You are on page 1of 17

BAB 1 DESKRIPSI KASUS

PPK BLOK ORGAN INDERA

STATUS PASIEN DV

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS KEDOKTERAN Nama mahasiswa 1. Asep Baskoro Hadi 2. Selyta Olga Diana 3. Savitri 4. Irianti Fatimah Zahra Puskesmas Tanggal PPK Nama Pembimbing NIM 04711048 09711031 10711018 10711029 Mungkid 03 Januari 2013 dr. Hermanu Kusuma dan dr. Masumah TANDA TANGAN

A. IDENTITAS Nama Pasien Umur Alamat Pekerjaan Agama : Rizal Hardian (laki-laki) : 9,5 tahun : Gondang Kidul, Mungkid, Magelang : Pelajar ( Kelas 3 SD) : Islam

B. ANAMNESIS Diberikan oleh : Ibu pasien ( Ibu Haryani) 1. Keluhan Utama Tanggal : 03 Januari 2013

: Gatal-gatal di seluruh tubuh

2. Riwayat Penyakit Sekarang

: Gatal-gatal dirasakan sejak 3 bulan yang lalu yang diawali di bagian perut lalu menyebar ke seluruh tubuh. Awalnya hanya berbentuk bintil-bintil kecil di bagian perut lalu kemudian muncul nanah. Pasien merasakan gatal yang hebat terutama di malam hari sehingga karena gatal tersebut, pasien menggaruk dan kadang ditusuk

menggunakan jarum. Setelah bagian perut yang terkena, lalu menyebar ke bagian legan dan daerah genital pasien, pada saat terkena bagian genital, pasien sulit buang air kecil. Saat ini telah tersebar diseluruh tubuh, namun untuk bagian perut, punggung dan lengan, serta genital hanya tersisa bintik-bintik kecil berwarna hitam dan merah. Selain rasa gatal yang hebat, pasien juga merasakan perih dan panas pada bagian yang telah digaruk oleh pasien. 3. Riwayat Penyakit Dahulu : Belum pernah mengalami hal yang serupa

4. Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah pasien memiliki riwayat alergi udang. Ibu dan ayah pasien juga tertular penyakit pasien. 5. Lingkungan dan Kebiasaan : a) Lingkungan : - Pasien pernah tinggal di pondok pesantren selama 3 bulan. Temanteman di pondok mengalami hal yang serupa. - Tetangga sekitar rumah pasien juga mengalami keluhan serupa. b) Kebiasaan : - Pasien sering mandi di sungai - Saat di pondok, alat-alat pribadi pasien sering dipinjam oleh temantemannya. C. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan Umum Keadaan umum Vital sign :

: Compos mentis : Tekanan darah : 100/80 mmHg Suhu Nadi Respi : 36,5 C : 98 x / menit : 22 x / menit

Status Dermatologis Venereologis :

DIAGNOSIS BANDING 1. Skabies 2. Creeping Eruption 3. Urtikaria

PEMERIKSAAN PENUNJANG : 1. Kerokan kulit 2. Teknik winkle-picker

DIAGNOSIS : Skabies

TERAPI

: - Skabitmit ( Permetrin 5%) dalam bentuk salep : - Amoksisilin : - CTM : - Vitamin C

SARAN

: Jaga kebersihan seperti: - Diusahakan untuk tidak mandi di sungai atau di kali. - Untuk peralatan pribadi seperti handuk, baju, selimut dan sebagainya agar menggunakan secara sendiri-sendiri. - Obat digunakan secara teratur, dan jika habis maka jangan lupa untuk kontrol. - Obat tidak hanya digunakan oleh pasien namun untuk keluarga pasien juga harus mendapatkan terapi.

PROGNOSIS : Baik, jika teratur kontrol bila obat habis serta menjaga kebersihan. Selain itu keluarga serta tetangga pasien juga harus menerima terapi anti scabies.

