meningkat. ! Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antar pihak terkait serta meningkatkan rasa kesetiakawanan. ! Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok. ! Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi di lingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan kondisi yang lebih baik. ! Pihak-pihak yang bekerja sama dapat membentuk kekuatan yang lebih besar. Dengan kerja sama antar pemerintah daerah, kekuatan dari masing-masing daerah yang bekerja sama dapat disinergikan untuk menghadapi ancaman lingkungan atau permasalahan yang rumit sifatnya daripada kalau ditangani sendiri-sendiri. Mereka bisa bekerja sama untuk mengatasi hambatan lingkungan atau mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi. ! Pihak-pihak yang bekerja sama dapat lebih berdaya. Dengan kerja sama, masing-masing daerah yang terlibat lebih memiliki posisi tawar yang lebih baik, atau lebih mampu memperjuangkan kepentingannya kepada struktur pemerintahan yang lebih tinggi. Bila suatu daerah secara sendiri memperjuangkan kepentingannya, ia mungkin kurang diperhatikan, tetapi bila

Universitas Indonesia

! ! lebih diperhatikan.

"#! ia masuk menjadi anggota suatu forum kerja sama daerah, maka suaranya akan

! Masing-masing pihak lebih merasakan keadilan. Masing-masing daerah akan merasa dirinya tidak dirugikan karena ada transparansi dalam melakukan hubungan kerja sama. Masing-masing daerah yang terlibat kerja sama memiliki akses yang sama terhadap informasi yang dibuat atau digunakan. ! Masing-masing pihak yang bekerja sama akan memelihara keberlanjutan penanganan bidang-bidang yang dikerjasamakan. Dengan kerja sama tersebut masing-masing daerah memiliki komitmen untuk tidak mengkhianati partnernya tetapi memelihara hubungan yang saling menguntungkan secara berkelanjutan. 5.5.4. Kebijakan

Gambar 5.3. Hasil Prioritas Kebijakan Dari gamabar 4.2. diatas dapat terlihat Inkonsistensi keseluruhan sebesar 10%. Dari olahan hasil aplikasi expert choice diperoleh prioritas kebijakan Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada dengan bobot nilai sebesar 35,5%. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata ada di prioritas kedua dengan bobot nilai sebesar 32,9%. Di prioritas ketiga adalah Penambahan jumlah destinasi pariwisata baru dengan bobot nilai 11,1%. Pada posisi keempat yang menjadi prioritas adalah Kerjasa pendidikan tinggi pariwisata dan yang menjadi prioritas terakhir adalah Menetapkan standarisasi dan keselamatan wisatawan. Penjelasan dari kelima langkah kebijakan yang perlu dilakukan dalam Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia

! ! 1) Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada.

"#!

Destinasi pariwisata di Kabupaten Belitung belum dikelola secara optimal. Minimnya sanitasi dan air bersih menjadi permasalahan pokok selain dampak dari pariwisata itu sendiri ( limbah/sampah ). Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan pariwisata dan mencapai tujuan pengembangan pariwisata, diperlukan pengelolaan dan pengembangan suatu objek wisata. Pengelolaan pariwisata yaitu upaya perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan potensi alam dan budaya dengan memperhatikan aspek-aspek pelestarian. Kepariwisataan memerlukan konsep-konsep pengelolaan atau manajemen dan pemasaran ilmiah modern. Manajemen meliputi lima unsur pokok yaitu, pengorganisasian, perencanaan, motivasi, penempatan personal dan penggeraknya, koordinasi dan pengawasannya (Wahab, 2003). Sedangkan pengembangan suatu kawasan objek wisata perlu diarahkan melalui perencanaan untuk mencapai suatu keserasian dan keseimbangan dalam pemanfaatan potensi wisata, apabila tidak dilakukan suatu rencana yang tepat maka akan menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan potensi objek wisata tersebut. Pengembangan pariwisata adalah upaya peningkatan pemanfaatan potensi alam dan budaya, dengan memperhatikan aspek-aspek pelestarian. Maksud dari pengembangan suatu daerah tujuan wisata adalah untuk menawarkan produk wisatanya dan pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola, maka jelas bahwa pengembangan fisik dan non fisik dari daerah tujuan wisata harus mendukung dan memberikan kesempatan untuk membentuk produk-produk serta pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta pelayanan pasar wisata. Hal ini disebabkan produk pariwisata tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan, tetapi harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. Wujud produk wisata ditentukan oleh konsumen sendiri, yaitu wisatawan dan konsumen memperoleh pengalaman dari perjalanan wisata. Agar dapat memberikan pengelolaan dan pengembangan yang optimal bagi suatu objek wisata, maka diperlukan perencanaan yang terintegrasi dan komprehensif. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Fandeli ed, 2001). Terintegrasi dalam arti bahwa perencanaan tersebut diupayakan masih merupakan mata rantai dengan perencanaan pada tatanan diatasnya, dengan kata lain perencanaan ini merupakan
Universitas Indonesia

! !

"#!

pendetailan atau penjabaran dari rencana makro atau umum diatasnya, sedangkan komprehensif memiliki arti bahwa perencanan ini diharapkan dapat menyatukan elemen-elemen yang ada di lapangan dalam satu kesatuan bahasan yang saling melengkapi. Pariwisata merupakan kegiatan yang kompleks, karena itu koordinasi antar berbagai sektor terkait melalui poses perencanaan yang tepat sangat penting artinya. Perencanaan juga diharapkan dapat membantu tercapainya kesesuaian antara pasar wisata dengan produk wisata yang dikembangkan tanpa harus mengorbankan kepentingan masing-masing pihak. 2) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata. Kesiapan suatu kawasan destinasi wisata bukan hanya dari sisi akomodasi dan infrastruktur, akan tetapi juga melibatkan komponen masyarakat yang diharapkan menjadi tuan rumah yang baik. Sehingga diharapkan dimasa mendatang hal ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak multiplier pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara meningkatkan kesadaran masyrakat tentang pariwisata adalah turut melibatkan masyarakat di dalam proses pengembangan pariwisata. Keterlibatan dalam pengembangan pariwisata ini maksudnya adalah agar masyarakat tidak hanya menjadi objek tapi juga berperan selaku objek sehingga dapat menikmati keuntungan yang optimal dari pengelolaan pariwisata, sehingga dapat menambah sumber pendapatan masyarakat, dari biasanya, sumber pendapatan utama masyarakat tetap seperti semula, misalnya pertanian, perkebunan atau nelayan. Dengan berkembangnya usaha pariwisata berbasis masyarakat, penduduk akan memperoleh pendapatan tambahan sehingga ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam akan berkurang. Untuk mendukung upaya ini hendaknya jadwal usaha pariwisata disesuaikan berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat, agar tidak mengganggu aktivitas rutin masyarakat. Dengan keterlibatan peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata dengan pola pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini adalah agar keuntungan dari usaha pariwisata dapat lebih banyak diterima langsung dan dinikmati oleh masyarakat, untuk mencapai harapan ini dapat kita terapkan sistem rotasi dalam penyediaan jasa pariwisata, artinya sebelum pengunjung datang masyarakat telah mendapatkan informasi tentang kunjungan tersebut, sehingga dapat dilakukan pengaturan pembagian penyediaan jasa kepada pengunjung (wisatawan) seperti penginapan, penyediaan makanan, pemandu dan sebagainya
Universitas Indonesia

! !

""!

sehingga seluruh masyarakat memperoleh tambahan, tentu pengaturan semua ini harus dikelola dengan baik dengan melibatkan unsur masyarakat yang berkepentingan. 3) Penambahan jumlah destinasi wisata baru Kabupaten Belitung yang kaya akan potensi pariwisata baik berupa alam, budaya dan sejarah sangat memungkinkan untuk melakukan penambahan destinasi wisata baru. Penambahan destinasi wisata baru harus diikuti oleh penambahan aksesbilitas baru dan fasilitas infrastruktur penunjang yang baru. Kenyamanan wisatawan selama menuju dan berada di destinasi wisata baru menjadi faktor penting selain dari adanya destinasi wisata baru itu sendiri. Infrastruktur penunjang yang utama adalah sanitasi dan air bersih. Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya. Cooper dkk (1995: 81) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata, yaitu: 1) Atraksi (attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan dan seni pertunjukkan. 2) Aksesibilitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan adanya terminal. 3) Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan. 4) Ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan seperti destination marketing management organization, conventional and visitor bureau. 4) Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Meningkatnya jumlah investasi pariwisata di Kabupaten Belitung memberikan dampak dari terbukanya peluang lapangan pekerjaan di sektor pariwisata. Sangat disayangkan Kabupaten Belitung belum memiliki Perguruan Tinggi yang berkonsentrasi di pariwisata. Investor di Kabupaten Belitung saat ini mendatangkan tenaga kerja pariwisata dari luar daerah. Tabel 5.10. Jumlah Hotel di Kabupaten Belitung
No Tahun
Hotel Bintang
Hotel Non

Universitas Indonesia

! !
Bintang/Penginapan Losmen

"#!

