You are on page 1of 2

Rumus Baru Untuk Menghitung Hari Perkiraan Lahir (HPL) ?

Mar 5

Posted by aderestanti

Beberapa waktu yang lalu terjadi sedikit pergolakan di salah satu grup fb yang saya ikuti (halah), terkait informasi adanya rumus baru untuk menentukan HPL. Masa iya sih? Bukannya rumus paten untuk menghitung HPL adalah Rumus Naegele? Berikut saya luruskan.. Perhitungan usia kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : dari HPHT (menggunakan rumus Naegele), gerakan pertama janin, perkiraan tinggi fundus uteri, USG dll. Namun, cara yang paling banyak dan mudah dilakukan untuk menghitung HPL adalah dengan menggunakan rumus Naegele, yang dihitung berdasarkan pada Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) yang dialami seorang ibu. Rumus Naegele adalah sebagai berikut : Hari Perkiraan Lahir = Tanggal hari pertama haid terakhir + 7, bulan 3, tahun + 1. Jika bulan tidak bisa dikurangi 3 maka bulan ditambah 9 dan tidak ada penambahan tahun.

Semua sepakat sampai disini ya? Lalu yang dimaksud dengan rumus baru itu apa? Baiklah mari kita lanjutkan..

Awal ceritanya begini, rumus dasar untuk menghitung HPL berdasarkan HPHT adalah rumus Naegele. Ini sudah digunakan sejak tahun 1800an dan tetep dipake hingga saat ini. Rumus Naegele dihitung berdasarkan asumsi bahwa USIA KEHAMILAN NORMAL ADALAH 266 HARI SEJAK OVULASI ( 38minggu atau 9bulan 7hari ). Tapi, si ibu kan tidak tahu kapan dia mengalami ovulasi? Satu-satunya yang bisa dia ketahui secara obyektif adalah HPHTnya. Krn itu, untuk mempermudah perhitungan, pak Naegele menghitung taksiran persalinan sejak HPHT, yaitu dengan menambahkan 14 hari, sehingga usia kehamilan menjadi 266 hari + 14 hari = 280 hari. Kenapa ditambah 14 hari? Karena pada siklus haid normal (28 hari), ovulasi terjadi pada 14 hari sblm haid yg akan datang, atau 14 hari setelah HPHT. Jadi, bisa juga dikatakan bahwa USIA KEHAMILAN NORMAL ADALAH 280 HARI SEJAK HPHT. Karena itu, rumus HPL mjd : HPHT + 9bulan 7hari + 14hari > HPHT + 9bulan + 7hari

Yang kita kenal sbg rumus +7 +9 atau +7 -3 +1

Akan tetapi, rumus ini ada kelemahannya.. Rumus Naegele HANYA COCOK untuk ibu yang siklus haidnya 28 hari, dan berpotensi menghasilkan kesalahan penaksiran terutama bila siklus haidnya pendek atau panjang. Pada siklus haid 28 hari, ovulasi selalu konstan terjadi pada 14 hari stlh HPHT, sehingga HPL yang dihitung dengan menggunakan rumus Naegele bisa dibilang akurat. Tapi bagaimana dengan yang siklus haidnya pendek atau panjang? Masa ovulasinya kan berbeda dengan yang siklusnya 28 hari? Jadi kemungkinan hasil taksirannya akan meleset.

Karena itu muncullah Parikhs formula (2007). Perhitungan dengan cara ini ditujukan untuk meminimalisir kesalahan yg mungkin terjadi pada rumus Naegele. Caranya dengan menghitung kapan saat terjadinya ovulasi pada siklus tertentu, yaitu LAMA SIKLUS HAID 14HARI.

Sehingga bila dimasukkan ke dalam rumus menjadi : HPL = HPHT + 9bulan 7hari + (lama siklus haid 14hari) , dan disederhanakan menjadi : HPL = HPHT + 9bulan + (lama siklus haid 21 hari)

Contoh : Jika HPHT pada tanggal 1 januari 2010 (siklus haid 28 hr), maka taksiran persalinannya adalah tanggal 8 oktober 2010. Jika siklus haid 40 hari, maka taksiran persalinannya menjadi : HPHT + 9bulan + (40-21)hari > HPHT + 9bulan + 19hari > tanggal 20 oktober 2010

Atau kalau mau pake bahasa yg SEDERHANA, bisa juga dikatakan bahwa: jika siklus menstruasi lebih atau kurang dari 28 hari, maka selisihnya ditambahkan atau dikurangi kedalam perhitungannya. Sama aja koq hasilnya.. Contoh menghitungnya : Jika HPHT pada tanggal 15 Mei 2010 maka taksiran persalinannya adalah tanggal 22 Februari 2011. Jika siklus haid 30 hari maka taksiran menjadi tanggal 24 Februari 2011.

Rumus Naegele dan Parikhs formula sama2 penting karena digunakan untuk 2 kondisi yang berbeda, yaitu untuk yg siklus haidnya 28 hari dan siklus haid bukan 28 hari. Jadi begitulah ceritanya, sudah jelas ya?

You might also like