You are on page 1of 73

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA SISWA KELAS VIII SMP

Kata Kunci : Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan tergolong masih rendah. Hal tersebut diantaranya disebabkan model pembelajaran yang selama ini diterapkan kurang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran sejarah di SMP jika hanya disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan membosankan. Dalam hal ini diperlukan oleh seorang guru untuk mempertimbangkan model pembelajaran lain yang efektif dan tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dicobakan melalui penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis portofolio. Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam tugastugasnya. Rumusan masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis portofolio? (2) Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan prestasi belajar IPS Sejarah pada siswa kelas VIII SMP N I Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Peajaran 2006 / 2007 ?. Tujuan penelitian ini (1) Ingin

mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan memakai model pembelajaran berbasis portofolio. (2) Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis portofolio terhadap prestasi belajar IPS Sejarah pada siswa kelas VIII SMP N I Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2006 / 2007. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang ditempuh dalam dua siklus. Setiap siklus terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan dalam setiap siklus dilakukan dengan cara peneliti memberikan tugas berupa penyelesaian suatu permasalahan secara berkelompok, dimana setiap kelompok punya tugas masing-masing, kemudian mereka mempresentasikan hasil karya mereka dalam suatu show case yang terdiri dari portofolio dokumen dan tayangan. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan yang terdiri dari 41 siswa pada tahun pelajaran 2006/2007. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran berbasis portofolio, kemampuan siswa dalam menyampaikan materi di depan kelas dan belajar mandiri di rumah dapat ditingkatkan. Selain itu siswa menjadi lebih berani mengemukakan pendapat dan dapat menerapkan ilmu sejarah dalam kehidupan bermasyarakat. Variasi penerapan model pembelajaran ini dapat juga ix menghindari kebosanan siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah sehingga prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari 66% menjadi 85,5 %. Berdasarkan penelitian bahwa prestasi belajar IPS Sejarah yang diperoleh siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2006/2007 nilai rata-ratanya meningkat pada siklus I yaitu 69 menjadi berkisar 85,5 pada siklus II. Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis portofolio yang diterapkan guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena itu

peneliti menyarankan agar model pembelajaran berbasis portofolio disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran sejarah di sekolah. x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iii PERNYATAAN ........................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. v PRAKATA .................................................................................................... vi SARI ............................................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTRA GAMBAR .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................ 6 D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6 E. Penegasan Istilah.............................................................. 7 F. Sistematika Penulisan Skripsi ......................................... 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 10

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ...................... 10 2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas .................. 12 3. Model Penelitian Tindakan Kelas.............................. 13 B. Prestasi Belajar ................................................................ 18 1. Pengertian Prestasi Belajar ....................................... 18 2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ............ 18 C. IPS Sejarah ..................................................................... 20 1. Pengertian IPS Sejarah .............................................. 20 2. Fungsi dan Tujuan IPS di SMP dan MTs ................. 21 D. Portofolio ........................................................................ 21 xi 1. Pengertian Portofolio ................................................ 21 2. Portofolio Sebagai Model Pembelajaran .................. 23 3. Portofolio Sebagai Penilaian / Assessment ............... 30 4. Kerangka Berpikir ..................................................... 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ..................................................... 38 B. Objek Penelitian .............................................................. 38 C. Subjek dan Setting Penelitian ......................................... 38 D. Faktor yang Diselidiki ..................................................... 39 E. Rencana Tindakan ........................................................... 39 F. Data dan Cara Pengambilannya ...................................... 42 G. Indikator Kinerja ............................................................. 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Siklus I ................................................. 44

2. Pelaksanaan Siklus II ................................................ 58 B. Pembahasan .................................................................... 64 BAB V PENUTUP A. Simpulan ......................................................................... 68 B. Saran-saran ...................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 70 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 72 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : Halaman Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari UNNES.......................................... 72 Lampiran 2 Surat Keterangan selesai penelitian dari sekolah .................. 73 Lampiran 3 Profil Sekolah......................................................................... 74 Lampiran 4 Silabus Ilmu Sosial SMP Kelas VIII ..................................... 75 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sejarah Siklus I 77 Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sejarah Siklus II 83 Lampiran 7 Daftar Nama Siswa Kelas VIIIA SMP N I Doro................... 89 Lampiran 8 Daftar Nilai IPS Siswa kelas VIIIA Sebelum Penelitian....... 91 Lampiran 9 Lembar Penilaian Portofolio siklus I dari 3 (Tiga) Juri ......... 93 Lampiran 10 Lembar Penilaian Portofolio siklus II dari 3 (Tiga) Juri........ 118 Lampiran 11 Analisis Penilaian Portofolio Siklus I ................................... 143 Lampiran 12 Analisis Penilaian Portofolio Siklus II .................................. 145 Lampiran 13 Persentase Nilai Siswa dalam Menyerap Materi ................. 147 Lampiran 14 Gambar Kegiatan Penelitian Siklus I .................................... 148 Lampiran 15 Gambar Kegiatan Penelitian Siklus II ................................... 157

Lampiran 16 Hasil Portofolio Dokumen Siklus I........................................ 166 Lampiran 17 Hasil Portofolio Dokumen Siklus II ...................................... 193 xiii DAFTAR TABEL Tabel : Halaman Tabel 1 Rincian Rencana Tindakan ................................................... 40 Tabel 2 Pengambilan Suara untuk Menentukan Permasalahan Kelas pada Siklus I .................................................................................. 46 Tabel 3 Pengambilan Suara untuk Menentukan Permasalahan Kelas pada Siklus II ................................................................................. 60 Tabel 4 Partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar .................. 65 Tabel 5 Partisipasi Siswa dalam Menyerap Materi Pelajaran ............ 65 xiv DAFTAR GAMBAR Gambar : Halaman Gambar 1 Empat Langkah dalam Satu Siklus Penelitian Tindakan Kelas .... 15 Gambar 2 Rangkaian Siklus Penelitian Tindakan Kelas .............................. 18 Gambar 3 Portofolio Tayangan Bentuk Bujur Sangkar ................................. 29 Gambar 4 Portofolio Tayangan Bentuk Segitiga Sama Sisi .......................... 29 Gambar 5 Portofolio tayangan bentuk lingkaran .......................................... 30 Gambar 6 Portofolio tayangan bentuk Oval ................................................. 30 Gambar 7 Gambar 23 Foto PTK Siklus I ................................................... 148 Gambar 23 Gambar 39 Foto PTK Siklus II ............................................... 157 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilannya. Pendidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian suatu individu yang lebih baik. Pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia yang lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang lebih baik (Munib 2004:29). Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan perkembangan peningkatan kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah selalu merevisi kurikulum yang sudah ada selaras dengan perkembangan jaman, demikian pula dengan model pembelajaran yang diterapkan selalu mengalami perkembangan. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, membuka kemungkinan peserta didik (siswa) tidak hanya belajar di dalam kelas yang dibimbing oleh guru saja, akan tetapi peserta didik dapat belajar dari luar kelas seperti dari lingkungan masyarakat, pakar atau ilmuwan, birokrat, media cetak maupun media elektronik, serta sarana-sarana lain yang ada di sekitar kita. 12 Dengan belajar seperti itu, peserta didik akan lebih leluasa menuangkan gagasan mereka yang dibangun berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Suasana atau iklim belajar mengajar harus diciptakan dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Sebagaimana diketahui bahwa metode mengajar

merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah ketepatan metode mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis, dan sifat materi pelajaran dengan kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut (Usman dan Setyawati 1993:120). Pendidikan sejarah yang diterapkan di sekolah sering kali berkesan kurang menarik bahkan membosankan. Guru sejarah sering kali hanya membeberkan urutan waktu, tokoh dan peristiwa belaka. Pelajaran sejarah dirasakan siswa hanyalah mengulangi hal-hal yang sama dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat pendidikan menengah. Model serta teknik pengajarannya juga kurang menarik. Apa yang terjadi di kelas, biasanya guru memulai pelajaran bercerita, atau bahkan membacakan apa yang tertulis dalam buku ajar dan akhirnya langsung menutup pelajaran begitu bel akhir pelajaran berbunyi. Tidak mengherankan di pihak guru sering timbul kesan bahwa mengajar sejarah itu mudah. Akibatnya nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah tidak dapat dipahami dan diamalkan peserta didik (Soewarso 2000:1-2). Hal serupa juga dikatakan Suharya (2007:1) dalam www.duniaguru.com, yang menyebutkan bahwa pelajaran IPS, khususnya sejarah sering disebut sebagai pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini 3 tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal ujian, akibatnya pelajaran sejarah kurang diminati oleh siswa. Pembelajaran sejarah di SMP jika hanya disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan membosankan. Dalam hal ini diperlukan oleh seorang guru untuk mempertimbangkan model pembelajaran lain yang efektif dan

tepat. Pengalaman yang diperoleh oleh siswa dari hasil pemberitahuan orang lain seperti hasil dari penuturan guru hanya akan mampir sesaat untuk diingat dan setelah itu dilupakan. Oleh karena itu, dalam konteks kurikulum yang berlaku saat ini di SMP, membelajarkan siswa tidak cukup hanya dengan memberitahukan akan tetapi mendorong siswa untuk melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi. Model pembelajaran dalam pendidikan sejarah secara teoritis sebenarnya dapat dipilih dari sekian banyak model pembelajaran yang tersedia. Para guru hendaknya mempunyai kemampuan di dalam memilih model yang tepat untuk setiap pokok bahasan. Selain itu pembelajaran sejarah juga dapat menggunakan media pengajaran yang bermacam-macam diantaranya menampilkan gambar, film, peta dan lainnya untuk menambah pemahaman terhadap data visual. Paradigma baru pendidikan sejarah menghendaki dilakukan inovasi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan guru dalam mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam 4 menentukan tingkat penguasaan siswa dan dalam evaluasi keefektifan proses pembelajaran. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan dan merancang model pembelajaran yang akan dilakukannya seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan tujuan nasional secara umum dan tujuan Pendidikan IPS pada khususnya, yang pada prinsipnya bertujuan mendidik dan membimbing siswa menjadi warga negara yang baik,

yang bertanggung jawab baik secara pribadi, sosial / masyarakat, bangsa dan negara bahkan sebagai warga dunia. Salah satu model pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan tersebut adalah model pembelajaran berbasis portofolio. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif dan bertanggung jawab. Fajar (2004:47) menyebutkan pengertian portofolio sebagai berikut. Portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan itu beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam model pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji. Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan suatu bentuk dari praktik belajar, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Praktik belajar ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi siswa, belajar menilai 5 dan mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Doro tepatnya pada siswa kelas VIII A. Hal ini disebabkan karena rata-rata kelas siswa kelas VIII A pada mata pelajaran IPS