Jumlah

Jumlah Kamar 106

Jumlah Hotel 15

Jumlah Kamar 207

1 2 3 4

2007 2008 2009 2010

Hotel 3

3 4 5

106 126 167

15 15 15

207 207 207

Sumber : DISBUDPAR Kabupaten Belitung

Investasi yang mampu mendorong pertumbuhan tidak hanya berasal dari tabungan domestik. Investasi dari luar negeri juga dapat mempengaruhi GDP dan GNP dengan cara yang berbeda (Mankiw, 2003:67). Investasi asing merupakan salah satu cara yang bisa dimanfaatkan oleh sebuah negara untuk tumbuh dan sekaligus mempelajari teknologi terkini yang telah dikembangkan dan digunakan di negara- negara kaya. Walaupun sejumlah keuntungan dari investasi ini kembali kepada investor asing, namun investasi ini menaikkan persediaan modal, yang kemudian menaikkan produktivitas dan gaji. 5) Menetapkan standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Keselamatan dan keamanan penting untuk memberikan kualitas dalampariwisata. Lebih dari setiap kegiatan ekonomi lainnya, keberhasilan atau kegagalan dari suatu tujuan wisata tergantung pada kemampuan untuk menyediakan lingkungan yang aman dan aman bagi pengunjung. Keselamatan pengunjung (publik) didefinisikan sebagai suatu bentuk perlindungan terhadap masyarakat secara umum dalam hal ini adalah pengunjung dari segala bentuk bahaya, risiko, kecelakaan dan kerugian yang timbul dari bencana alam maupun dari bencana akibat peran manusia. Pengunjung harus diberi perlindungan dalam setiap aktivitas yang dilakukan selama berada di tempat wisata dari tahap kedatangan pengunjung, kegiatan yang dilakukan di tempat pariwisata dan kepulangan dari tempat wisata harus dijamin oleh pihak pengelola kawasan wisata untuk meningkatkan nama baik perusahaan dan agar perusahaan tidak mengalami kerugian untuk pemberian insentif kepada korban. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan cedera, kematian, kerugian dan kerusakan pada property. Pada umumnya kecelakaan di area wisata terjadi secara acak tanpa mengenal umur,
Universitas Indonesia

! !

"#!

jenis kelamin, status, jabatan dan sebagainya, Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi simultan dari faktor manusia, faktor lingkungan, dan faktor alam sendiri. Agar risiko kecelakaan tidak meningkat maka dilakukan pencegahan melalui peningkatan keselamatan. Peningkatan keselamatan dapat diintervensi dengan 5 pendekatan yaitu engineering, enforcement, education, encouragement dan emergency preparadness. (AICST, 2006) 5.5.5. Uji Sensitivitas Hasil analisis AHP menggunakan software Expert choice 2000, selain dapat menunjukkan sebuah prioritas pengambilan keputusan, dapat pula memberikan informasi tentang uji sensitivitas sebuah skenario (kriteria) terhadap prioritas kebijakan (alternatif) yang harus ditempuh. Artinya sejauh mana perubahan skenario yang dipilih dapat mengubah prioritas kebijakan. Dengan menggunakan grafik tersebut dapat dilakukan simulasi perubahan prioritas tiap elemen-elemen skenario dan melihat sensitivitas berupa ada atau tidaknya perubahan prioritas kebijakan akibat perubahan prioritas skenario.

Gambar 5.4. Grafik Uji sensitivitas Pada uji sensitivitas skeanrio pendidikan pariwisata disimulasikan naik menjadi 18% terjadi perubahan alternative kerjasama pendidikan tinggi pariwisata yang awal mulanya berada di posisi keempat naik menjadi prioritas ketiga. Demikian halnya dengan uji sensisitivitas standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan juga jika dinaikan sebesar 23% terjadi perubahan terhadap terhadap alternative menetapkan standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan. Ketika scenario pendidikan dan sosialisasi masyarakat dinaikan
Universitas Indonesia

! !

"#!

menjadi 40% maka terjadi perubahan prioritas alternative Opimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada turun ke prioritas kedua. $%&'()*+! ,&'-&./('-('!0&12*'(1*!,()*3*1(2(!/()4!5*%(!0*24)4'%('!.&'5(0*!678!.(%(! ,)*+)*2(1! (92&)'(2*:&! ,&'*'-%(2('! %&1(0()('! .(1;()(%(2! 2&'2('-! ,()*3*1(2(! '(*%!.&'5(0*!,)*+)*2(1!,&)2(.(<! ! 5.6. Keterbatasan Kajian Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami hambatan antara lain keterwakilan responden. Untuk analisa SWOT dari 30 kuesioner yang didistribusikan hanya 20 kuesioner yang kembali. Sehingga respon rate diperoleh sebesar 67%. Analisa SWOT dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal pariwisata di Kabupaten Belitung saat ini. Kesulitan penulis dalam analisa SWOT adalah mencari responden yang memahami tentang pariwisata dalam waktu yang relatif singkat dikarenakan keterbatasan biaya penelitian. Dalam melakukan analisa AHP, penulis mengambil hanya 4 sampel responden dengan harapan adanya keterwakilan dari PEMDA, swasta, LSM dan pemerhati budaya/pariwisata. Tidak ada batasan dalam menentukan jumlah responden AHP. Tetapi disadari penulis pemikiran lebih dari 1 orang lebih baik daripada pemikiran 1 orang. Mengingat keterbatasan waktu responden dan penulis, maka pengisian kuesioner dilakukan dengan sistem wawancara langsung.

Universitas Indonesia

! ! BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. 6.1.1. Kesimpulan Weakness (Kelemahan)

"#!

Dari pengolahan kuesioner SWOT, faktor-faktor yang menjadi kelemahan dalam strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah : a. Kelembagaan : ! Lemahnya kelembagaan dikarenakan minimnya kerjasama dan koordinasi antar stakeholder pariwisata. Kerjasama dan koordinasi dalam sebuah pembangunan pariwisata adalah faktor penting, dikarenakan pariwisata itu sendiri bersifat multi sektoral. ! Produk UU pengembangan pariwisata sebagai acuan (pedoman) dalam menentukan arah pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan baik kuantitas dan kualitas. Produk UU pengembangan pariwisata juga menjadi indikator keseriusan PEMDA dalam mengembangkan pariwisata. b. Sumber Daya Manusia (SDM) sektor pariwisata Dalam pengembangan sektor pariwisata tentunya dibutuhkan Sumberdaya manusia yang berkualitas disamping kuantitas. Sumberdaya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat memiliki peran penting dalam keberhasilan pengembangan pariwisata. Pengelola pariwisata diharapkan mampu dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan. c. Fiskal ! Untuk meningkatkan pengembangan potensi pariwisata, bisa dilakukan dengan memberikan rangsangan berupa insentif fiscal kepada para pelaku pariwisata baik swasta maupun komunitas masyarakat. Insentif fiskal diharapkan mampu mendorong produktivitas para pelaku pariwisata. ! Total pagu anggaran Dinas Pariwisata sebesar 0,8% dari APBD Kabupaten Belitung Tahun Anggaran 2011. Dimana jumlah APBD Kabupaten Belitung
Universitas Indonesia

! !

"#! sebesar Rp. 579.170.333.596,-. Jumlah ini relatif kecil jika dibandingkan dengan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB atas dasar harga konstan sebesar 16%. Sehingga anggaran pariwisata perlu ditingkatan yang diharapkan dapat mendorong pengembangan sektor pariwisata.

d. Informasi Pariwisata ! Dalam sebuah perencanaan, data adalah dasar dalam menentukan prioritas pengembangan pembangunan. Minimnya data di sektor pariwisata bisa memicu pembangunan yang tidak tepat sasaran. ! Pusat layanan informasi pariwisata diharapkan dapat membantu wisatawan baik yang sudah datang maupun yang baru akan merencanakan perjalanan. ! Kegiatan promosi dapat mendorong permintaan akan pariwisata. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik (hotel, restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara obyek pariwisata dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan. e. Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat terutama disekitar area destinasi wisata disertai dengan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, secara signifikan dapat menumbuhkan kemandirian dan anggapan masyarakat tentang dampak positif pariwisata. f. Pengembangan destinasi pariwisata Pengembangan destinasi pariwisata baru diharapkan dapat meningkatkan jumlah uang yang dikeluarkan oleh wisatawan sehingga meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata. Tetapi bukan bearti mengabaikan destinasi pariwisata yang sudah ada. 6.1.2. Threathness (Ancaman) Dari pengolahan kuesioner SWOT, faktor-faktor yang menjadi ancaman dalam strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah :

Universitas Indonesia

! ! a. Dampak pariwisata

"#!