BAB II PEMBAHASAN INTERPRETASI ANAMNESIS 1. Jenis kelamin Dilihat dari segi jenis kelamin, tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan yang dikeluhkan oleh pasien. Dalam hal ini baik wanita maupun pria bisa menderita penyakit scabies. 2. Usia Semua kelompok umum bisa terkena oleh penyakit Scabies ini, namun umumnya menyerang anak-anak dan dewasa muda. Hal ini disebabkan sistem imun tubuh belum begitu terbentuk sempurna sert mudah menularnyaa penyakit ini. Dalam hal ini pasien berusia 9,5 tahun, sehingga merupakan salah satu faktor resiko. 3. Rasa Gatal pada malam hari saja. Rasa gatal (pruritus) yang dikeluhkan pasien berupa ras gatal yang hebat dan hanya dirasakan pada malam hari saja. Hal ini dikarenakan penyebab dari Scbies itu sendiri yaitu Sarcoptes Scabei. Siklus hidup dari sarcoptes Scabiei dimulai dari jenis betina yang telah dibuahi oleh jenis jantan yang terjadi di atas kulit. Setelah jantan selesai membuahi betina, mereka akan mati. Berbeda dengan si betina yang akan membuat terowongan dalam stratum korneum bagian epidermis untuk meletakkan telurtelurnya yang telah dihasilkan akibat pembuahan yang telah dilakukan. Betina akan terus meletakkan telur-telurnya berselang setiap 2-3 hari sampai mencapai 40-50 butir telur. Masa hidup betina yang dibuahi dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas dalam terowongan setelah 2-3 hari menjadi larva, dari larva tersebut akan menjadi nimpa yang membtuhkan proses 2-3 hari juga. Dari nimpa tersebut akan terjadi proses pendewasaan yang akan menjadi dewasa jantan atau dewasa betina. Proses larva menjadi nimpa ini bisa terjadi di dalam terowongan maupun di permukaan kulit. Berpindahnya larva atau nimpa ke permukaan kulit untuk mencari makan dengan cara menghisap cairan yang keluar dari sel-sel kulit serta mencari pasangan guna melanjutkan proses fertilasi dan memulai siklus hidup baru. Jika ditotal, dari sejak telur menetas sehingga menjadi dewasa membutuhkan waktu kira kira 2-3 minggu. Dari keseluruhan proses tersebut terjadinya hanya pada malam hari saja.

Sistem imun dalam tubuh mendeteksi adanya Sarcoptes Scbiei setelah proses dari telur sampai menjadi dewasa selesai, lalu terjadilah reaksi

hipersensitivitas terhadap tungau Scabies dewasa maupun terhadap larva, kotoran atau feses yang dikeluarkan. Karena adanya reaksi sistem imun tersebutlah yang mengakibatkan rasa gatal. 4. Terlokalisasi pada awalnya lalu menyebar keseluruh tubuh. Seperti penjelasan pada nomer 3 diatas, serta dari keluhan pasien yang pada awalnya hanya dibagian abdomen saja lalu menyebar keseluruh tubuh. Ini dikarenakan jenis betina dari sarcoptes Scabiei yang akan terus membuat terowongan untuk meletakakn teur-telurnya. Dari terowongan tersebutlah