Sejarah hanya 66, hal tersebut tentu merupakan nilai yang tergolong masih rendah, untuk itu penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar IPS Sejarah Melalui Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2006 / 2007. Penelitian ini juga dimaksudkan sebagai penelitian tindakan kelas dimana peneliti bermaksud menerapkan metode portofolio sebagai upaya untuk peningkatan prestasi hasil belajar para peserta didik di SMP N I Doro Kabupaten Pekalongan. Khususnya pada mata pelajaran IPS Sejarah. B. Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis portofolio ? 2. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan prestasi belajar IPS Sejarah pada siswa kelas VIII SMP N I Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2006 / 2007 ? 6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan judul dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan memakai model pembelajaran berbasis portofolio. 2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis portofolio terhadap prestasi belajar IPS Sejarah pada siswa kelas VIII SMP N I Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2006 / 2007.

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian tentang peningkatan prestasi belajar IPS Sejarah melalui model pembelajaran berbasis portofolio pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2006 / 2007 adalah : 1. Manfaat Teoritis Apabila penelitian ini dapat diterima kebenarannya oleh Guru, Kepala Sekolah, para tenaga kependidikan dan peneliti lainnya, diharapkan dapat menambah khasanah pustaka kependidikan dan memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna penyempurnaan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa Dengan penerapan model pembelajaran berbasis portofolio diharapkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Sejarah dapat meningkat. 7 b. Manfaat bagi guru Model pembelajaran berbasis portofolio dapat dijadikan salah satu alternatif mengajar oleh guru dalam proses pembelajaran IPS Sejarah serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan prestasi atau hasil belajar IPS Sejarah. E. Penegasan Istilah Dalam Judul Agar tidak terjadi salah tafsir dalam membaca judul skripsi ini secara keseluruhan, maka beberapa istilah perlu ditegaskan sebagai berikut : 1. Prestasi Belajar Kata prestasi menurut Poerwadarminta (2002:768) adalah hasil yang

telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Belajar menurut Natawidjaja dan Moleong (1985:7) adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran di sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dengan melihat hasil penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh guru setelah mengikuti assessment atau penilaian dan evaluasi. 2. IPS Sejarah IPS adalah salah satu mata pelajaran yang ada di SMP terdiri dari dua bahan kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara. Bahan 8 kajian sejarah meliputi perkembangan dan proses perubahan masyarakat Indonesia dan dunia sejak masa lalu hingga masa kini. 3. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu teknik atau bentuk yang dipilih oleh seorang guru yang digunakan secara intensif dan efektif yang sesuai dengan kehendak dan harapan siswa dalam proses pembelajaran. 4. Portofolio Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa (Rusoni 2001:1).

5. Siswa Kelas VIII SMP N I Doro Kabupaten Pekalongan Maksudnya adalah siswa kelas VIII yang belajar pada pendidikan formal di SMP N I Doro yang terletak di Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan. 6. Tahun Pelajaran 2006 / 2007 Tahun Pelajaran adalah jenjang waktu pendidikan tahun 2006 / 2007 yang terbagi menjadi dua semester. F. Sistematika Penulisan Skripsi Secara garis besar skripsi akan dibagi menjadi tiga bagian pokok dengan sistematika sebagai berikut : 9 1. Bagian awal skripsi Bagian awal akan berisi halaman judul, halaman pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran. 2. Bagian pokok skripsi Bagian ini tersusun atas lima bab, yaitu : a. Bab I Pendahuluan. Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi. b. Bab II Landasan Teori. Terdiri atas Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Prestasi Belajar, IPS Sejarah, dan Portofolio c. Bab III Metode Penelitian. Berisi metode penelitian tindakan kelas, objek dan setting penelitian, faktor yang diselidiki, rencana tindakan, data dan cara pengambilannya, serta indikator kinerja. d. Bab IV Pembahasan mengenai hasil penelitian e. Bab V Penutup. Berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran 3. Bagian Akhir Skripsi

Pada bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, serta data-data yang mendukung penelitian. BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Tindakan Kelas 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc. Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan sebagainya. Di Indonesia sendiri PTK baru diperkenalkan pada akhir dekade 80-an (Aqib 2006:87). Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu PTK dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan yaitu: a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 10 11 b. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan

untuk siswa. c. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Kelas adalah sebuah ruangan tempat guru mengajar dan untuk siswa yang sedang belajar. Tetapi pengertian tersebut salah, sehingga perlu ada penjelasan lebih terperinci tentang pengertian kelas. Menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi dimana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar. Peristiwanya dapat terjadi di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olahraga, di tempat kunjungan, atau di tempat lain dimana siswa berkerumun belajar tentang hal yang sama. Ciri bahwa anak sedang dalam keadaan belajar adalah otaknya aktif berpikir, mencerna bahan yang sedang dipelajari. Dengan batasan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto dkk. 2006:2-3). 12 2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik penting yaitu bahwa masalah yang diangkat adalah permasalahan yang dihadapi guru di kelas. Penelitian tindakan kelas akan dapat dilaksanakan jika pendidik sejak awal

menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian itu sendiri. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian juga dapat dilaksanakan di dalam kelas, yang kemudian disebut penelitian kelas. Penelitian tindakan kelas yang diadakan harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif. Apabila dengan tindakan justru malah membawa kelemahan, penurunan, atau perubahan negatif, berarti hal tersebut menyalahi karakter PTK. Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok disamping karakteristik yang tersebut di atas, yaitu inkuiri reflektif 1 , kolaboratif 2 , dan reflektif 3 . 1 PTK berangkat dari permasalahan sehari-hari yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Jadi kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Arikunto dkk. 2006:110). 2

Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan berbaikan yang diinginkan (Arikunto dkk. 2006:110). 3 PTK memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian (Arikunto dkk. 2006:110). 13 3. Model Penelitian Tindakan Kelas Dalam buku Penelitian Tindakan Kelas (Aqib 2006) menyebutkan ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan. Diantaranya : (a) Model Kurt Lewin, (b) Model Stephen Kemmis dan Mc Taggart, (c) Model John Elliot, dan (d) Model Dave Ebbutt. a. Model Kurt Lewin Di depan sudah disebutkan bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu : 1) Perencanaan (Planning) 2) Aksi atau Tindakan (Acting) 3) Observasi (Observing) 4) Refleksi (Reflecting) Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh

Kurt Lewin, oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi tiga yaitu : 1) Perencanaan (Planning) 2) Pelaksanaan (Implementing) 3) Penelitian (Evaluating) 14 Keempat langkah yang dikenal dengan Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut. Perencanaan Refleksi Aksi Observasi Gambar 1. Empat Langkah dalam Satu Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber : Aqib 2006:21 Berdasarkan langkah-langkah seperti yang digambarkan PTK di atas, selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa siklus, yang akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa siklus. b. Model Kemmis dan Mc Taggart Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart tampak masih begitu dekat dengan model yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hal ini karena dalam satu siklus masih terdapat empat tahapan. Hanya saja sesudah suatu siklus selesai, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya. c. Model John Elliot Apabila dibandingkan dengan dua model PTK sebelumnya, PTK John Elliot ini tampak lebih detail dan lebih rinci. Hal itu dikarenakan dalam setiap siklus

15 dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi, antara tiga sampai lima aksi. Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Maksud penyusunan secara terinci ini supaya dapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanaan aksi atau proses belajar mengajar. Hal lain yang menyebabkan John Elliot menyusun secara terinci adalah karena dalam kenyataan di lapangan, setiap pokok bahasan biasanya tidak dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi harus diselesaikan dalam beberapa langkah. d. Model Dave Ebbutt Pada dasarnya Ebbutt setuju pada gagasan-gagasan yang diutarakan ahli-ahli sebelumnya, tetapi tidak setuju mengenai beberapa interpretasi Elliot mengenai karya Kemmis. Selanjutnya dinyatakan pula olehnya mengenai pandangan Ebbutt yang menyatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara terbaik untuk menggambarkan proses aksi refleksi. Karena Dave Ebbutt merasa tidak puas dengan adanya model-model PTK yang ada sebelumnya, lalu dia memperkenalkan model PTK yang disusunnya sendiri. Dari keempat model penelitian tindakan kelas di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa terdapat empat tahapan yang biasa dilalui, yaitu : a. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Peneliti juga menentukan 16 titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,

kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap kedua adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Dalam tahap ini peneliti harus ingat dan berusaha menaati apa yang dirumuskan dalam rancangan, tapi juga harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat. c. Pengamatan (Observing) Kegiatan pengamatan dan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Sambil melaksanakan tindakan, peneliti mengamati dan mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. d. Refleksi (reflecting) Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika peneliti selesai melakukan tindakan. 17 Siklus I Siklus II Planning I Acting I Observing I Reflecting I Acting II Planning II Observing II Permasalahan baru hasil

reflecting Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus berikutnya Reflecting II permasalahan Gambar 2. Rangkaian Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber : Arikunto, dkk 2006:74 18 B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi menurut Poerwadarminta (2002:768) adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Menurut Winkel (1991:162) prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Belajar menurut Natawidjaja dan Moleong (1985:7) adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Hamalik (2003:52) mengatakan belajar adalah modifikasi untuk memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan serta suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh beberapa perubahan tingkah

laku tang relatif tetap sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran di sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dengan melihat hasil penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh guru setelah mengikuti asessment atau penilaian dan evaluasi. Penilaian dan evaluasi ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa yang merupakan tujuan dari pembelajaran. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar a. Faktor Intern 1) Jasmani 19 Prestasi belajar ditentukan adanya struktur tubuh, panca indra (indra penglihatan, indra penciuman, indra pendengaran, indra peraba, dan indra perasa), dan lain sebagainya. 2) Psikologis Kecerdasan, bakat, minat, kecakapan, sikap, dan motivasi juga menentukan prestasi belajar. 3) Kematangan Fisik dan Psikis Prestasi belajar dan kemampuan belajar seseorang juga ditentukan oleh kematangan fisik dan psikis orang tersebut. b. Faktor Ekstern 1) Lingkungan Keluarga Prestasi belajar dipengaruhi oleh cara mendidik orangtua di rumah, latar belakang pendidikan orang tua, tingkat ekonomi keluarga, dan sebagainya.