Kegiatan pariwisata juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan diantaranya adalah sampah dan hilangnya biota akibat eksploitasi pariwisata. Sedangkan dampak terhadap kebudayaan adalah pmunculnya pengaruh negatif akibat akulturasi budaya yang dapat menjadi ancaman bagi kebudayaan lokal. b. Kepemilikan lahan Masalah kepemilikan lahan menjadi ancaman serius terhadap pertumbuhan investasi. Konflik yang berkepanjangan akibat masalah kepemilikan lahan menyebabkan investor harus mengeluarkan biaya lebih terutama biaya sosial. Jika biaya yang dikeluarkan bagi investor terlalu besar maka akan menurunkan minat investasi sektor pariwisata di Kabupaten Belitung. c. Ragam Produk Pariwisata Memanfaatkan ragam aktraksi budaya yang sudah ada sebagai alternatif tujuan wisata. Pengembangan potensi budaya dan atraksi pendukung pariwisata perlu dilakukan secara kontinyu. Bila hal ini kurang digarap menimbulkan citra negatif terhadap pengelolaan pariwisata daerah. d. Keselamatan wisatawan Menurut UU. No. 10 tahun 2009 menyatakan bahwa pemerintah dan pengusaha wisata wajib melindungi keselamatan pengunjung. Namun kenyataanya di lapangan, pemerintah dan pengusaha masih kurang memperhatikan masalah keselamatan pengunjung di tempat wisata. e. Perencanaan Minimnya dokumen perencanaan yang dikuatkan menjadi produk hukum menjadi ancaman dalam pengembangan pariwisata. Dokumen perencanaan menjadi acuan dalam menentukan arah pembangunan pariwisata baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. f. Kerusakan Lingkungan (dampak pertambangan) Selain potensi wisata Kabupaten Belitung juga memiliki potensi bahan galian yang bersifat ekonomis yaitu timah. Ekploitasi timah menyebabkan kerusakan lingkungan yang menjadi ancaman serius bagi pariwisata yang sangat
Universitas Indonesia

! !

"#! tergantung terhadap kelestarian lingkungan. Untuk itu diperlukan koordinasi dan rencana tata ruang yang baik guna mengatasi ancaman kerusakan lingkungan.

g. Penerbangan Low Cost Carrier Saat ini kita mengenal istilah Low Budget Traveling atau melakukan perjalanan dengan biaya murah yang didominasi oleh kaum. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menjadi salah satu faktor pendorong kaum muda untuk melakukan perjalanan. Potensi ini harus didukung oleh ketersediaan Low Cost Carrier atau penerbangan dengan biaya murah. h. Pendidikan tinggi pariwisata Meningkatnya minat investasi di sektor pariwisata berdampak terhadap penyerapan tenaga tenaga kerja di sektor pariwisata. Ketersediaan tenaga kerja juga membantu para investor untu mengurangi biaya operasional mengingat para investor di Kabupaten Belitung masih banyak mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah.

6.1.3.

Strategi Untuk mengatasi faktor kelemahan dan faktor ancaman disusunlah

strategi kebijakan sebagai berikut : 1. 2. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya ketersediaan tenaga kerja sektor pariwisata. Edukasi, sosialisasi, standarisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata. 3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat dapat diberdayakan. 4. Pengembangan destinasi dan atraksi wisata baru sehingga meningkatkan keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek dan atraksi budaya yang sudah ada.

Universitas Indonesia

! ! 6.1.4. Prioritas Kebijakan

"#!

Prioritas utama strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Pengembangan Destinasi Wisata dengan bobot 43%. Hambatan utama dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Lemahnya Kelembagaan dengan bobot prioritas 53,8%. Sedangkan alternatif kebijakan yang menjadi prioritas adalah optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada dengan bobot prioritas sebesar 35,5%. 6.2. Saran Rekomendasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini kepada Pemerintahan Daerah Kabupaten Belitung, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut : 1. Mengatasi Kelemahan (Weakness) a. Kelembagaan, melalui peningkatan kerjasama dan koordinasi antar stake holder pariwisata serta pengadaan Produk UU Pengembangan Kawasan Pariwisata. b. SDM sektor pariwisata, melalui peningkatan kualitas SDM stakeholder pariwisata melalui pendidikan dan pelatihan kepariwisataan yang berkelanjutan. c. Fiskal, melalui pemberian Insentif Fiskal kepada pelaku usaha pariwisata terutama kepada pelaku usaha pariwisata berbasiskan masyarakat dan penambahan alokasi anggaran pariwisata guna merangsang pertumbuhan pariwisata. d. Informasi Pariwisata, melalui peningkatan kuantitas dan kualitas data pariwisata, penyediaan pusat layanan informasi pariwisata serta peningkatan program promosi pariwisata. e. Pemberdayaan masyarakat, melalui peningkatan program edukasi dan sosialisasi pariwisata kepada masyarakat serta peningkatan peran masyarakat dalam pariwisata. f. Pengembangan destinasi pariwisata, melalui optimalisasi destinasi dan atraksi pariwisata yang sudah ada serta pengembangan destinasi pariwisata baru.

Universitas Indonesia

! !

"#!

2. Mengatasi Ancaman (Threatness) a. Dampak pariwisata, melalui peningkatan program pengelolaan lingkungan dan budaya lokal. b. Kepemilikan lahan, melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pihak terkait guna meningkatkan validitas kepemilikan lahan. c. Ragam Produk Pariwisata, melalui peningkatan pemberdayaan budaya dan kesenian lokal sebagai atraksi pendukung pariwisata yang diharapkan dapat menjadi alternatif tujuan wisata. d. Keselamatan wisatawan, dengan menetapkan standarisasi, sosialisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata. e. Perencanaan, melalui peningkatan penelitian pariwisata yang diharapkan dapat menjadi acuan membuat blue print kepariwisataan. f. Kerusakan Lingkungan (dampak pertambangan), melalui peningkatan koordinasi dengan instansi terkait untuk meminimalisir kerusakan lingkungan akibat pertambangan. g. Penerbangan Low Cost Carrier, melalui peningkatan jumlah maskapai penerbangan dengan melakukan perbaikan infrastruktur bandara sehingga mampu didarati oleh pesawat dengan kapasitan penumpang yang lebih besar. h. Pendidikan tinggi pariwisata, menyediakan pendidikan tinggi pariwisata sehingga tersedianya tenaga kerja di sektor pariwisata. 3. Prioritas Kebijakan a. Melakukan optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang ada. Hal ini disebabkan destinasi yang ada sudah dikenal oleh kalangan wisatawan. Stakeholder pariwisata harus menyediakan fasilitas infrastruktur pariwisata guna menambah kenyamanan wisatawan. Pengelolaan kebersihan tempat destinasi pariwisata juga tidak boleh terabaikan. b. Peningkatan kesadaran pariwisata terhadap masyarakat perlu ditinggkatkan sehingga bisa menjadi tuan rumah yang baik. c. Penambahan jumlah destinasi wisata baru dilakukan bersamaan dengan optimalisasi destinasi dan atraksi yang sudah ada.
Universitas Indonesia

! ! tenaga kerja di sektor pariwisata. e. Menetapkan standarisasi, sosialisasi dan pengawasan

"#! d. Penyediaan pendidikan tinggi pariwisata sehingga adanya ketersediaan keselamatan

wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.

Universitas Indonesia

! !

""!

DAFTAR PUSTAKA

Alphonce, Christian B. (1996).

Application of AHP in Agriculture in Developing

Countries. Elsevier Science Ltd. Arikunto,Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Keempat. Jakarta. Rineka Cipta Bappenas RI, (2009). RPJMN 2010 2014, Jakarta: Author. Blanke J, & Chiesa T. (2011). The Travel & Tourism Competitiveness Report 2011 World Economic Forum. Geneve. Brojonegoro, B. Permadi. (1992) Analytical Hierarchy Process (AHP). Jakarta: Pusat Studi Antar Universitas Ekonomi, UI. Chandler, A.D. Jr. (1962). Strategy and Structure: Chapters in the History of the American Industrial Enterprise. Cambridge, MA: MIT Press. Cooper, Chris, dkk. (1995). Tourism, Principles and Practice. Prentice Hall, Harlow. Damanik, Janianton., & Weber Helmut L. (2006). Perencanaan Ekowisata (Dari teori ke aplikasi). Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM & Andi. Daryanto & Usman. (2007). Preferensi wisatawan asing yang transit ke Jakarta terhadap kunjungan wisata lain di Indonesia. Jurnal Pengembangan wiraswasta Vol. 9 No. 3 Hal.180 - 191. (Desember 2007)Drucker, Peter F. (2008). The Five Most Important Questions You Will Ever Ask About Your Organization. Third Edition. New York: Mc Graw-Hill. Dahuri, R, (2003). Paradigma baru pembangunan Indonesia bebasis kelautan, Orasi Ilmiah: Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.(2005). Pedoman Peyusunan Neraca Satelit Pariwisata Daerah. ----------------------------------------------------(2006). Statistik Kebudayaan dan Pariwisata, Pusdatin Dep.Budpar, Jakarta. Dewi Utami, Ruth. (2011). Film Sebagai Strategi Pemasaran Terhadap Citra Destinasi Pariwisata, Studi Kasus: Film Laskar Pelangi di Pulau Belitung. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Drucker, Peter F. (1954). The Practice of Management. New York: Harper & Brothers. Fandeli, Chafid. (2001). Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. (Editorial) Yogyakarta: Liberty.
Universitas Indonesia

! !
Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta. Forman, E.H.; Gass, S.I. (2001). 486 Published

"#!