mengakibatkan yang pada awalnya hanya terlokalisir menjadi menyebar keseluruh tubuh. 5. Bintil-bintil kecil lalu bernanah Bintil-bintil yang dimaksud pasien dalam hal ini ialah vesikel. Vesikel terjadi karena adanya reaksi dari sistem imun tubuh yang mendeteksi adanya makhluk asing dalam tubuh yaitu Sarcoptes Scbiei menimbulkan iritasi sehingga terjadi eritema dan edema pada kulit Sedangakn nanah yang dimaksud pasien dalam hal ini ialah abses. Ini merupakan infeksi sekunder yang timbul dikarenakan tindakan pasien itu sendiri berupa garukan maupun tusukan jarum. Ketika terjadi garukan, membuat tungau dalam terowongan akan keluar serta vesikel pecah, hal ini yang menyebabkan mudahnya infeksi timbul sehingga terjadi infeksi sekunder ditandai dengan adanya abses. 6. Lingkungan dan kebiasaan pasien a. Pernah tinggal di pondok pesantren Merupakan salah satu faktor resiko dari timbulnya penyakit Skabies. Penularan tersebut bisa diapatkan karena kontak langsung maupun tidak langsung. Karena pasien pernah tinggal di pondok maka penularan bisa secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dengan bersenyuhan terhadap penderita dan secaratidak langsung dengan

menggunakan alat-alat pribadi saecara bersama. b. Mandi di sungai atau di kali. Bisa mengakibatkan infeksi sekunder atau bisa juga menyebabkan daya tahan tubuh rendah akibat mikroorganisme dalam sungai atau dalam kali tersebut. Hal ini juga merupakan faktor resiko.

INTERPRETASI PEMERIKSAAN Pemeriksaan Fisik Status generalis keadaan umum: a. Keadaan umum : compos mentis. b. Vital sign untuk tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi dalam batas normal Deskripsi UKK Pada UKK yang kami temukan jenis UKKnya berupa UKK sekunder. Untuk UKK primer, berdasarkan literature yang ada UKK primernya berupa Vesikel, nodul, dan terowongan bawah kulit yang mana pada pemeriksaan ini UKK primer sudah tidak ditemukan. Hal ini dikarenakan adanya manipulasi berupa garukan dan tusukkan yang dilakukan untuk mengurangi rasa gatal.

- Tungkai bawah

Lokasi dan distribusi Jenis UKK

: Lutut, tungkai bawah, dengan distribusi generalisata. : Sekunder, terlihat adanya skuama yang hipopigmentasi, abses yang berisi nanah, ekskoriasi yang eritema, dan koreng yang berupa nanah yang mengering.

Warna

: Tampak skuama hipopigmentasi dengan batas tegas, dan abses yang kuning pucat, serta ekskoriasi eritema.

Susunan

: Tersebar.

-Punggung tangan

Lokasi dan distribusi Jenis UKK

: Di punggung tangan dengan distribusi generalisata. : Sekunder, terlihat adanya skuama, ekskoriasi multiple, erosi, dan juga krusta.

Warna

: skuama terlihat hipopigmentasi dengan batas tegas, untuk krusta terlihat kehitaman akibat bekuan darah, untuk erosi tampak eritem.

Susunan

: Tersebar, beberapa tampak berkelompok di sela antara ibu jari dan telunjuk.

-Telapak tangan

Lokasi dan distribusi Jenis UKK Warna

: di telapak tangan dengan distribusi generalisata. : sekunder, ditemukan skuama, ekskoriasi, erosi, : untuk skuama terlihat hipopigmentasi dengan batas tegas, untuk erosi terlihat ada yang masih basah dan juga ada yang sudah terlihat kering, keduanya sama-sama eritema.

Susunan -Pergelangan tangan

: tersebar

Lokasi dan distribusi Jenis UKK

: di pergelangan tangan kiri, dengan distribusi generalisata : sekunder, dengan adanya skuama yang tersebar, ekskoriasi, krusta dan juga erosi.

Warna

: skuama terlihat hipopigmentasi berbatas tegas, krusta tampak kehitaman karena bekuan darah dan kekuningan akibat pus, tampak juga erosi yang eritema.

Susunan

: tersebar.

-Abdomen

Lokasi dan distribusi Jenis UKK Warna

: abdomen dan ditribusi generalisata : sekunder, tampak krusta dan juga skuama. : krusta tampak kehitaman seperti titik-titik hitam yang menyebar di bagian abdomen, dan skuama terlihat hipopigmentasi.

