You are on page 1of 10

http://sumut.kemenag.go.

id/

Konsep Pembelajaran Orang Dewasa Oleh : Najamuddin,S.Ag,M.Ag

Abstraksi Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana implementasi pembelajaran orang dewasa mulai dari pemahaman terhadap orang dewasa sebagai peserta didik samapai pada bagaimana idealnya instruktur. Hal ini penting karena seorang fasilitator terlebih dahulu harus mengetahui dan mengenal peserta didik. seseorang tidak terkecuali orang dewasa akan termotivasi untuk belajar apabila ia dapat memenuhi keinginan dasarnya. Keinginan dasar tersebut, antara lain (1) keamanan : secara ekonomis, sosial, psikologis, dan spritual; (2) respons: keakraban, kesukaan berkumpul dan bergaul, atau merasa memiliki; (3) pengalaman baru: petualangan, minat, ide, cara, dan teman baru; (4) pengakuan: status, prestise, dan menjadi terkenal. Selain itu faktor fisik seperti suasana belajar, ruangan, penerangan, dan faktor psikologi seperti sikap pembimbing, dorongan atau dukungan teman,kebutuhan, dan lain-lain juga dapat mempengaruhi orang belajar. Key Words; pembelajaran, orang dewasa A. Pendahuluan Orang dewasa sebagai peserta didik sangat berbeda dengan anak usia dini dan anak remaja. Proses pembelajaran Orang dewasa adalah unik karena pembelajaran akan berlangsung jika dia terlibat langsung, idenya dihargai, dan materi ajar sangat dibutuhkannya atau berkaitan dengan profesinya serta sesuatu yang baru bagi dirinya. Karena keunikannya maka para instruktur/pelatih harus mempunyai wawasan yang cukup tentang konsep pembelajaran orang dewasa. Jika tidak akan dikhawatirakan pembelajaran berlangsung tidak baik bahkan gagal. Atas dasar itulah tulisan ini dimuat dengan harapan memberikan konstribusi terhadap pembelajaran orang dewasa.

http://sumut.kemenag.go.id/
B. Pembahasan 1. Pendidikan Orang Dewasa Konsep pendidikan orang dewasa telah dirumuskan dan diorganisasikan secaa sistematis sejak tahun 1920. Pendidikan dewasa adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Bagi orang dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya( Pannen dalam Supriantono, 2008) Menurut UNESCO dalam Supriantono mendefinisikan pendidikan orang dewasa berikut ini : Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas.

Defenisi di atas mengindikasikan bahwa pendidikan orang dewasa harus terorganisir dan berorientasi pada pengembangan dan perubahan kognitif, afektif dan psikomotor serta berpartisipasi aktif dalam pengembangan EKOSOSBUD. 2. Memahami Peseta Didik (Orang Dewasa) Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.

http://sumut.kemenag.go.id/
Dalam konteks pembelajaran, orang dewasa adalah subjek bukan sebagai objek. Konsekuensi logisnya sang pelatih harus berusaha secara maksimal bagaimana membelajarkan peserta didik. 3. Menimbulkan Motivasi Belajar Menurut Flores (1983), seseorang akan termotivasi untuk belajar apabila ia dapat memenuhi keinginan dasarnya. Keinginan dasar tersebut, antara lain (1) keamanan : secara ekonomis, sosial, psikologis, dan spritual; (2) kasih sayang atau respons: keakraban, kesukaan berkumpul dan bergaul, atau merasa memiliki; (3) pengalaman baru: petualangan, minat, ide, cara, dan teman baru; (4) pengakuan: status, prestise, dan menjadi terkenal. Sementara menurut Mardikanto faktor fisik seperti suasana belajar, ruangan, penerangan, dan faktor psikologi seperti sikap pembimbing, dorongan atau dukungan teman,kebutuhan, dan lain-lain juga dapat mempengaruhi orang belajar. Dalam konteks pembelajaran orang dewasa apa yang dilakukan lembagalembaga diklat dapat memenuhi keinginan dasar para peserta didik

sebagaimana di atas. Mulai dari keamanan secara ekonomis, sosial, psikologis dan spritual sampai pada pengakuan status, prestise atau ingin populer, tanpa terkecuali baik faktor fisik yakni sarana prasarana dan lain-lain maupun faktor psikologi serta proses pembelajaran yang sangat menyenangkan di dalam ruangan pembelajaran. 4. Tahap Proses Belajar Pembelajaran berlangsung tahap demi tahap. Berikut ini adalah tahapan proses pembelajaran (1). Motivasi (2). Perhatian pada pelajaran (3). Menerima dan mengingat (4). Reproduksi (5). Generalisasi

http://sumut.kemenag.go.id/
(6). Melaksanakan tugas belajar dan umpan balik Dalam aplikasi pembelajaran di kelas tahapan di atas dapat diklasifikasi menjadi tiga tahapan yaitu; pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap inti langkah-langkah yang efektif untuk diterapkan adalah ;explorasi, elaborasi, dan konfirmasi