--------------------------(2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan The Analytic Hierarchy Process: An Exposition. by: INFORMS Stable URL:

Source: Operations Research, Vol. 49, No. 4 (Jul. - Aug., 2001), pp. 469http://www.jstor.org/stable/3088581. Glueck, William F., & Jauch, Lawrence R. (1989). Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Jakarta : Erlangga. Jurnal Manajemen, Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia. (2009). Pengantar Industri Pariwisata (Definisi Kepariwisataan dan Pariwisata, dan Pengembangan Pariwisata). (2010). http://jurnal- sdm.blogspot.com /2009/08 /pengantarindustri-pariwisata-definisi.html. Kabupaten Belitung. (2000). Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung. Tanjungpandan : Author. ---------------------------(2007). Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) 2010 2014. Tanjungpandan: Author. ---------------------------(2008). Revisi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA). Tanjungpandan: Author. ---------------------------(2011). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung (LAKIP SKPD) 2011. Tanjungpandan: Author. ---------------------------(2012). Belitung Dalam Angka 2011. Tanjungpandan: Author. Keban, Yeremias T. (2008). Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori dan Isu. Yogyakarta : edisi kedua Gava Media. Kementerian Budaya dan Pariwisata. (2010). Nesparnas 2009. http://www.budpar.go.id /filedata/5889_2067-nesparnas.pdf. Kuswara, Ukus, (2006). Kepariwisataan dalam Perspektif Pengembangan Kota, www.budpar.go.id. Lembaran Negara RI.(2009). Undang undang No. 10 Tahun 2009. Tentang Kepariwisataan. Jakarta: Author..................................., (1990). Undang undang No. 9 Tahun 1990. Tentang Pariwisata. Jakarta: Author. Lundberg, E. Donald, Mink H. Stavenga, dan M Krishnamoorthy, (1997). Ekonomi Pariwisata, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Mankiw, N Gregory. (2007). Makro Ekonomi (Fitria Liza dan Imam Nurmawan, Penerjemah). Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Universitas Indonesia

! !

"#!

Oetomo, Andi. (2006). Hukum dan Kelembagaan dalam Metropolitan di Indonesia: Kenyataan dan Tantangan dalam Penataan Ruang, Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. Pamudji, 1985, Kerjasama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah Suatu Tinjauan dari Segi Administrasi Negara. Jakarta, PT. Bina Aksara. Pao, Jay W. (2004). Recent Developments and Prospects of Macaos Tourism Industry.
Monetary Authority of Macao.

Patton, Michael Quinn. (2009). Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pearce, John A. dan Robinson, Richard B. Jr. (2003). Strategic Management Formulation, Implementation and Control. Boston: Mc Graw Hill. --------------------------------------------------------------------(2008). Management Strategic (Yanivi Bachtiar dan Christine). Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Pendit, Nyoman S. (1999). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramita --------------------------(2006). Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Edisi Keempat. Jakarta: Pradnya Paramita. Prajogo, MJ, (1976). Pengantar Pariwisata Indonesia, Ditjen Pariwisata, Jakarta. Rangkuti,Freddy. (2001). SWOT Balanced Score Card. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama --------------------------(2011). Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan 8 Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Saaty, T. L., (1994), Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with The Analytic Hierarchy Process, RWS Publications, USA. Setiyadi, S., Amar, K. dan Aji, T. (2011). Penentuan Strategi Sustainability Usaha Pada Ukm Kuliner Dengan Menggunakan Metode SWOT AHP. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Vol. 10, No. 2 Soesilo, Nining I. (2002). Reformasi Birokrasi memerlukan manajemen Strategik. Jakarta : MPKP FE-UI. Spillane, J James, (1987). Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Kanisius, Yogyakarta. --------------------------(1991). Economic and cultural strategy for tourism development of Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. --------------------------(1994). Pariwisata Indonesia : Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Tangkilian, Hessel Nogi S. (2005). Manajemen Publik. Jakarta : PT. Gramedia. Tribe,John. (2011). The Economics of recreation, leisure and tourism. Fourth edition. Oxford: Elsevier Wahab, Salah. (2003). Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Universitas Indonesia

! !
chalenge of sustainibility).London: Taylor & Francis E-library. Wardiyanta. (2006). Metode Penelitian Pariwisata, Penerbit Andi, Yogyakarta. Wijaya, Indra. (2005).

"#!

Wahab,Salah., & Pigram, John J. (2005). Tourism, development and growth (The

Perencanaan Pengembangan Wisata Bahari di Kepulauan

Seribu, Pendekatan Hirarki Analitik (AHP). Program Pasca Sarjana FEUI, Depok. Yoeti, Oka A. (1990). Tours and Travel Management. Jakarta: Pradnya Paramita. ------------------(1997). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita. ------------------(2005). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Cetakan kedua. Jakarta: Pradnya Paramita.

Universitas Indonesia

"#!

Lampiran 1 Kuesioner SWOT KUESIONER ANALISA SWOT Bapak/Ibu yang terhormat, Dalam rangka melengkapi data untuk penyelesaian thesis saya pada Program Pasca Sarjana Ekonomi Kekhususan Manajemen Perencanaan Kebijakan Publik Universitas Indonesia, maka saya mohon bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner thesis saya dengan judul Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Belitung (Studi Kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Stakeholder Pariwisata di Kabupaten Belitung). Kerahasiaan dan identitas Bapak/Ibu akan saya jaga sebaik-baiknya agar ibu/Bapak dapat lebih objektif dalam menjawab kuesioner ini. Latar belakang penelitian ini adalah : Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan, baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dengan demikian berarti pertumbuhan sektor pariwisata dapat dianggap sebagai pendorong laju pertumbuhan sektor-sektor lain termasuk pertanian, perdagangan dan sektor lainnya. Dampak ekonomis pariwisata yang lintas sektor ini bahkan juga melintas multi sektor dalam bentuk pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan investasi. Sektor pariwisata sebagai suatu industri jasa merupakan salah satu bidang yang diharapkan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam pembangunan daerah Bangka Belitung. Kegiatan pariwisata ini bila dikelola dengan baik dapat menjadi salah satu penyumbang pendapatan yang potensial dalam pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Pariwisata bukan hanya sebagai sumber devisa tetapi juga dapat memperluas kesempatan kerja yang ditimbulkan dari sejumlah keterlibatan sektor-sektor lain di dalamnya. Dalam upaya menangkap aspirasi dan kendala yang terjadi serta untuk mendukung hasil yang komperehensif, maka kuesioner ini dibuat dengan melibatkan aparatur pembuat kebijakan serta stake holder yang langsung atau tidak berperan dalam program ini.

Universitas Indonesia!

"#!

Lanjutan Lampiran 1 Kuesioner SWOT Tujuan utama hasil kuesioner adalah :


1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan secara kuantitatif faktor Internal dan eksternal yang mempengaruhi program pariwisata di Kabupaten Belitung. 2. Melihat dan merekomendasikan alternatif kebijakan yang mungkin dilakukan berdasarkan hambatan dan tantangan kedepan.

Profile Responden
Nama Instansi/Bidang Jabatan Alamat No Telpon/Email Tanda Tangan : ........................................................................... : ........................................................................... : ........................................................................... : ........................................................................... : ........................................................................... : ...........................................................................

Cara Pengisian : Berilah Centang/Cawang pada Kuesioner SWOT yang terdiri dari dua kategori yaitu Internal untuk mendapatkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) dan Eksternal, untuk mendapatkan faktorfaktor yang menjadi Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung. 1. Penilaian kondisi saat ini, responden diminta untuk menilai kinerja strategi yang telah dilakukan terhadap Pariwisata dari setiap faktor yang ada. 2. Penilaian Urgensi, responden diminta menilai tingkat urgensi faktor tersebut untuk ditangani, penilaian berhubungan dengan skala prioritas didalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada melalui- faktor-faktor tersebut. Acuan pengisian sebagai berikut : Penilaian Kondisi Saat ini Angka 1 = Sangat Kurang Angka 2 = Kurang Angka 3 = Cukup Angka 4 = Agak Baik Angka 5 = Baik Angka 6 = Sangat Baik Urgensi Penanganan Angka 1 = Tidak Urgen Angka 2 = Agak Urgen Angka 3 = Urgen Angka 4 = Sangat Urgen

Universitas Indonesia!

"#!