2) Lingkungan Sekolah Di sekolah, prestasi belajar dipengaruhi oleh cara belajar, metode mengajar yang diterapkan oleh guru, kurikulum yang berlaku, sikap guru, evaluasi dan penilaian yang diterapkan, administrasi sekolah, dan lain-lain. 3) Lingkungan Masyarakat Prestasi belajar dipengaruhi oleh adat-istiadat setempat, budaya yang berlaku, pergaulan dalam masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. 20 C. IPS Sejarah 1. Pengertian IPS Sejarah IPS adalah salah satu mata pelajaran di SMP yang terdiri dari dua bahan kajian pokok yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan dan proses perubahan masyarakat Indonesia dan dunia sejak masa lalu hingga masa kini. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah bidang studi yang terdiri dari bagian-bagian ilmu sosial yang dipadukan untuk keperluan pendidikan di sekolah (Wiryohandoyo dkk. 1998:2). Tim Penyusun Depdiknas (2003:1) memberikan pengertian tentang IPS sebagai berikut. Pengetahuan Sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat

dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang. Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya melalui dimensi waktu dan tempat yang mencakup aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, geografi dan lain-lain (Hugiono dan Poerwantana 1993: 9). IPS Sejarah adalah suatu mata pelajaran yang menanamkan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga kini. 21 2. Fungsi dan Tujuan IPS di SMP dan MTs a. Fungsi IPS Fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang terdapat dalam pengetahuan sosial berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. b. Tujuan IPS 1) Mengembangkan pengetahuan kesejarahan 2) Mengembangkan kemampuan berpikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial 3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan 4) Meningkatkan kemampuan berkompetisi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional D. Portofolio 1. Pengertian Portofolio Portofolio berasal dari bahasa Inggris portfolio yang artinya dokumen

atau surat-surat. Dapat diartikan juga sebagai kumpulan kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduanpanduan yang ditentukan tergantung mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa. Tetapi, dalam model pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari 22 satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa, dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji (Fajar 2004:47). Menurut Budimansyah (2002:1) portofolio sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai wujud benda fisik portofolio adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan siswa yang disimpan pada suatu bundel. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran siswa baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Sebagai suatu adjective portofolio sering disandingkan dengan konsep lain, misalnya konsep pembelajaran dan penilaian. Jika disandingkan dengan pembelajaran maka dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis portofolio, sedangkan jika disandingkan dengan penilaian maka dikenal istilah penilaian berbasis portofolio. Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas

pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa (Rusoni 2001:1). 23 2. Portofolio Sebagai Model Pembelajaran a. Pengertian Portofolio Sebagai Model Pembelajaran Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam tugas-tugasnya. Portofolio sebagai model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio itu sendiri. Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari suatu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk mengatasi masalah. Fajar (2004:48) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran portofolio sebagai berikut : 1) mengidentifikasi masalah dalam masyarakat 2) memilih suatu masalah untuk dikaji di kelas 3) mengumpulkan informasi yang terkait

4) membuat portofolio kelas 5) menyajikan portofolio / dengar pendapat 24 6) melakukan refleksi pengalaman belajar. Di dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil dengan fasilitas dari guru dan menggunakan ragam sumber belajar di sekolah maupun di luar sekolah (masyarakat). Sumber belajar atau informasi dapat diperoleh diantaranya dari manusia (pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan lain-lain);,kantor penerbitan surat kabar, bahan tertulis, bahan terekam, TV, radio, situs sejarah, artifak, dan lain-lain. Disitulah berbagai keterampilan dikembangkan seperti membaca, mendengar pendapat orang lain, bertanya, mencatat, menjelaskan, memilih, merancang, merumuskan, membagi tugas, memilih pimpinan, berargumentasi dan lain-lain. Berbagai metode pembelajaran dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis portofolio. Metode tersebut diantaranya metode inkuiri, diskusi, pemecahan masalah (problem solving), E-Learning4 , VCT5 (Value Clarivication Technique), bermain peran. Strategi pelaksanaan pembelajaran ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan dan daya kreativitas guru. b. Landasan Pemikiran dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Portofolio Budimansyah (2002:4-7) secara garis besar menyatakan bahwa landasan pemikiran pembelajaran berbasis portofolio adalah sebagai berikut : 1) Empat pilar pendidikan

4 pembelajaran melalui perangkat elektronik komputer yang tersambung ke internet, dimana peserta didik berupaya memperoleh bahan belajar sesuai dengan kebutuhannya (Fajar 2004:49). 5 Teknik atau cara belajar mengungkapkan nilai yang terdapat pada suatu pokok bahasan, cerita, peristiwa, tempat dan sebagainya (Fajar 2004:50). 25 Empat pilar pendidikan sebagai landasan model pembelajaran berbasis portofolio adalah learning to do6 , learning to know7 , learning to be 8 , dan learning to liver together 9 , yang dicanangkan oleh UNESCO. 2) Pandangan Konstruktivisme Pandangan konstruktivisme menganggap semua peserta didik mulai dari usia taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan dan pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa atau gejala lingkungan di sekitarnya. Beberapa bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi konstruktivisme antara lain : diskusi yang menyediakan kesempatan agar peserta didik mau mengungkapkan gagasan atau pendapatnya, pengujian dan hasil penelitian sederhana, demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan

praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk mempertajam gagasannya, 3) Democratic Teaching Democratic teaching adalah suatu upaya menjadikan sekolah sebagai suatu pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Secara singkat democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilainilai demokrasi yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik. 6 peserta didik harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (Budimansyah 2002:4). 7 meningkatkan interaksi dengan lingkungannya sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (Budimansyah 2002:4). 8 diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (Budimansyah 2002:4). 9 dan kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (Budimansyah 2002:4). 26 Dalam pembelajaran portofolio, ada empat prinsip dasar, yaitu : 1) Cooperative Group Learning (Kelompok Belajar Kooperatif) Kelompok belajar kooperatif merupakan proses pembelajaran yang berbasis

kerja sama. 2) Student Active Learning (Prinsip Belajar Siswa Aktif) Proses belajar berpusat pada siswa. Aktivitas siswa hampir di seluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan kelas, kegiatan lapangan, dan pelaporan. 3) Pembelajaran Partisipatorik Pada model ini siswa belajar sambil melakukan (learning by doing). Salah satunya siswa belajar hidup berdemokrasi. 4) Reactive Teaching Model pembelajaran berbasis portofolio mensyaratkan guru yang reaktif. Sebab tidak jarang pada awal pelaksanaan model ini, siswa ragu bahkan malu untuk mengemukakan pendapat. c. Bagian dari Portofolio sebagai Model Pembelajaran Portofolio sebagai model pembelajaran terbagi menjadi dua bagian, yaitu : 1) Portofolio Tayangan Portofolio tayangan pada umumnya berbentuk segi empat sama sisi berjajar dan dapat berdiri sendiri tanpa penyangga. Namun tidak menutup kemungkinan dapat berbentuk lain seperti segitiga, lingkaran, oval, dan sebagainya sesuai dengan kreativitas siswa. Berikut ini contoh bentuk portofolio tayangan. 27 2 3 4 1 Gambar 3. Portofolio tayangan bentuk bujur sangkar

1234 Gambar 4. Portofolio tayangan bentuk segitiga sama sisi 1 2 3 4 Gambar 5. Portofolio tayangan bentuk lingkaran 1 2 3 4 Gambar 6. Portofolio tayangan bentuk oval 28 Keterangan Papan 1berisi : Rangkuman permasalahan yang dikaji Papan 2 berisi: Berbagai usulan alternatif untuk mengatasi masalah Papan 3 berisi : Usulan kebijakan untuk mengatasi masalah Papan 4 berisi : Membuat rencana tindakan 2) Portofolio Dokumentasi Portofolio dokumentasi berisi kumpulan bahan-bahan terpilih yang dapat diperoleh siswa dari literatur/buku, kliping dari koran/majalah, hasil wawancara dengan berbagai sumber, radio/TV, gambar, grafik, petikan dari sejumlah publikasi pemerintah/swasta, observasi lapangan, dan lain-lain. Pada dasarnya portofolio dokumentasi adalah suatu bukti bahwa siswa telah melakukan penelitian.