Susunan

: tersebar

-Pantat

Lokasi dan distribusi Jenis UKK Warna

: sekitar pantat, dengan distribusi generalisata : sekunder, tampak skuama, krusta dan ekskoriasi : untuk skuama terlihat hipopigmentasi, krusta terlihat Kehitaman

Susunan

: tersebar.

Pemeriksaan Penunjang Untuk pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal. Sedangkan untuk pemeriksaan penunjang yang kami anjurkan untuk menyingkirkan diagnosis banding adalah sebagai berikut: 1. Kerokan kulit. Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang masih utuh, kemudian dikerok dengan menggunakan scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan, lalu diletakkan di atas gelas objek, di tutup dengan gelas penutup, dan diperiksa di bawah mikroskop. Hasil positif apabila tampak tungau, telur, larva, nimfa, atau skibala. Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak atau pasien yang tidak kooperatif. 2. Mengambil tungau dengan jarum

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap, maka tungau akan memegang ujung jarum sehingga dapat ditarik keluar.

3. Epidermal shave biopsi.


Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari antara ibu jari dan jari telunjuk, kemudian diiris pelan-pelan pada puncak lesi dengan scalpel. Biopsi sebaiknya dilakukan dengan superficial sehingga tidak terjadi perdarahan. Spesimen kemudian diletakkan pada gelas objek, lalu ditetesi minyak mineral dan periksa di bawah mikroskop. Semua pemeriksaan tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menemukan tungau sebagai parasit penginfeksi sehingga dapat segera ditentukan terapinya. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis yang lain. ANALISIS DIAGNOSIS/ DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding yang kami tentukan berdasarkan temuan gejala klinis dan juga anamnesis Scabies Scabies merupakan infeksi yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei yang banyak menyerang anak-anak. Berdasarkan epidemiologinya yang sering terserang yaitu anak usia 1-10 tahun. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-sela jari, siku, selangkangan. Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren, penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terajaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Scabies memiliki 4 tanda cardinal 1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam

sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa. 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis sudah dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. Urtikaria Urtikaria adalah reaksi vascular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, warnanya pucat dengan peninggian di permukaan kulit dan sekitarnya dikelilingi halo. Keluhan subyektif yang sering dikeluhkan yaitu gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Urtikaria ini merupakan penyakit kulit yang cukup sering ditemukan. Dapat terjadi baik secara akut ataupun kronik. Ditemukan lebih sering pada usia dewasa disbanding anak-anak. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Penyebabnya sendiri bermacam-macam, salah satunya yaitu gigitan serangga. Gejala klinis yang ditimbulkan bisa berupa gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Klinisnya terlihat eritema dengan edema yang berbatas tegas, kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Creeping eruption Sering terjadi pada anak-anak, terutama yang memiliki kebiasaan berjalan tanpa alas kaki Karen ainfeksi ini berhubungan dengan tanah atau pasir. Penyakit ini didefinisikan sebagai kelainan kulit yang merupakan peradangan linear atau

berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh larva cacing tambang dari anjing dan kucing. Masuknya larva ini ke kulit menimbulkan rasa gatal dan panas. Awalnya akan timbul papul, lalu terdapat lesi yang bentuknya linear menimbul dengan diameter 2-3 mm dengan warna kemerahan. Perkembangan selanjutnya papul ini dapat menjalar dan membentuk terowongan (burrow) seperti Scabies. Rasa gatal yang ditimbulkan juga biasanya lebih hebat pada malam hari. Untuk menentukan diagnosisnya dilihat dari bentuk khasnya yaitu terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus ataupun linear, menimbul, dan terdapat papul ataupun vesikel di atasnya. ANALISIS TERAPI Berikut ini merupakan analisis terapi farmako dan terapi non farmako. Farmako Terapi Di Puskesmas, pasien scabies ini menerima terapi berupa obat-obat seperti berikut, Scabimite Topikal Merupakan golongan permetrin 5% dan antiparasit spectrum luas terhadap tungau ataupun anthropoda lainnya. Cara kerjanya yaitu dengan mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Obat ini dipakai dengan cara dioleskan ke seluruh tubuh saat malam hari selama 8-12 jam, kemudian esok harinya pasien disarankan untuk tidak mandi terlebih dahulu. Akan tetapi dianjurkan mandi pada sore harinya. Antibiotic (Amoksisilin) Antibiotik diberikan oleh pihak Puskesmas karena ditemukan tanda infeksi sekunder pada pasien. Antibiotic ini diberikan dalam bentuk tablet dengan dosis dewasa dan anak-anak >20kg: 250mg-500mg tiap 8 jam. Anak-anak dengan BB < 20 kg: 20 - 40 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Antihistamin (CTM) Obat ini diberikan untuk mengurangi gatal-gatal yang menjadi keluhan, dan juga efek sedatifnya dimaksdkan agar pasien mudah tertidur saat malam hari untuk mengurangi keluhan gatal yang dirasakan memberat saat malam tersebut. Dengan dosis untuk anak usia 6-12 tahun diberikan 2 mg tiap 4-6 jam, dosis maksimalnya 12 mg/ hari. Vitamin C

Pemberian Vitamin C ditujukan untuk meningkatkan sistem imun pada tubuh pasien untuk menghindari infeksi berulang. Dari terapi yang diberikan oleh Puskesmas terhadap pasien sudah sesuai dengan referensi yang dibaca, yaitu berupa pemberian Perimetrin 5%. Dalam hal ini Puskesmas menggunakan Scabimite yang bahan aktifnya sendiri adalah Perimetrin. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam penggunaannya sangat kecil. Dalam referensi yang ditemukan menyebutkan bahwa terapi Ivermectin secara oral juga bagus untuk penyembuhan dari dalam. Non Farmako Untuk Non farmako, disarankan beberapa hal seperti berikut, Pasien rutin minum obat dan menggunakan obat topical yang diberikan. Lebih baik seluruh anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan pasien juga mengkonsumsi obat oral dan topical untuk menghindari penularan. Dan jika sudah tertular, seluruhnya harus diobati sampai sembuh. Menggunakan barang-barang pribadi seperti handuk dan lain-lain sendiri. Tidak secara bergantian. Membersihkan seprei dan kasur setiap sebelum tidur. Baju, selimut, seprei dan sarung bantal sebaiknya direbus dengan air panas untuk membunuh tungau yang menempel pada barang-barang tersebut.

BAB III KESIMPULAN Skabies merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei dan banyak menyerang anak-anak dan dewasa secara berkelompok. Gejalanya berupa gatal di malam hari dan juga rasa panas. Juga bisa ditemukan burrow pada infeksi primer, yang merupkana gejala khas pada scabies. Penyakit ini penularannya tergantung dari kebersihan dari masing-masing individu. Karena penyebarannya bisa dengan kontak langsung dan tidak langsung, untuk itu orang yang berada di sekitar penderita scabies diharapkan dapat diterapi sama halnya dengan pasien. Karena bisa saja, individu disekitar pasien sudah tertular scabies dengan masa inkubas, sehingga belum menunjukkan gejala.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FK UI: Jakarta. 2. Graham, Robin., Tony, Brown., 2005. Lecture Notes Dermatologi. Erlangga: Jakarta. 3. Ikramullah, Khan. , Rifat, Yasmin. 2007. Original Article: Ivermectin In The Treatment of Scabies. Journal of Pakistan Association of Dermatologists; 17: 7883. 4. Natadisastra, Djaenuddi., Agoes, Ridad., 2009. Parasitolpogi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. EGC: Jakarta. 5. Soedarto., 1996. Penyaki-Penyakit Infeksi di Indonesia. Widya Medika: Jakarta. 6.

You might also like