Lanjutan Lampiran 1 Kuesioner SWOT Kuesioner Internal


Kondisi Sampai Saat ini No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Indikator Penilaian Internal 1 Struktur Birokrasi Potensi Budaya, Adat dan tradisi daerah Sumber daya alam dan panorama Pariwisata berbasiskan lingkungan Potensi Peninggalan Bersejarah ( Darat dan Laut ) Optimalisasi objek wisata dan atraksi budaya yang sudah ada Pengembangan Destinasi Wisata Baru Kualitas SDM Sektor Pariwisata Kompetensi/Kualitas Birokrat Kreatifitas birokrat sektor pariwisata Tersedianya Infrastruktur Pariwisata Pusat dan Layanan Informasi Data Pariwisata Alokasi anggaran Tersedianya Produk UU Pengembangan Kawasan Pariwisata Incentive Fiskal dari Pemerintah Pusat dan daerah Partnership dan Kolaborasi Kerjasama Pemerintah daerah dan stake holder Promosi melalui media massa dalam negeri Promosi melalui media massa luar negeri Edukasi dan Sosialisasi Pembinaan seni dan budaya masyarakat Pemberdayaan / partisipasi masyarakat 2 3 4 5 6 1 2 3 4 Urgensi Penanganan

Universitas Indonesia!

"#!

Lanjutan Lampiran 1 Kuesioner SWOT Kuesioner Eksternal


Kondisi Sampai Saat ini No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Indikator Penilaian Internal 1 Pengelolaan lingkungan dan budaya lokal Akulturasi budaya asing dan lokal Infrastruktur ICT Keadaan Infrastruktur Atraksi dan pendukung Keanekaragaman Produk pariwisata Ketersediaan Souvernir/Gift Shop Tersedianya Akomodasi dan biro travel Mutu layanan Living Cost Koordinasi antar sektor pemerintahan Jaringan koordinasi dengan pariwisata daerah lain Penelitian dan pengembangan pariwisata Tersedianya Blue Print sistem pariwisata Keselamatan wisatawan Penerbangan dengan Low Cost Carrier Aksesbilitas Objek Wisata Pendidikan Tinggi Pariwisata Investasi sektor pariwisata Kreatifitas swasta sektor pariwisata Kepemilikan Lahan Isu keamanan kerusakan lingkungan Integritas 2 3 4 5 6 1 2 3 4 Urgensi Penanganan

Universitas Indonesia!

FAKTOR INTERNAL
Bobot Penilaian Faktor Internal Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Responden 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rata-rata Baris Ket Bobot (Score tertinggi dikurangi Ratarata kolom dan rata-rata baris)*

Lampiran 2 : Matriks Faktor Internal


Urgensi Penanganan

Bobot

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Rata - rata Baris urgensi

Bobot x Urgensi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

5 5 6 4 5 4 3 5 5 5 3 4 5 3 3 3 4 5 5 3 5 5 5

5 4 5 3 4 4 3 3 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 3 2 4 4 3

4 4 5 5 4 3 5 3 4 3 4 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2

5 6 6 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 6 5 5 2 5 5 4

3 5 5 3 5 5 5 5 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4

3 5 5 4 5 3 5 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 4 2 3 5 5

3 5 5 3 5 3 2 3 3 3 2 2 4 2 2 2 3 3 2 2 3 4 2

5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 2 5 4 3 3 5 4 5 4 5 5 4

3 5 6 6 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 2 3 5 3

2 4 6 6 5 3 2 4 3 2 3 1 3 2 1 2 2 2 4 1 4 3 3

2 2 6 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2

5 4 6 3 5 3 4 4 5 5 5 4 4 5 3 3 4 5 3 3 3 3 3

5 4 6 3 5 3 4 4 5 5 5 4 4 5 3 3 4 5 3 3 3 3 3

1 6 6 1 6 2 1 2 1 1 2 1 3 3 1 1 5 5 6 1 2 5 5

3 5 6 6 5 2 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 5 5 3 3 5

5 4 6 3 5 3 4 4 5 5 5 4 4 5 3 3 4 5 3 3 3 3 3

5 4 6 3 5 3 4 4 5 5 5 4 4 5 3 3 4 5 3 3 3 3 3

3 5 6 5 2 4 2 2 3 2 3 2 3 4 5 5 4 4 5 2 5 2 3

1 4 6 5 1 1 1 2 2 1 5 1 2 3 1 1 2 2 2 1 3 2 3

3 5 6 5 5 3 3 2 2 1 4 3 2 4 4 4 3 3 2 2 3 3 2

3.55 4.55 5.70 3.90 4.45 3.25 3.35 3.30 3.70 3.30 3.70 2.80 3.65 3.55 2.80 2.85 3.50 3.80 3.55 2.35 3.40 3.60 3.35 81.95 3.56

W S S S S W W W S W S W S W W W W S W W W S W

5.99 4.55 5.70 3.90 4.45 5.69 5.79 5.74 3.70 5.74 3.70 5.24 3.65 5.99 5.24 5.29 5.94 3.80 5.99 4.79 5.84 3.60 5.79 116.07

5.16 3.92 4.91 3.36 3.83 4.90 4.99 4.94 3.19 4.94 3.19 4.51 3.14 5.16 4.51 4.56 5.12 3.27 5.16 4.12 5.03 3.10 4.99 100.00

2 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3

1 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 2 3 3 4 4 2

4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4

3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4

4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4

3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4

2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2

3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 2 4 4 4 3 4 4

3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 2 4 3 3 4 4 2 3 2 3 3

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 2 1 1

1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 3 3 4 4 3 3 3

3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3

1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 2 2 3 3

1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 3 3 3 3

2 1 1 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 3

4 3 2 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3 2 2 2 2 3 3 4 4 4 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2

2.55 2.95 2.95 3.10 3.20 3.05 3.25 3.20 2.95 2.95 2.85 3.00 2.70 2.75 2.90 2.40 2.55 2.75 2.95 2.75 2.90 3.15 3.05

0.13 0.12 0.14 0.10 0.12 0.15 0.16 0.16 0.09 0.15 0.09 0.14 0.08 0.14 0.13 0.11 0.13 0.09 0.15 0.11 0.15 0.10 0.15 2.90

JUMLAH TOTAL RATA-RATA KOLOM

FAKTOR EKSTERNAL
Bobot Penilaian Faktor Eksternal Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Responden 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rata-rata Baris Ket Bobot (Score tertinggi dikurangi Ratarata kolom dan rata-rata baris)* Urgensi Penanganan Bobot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Responden 10 11 12 13 14 15 16

Lampiran 3 : Matriks Faktor Eksternal

17

18

19

20

Rata - rata Baris urgensi

Bobot x Urgensi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

5 3 3 3 4 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 2 3 5 3 5 3 5

4 4 4 3 4 5 3 5 4 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 5 3 3

2 5 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 4 3 3 6 3 6

3 5 5 5 5 5 5 6 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 3 4 4 4 3 3

5 5 5 5 5 5 5 6 5 5 5 5 3 3 3 3 3 1 3 4 4 5 3 3

5 3 3 4 2 5 4 4 4 4 5 4 4 3 2 2 2 2 4 4 3 6 3 4

3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 3 1 3 2 4 3 3 5 4 3

5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 4 4 2 5 1 3 5 5 5 5 5

2 3 4 5 2 4 5 3 2 4 4 2 5 4 2 2 4 2 3 2 3 3 2 4

3 4 2 5 3 2 2 4 3 3 3 3 4 2 3 1 2 2 4 3 5 6 3 3

1 3 3 2 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 1 3 1 3 3 3 5 1 3

5 3 4 5 3 2 2 4 5 5 6 5 2 4 5 2 5 2 5 5 3 5 2 3

5 3 4 5 3 2 2 4 5 5 6 5 2 4 5 2 5 2 5 5 3 5 3 3

2 3 3 4 2 1 3 3 2 1 1 2 2 2 2 1 3 1 4 5 1 6 1 2

4 4 3 4 4 4 3 6 2 3 3 3 3 2 2 1 3 1 1 1 3 6 3 3

2 3 4 5 3 2 2 4 5 5 6 5 2 4 5 2 5 2 5 5 3 5 2 3

3 3 4 5 3 2 2 4 5 5 6 5 2 4 5 2 5 2 5 5 3 5 4 3

3 2 2 5 5 2 4 5 4 5 4 4 2 2 2 1 5 3 5 5 5 5 3 4

1 5 6 5 2 2 4 4 4 2 2 3 1 1 3 1 5 1 3 3 3 5 1 4

3 3 5 5 4 4 5 5 3 3 2 2 1 2 3 1 6 2 5 5 3 5 2 6

3.30 3.60 3.80 4.25 3.20 3.20 3.45 4.25 3.75 3.60 3.95 3.65 2.75 2.90 3.20 1.75 3.95 1.75 3.75 3.90 3.30 5.10 2.70 3.65 82.70 3.45