Kumpulan bahan-bahan tersebut dikemas dalam map order atau sejenisnya yang disusun secara sistematis mengikuti langkah/urutan portofolio tayangan. Manfaatnya adalah sebagai bukti dan pelengkap portofolio tayangan. d. Langkah-Langkah Pembelajaran Portofolio 1) Mengidentifikasi Masalah Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan guru bersama siswa yaitu mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa saja yang siswa ketahui tentang masalah yang ada dalam masyarakat, memberi tugas rumah tentang masalah apa yang ada di masyarakat. 29 Dalam mengerjakan pekerjaan rumah, siswa diharapkan untuk mencari informasi tentang masalah yang akan dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan orang-orang dalam masyarakat sekitar, mencari informasi melalui sumbersumber tertulis dan media elektronika. Semua informasi yang diperoleh harus dicatat untuk didiskusikan di kelas. 2) Memilih Masalah untuk Kajian Kelas Sebelum memilih masalah yang akan dikaji, hendaknya para siswa mengkaji terlebih dahulu pengetahuan yang mereka miliki tentang masalah-masalah yang ada pada masyarakat, dengan langkah sebagai berikut: mengkaji masalah yang telah dikumpulkan dan selanjutnya dituliskan pada papan tulis, mengadakan pemilihan secara demokratis tentang masalah yang akan dikaji, dan melakukan penelitian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji dengan mengumpulkan informasi. 3) Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji kelas Guru hendaknya membimbing siswa dalam mendiskusikan sumber

informasi misalnya mencari informasi melalui perpustakaan, surat kabar, pakar, organisasi masyarakat, kantor pemerintah, TV, radio atau menyebar angket dan poling. Bahan informasi yang terkumpul dapat disatukan dalam sebuah map untuk dijadikan bahan portofolio dokumentasi. 4) Membuat Portofolio Kelas Ada beberapa langkah dalam tahap ini, yaitu : a) kelas dibagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok akan bertanggung jawab untuk membuat suatu bagian portofolio. Keempat kelompok itu adalah : 30 kelompok 1 bertugas menjelaskan masalah yang dikaji, kelompok 2 bertugas menjelaskan berbagai kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah, kelompok 3 bertugas mengusulkan kebijakan untuk mengatasi masalah, kelompok 4 bertugas membuat rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah. b) Guru mengulas tugas-tugas rinciannya untuk portofolio. c) Guru menjelaskan bahwa informasi yang dikumpulkan oleh kelompok satu mungkin bermanfaat bagi kelompok lain, hendaknya saling bertukar informasi. d) Guru menjelaskan spesifikasi portofolio yakni terdapat bagian penayangan dan bagian dokumentasi pada setiap kelompok. e) Penyajian Portofolio (Show Case) dilaksanakan setelah kelas menyelesaikan portofolio tampilan (tayangan) maupun portofolio dokumentasi. Show case dapat dilakukan dengan cara show case satu kelas, show case antar kelas dalam satu sekolah, show case antar sekolah dalam lingkup wilayah. 5) Merefleksi pada Pengalaman Belajar Dalam hal ini guru melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh

siswa telah mempelajari berbagai hal yang berkenaan dengan topik yang dipelajari sebagai upaya belajar kelas secara kooperatif. 3. Portofolio sebagai Penilaian/Assessment a. Pengertian Portofolio sebagai Penilaian Penilaian dalam bahasa Inggris sering disebut assessment yang berarti penaksiran. Menurut Sumarmo dan Hasan (2003:1) assesment (penilaian hasil 31 belajar) sebagai proses sistematik untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Assesment dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan secara sistematis, untuk mengungkap kemajuan siswa secara individu untuk menentukan pencapaian hasil belajar dalam rangka pencapaian kurikulum. Model penilaian berbasis portofolio (Portfolio Based AsSessment) adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh, tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa yang bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya (Budimansyah 2002:107). Portofolio penilaian disini diartikan sebagai kumpulan fakta/bukti dan dokumen yang berupa tugas-tugas yang terorganisir secara sistematis dari seseorang secara individual dalam proses pembelajaran. Selain itu juga diartikan sebagai koleksi sistematis dari siswa dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar (Fajar 2004:90). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa portofolio penilaian mempunyai beberapa karakteristik diantaranya merupakan hasil karya siswa yang

berisi kemajuan dan penyelesaian tugas-tugas secara terus menerus (kontinu) dalam usaha pencapaian kompetensi pembelajaran, mengukur setiap prestasi siswa secara individual dan menyadari perbedaan diantara siswa, merupakan suatu pendekatan kerja sama, mempunyai tujuan untuk menilai diri sendiri, memperbaiki prestasi, adanya keterkaitan antara penilaian dan pembelajaran. 32 b. Keunggulan dan Kelemahan Portofolio Penilaian Penilaian portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti apa yang dikemukakan oleh Berenson dan Certer dalam Rusoni (2001:2) berikut ini tentang keunggulan portofolio penilaian 1) mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu 2) mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki 3) membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar 4) mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar. Sedangkan menurut Gronlund dalam Rusoni (2001:2), portofolio memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut 1) kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas 2) penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar 3) membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain 4) keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik 5) memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama

menuju tujuan umum) 6) dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya. 33 Menurut Surapranata dan Hatta (2004:90-96) ada beberapa kelemahan portofolio penilaian diantaranya adalah sebagai berikut 1) penilaian portofolio memerlukan waktu yang relatif lama daripada penilaian biasa 2) penilaian portofolio nampak agak kurang reliabel dan adil dibanding penilaian yang menggunakan angka seperti ulangan harian 3) guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir 4) guru dan siswa biasanya terjebak dalam suasana hubungan top-down, yaitu guru menganggap yang paling tahu dan siswa dianggap sebagai objek yang harus diberi tahu 5) banyak pihak yang bersikap skeptis dan lebih percaya pada penilaian biasa yang berorientasi angka 6) penilaian portofolio merupakan hal yang baru sehingga kebanyakan guru belum memahaminya 7) kelemahan utama portofolio penilaian adalah tidak tersedianya kriteria penilaian 8) terkadang masih sulit diterapkan di sekolah karena mereka terbiasa memakai penilaian biasa yaitu tes/ulangan 9) penyediaan format yang digunakan secara lengkap dan detail dapat juga menjebak. Peserta didik akan terjebak dalam suasana yang kaku dan mematikan

10) portofolio penilaian membutuhkan tempat penyimpanan yang memadai, apalagi bila jumlah siswa dan hasil kerjanya cukup banyak. 34 c. Pelaksanaan Portofolio Penilaian/Assessment Pelaksanaan assesment portofolio mensyaratkan kejujuran siswa dalam melaporkan rekaman belajarnya. dan kejujuran guru. dalam menilai kemampuan siswa sesuai dengan kriteria yang telah disepakati. Guru harus mampu menunjukkan urgensi laporan yang jujur dari siswa. Adapun bentuk-bentuk assessment portofolio diantaranya: 1) catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadiannya. 2) ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa 3) skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa 4) respon siswa terhadap pertanyaan 5) tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya : tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan. Rusoni (2001:3) menyebutkan aspek-aspek yang bisa di evaluasi diantaranya pemahaman permasalahan (problem comprehension), pendekatan dan strategi (approaches and strategies), hubungan (relationships), fleksibilitas (flexibility), komunikasi (communication), dugaan dan hipotesis (curiosty and hypotheses), persamaan dan keadilan (equality and equity), penyelesaian

35 (solutions), hasil pengujian (examining results), pembelajaran (learning), dan asesmen diri (self-assessment). Mengevaluasi portofolio bukanlah suatu tugas yang mudah, sebab tidak pernah ada satu portofolio ada dua portofolio yang tepat sama. Hal ini disebabkan individu yang menyiapkan portofolio tersebut akan mengikutsertakan item-item yang berbeda sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya Salah satu cara untuk mengevaluasi portofolio adalah dengan penggunaan rublik. Cara ini menggunakan skala nilai untuk memberi skor pada item yang mengharuskan murid menjawabnya dalam bentuk tulisan dengan jawaban yang banyak (open ended item) pada soal yang diberikan. Murid bebas menjawab (free response questions) atau terdapat berbagai cara untuk memperoleh jawaban. Portofolio penilaian ini dapat dilakukan selama periode tertentu. Misalnya portofolio bulanan, triwulan, semester, maupun tahunan tergantung dari program dan kebutuhan guru dan siswa. E. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan, maka dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai berikut. Pembelajaran IPS sejarah merupakan suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran IPS sejarah dalam mengajarkan sejarah kepada para siswanya, yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang sejarah yang amat beragam agar tejadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta 36 antara siswa dengan siswa dalam mempelajari sejarah tersebut. Dengan demikian

setiap guru harus bisa memahami dan mengerti keadaan anak didiknya agar dapat memilih strategi pembelajaran yang lebih memperdayakan siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai dan prestasi belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik. Menurut kurikulum 2004 standar kompetensi mata pelajaran IPS SMP dan MTs (Depdiknas, 2004:6) telah menetapkan tujuan pembelajaran IPS, yaitu : mengembangkan pengetahuan kesejarahan; mengembangkan kemampuan berpikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial; membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan; meningkatkan kemampuan berkompetisi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. Untuk itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang lebih mementingkan siswa untuk belajar berpikir daripada hanya menghafal, secara otomatis akan mambantu siswa untuk belajar bernalar. Strategi pembelajaran juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai siswa dan strategi pembelajaran sendiri sangat terkait dengan pemilihan model pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya, sehingga pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran ekspositori (ceramah), pembelajarannya menitikberatkan pada peranan guru, penyampaian materi, kemampuan mengingat, dan dinilai tidak atau kurang meningkatkan kemampuan bernalar para siswa, maka dengan model pembelajaran berbasis portofolio yang pada teori belajar 37 konstruktivisme, yang pada prinsipnya lebih menggambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan

lingkungan. Melalui pembelajaran seperti ini pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuan tersebut masuk otak setelah melalui proses masuk akal. Hal itu tentunya akan lebih mementingkan peningkatan kemampuan bernalar para siswa, maka prestasi belajar yang diharapkan dapat meningkat juga. Pada model pembelajaran berbasis portofolio diadakan juga show-case yang dapat mengajarkan siswa untuk belajar mandiri dan berani berekspresi di depan kelas serta mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut dapat membuat siswa belajar berdemokrasi, siswa secara aktif akan menganalisa dan mengeksplorasi gagasan-gagasan sehingga merangsang siswa untuk berpikir, berspekulasi dan berdiskusi dalam kelas. Melalui refleksi (reflection) pada setiap akhir pembelajaran, siswa dapat mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru dari refleksi. Sehingga guru dapat memperoleh penilaian yang sebenarnya, yaitu : berupa proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, sehingga guru bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian yang sebenarnya juga ditekankan dalam kurikulum 2004, yang salah satunya merupakan penilaian penalaran siswa. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Istilah penelitian tindakan kelas dipakai untuk menekankan kelas sebagai setting dari penelitian. Dalam konteks penelitian kelas lebih ditekankan pada bagaimana keterampilan teknik yang dimiliki guru bisa

menggali informasi untuk kepentingan perbaikan pembelajaran. A. Objek Tindakan Objek penelitian tindakan kelas ini adalah tentang model pembelajaran baru yang akan diterapkan guru untuk meningkatkan prestasi belajar IPS Sejarah yang dikarenakan pada tindakan-tindakan berikut ini yaitu prestasi belajar sejarah yang rendah, partisipasi aktif siswa rendah, dan variasi mengajar guru yang monoton. Adapun jenis tindakan yang diteliti adalah partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar, kerja sama dalam mengomunikasikan hasil belajarnya, keseriusan dalam mengerjakan suatu tugas, dan sikap kooperatif siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. B. Subjek dan Setting penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru dan siswa kelas VIIIA yang berjumlah 41 orang siswa selama proses belajar mengajar IPS Sejarah dengan 38 39 menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio. Adapun lokasi yang dijadikan subjek penelitian ini adalah SMP N I Doro yang beralamat di Jalan Raya Doro Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan. C. Faktor yang Diselidiki 1. Faktor Siswa Dengan melihat kemampuan siswa kelas VIII SMP N I Doro dalam penerapan model pembelajaran berbasis portofolio, apakah prestasi belajar mereka akan mengalami peningkatan. 2. Faktor Guru Melihat cara guru dalam merencanakan pembelajaran serta bagaimana pelaksanaan model pembelajaran portofolio di dalam kelas apakah sudah sesuai

dengan tujuan. D. Rencana Tindakan Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus atau lebih. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Untuk dapat melihat prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS Sejarah, maka diberikan tes diagnosis yang berfungsi sebagai evaluasi awal. Observasi awal ini dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat yang diberikan dalam rangka peningkatan prestasi belajar IPS Sejarah. 40 Dari evaluasi dan observasi awal maka dalam refleksi akan ditetapkan bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS Sejarah pada siswa kelas VIII adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio. Berdasarkan pada refleksi awal, maka PTK ini dilaksanakan dengan prosedur pokok yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) dalam tiap siklus. Berikut ini rincian rencana tindakan yang akan dilakukan. Tabel 1. Rincian Rencana Tindakan Perencanaan: Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah

1. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar yakni dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2. menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan materi bahasan pada penelitian 3. mengembangkan skenario pembelajaran 4. menyiapkan sumber belajar 5. mengembangkan format evaluasi 6. mengembangkan format observasi pembelajaran Siklus I Tindakan Menerapkan tindakan mengacu pada skenario dan 41 RPP yang telah dibuat. Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario pembelajaran. Refleksi Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya. Perencanaan 1. Mempelajari hasil refleksi tindakan pertama

dan menggunakannya sebagai masukan pada tindakan siklus ke dua 2. mengembangkan program tindakan II Tindakan Pelaksanaan program tindakan II Observasi Pengamatan dan pengumpulan data tindakan II Siklus II Refleksi Evaluasi tindakan II Siklus-siklus berikutnya Kesimpulan, saran, rekomendasi Sumber : Arikunto, dkk. 2006:91-92 42 E. Data dan Cara Pengambilannya 1. Sumber data Sumber data penelitian ini berupa perkataan, aktivitas pembelajaran portofolio, dokumen, situasi dan peristiwa yang dapat diamati berkaitan dengan kinerja siswa dan guru saat penerapan model pembelajaran portofolio pada mata pelajaran IPS Sejarah di kelas. 2. Jenis data Jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari hasil belajar, rencana belajar dan data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran portofolio dan jurnal. 3. Cara pengambilan data a. Observasi partisipan (Participant Observation) 10 b. Data hasil belajar diambil dengan memberikan nilai portofolio yang telah

dibuat oleh siswa. c. Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil saat peneliti mengajar di kelas. d. Data tentang refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas, diambil dari jurnal harian yang dibuat oleh guru. e. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 10 Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Suatu observasi dikatakan sebagai observasi partisipan jika orang yang mengadakan observasi (observer) turut ambil bagian (Rahayu dan Ardani 2004:11). 43 F. Indikator Kinerja Sebagai indikator keberhasilan kinerja penelitian peningkatan prestasi belajar IPS Sejarah dengan penggunaan model pembelajaran berbasis portofolio pada siswa kelas VIIIA SMP N I Doro adalah adanya peningkatan nilai rata-rata IPS Sejarah dari nilai sebelum digunakannya model pembelajaran portofolio dengan persentase 100% dan ketuntasan kelas dalam belajar atau nilai rata-rata kelas di atas 6,5. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan (Planning) 11

1) Sebelum menyusun rencana pembelajaran, peneliti melakukan identifikasi masalah dan merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus I. 2) Setelah peneliti mengetahui masalah dan langkah-langkah yang akan digunakan pada tindakan di siklus I. Peneliti kemudian membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3) Menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan materi bahasan pada penelitian. 4) Mengembangkan skenario pembelajaran. 5) Menyiapkan sumber belajar. 6) Mengembangkan format evaluasi. 7) Mengembangkan format observasi pembelajaran. b. Tindakan (Acting) 12 Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam empat kali pertemuan yaitu sebagai berikut. 11 Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan (Arikunto, dkk 2006:17). 12 Tahap kedua adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Dalam tahap ini peneliti harus ingat dan berusaha menaati apa yang dirumuskan dalam rancangan (Arikunto, dkk 2006:18). 44 45

1) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama Hari / Tanggal : Senin, 30 April 2007 Waktu : Jam II dan III (07.55 09.00 WIB) Tempat : Ruang Kelas VIIIA a) Peneliti memperkenalkan diri dan menjadi guru sementara di kelas ini. Guru terlebih dahulu meneliti tingkat kesiapan siswa, mengecek absensi siswa serta mengondisikan kelas agar pembelajaran dapat berlangsung secara kondusif. b) Melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang materi yang akan diajarkan dan pengenalan model pembelajaran portofolio. Setelah siswa siap, guru memulai menjelaskan materi yang didahului dengan memberikan tanya jawab tentang materi sekitar peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945 untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang peristiwa proklamasi yang telah didapat pada pembahasan sebelumnya. Guru antara lain memberikan pertanyaan dimana proklamasi dibacakan, apa peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya proklamasi, serta siapa saja yang terlibat dalam proses perumusan naskah proklamasi. Dari hasil tanya jawab ternyata dari 41 siswa, yang berani menjawab pertanyaan hanya ada 6 siswa saja, ada sekelompok kecil terlihat bermain sendiri tanpa menghiraukan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Ada yang diam memperhatikan, tetapi ada pula yang diam dengan pandangan kosong. Peneliti kembali mengulang pertanyaan sambil mengondisikan suasana agar siswa dapat berkonsentrasi untuk menerima pelajaran. Dari jawaban-jawaban yang didapat, peneliti 46 memperoleh gambaran awal tentang pemahaman siswa terhadap materi ini sebagai modal awal untuk melangkah kepada materi yang diajarkan. c) Selanjutnya guru menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi

dan proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. d) Guru memandu siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang hal-hal apa saja yang bisa dijadikan permasalahan untuk tugas portofolio kelas yang berhubungan dengan materi ini. Berikut ini beberapa permasalahan yang diambil dengan cara pengambilan suara terbanyak Tabel 2. Pengambilan Suara untuk Menentukan Permasalahan Kelas pada Siklus I Permasalahan Jumlah 1. Kondisi politik, sosial, ekonomi, masyarakat Indonesia masa proklamasi sampai sekarang. 6 2. latar belakang terjadinya proklamasi 17 Agustus 1945 9 3. proklamasi dan konstitusi Indonesia dari dulu sampai sekarang 5 4. Dampak globalisasi terhadap nasionalisme bangsa Indonesia menjelang peringatan proklamasi 17 Agustus 21 e) Guru menutup pelajaran 2) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua Hari / Tanggal : Selasa, 1 Mei 2007 Waktu : Jam V dan VI (10.10 11.30 WIB)

Tempat : Ruang Kelas VIIIA 47 a) Guru terlebih dahulu meneliti tingkat kesiapan siswa, mengecek absensi siswa serta mengondisikan kelas agar pembelajaran dapat berlangsung secara kondusif. b) Setelah pada pertemuan yang lalu telah disetujui bersama tentang permasalahan yang akan dibahas pada portofolio kelas, sekarang siswa dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing diberi sumber bacaan sebagai wacana / sumber dalam menjawab atau mencari solusi sementara terhadap isu / masalah yang telah disampaikan siswa. c) Guru bersama siswa berdiskusi untuk mencari solusi sementara tentang masalah yang telah dikemukakan siswa d) Guru membimbing siswa untuk menentukan sumber-sumber informasi berkenaan dengan masalah yang dikaji kelas e) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing diberikan tugas sebagai berikut : Kelompok I Penjelasan Masalah. Kelompok II kebijakan-kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah. Kelompok III usulan kebijakan untuk mengatasi masalah. Kelompok IV Rencana tindakan. f) Guru bersama siswa berdiskusi tentang tugas-tugas yang harus dilakukan siswa di luar kelas antara lain mengumpulkan data melalui wawancara dan pencarian data dari buku, artikel, koran, majalah dan sebagainya. Cara menyusun laporan dokumentasi / makalah, dan pembuatan portofolio 48 tayangan. Berikut ini merupakan panduan dalam menjalankan model pembelajaran berbasis portofolio.

(1) Kelompok portofolio I Tugas kelompok ini adalah menjelaskan masalah. Kelompok portofolio I ini menyiapkan dua sesi yaitu portofolio tayangan dan portofolio dokumentasi. Hasil pekerjaan kelompok I untuk seksi penayangan dibuat pada panel pertama yang harus memuat hal-hal sebagai berikut : (a) Rangkuman masalah secara tertulis Tinjau ulang masalah yang akan dikumpulkan oleh tim peneliti. Rangkumlah apa yang telah dipelajari dalam menjawab pertanyaanpertanyaan sebagai berikut : (1) Bagaimana seriusnya masalah yang ada di masyarakat?, (2) Seberapa luas masalah tersebut tersebar pada bangsa dan negara kita?, (3) Mengapa masalah ini harus ditangani oleh pemerintah?, (4) Haruskah seseorang juga bertanggung jawab untuk memecahkan masalah tersebut? Mengapa?, (5) Siapakah individu, kelompok, atau organisasi utama yang berpihak pada masalah ini ?, (6) Pada tingkat atau lembaga apa, jika ada, yang bertanggung jawab mengatasi masalah ? apa yang sedang mereka kerjakan untuk menangani masalah tersebut? (b) Menyajikan masalah secara grafis Penyajian secara grafis ini dapat dengan peta, gambar, foto, grafik, karikatur, kartun politik, judul surat kabar, tabel statistik dan ilustrasi-ilustrasi lainnya yang dipandang dapat menjelaskan masalah. Ilustrasi tersebut dapat saja berasal dari sumber cetakan atau dapat juga dibuat oleh tim sendiri. 49 (c) Identifikasi Sumber Informasi Panel pertama yang merupakan hasil pekerjaan kelompok portofolio I juga harus memuat identifikasi sumber-sumber informasi. Tulislah sumber informasi tersebut (orang, lembaga, atau bahan cetak).

Hasil pekerjaan kelompok I untuk seksi dokumentasi diletakkan pada bab I pada portofolio kelas seksi dokumentasi. Bahan-bahan yang didokumentasikan kelompok ini adalah bahan-bahan yang digunakan untuk menjelaskan masalah. Misalnya kelompok portofolio I dapat memasukkan pilihan seperti kliping surat kabar dan majalah, laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota masyarakat, laporan tertulis ulasan radio dan televisi tentang masalah yang dikaji, catatan dari komunikasi dengan kelompok-kelompok dalam masyarakat, atau juga petikan dari sejumlah publikasi pemerintah dan sebagainya. (2) Kelompok Portofolio II Tugas kelompok ini adalah mengkaji kebijakan-kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah. Kelompok ini mempersiapkan dua seksi, yaitu untuk seksi penayangan dan untuk seksi dokumentasi dari portofolio kelas. Hasil pekerjaan kelompok portofolio dua untuk seksi penayangan dibuat pada panel kedua, yang harus memuat hal-hal sebagai berikut : (a) Rangkuman tertulis tentang kebijakan alternatif Tinjau kembali kebijakan tim peneliti. Tuliskanlah sejumlah kebijakan alternatif yang berhasil dihimpun, hasil dari berbagai sumber informasi yang 50 dikumpulkan. Kajilah setiap kebijakan alternatif tersebut dengan menjawab dua pertanyaan berikut: (1) kebijakan apakah yang diusulkan?, (2) Apa keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut? (b) Menyajikan kebijakan alternatif secara grafis Penyajian secara grafis ini dapat dengan peta, gambar, foto, grafik, karikatur, kartun politik, judul surat kabar, tabel statistik, dan ilustrasi lainnya yang berkenaan dengan berbagai kebijakan alternatif untuk mengatasi

masalah. Ilustrasi tersebut dapat berasal dari sumber cetakan, atau dapat juga dibuat oleh tim sendiri. Setiap ilustrasi yang diambil dari bahan cetakan, hendaknya mencantumkan sumber resmi. (c) Identifikasi Sumber Informasi Panel kedua yang merupakan hasil pekerjaan kelompok portofolio dua juga harus memuat identifikasi sumber-sumber informasi. Tulislah sumbersumber informasi tersebut (orang, lembaga, bahan cetak). Hasil pekerjaan kelompok portofolio II untuk seksi dokumentasi diletakkan pada bab II pada portofolio kelas seksi dokumentasi. Bahan-bahan yang didokumentasikan kelompok ini adalah bahan-bahan yang digunakan untuk mengkaji kebijakan-kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah. Misalnya kelompok portofolio II dapat memasukkan pilihan seperti halnya kelompok portofolio I (3) Kelompok Portofolio III Tugas kelompok ini adalah mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi masalah. Kebijakan yang diusulkan harus disetujui oleh mayoritas 51 anggota kelas. Kebijakan yang diusulkan juga hendaknya tidak bertentangan dengan konstitusi dan peraturan perundang-undangan negara. Kebijakan publik yang dipilih dapat mendukung salah satu kebijakan alternatif yang diidentifikasi kelompok portofolio II, memodifikasi salah satu kebijakan, atau membuat kebijakan kalian sendiri. Kelompok ini mempersiapkan dua seksi, yaitu untuk seksi penayangan dan untuk seksi dokumentasi dari portofolio kelas. Hasil pekerjaan kelompok portofolio III untuk seksi penayangan dibuat pada panel ketiga, yang harus memuat hal-hal sebagai berikut :

(a) Penjelasan dan jastifikasi tertulis untuk kebijakan yang diusulkan kelas Kelompok ini hendaknya menjelaskan kebijakan yang dipilih dan alasan mendukungnya. Deskripsikan dalam tulisan seperti berikut: (1) kebijakan yang diyakini oleh kelas akan dapat mengatasi masalah, (2) keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut, (3) menurut pandangan kelas kalian, mengapa kebijakan tersebut tidak melanggar konstitusi dan peraturan perundang-undangan negara?, (4) Tingkat atau lembaga pemerintahan mana yang harus bertanggung jawab untuk menjalankan kebijakan yang kalian usulkan itu? Mengapa? (b) Menyajikan kebijakan publik secara grafis Penyajian secara grafis ini dapat dengan peta, gambar, foto, grafik, karikatur, kartun politik, judul surat kabar, tabel statistik, dan ilustrasi lainnya yang berkenaan dengan berbagai kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah. Ilustrasi tersebut dapat berasal dari sumber cetakan, atau dapat juga 52 dibuat oleh tim sendiri. Setiap ilustrasi yang diambil dari bahan cetakan, hendaknya mencantumkan sumber resmi. (c) Identifikasi Sumber Informasi Panel ketiga yang merupakan hasil pekerjaan kelompok portofolio III juga harus memuat identifikasi sumber-sumber informasi. Tulislah sumbersumber informasi tersebut (orang, lembaga, bahan cetak). Hasil pekerjaan kelompok portofolio III untuk seksi dokumentasi diletakkan pada bab III pada portofolio kelas seksi dokumentasi. Bahan-bahan yang didokumentasikan kelompok ini adalah bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun kebijakan publik yang diusulkan kelas untuk mengatasi masalah. Misalnya kelompok portofolio III dapat memasukkan pilihan seperti

halnya kelompok portofolio lainnya. (4) Kelompok Portofolio IV Tugas kelompok IV adalah membuat rencana tindakan. Rencana tindakan ini hendaknya mencakup langkah-langkah yang dapat diambil agar kebijakan yang diusulkan diterima dan dilaksanakan oleh pemerintah. Seluruh kelas hendaknya terlibat dalam membuat rencana tindakan ini, tetapi kelompok IV akan menjelaskan rencana tindakan dalam panel keempat seksi keempat seksi penayangan dan bab keempat seksi dokumentasi. Hasil pekerjaan kelompok portofolio empat untuk seksi penayangan yang ditayangkan pada panel keempat, harus memuat hal-hal sebagai berikut : 53 (a) Penjelasan tertulis bagaimana kelas dapat menumbuhkan dukungan pada individu dan kelompok pada masyarakat terhadap rencana tindakan yang diusulkan. Pastikan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut : (1) mendeskripsikan individu dan kelompok yang berpengaruh dalam masyarakat yang mungkin hendak mendukung rencana tindakan kelas. Gambarkan secara ringkas bagaimana kelas dapat memperoleh dukungan mereka, (2) mengidentifikasi kelompok di masyarakat yang menentang rencana tindakan kelas. Jelaskan bagaimana kalian dapat meyakinkan mereka untuk mendukung rencana tindakan kelas. (b) Menyajikan rencana tindakan secara grafis Penyajian secara grafis ini dapat dengan peta, gambar, foto, grafik, karikatur, kartun politik, judul surat kabar, tabel statistik, dan ilustrasi lainnya yang berkenaan dengan berbagai kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah. Ilustrasi tersebut dapat berasal dari sumber cetakan, atau dapat juga

dibuat oleh tim sendiri. Setiap ilustrasi yang diambil dari bahan cetakan, hendaknya mencantumkan sumber resmi. (c) Identifikasi Sumber Informasi Panel keempat yang merupakan hasil pekerjaan kelompok portofolio IV juga harus memuat identifikasi sumber-sumber informasi. Tulislah sumbersumber informasi tersebut (orang, lembaga, bahan cetak). 54 Hasil pekerjaan kelompok portofolio IV untuk seksi dokumentasi diletakkan pada bab IV pada portofolio kelas seksi dokumentasi. Bahan-bahan yang didokumentasikan kelompok ini adalah bahan-bahan yang digunakan untuk menyusun rencana tindakan yang diusulkan kelas. Misalnya kelompok portofolio IV dapat memasukkan pilihan seperti halnya kelompok portofolio lainnya. g) Guru menutup pelajaran 3) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga Hari / Tanggal : Senin, 7 Mei 2007 Waktu : Jam II dan III (07.55 09.15 WIB) Tempat : Ruang Kelas VIIIA a) Guru terlebih dahulu meneliti tingkat kesiapan siswa, mengecek absensi siswa serta mengondisikan kelas agar pembelajaran dapat berlangsung secara kondusif. b) Guru menanyakan tugas pertemuan yang lalu. c) Guru membimbing siswa untuk mengkaji, memilah, dan merumuskan temuan / hasil pencarian informasi/ data. d) Guru membimbing siswa untuk menyusun / membuat portofolio tayangan dan