T O O O T T O O O O O O T T T T O T O O T O T O

5.85 3.60 3.80 4.25 5.75 5.75 3.45 4.25 3.75 3.60 3.95 3.65 5.30 5.45 5.75 4.30 3.95 4.30 3.75 3.90 5.85 5.10 5.25 3.65 108.24

5.41 3.33 3.51 3.93 5.32 5.32 3.19 3.93 3.46 3.33 3.65 3.37 4.90 5.04 5.32 3.98 3.65 3.98 3.46 3.60 5.41 4.71 4.85 3.37 100.00

4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3

3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 2 4 2

4 2 4 2 4 4 3 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 2

4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 4 3

4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3

4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 3

4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4

3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3

3 2 3 4 2 3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4

3 2 4 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3

3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3

2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 1 1 1 3 1

2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 1 1 1 3 1

3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4

3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4

4 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 1 1 1 3 1

2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 1 1 1 3 1

3 1 3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 3 3 4 1 2 1 1 1 1 3 2

4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4 2

3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 4 4 4 3 3 4 3 1 1 1 1 1 1 1

3.25 2.25 2.80 2.70 2.80 2.95 2.75 2.85 2.95 2.55 2.60 2.55 2.70 2.80 3.15 3.75 2.85 2.90 3.05 2.80 2.60 2.40 3.25 2.50

0.18 0.07 0.10 0.11 0.15 0.16 0.09 0.11 0.10 0.08 0.09 0.09 0.13 0.14 0.17 0.15 0.10 0.12 0.11 0.10 0.14 0.11 0.16 0.08 2.84

JUMLAH TOTAL RATA-RATA KOLOM

"#! Lampiran 4 : Analisa IFAS dan EFAS


Strenght (Kekuatan) : 0.94 1) IFAS 2) 3) 4) 5) 6) Sumber daya alam dan panorama Potensi Budaya, Adat dan tradisi daerah Potensi Peninggalan Bersejarah ( Darat dan Laut ) Pariwisata berbasiskan lingkungan Kerjasama Pemerintah daerah dan stake holder Kompetensi/Kualitas Birokrat Tersedianya Infrastruktur Pariwisata Data Pariwisata Pembinaan seni dan budaya masyarakat 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Weakness (Kelemahan) : 1.96 Struktur Birokrasi Alokasi anggaran Promosi melalui media massa dalam negeri Partnership dan Kolaborasi Edukasi dan Sosialisasi Pengembangan Destinasi Wisata Baru Pemberdayaan / partisipasi masyarakat Kualitas SDM Sektor Pariwisata Kreatifitas birokrat sektor pariwisata

EFAS

7) 8) 9)

10) Pengembangan Destinasi Wisata Baru 11) Incentive Fiskal dari Pemerintah Pusat dan daerah 12) Pusat dan Layanan Informasi 13) Tersedianya Produk UU Pengembangan Kawasan Pariwisata 14) Promosi melalui media massa luar negeri

Opportunity (Peluang) : 1.35 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Keamanan Keadaan Infrastruktur Tersedianya Akomodasi dan biro travel Koordinasi antar sektor pemerintahan Aksesibilitas Objek Wisata Investasi sektor pariwisata Infrastruktur ICT Mutu layanan Kreatifitas swasta sektor pariwisata 4) 3) 2) 1)

Strategi SO : 2.30 Meningkatkan pengelolaan seluruh potensi 1) pariwisata yang melibatkan masyarakat dan stakeholder pariwisata terutama pariwisata berbasis lingkungan dan masyarakat. Meningkatkan investasi sektor pariwisata sehingga Meningkatkan mendorong infrastruktur pertumbuhan 3) di daerah 4) infrastruktur pariwisata. destinasi wisata terutama sanitasi, air bersih dan pengelolaan limbah/sampah Peningkatan pembinaan seni dan budaya masyarakat 2)

Strategi WO : 3.31 Meningkatkan program promosi pariwisata yang berkelanjutan dengan memanfaatkan media massa yang terintegrasi baik secara nasional maupun internasional. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar daerah, provinsi, pusat dan akademisi Pemberian insentif fiskal sebagai rangsangan untuk pengembangan pariwisata. Adanya produk UU yang berpihak terhadap pengembangan pariwisata

10) Jaringan koordinasi dengan pariwisata daerah lain 11) Integritas 12) Living Cost 13) Akulturasi budaya asing dan lokal 14) Ketersediaan Souvenir/Gift Shop

Universitas Indonesia

""! Lanjutan Lampiran 4 Analisa IFAS dan EFAS


Threatness (Ancaman) : 1.45 Strategi ST : 2.40 1) 2) Menjaga kelestarian lingkungan destinasi 1) wisata dan budaya masyarakat Berkoordinasi dengan stakeholder terkait 2) mencari 3) solusi permasalahan blue print tanah peruntukan pengembangan pariwisata Mengembangkan pariwisata 3) sehingga potensi wisata yang ada dapat dikelola secara optimal dan berkelanjutan 4) Perbaikan infrastruktur bandara sehingga 4) layak didarati oleh pesawat dengan jenis yang lebih besar Strategi WT : 3.41 Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya ketersediaan tenaga kerja sektor pariwisata. Edukasi, sosialisasi, standarisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat dapat diberdayakan. Pengembangan destinasi dan atraksi wisata baru sehingga meningkatkan keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek dan atraksi budaya yang sudah ada

1) Pengelolaan lingkungan dan budaya lokal 2) Kepemilikan lahan 3) Keanekaragaman Produk pariwisata 4) Atraksi dan pendukung 5) Keselamatan Wisatawan 6) Tersedianya Blue Print sistem pariwisata 7) Penelitian dan pengembangan pariwisata 8) Kerusakan lingkungan 9) Penerbangan dengan Low Cost Carrier 10) Pendidikan Tinggi Pariwisata

Universitas Indonesia

100 Lampiran 5 : Kuesioner AHP Analisa AHP untuk memilih prioritas Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung

Kuesioner ini ditujukan untuk memilih prioritas kebijakan dalam rangka penelitian Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung. Kuesioner ini merupakan lanjutan analisa SWOT yang telah dilaksanakan sebelumnya dan sudah menentukan beberapa strategi terpilih. Penjelasan : 1. Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan persepsi/penilaian expert yang sifatnya subjektif, sehingga jawaban responden dibuat berdasarkan persepsi responden atas penilaian faktor-faktor yang berkaitan dengan penentuan prioritas strategi pengembangan pariwisata. 2. Kegunaan penelitian ini adalah untuk menyusun Tesis (karya akhir), guna melengkapi salah satu syarat penyelesaian pendidikan pada Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik (MPKP), Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. 3. 4. Bahwa untuk memperoleh masukan seperti tersebut dalam point 1 di atas, maka yang menjadi responden adalah mereka yang mempunyai pemahaman terhadap masalah yang diteliti (expert). Mengingat pentingnya masukan dari Bapak / Ibu maka kami mohon agar Bapak / Ibu dapat membantu sepenuhnya dengan mengisi kuesioner ini dengan sungguh sungguh, agar hasil yang dicapai diharapkan dapat memberi alternatif kebijakan terbaik. 5. Karena bersifat penelitian akademik, maka untuk menjaga keakuratan masukan yang Bapak / Ibu berikan kami mengharapkan Bapak Ibu berkenan untuk mengisi data-data kuesioner ini berupa indentitas diri dan lembar pertanyaan dihalaman berikut :

Universitas Indonesia

101 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

Data Responden
Nama Lengkap (beserta gelar) Jabatan (saat ini) Pangkat/Golongan Unit Kerja No. Telp / HP Alamat Jenis Kelamin Usia Pendidikan Tinggi Petunjuk Pengisian : Kuesioner ini adalah pendukung peralatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Kuesioner menggunakan sistem rangking yang menilai besarnya pengaruh antara satu elemen faktor dengan yang lainnya. Setiap Responden dapat memilih jawaban yang berada disisi kanan ataupun kiri menurut bobot kepentingannya. Intensitas Pentingnya 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Definisi Sama penting Sedikit lebih penting Agak lebih penting Jauh lebih penting Mutlak lebih penting Nilai antara angka diatas Penjelasan A dan B sama penting A sedikit lebih penting dari B A agak lebih penting dari B A jauh lebih penting dari B A mutlak lebih penting dari B Ragu-ragu dalam menentukan skala misal 6 antara 5 dan 7 Bapak/Ibu dimohon untuk menjawab pertanyaan berikut dan memberi skala perbandingan dengan tanda centang/cawing pada kolom yang disediakan sesuai dengan skor kriteria penilaian. Beberapa scenario yang menjadi Strategi Pengembangan Pariwisata di Kab. Belitung adalah : 1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata. 2. Sosialisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata. 3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang kepariwisataan dan pelestarian lingkungan. 4. Pengembangan destinasi pariwisata baru. : : : : : : : : :

Pria / Wanita * Tahun SMU / Akademi / S1 / S2 * Coret yang tidak perlu

Universitas Indonesia

102 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 1. Menurut Bapa/Ibu strategi manakah yang paling dipilih dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung?
A a 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