dokumentasi e) Guru menjelaskan aturan main dalam penyajian portofolio kelas. f) Guru dan siswa berdiskusi merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan show-case. 55 g) Guru menutup pelajaran. 4) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan keempat Hari / Tanggal : Selasa, 8 Mei 2007 Waktu : Jam V dan VI (10.10 11.30 WIB) Tempat : Ruang Kelas VIIIA a) Guru menanyakan kesiapan siswa. b) Guru dibantu oleh siswa mempersiapkan ruang untuk presentasi portofolio kelas. c) Guru memberikan penjelasan kepada juri tentang tugas-tugasnya. d) Guru bertindak sebagai moderator, mempersilahkan dewan juri (guru lain atau undangan) untuk mengamati portofolio kelas, baik tayangan maupun dokumentasinya. e) Guru memimpin acara ini diawali dengan mempersilahkan kelompok I untuk menyajikan secara lisan portofolionya kurang lebih selama lima menit dan dilanjutkan dengan tanya jawab dengan juri kurang lebih selama sepuluh menit. Demikian selanjutnya sampai dengan kelompok IV. f) Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasil karyanya, guru memberikan ulasan tentang show-case tadi, dan apa saja kekurangan serta kelebihannya. g) Guru bersama siswa menyimpulkan inti tema portofolio. Sebagai refleksi diri siswa, bagaimanakah langkah yang harus mereka perbuat kedepan untuk

menumbuhkan semangat nasionalisme walaupun dalam era globalisasi. 56 c. Pengamatan (Observing) 13 Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini peneliti disamping berperan sebagai guru juga berperan sebagai pengamat. Hal ini disebut dengan participant observation. Selain itu peneliti juga dibantu oleh guru sejarah yang sebenarnya mengajar pada kelas tersebut untuk melakukan pengamatan terhadap cara mengajar peneliti dan reaksi siswa yang mengikuti pelajaran. Pada pengamatan siklus I ini dijumpai beberapa kekurangan diantaranya sebagai berikut. 1) Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas. a) mengelola ruang, waktu, dan fasilitas belajar (1) Sumber belajar, dalam hal ini artikel yang dibagikan pada siswa kurang, sehingga mengganggu proses belajar. (2) Pengaturan waktu kurang efisien. (3) Kemampuan pemberian bimbingan secara keseluruhan belum seimbang. b) Menggunakan strategi pembelajaran (1) Penguasaan materi pelajaran baik. (2) Penyampaian materi pelajaran cukup. (3) Penggunaan metode pembelajaran cukup (4) Keterampilan dalam mengadakan variasi mengajar cukup. (5) Pemberian bimbingan masih kurang menyeluruh terhadap siswa. 13 Kegiatan pengamatan dan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Sambil melaksanakan tindakan, peneliti mengamati dan mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya (Arikunto, dkk 2006:19). 57 (6) Kemampuan mengoordinasi kelas cukup. (7) Guru sudah baik dalam memotivasi siswa. (8) Guru dalam mengaktifkan siswa cukup. (9) Guru dalam merespons pertanyaan siswa cukup. (10) Dalam membagi kelas dalam beberapa kelompok guru kurang efektif, karena pembagian kelompok dengan jumlah anggota yang banyak akan menimbulkan kegaduhan dan siswa tidak bisa terpusat pada tugasnya masing-masing. (11) Dalam memberikan kesimpulan sudah baik. 2) Pengamatan terhadap siswa a) Kesiapan siswa untuk menerima pelajaran masih kurang. b) Suasana pembelajaran kurang kondusif. c) Keantusiasan siswa dalam mengikuti pelajaran belum tercermin. d) Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat belum terlihat. e) Kemampuan siswa dalam bertanya masih kurang. f) Masih banyak siswa yang terlihat tegang sehingga siswa takut menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. d. Refleksi (Reflecting) 14 Pada pelaksanaan siklus I masih banyak kekurangan yang terjadi, maka langkah selanjutnya peneliti mengadakan refleksi diantaranya sebagai berikut. 14

Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika peneliti selesai melakukan tindakan (Arikunto, dkk 2006:19). 58 1) Mengatur waktu sebelum mulai pelajaran, mempersiapkan pokok bahasan yang diajarkan agar waktu dapat digunakan secara efektif dan efisien. 2) Membuat suasana yang lebih enak agar siswa berani mengemukakan pendapat, berani bertanya, serta dapat berpikir kritis. 3) Sebelum membuat empat kelompok besar dalam tugas pembuatan portofolio kelas, sebaiknya guru membuat beberapa kelompok kecil dulu agar mereka dapat menjalankan tugas secara efektif dan efisien, dan tidak terjadi kegaduhan di dalam kelas. Sesudah tugas itu dibagi dalam kelompok kecil, selanjutnya kelompok-kelompok tersebut bergabung menjadi empat kelompok besar untuk mengerjakan portofolio tayangan dan dokumentasi. 4) Guru memberikan bimbingan secara individual bagi siswa yang belum memahami tugasnya. 5) Sedikit mengubah variasi belajar dengan lebih banyak melibatkan siswa agar mereka lebih terfokus pada penjelasan materi. 2. Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan (Planning) Perencanaan pada siklus II dilakukan dengan mengidentifikasi masalah serta menyiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus II berdasarkan dari hasil refleksi pada siklus I. 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan rumusan masalah. 2) Menyiapkan alat pembelajaran bagi siswa yaitu artikel tentang materi dalam

jumlah yang sesuai dengan kebutuhan kelas. 59 3) Mengatur alokasi waktu agar sesuai dengan target yang telah ditentukan. 4) Menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan materi bahasan pada penelitian. 5) Mengembangkan skenario pembelajaran. b. Tindakan (Acting) Kegiatan pada siklus II dilaksanakan sama seperti pada siklus sebelumnya yaitu dalam 4 kali pertemuan. Perbedaannya terletak pada permasalahan yang akan dibahas dalam portofolio kelas. 1) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama Hari / Tanggal : 14 Mei 2007 Waktu : Jam II dan III (07.55 09.15 WIB) Tempat : Ruang Kelas VIIIA a) Pada awal kegiatan guru selalu menanyakan kesiapan siswa serta serta pemahaman tentang materi yang telah diberikan sebelumnya. b) Dengan pembelajaran yang sama guru melanjutkan menerangkan materi tentang peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. c) Selesai menerangkan dan siswa sudah terlihat paham, guru mempersilahkan siswa untuk mengemukakan pendapat tentang persoalan-persoalan yang akan dibahas dalam portofolio kelas. Dalam kesempatan kali ini terdapat tiga persoalan yang dikemukakan oleh siswa. Karena keputusan tidak dapat 60 diambil dengan jalan musyawarah maka untuk selanjutnya dilakukan dengan pemungutan suara. Tabel 3. Pengambilan Suara untuk Menentukan Permasalahan Kelas pada

Siklus II Permasalahan Jumlah 1. Apa yang melatarbelakangi perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda serta sikap kita dalam menyikapi adanya perbedaan pendapat. 11 2. Peran media massa atau pers dalam penyebaran berita pada era proklamasi sampai sekarang 21 3. Dukungan rakyat terhadap pemerintah ada saat proklamasi dan saat sekarang 9 d) siswa dibagi ke dalam delapan kelompok kecil yang mempunyai melakukan wawancara dan mencari data. e) Guru menutup pelajaran. 2) pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan yang kedua Hari / Tanggal : Selasa, 15 Mei 2007 Waktu : Jam V dan VI (10.10 11.30 WIB) Tempat : Ruang Kelas VIIIA a) Guru terlebih dahulu meneliti tingkat kesiapan siswa, mengecek absensi siswa serta mengondisikan kelas agar pembelajaran dapat berlangsung secara kondusif. b) Setelah pada pertemuan yang lalu telah disetujui bersama tentang permasalahan yang akan dibahas pada portofolio kelas, sekarang masing-61

masing diberi sumber bacaan sebagai wacana / sumber dalam menjawab atau mencari solusi sementara terhadap isu/ masalah yang telah disampaikan siswa. c) Guru bersama siswa berdiskusi untuk mencari solusi sementara tentang masalah yang telah dikemukakan siswa d) Guru membimbing siswa untuk menentukan sumber-sumber informasi berkenaan dengan masalah yang dikaji kelas e) Setelah sebelumnya siswa dibagi menjadi 8 kelompok, pada format portofolio ini siswa dibagi menjadi 4 kelompok. Jadi 8 kelompok tadi masing-masing bergabung menjadi 4 kelompok. Masing-masing diberikan tugas sebagai berikut : Kelompok I Penjelasan Masalah. Kelompok II kebijakan-kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah. Kelompok III usulan kebijakan untuk mengatasi masalah. Kelompok IV Rencana tindakan. f) Guru bersama siswa berdiskusi tentang tugas-tugas yang harus dilakukan siswa di luar kelas antara lain mengumpulkan data melalui wawancara dan pencarian data dari buku, artikel, koran, majalah dan sebagainya. Cara menyusun laporan dokumentasi / makalah, dan pembuatan portofolio tayangan. g) Guru menutup pelajaran 3) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan yang ketiga Hari / Tanggal : Senin, 28 Mei 2007 Waktu : Jam II dan III (07.55 09.15 WIB) 62 Tempat : Ruang Kelas VIIIA a) Guru terlebih dahulu meneliti tingkat kesiapan siswa, mengecek absensi siswa

serta mengondisikan kelas agar pembelajaran dapat berlangsung secara kondusif. b) Guru menanyakan tugas pertemuan yang lalu. c) Guru membimbing siswa untuk mengkaji, memilah, dan merumuskan temuan / hasil pencarian informasi/ data. d) Guru membimbing siswa untuk menyusun / membuat portofolio tayangan dan dokumentasi e) Guru menjelaskan aturan main dalam penyajian portofolio kelas. f) Guru dan siswa berdiskusi merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan show-case. g) Guru menutup pelajaran. 4) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan yang keempat Hari / Tanggal : Selasa, 29 Mei 2007 Waktu : Jam V dan VI (10.10 11.30 WIB) Tempat : Ruang Kelas VIIIA a) Guru menanyakan kesiapan siswa. b) Guru dibantu oleh siswa mempersiapkan ruang untuk presentasi portofolio kelas. 63 c) Guru bertindak sebagai moderator, mempersilahkan dewan juri (guru lain atau undangan) untuk mengamati portofolio kelas, baik tayangan maupun dokumentasinya. d) Guru memimpin acara ini diawali dengan mempersilahkan kelompok I untuk menyajikan secara lisan portofolionya kurang lebih selama lima menit dan dilanjutkan dengan tanya jawab dengan juri kurang lebih selama sepuluh menit. Demikian selanjutnya sampai dengan kelompok IV.

e) Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasil karyanya, guru memberikan ulasan tentang show-case tadi, dan apa saja kekurangan serta kelebihannya. f) Guru bersama siswa menyimpulkan inti tema portofolio. Dan bersama-sama siswa melakukan refleksi diri. g) Guru menutup pelajaran dan menyampaikan terima kasih atas partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran portofolio. c. Pengamatan (Observation) Berkat perubahan-perubahan yang telah dilakukan ternyata mendapat hasil yang sangat memuaskan. Pada siklus II ini siswa terlihat semakin aktif dalam mengikuti pelajaran serta dalam membuat tugas portofolionya. Suasana pembelajaran semakin kondusif dan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugastugasnya semakin meningkat. Kesan umum pengamatan terhadap pembelajaran 64 pada siklus II ini sudah baik, sehingga penelitian dapat dihentikan sampai pada siklus II. d. Refleksi (Reflection) Setelah melihat hasil penilaian dari dewan juri portofolio yang cukup baik dan pengamatan terhadap kegiatan siswa secara keseluruhan, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian dihentikan sampai pada siklus II, karena hasil belajar sudah memenuhi target penelitian yaitu mengalami peningkatan. Peneliti berharap dan akan berupaya untuk terus meningkatkan serta menggunakan caracara yang sudah peneliti tempuh untuk materi lainnya, tentunya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. B. Pembahasan

Setelah diadakan penelitian yang terdiri dari dua siklus dan ditempuh dalam 8 kali pertemuan dengan alokasi waktu 16 jam pelajaran diperoleh hasil sebagai berikut. a. Partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar Tabel 4. Partisipasi Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Siklus I Siklus II Partisipasi Siswa Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase Acuh 17 41,46% 7 17,07% Sedang 15 36,59% 19 46,34% Aktif 9 21,95% 15 36,59% Jumlah 41 100% 41 100% 65 b. Partisipasi siswa dalam menyerap materi pelajaran Tabel 5. Partisipasi Siswa dalam Menyerap Materi Pelajaran Pra Siklus Siklus I Siklus II Partisipasi Siswa Jumlah Siswa

Persent ase Jumlah Siswa Persent ase Jumlah Siswa Persent ase Nilai 64 16 39% 8 19,5% 0 0% Nilai 65 25 61% 33 80,5% 41 100% Tuntas Belajar 25 61% 33 80,5% 41 100% Tidak Tuntas Belajar 16 39% 8 19,5% 0 0% Nilai Rata-Rata 66 69 85,5 Daya Serap 66% 69% 85,5% Dalam penelitian ini, penerapan model pembelajaran berbasis portofolio dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS

Sejarah Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui gambaran pertumbuhan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Hasil tersebut menujukkan bahwa pada siklus I, rata-rata persentase daya serap siswa terhadap materi pelajaran termasuk dalam kategori cukup baik yaitu sebesar 69%. Walaupun termasuk dalam kategori cukup baik, akan tetapi peningkatan tersebut masih sangat kecil. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I yang relatif kecil ini disebabkan karena pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis portofolio merupakan hal baru bagi siswa, yang sebelumnya pembelajaran didominasi oleh metode ceramah. Dalam pembelajaran dengan metode ceramah tersebut, siswa 66 tidak dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajarannya, dan aktifitas siswa cenderung hanya mendengarkan dan mencatat. Kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak pada hasil belajarnya, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hal ini sesuai dengan pendapat Biggs dan Telfer (1994:228) salah satu hal yang berpengaruh pada kegiatan belajar adalah pengalaman. Karena siswa belum pernah mempunyai pengalaman melakukan kegiatan yang ada dalam model pembelajaran berbasis portofolio, maka mereka merasa kesulitan dalam melakukan kegiatan tersebut. Selain itu, menurut Dewey dalam Sardiman (2005:97), bahwa aktifitas sangat diperlukan dalam belajar. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar pada siklus I belum memenuhi indikator ketuntasan belajar klasikal. Berdasarkan hal tersebut, maka diadakan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, antara lain dengan menambah variasi kegiatan dalam mengatasi suatu masalah yang telah diambil kelas dan membagi kelas menjadi kelompok kecil terlebih dahulu sebelum mereka dibagi menjadi empat kelompok besar dalam satu kelas agar

siswa lebih mempunyai tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya dan tidak menggantungkan diri kepada anggota kelompok yang lain. Rata-rata persentase daya serap siswa terhadap materi pelajaran pada siklus II mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I, yaitu sebesar 85,5 % dan termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan telah terjadi perubahan pada siswa ke arah yang lebih baik, karena siswa telah mengalami 67 suatu proses belajar sehingga prestasi belajar mereka menjadi meningkat. Menurut Winkel (1991:162) prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Adanya peningkatan persentase daya serap siswa terhadap materi pelajaran menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran IPS Sejarah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran berbasis portofolio, siswa akan mengalami proses belajar yang efisien dalam arti siswa tidak akan memperoleh ilmu pengetahuan yang statis dan otoriter, melainkan siswa diharapkan akan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik, sesuai dengan apa yang dikatakan Budimansyah (2002:1) Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran siswa baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Adanya peningkatan persentase daya serap siswa terhadap materi pelajaran tersebut menunjukkan bahwa indikator kinerja atau indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai. BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan pada siswa kelas VIIIA tahun pelajaran 2006/2007 dengan penerapan model pembelajaran berbasis portofolio dapat diketahui penigkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu nilai rata-rata kelas 69 menjadi bertambah pada siklus II, nilai rata-rata kelas mencapai 85,5. Dari uraian pada baba sebelumnya, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Prestasi belajar IPS Sejarah pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan sebelum diterapkan model pembelajaran portofolio mempunyai nilai rata-rata kelas 66. Pada saat model pembelajaran dirubah dari model ceramah menjadi portofolio, prestasi belajar siswa meningkat menjadi 69 pada siklus I dan 85,5 pada siklus II. 2. Penerapan model pembelajaran berbasis portofolio dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus. Dalam hal ini kelas dibagi menjadi empat kelompok yang mempunyai tugas masing-masing untuk membahas persoalan yang telah disepakati oleh kelas. Hasil pekerjaan mereka berupa portofolio tayangan dan portofolio dokumen yang nantinya akan mereka presentasikan di depan juri dan peserta show case. 3. Model pembelajaran berbasis portofolio bisa menjadi variasi model belajar, hal tersebut membuat siswa tidak bosan dan jenuh sehingga minat belajar 68 69 mereka meningkat. Hal tersebut berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Selain itu model pembelajaran berbasis portofolio juga dapat menunjang kemampuan siswa dalam menyampaikan materi di depan kelas dan belajar mandiri di rumah dapat ditingkatkan, siswa juga menjadi lebih berani mengemukakan pendapat dan dapat menerapkan ilmu sejarah dalam

kehidupan bermasyarakat. B. Saran Setelah melaksanakan penelitian, saran yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut. 1. Variasi model pembelajaran diperlukan oleh guru untuk menghindari kejenuhan siswa. Salah satunya mencoba model pembelajaran yang masih relatif baru di Indonesia yaitu portofolio. 2. Perlu diadakannya sosialisasi model pembelajaran portofolio yang tergolong baru di Indonesia agar para tenaga pengajar bisa memahami dan dapat menerapkan secara baik di lapangan. 3. Model pembelajaran berbasis portofolio perlu dikembangkan dan diterapkan pada pokok bahasan yang lain. Sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi., Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk: Guru. Bandung: Yrama Widya Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung: PT. Genesindo Fajar, Arnie. 2004. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara Hugiono dan PK. Poerwantana. 1993. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Rineka Cipta

Munib, Achmad, dkk. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES Natawidjaja, Rochman dan L.J Moleong. 1985. Psikologi Pendidikan untuk SPG. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Poerwadarminta, WJS. 2002. Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Rusoni Elin. 2001. Portofolio dan Paradigma Baru dalam Penilaian Matematika. http://www.depdiknas.go.id. (13 Februari 2007) Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Soedarno, dkk. 1998. Pendidikan Ilmu Sosial. Semarang: FPIPS IKIP Semarang Soewarso. 2000. Cara-Cara Penyampaian Pendidikan Sejarah untuk Membangkitkan Minat Peserta Didik Mempelajari Sejarah Bangsanya. Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah: Jakarta Suharya, Toto. 2007. http://www.duniaguru.com. (20 Agustus 2007) 70 71 Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2004. Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tim Penyusun Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial SMP dan MTs.Jakarta: Depdiknas Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setyawati. 1993.Upaya Optimalisasi Kegiatan

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Wiryohandoyo, Soedarno, dkk. 1998. Pendidikan Ilmu Sosial. Semarang: FPIPS IKIP Semarang Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

You might also like