Pendidikan Tinggi Pariwisata


b

Standarisasi dan Pengawasan keselamatan wisatawan Pendidikan dan sosialisasi masyarakat Pengembangan destinasi pariwisata baru Pendidikan dan sosialisasi masyarakat Pengembangan destinasi pariwisata baru Pengembangan destinasi pariwisata baru

Pendidikan Tinggi Pariwisata Pendidikan Tinggi Pariwisata Standarisasi dan Pengawasan keselamatan wisatawan Standarisasi dan Pengawasan keselamatan wisatawan Pendidikan dan sosialisasi masyarakat

2. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata?
A a 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

Keterbatasan Anggaran Keterbatasan Anggaran Lemahnya kelembagaan

Lemahnya kelembagaan Lemahnya pemberdayaan masyarakat Lemahnya pemberdayaan masyarakat

Universitas Indonesia

103 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 3. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Standarisasi dan Pengawasan keselamatan wisatawan?
A a 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

Keterbatasan Anggaran Keterbatasan Anggaran Lemahnya kelembagaan

Lemahnya kelembagaan Lemahnya pemberdayaan masyarakat Lemahnya pemberdayaan masyarakat

4. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Pendidikan dan sosialisasi masyarakat?
A a 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

Keterbatasan Anggaran Keterbatasan Anggaran Lemahnya kelembagaan

Lemahnya kelembagaan Lemahnya pemberdayaan masyarakat Lemahnya pemberdayaan masyarakat

5. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Pengembangan destinasi pariwisata baru?
A a 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

Keterbatasan Anggaran Keterbatasan Anggaran Lemahnya kelembagaan

Lemahnya kelembagaan Lemahnya pemberdayaan masyarakat Lemahnya pemberdayaan masyarakat

Universitas Indonesia

104 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 6. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan Anggaran dalam Pendidikan Tinggi Pariwisata?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta B

LSM
LSM

7. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya Kelembagaan dalam Pendidikan Tinggi Pariwisata?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta B

LSM
LSM

8. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Pendidikan Tinggi Pariwisata?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta LSM LSM B

9. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan Anggaran dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta B

LSM
LSM

10. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya Kelembagaan dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta B

LSM
LSM

Universitas Indonesia

105 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 11. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta LSM LSM B

12. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan Anggaran dalam Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta LSM LSM B

13. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya Kelembagaan dalam Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta LSM LSM B

14. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta LSM LSM B

15. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan Anggaran dalam Pengembangan Destinasi Wisata?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta LSM LSM B

16. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya Kelembagaan dalam Pengembangan Destinasi Wisata?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta LSM LSM B

Universitas Indonesia

106

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 17. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Destinasi Wisata?
A a b c Pemda Pemda Swasta 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Swasta LSM LSM B

Universitas Indonesia

107 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 18. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 5 3 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

108 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 19. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 5 3 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

109 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 20. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 5 3 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

110 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 21. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 5 3 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

111 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 22. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

112 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 23. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 5 3 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

113 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 24. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

114 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 25. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

115 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 26. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan
Masyarakat dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

116 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 27. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

117 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 28. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan
Anggaran dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

118 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 29. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

119 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 30. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

120 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 31. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B a Menetapkan Standarisasi Kerjasama pendidikan dan pengawasan tinggi pariwisata keselamatan wisatawan b Peningkatan kesadaran Kerjasama pendidikan masyarakat tentang tinggi pariwisata pariwisata c Kerjasama pendidikan Penambahan destinasi tinggi pariwisata wisata baru d Optimalisasi destinasi dan Kerjasama pendidikan atraksi wisata yang sudah tinggi pariwisata ada e Menetapkan Standarisasi Peningkatan kesadaran dan pengawasan masyarakat tentang keselamatan wisatawan pariwisata f Menetapkan Standarisasi Penambahan destinasi dan pengawasan wisata baru keselamatan wisatawan g Menetapkan Standarisasi Optimalisasi destinasi dan dan pengawasan atraksi wisata yang sudah keselamatan wisatawan ada h Peningkatan kesadaran Penambahan destinasi masyarakat tentang wisata baru pariwisata i Peningkatan kesadaran Optimalisasi destinasi dan masyarakat tentang atraksi wisata yang sudah pariwisata ada j Optimalisasi destinasi dan Penambahan destinasi atraksi wisata yang sudah wisata baru ada

Universitas Indonesia

121 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 32. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

122 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 33. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan
Masyarakat dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B a Menetapkan Standarisasi Kerjasama pendidikan dan pengawasan tinggi pariwisata keselamatan wisatawan b Peningkatan kesadaran Kerjasama pendidikan masyarakat tentang tinggi pariwisata pariwisata c Kerjasama pendidikan Penambahan destinasi tinggi pariwisata wisata baru d Optimalisasi destinasi dan Kerjasama pendidikan atraksi wisata yang sudah tinggi pariwisata ada e Menetapkan Standarisasi Peningkatan kesadaran dan pengawasan masyarakat tentang keselamatan wisatawan pariwisata f Menetapkan Standarisasi Penambahan destinasi dan pengawasan wisata baru keselamatan wisatawan g Menetapkan Standarisasi Optimalisasi destinasi dan dan pengawasan atraksi wisata yang sudah keselamatan wisatawan ada h Peningkatan kesadaran Penambahan destinasi masyarakat tentang wisata baru pariwisata i Peningkatan kesadaran Optimalisasi destinasi dan masyarakat tentang atraksi wisata yang sudah pariwisata ada j Optimalisasi destinasi dan Penambahan destinasi atraksi wisata yang sudah wisata baru ada

Universitas Indonesia

123 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 34. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B A Menetapkan Standarisasi Kerjasama pendidikan dan pengawasan tinggi pariwisata keselamatan wisatawan b Peningkatan kesadaran Kerjasama pendidikan masyarakat tentang tinggi pariwisata pariwisata C Kerjasama pendidikan Penambahan destinasi tinggi pariwisata wisata baru d Optimalisasi destinasi dan Kerjasama pendidikan atraksi wisata yang sudah tinggi pariwisata ada E Menetapkan Standarisasi Peningkatan kesadaran dan pengawasan masyarakat tentang keselamatan wisatawan pariwisata F Menetapkan Standarisasi Penambahan destinasi dan pengawasan wisata baru keselamatan wisatawan g Menetapkan Standarisasi Optimalisasi destinasi dan dan pengawasan atraksi wisata yang sudah keselamatan wisatawan ada h Peningkatan kesadaran Penambahan destinasi masyarakat tentang wisata baru pariwisata I Peningkatan kesadaran Optimalisasi destinasi dan masyarakat tentang atraksi wisata yang sudah pariwisata ada J Optimalisasi destinasi dan Penambahan destinasi atraksi wisata yang sudah wisata baru ada

Universitas Indonesia

124 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 35. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan
Masyarakat dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B A Menetapkan Standarisasi Kerjasama pendidikan dan pengawasan tinggi pariwisata keselamatan wisatawan b Peningkatan kesadaran Kerjasama pendidikan masyarakat tentang tinggi pariwisata pariwisata C Kerjasama pendidikan Penambahan destinasi tinggi pariwisata wisata baru d Optimalisasi destinasi dan Kerjasama pendidikan atraksi wisata yang sudah tinggi pariwisata ada E Menetapkan Standarisasi Peningkatan kesadaran dan pengawasan masyarakat tentang keselamatan wisatawan pariwisata F Menetapkan Standarisasi Penambahan destinasi dan pengawasan wisata baru keselamatan wisatawan g Menetapkan Standarisasi Optimalisasi destinasi dan dan pengawasan atraksi wisata yang sudah keselamatan wisatawan ada h Peningkatan kesadaran Penambahan destinasi masyarakat tentang wisata baru pariwisata i Peningkatan kesadaran Optimalisasi destinasi dan masyarakat tentang atraksi wisata yang sudah pariwisata ada j Optimalisasi destinasi dan Penambahan destinasi atraksi wisata yang sudah wisata baru ada

Universitas Indonesia

125 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 36. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

126 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 37. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

127 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 38. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

128 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 39. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

129 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 40. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

130 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 41. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

131 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 42. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B a Menetapkan Standarisasi Kerjasama pendidikan dan pengawasan tinggi pariwisata keselamatan wisatawan b Peningkatan kesadaran Kerjasama pendidikan masyarakat tentang tinggi pariwisata pariwisata c Kerjasama pendidikan Penambahan destinasi tinggi pariwisata wisata baru d Optimalisasi destinasi dan Kerjasama pendidikan atraksi wisata yang sudah tinggi pariwisata ada e Menetapkan Standarisasi Peningkatan kesadaran dan pengawasan masyarakat tentang keselamatan wisatawan pariwisata f Menetapkan Standarisasi Penambahan destinasi dan pengawasan wisata baru keselamatan wisatawan g Menetapkan Standarisasi Optimalisasi destinasi dan dan pengawasan atraksi wisata yang sudah keselamatan wisatawan ada h Peningkatan kesadaran Penambahan destinasi masyarakat tentang wisata baru pariwisata i Peningkatan kesadaran Optimalisasi destinasi dan masyarakat tentang atraksi wisata yang sudah pariwisata ada j Optimalisasi destinasi dan Penambahan destinasi atraksi wisata yang sudah wisata baru ada

Universitas Indonesia

132 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 43. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B a Menetapkan Standarisasi Kerjasama pendidikan dan pengawasan tinggi pariwisata keselamatan wisatawan b Peningkatan kesadaran Kerjasama pendidikan masyarakat tentang tinggi pariwisata pariwisata c Kerjasama pendidikan Penambahan destinasi tinggi pariwisata wisata baru d Optimalisasi destinasi dan Kerjasama pendidikan atraksi wisata yang sudah tinggi pariwisata ada e Menetapkan Standarisasi Peningkatan kesadaran dan pengawasan masyarakat tentang keselamatan wisatawan pariwisata f Menetapkan Standarisasi Penambahan destinasi dan pengawasan wisata baru keselamatan wisatawan g Menetapkan Standarisasi Optimalisasi destinasi dan dan pengawasan atraksi wisata yang sudah keselamatan wisatawan ada h Peningkatan kesadaran Penambahan destinasi masyarakat tentang wisata baru pariwisata i Peningkatan kesadaran Optimalisasi destinasi dan masyarakat tentang atraksi wisata yang sudah pariwisata ada j Optimalisasi destinasi dan Penambahan destinasi atraksi wisata yang sudah wisata baru ada

Universitas Indonesia

133 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 44. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan
Masyarakat dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

134 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 45. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

135 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 46. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

136 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 47. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

137 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 48. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

138 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 49. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

139 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 50. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 1 3 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

140 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 51. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B a Menetapkan Standarisasi Kerjasama pendidikan dan pengawasan tinggi pariwisata keselamatan wisatawan b Peningkatan kesadaran Kerjasama pendidikan masyarakat tentang tinggi pariwisata pariwisata c Kerjasama pendidikan Penambahan destinasi tinggi pariwisata wisata baru d Optimalisasi destinasi dan Kerjasama pendidikan atraksi wisata yang sudah tinggi pariwisata ada e Menetapkan Standarisasi Peningkatan kesadaran dan pengawasan masyarakat tentang keselamatan wisatawan pariwisata f Menetapkan Standarisasi Penambahan destinasi dan pengawasan wisata baru keselamatan wisatawan g Menetapkan Standarisasi Optimalisasi destinasi dan dan pengawasan atraksi wisata yang sudah keselamatan wisatawan ada h Peningkatan kesadaran Penambahan destinasi masyarakat tentang wisata baru pariwisata i Peningkatan kesadaran Optimalisasi destinasi dan masyarakat tentang atraksi wisata yang sudah pariwisata ada j Optimalisasi destinasi dan Penambahan destinasi atraksi wisata yang sudah wisata baru ada

Universitas Indonesia

141 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 52. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B a Menetapkan Standarisasi Kerjasama pendidikan dan pengawasan tinggi pariwisata keselamatan wisatawan b Peningkatan kesadaran Kerjasama pendidikan masyarakat tentang tinggi pariwisata pariwisata c Kerjasama pendidikan Penambahan destinasi tinggi pariwisata wisata baru d Optimalisasi destinasi dan Kerjasama pendidikan atraksi wisata yang sudah tinggi pariwisata ada e Menetapkan Standarisasi Peningkatan kesadaran dan pengawasan masyarakat tentang keselamatan wisatawan pariwisata f Menetapkan Standarisasi Penambahan destinasi dan pengawasan wisata baru keselamatan wisatawan g Menetapkan Standarisasi Optimalisasi destinasi dan dan pengawasan atraksi wisata yang sudah keselamatan wisatawan ada h Peningkatan kesadaran Penambahan destinasi masyarakat tentang wisata baru pariwisata i Peningkatan kesadaran Optimalisasi destinasi dan masyarakat tentang atraksi wisata yang sudah pariwisata ada j Optimalisasi destinasi dan Penambahan destinasi atraksi wisata yang sudah wisata baru ada

Universitas Indonesia

142 Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP 53. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan
Masyarakat dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 a Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata b c d e f g h i j Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru 5 7 9 B Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Penambahan destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

Universitas Indonesia

"#$!

12/11/2012 7:44:46 PM

Lampiran 6 : Hasil olah aplikasi expert choice

Page 1 of 2

Model Name: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA Treeview

Goal: Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Belitung Pendidikan Tinggi Pariwisata (L: .111) Keterbatasan Anggaran (L: .150) Pemda (L: .466) Swasta (L: .433) LSM (L: .100) Lemahnya Kelembagaan (L: .725) Pemda (L: .612) Swasta (L: .179) LSM (L: .209) Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat (L: .125) Pemda (L: .240) Swasta (L: .210) LSM (L: .550) Standarisasi dan Pengawasan keselamatan wisatawan (L: .134) Keterbatasan Anggaran (L: .100) Pemda (L: .528) Swasta (L: .333) LSM (L: .140) Lemahnya Kelembagaan (L: .466) Pemda (L: .359) Swasta (L: .124) LSM (L: .517) Lemahnya pemberdayaan (L: .433) Pemda (L: .376) Swasta (L: .149) LSM (L: .474) Pendidikan dan sosialisasi masyarakat (L: .325) Keterbatasan Anggaran (L: .109) Pemda (L: .493) Swasta (L: .196)

yayan

Universitas Indonesia

"##!

12/11/2012 7:44:46 PM

Lanjutan Lampiran 6 : Hasil olah aplikasi expert choice

Page 2 of 2

LSM (L: .311) Lemahnya Kelembagaan (L: .345) Pemda (L: .657) Swasta (L: .083) LSM (L: .261) Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat (L: .547) Pemda (L: .368) Swasta (L: .082) LSM (L: .550) Pengembangan destinasi pariwisata baru (L: .430) Keterbatasan Anggaran (L: .147) Pemda (L: .515) Swasta (L: .388) LSM (L: .097) Lemahnya Kelembagaan (L: .657) Pemda (L: .407) Swasta (L: .224) LSM (L: .370) Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat (L: .196) Pemda (L: .304) Swasta (L: .177) LSM (L: .519) Alternatives Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan jumlah destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada .105 .100 .329 .111 .355

* Ideal mode

yayan

Universitas Indonesia

Lampiran 7 : Perhitungan Bobot Global


GOAL SKENARIO P. LOKAL P.GLOBAL Pendidikan Tinggi Pariwisata Keterbatasan Anggaran 0.111 0.111 Lemahnya Kelembagaan Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat Keterbatasan Anggaran 0.134 0.134 Lemahnya Kelembagaan Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat Keterbatasan Anggaran 0.325 0.325 Lemahnya Kelembagaan Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat Keterbatasan Anggaran 0.430 0.430 Lemahnya Kelembagaan Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat HAMBATAN P. LOKAL P.GLOBAL 0.150 0.017 PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PEMDA SWASTA LSM PELAKU P. LOKAL 0.466 0.433 0.100 0.612 0.179 0.209 0.240 0.210 0.550 0.528 0.333 0.140 0.359 0.124 0.517 0.376 0.149 0.474 0.493 0.196 0.311 0.657 0.083 0.261 0.368 0.082 0.550 0.515 0.388 0.970 0.407 0.224 0.370 0.304 0.177 0.519 P.GLOBAL 0.008 0.007 0.002 0.049 0.014 0.017 0.003 0.003 0.008 0.007 0.004 0.002 0.022 0.008 0.032 0.022 0.009 0.028 0.017 0.007 0.011 0.074 0.009 0.029 0.065 0.015 0.098 0.033 0.025 0.061 0.115 0.063 0.105 0.026 0.015 0.044

0.725

0.080

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN BELITUNG

0.125

0.014

Standarisasi dan Pendidikan dan Sosialisasi Pengawasan Keselamatan Masyarakat Wisatawan

0.100

0.013

0.466

0.062

0.433

0.058

0.109

0.035

0.345

0.112

0.547

0.178

PengembanganDestinasi Pariwisata

0.147

0.063

0.657

0.283

0.196

0.084

"#$!

Lampiran 6 : Hasil akhir pengolahan bobot global


PRIORITAS GLOBAL 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5 Pendidikan Tinggi Pariwisata Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat PengembanganDestinasi Pariwisata Keterbatasan Anggaran Lemahnya Kelembagaan Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat PEMDA SWASTA LSM Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata Penambahan jumlah destinasi wisata baru Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada Bobot 0.111 0.134 0.325 0.430 0.129 0.538 0.334 0.441 0.179 0.435 0.105 0.100 0.329 0.111 0.355

SKENARIO

HAMBATAN

PELAKU

KEBIJAKAN

Universitas Indonesia

You might also like