5. Ciri Ciri Belajar Orang Dewasa


Ada beberapa ciri belajar orang dewasa yang harus diketahui berikut ini: (1)Memungkinkan timbulnya pertukaran pendapat, tuntutan, dan nilai-nilai, (2) memungkinkan terjadi komunikasi timbal balik, (3) suasana belajar yang diharapkan adalah suasana yang menyenagkan dan menantang (4)

mengutamakan peran peserta didik, (5) orang dewsa akan belajar jika pendapatnya dihormati, (6) belajar orang dewasa bersifat unik, perlu adanya saling percaya antara pembimbing dan peserta didik, (8) orang dewasa umumnya mempunyai pendapat yang berbeda, (9) orang dewasa mempunyai kecerdasan yang beragam, (10) kemungkinan terjadinya berbagai cara belajar, (11) orang dewasa belajar ingin mengetaui kelebihan dan kekurangannya, (12) orientasi belajar orang dewasa terpusat pada kehidupan nyata, dan (13) motivasi belasal dari diri sendiri.

6. Suasana Belajar Yang Kondusif Pembelajaran harus berjalan kondusif. Indikator kondusifitas

pembelajaran paling tidak dilihat dari beberapa hal berikuti ini: (1)Kumpulan manusia aktif (2) suasana saling menghormati (3) suasana saling menghargai (4) suasana saling percaya (5) suasana penemuan diri (6) Suasana tidak mnegancam (7) Suasana keterbukaan (8) suasana mengakui kekhasan pribadi (9) suasana membolehkan perbedaan. Untuk mewujudkan suasana pembelajaran di atas berikut ini beberapa sikap yang harus ditampilkan pendidik (instruktur, pelatih); (1)Empati (2) bersikap

http://sumut.kemenag.go.id/
wajar (3) respek (4) komitmen terhadap kehadiran( menghadirkan pisik dan psikis secara utuh di dalam kelas pembelajaran) (5) mengakui kehadiran orang lain ( tidak arogan, tidak merasa selalu paling benar, memberi peluang kepada peserta didik untuk unjuk kemampuannya), (6) membuka diri (7) tidak menggurui (8) Tidak menjadi ahli segala (semua pertanyaan dijawab sekalipun tidak berkaitan dengan materi (9) tidak memotong pembicaraan, (10) tidak diskriminatif terhadap peserta didik. Singkatnya democratic teaching yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik harus teraplikasi dalam proses pembelajaran. 7. Tips dan Teknik pembelajaran orang dewasa Menggunakan instruksi berbasis masalah. Studi kasus, simulasi dan pemecahan masalah mengajukan perintah yang relevan dengan situasi. Perintah sebaiknya berhubungan dengan tugas-tugas konten.

yang bukan bersifat isi atau

Instruktur perlu mengenyampingkan egonya dan tak perlu khawatir terhadap ide-ide yang baru dan menantang

Ciptakan lingkungan yang nyaman dan istirahat yang cukup Instruktur seharusnya menggunakan pertanyaan terbuka untuk membawa mereka ke pengalaman belajar.

8. Empat kunci pembelajaran orang dewasa a. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk terlibat dalam proses b. Mengintegrasikan informasi baru dengan pengalaman terdahulu c. Meyakini bahwa semua informasi relevan d. Meyakini bahwa semua informasi siap digunakan pembelajar 9. Gaya Mengajar

http://sumut.kemenag.go.id/
Seorang pendidik harus memperhatikan kedua teori mengajar pada kolom berikut ini ; Teori X Rata-rata manusia segan bekerja dan sedapat-dapatnya menghindari pekerjaannya. Teori Y Pengeluaran tenaga fisik maupun mental merupakan hal biasa dalam pekerjaan, sebagaiman juga halnya dalam permainan dan krida.

Karena keseganan itu, kebanyakan orang harus dipaksa, diawqsi, diarahkan, dan diancam dengan hukuman agar mereka mengeluarkan tenaga secukupnya untuk dapat memperoleh hasil kerja yang dikehendaki oleh organisasi yang bersangkutan. Rata-rata manusia lebih suka diarahkan, tidak senang diberi tanggungjawab, tidak mempunyai ambisi yang tinggi, dan yang paling dikehendaki adalah keamanan.

Bukan hanya pengawasan dan ancaman yang merupakan cara untuk memperoleh hasil kerja yang dikehendaki oleh suatu organisasi. Keterlibatan dengan tuuan pekerjaan turut menambahkan rasa puas dengan prestasi kerja. Dalam kondisi yang baik manusia bukan hanya belajar menerima tanggung jawab dengan baik. Tetapi juga mencari tanggungjawab . Dalam masyarakat tidak jarang ada kesanggupan untuk menggunakan imajinasi, serta kecerdasan dan kreatifitas yang cukup tinggi untuk memecahkan suatu masalah. Dalam kondisi-kondisi kehidupan industri modern potensi ecerdasan rata-rata manusia baru sebagian saja digunakan.

Teori X bersifat tradisional dan otokratis, sedangkan teori Y bersifat progresif dan partisipatif. Paradigma pembelajaran hari ini sudah berubah dari peserta didik sebagai objek menjadi subjek. Oleh karena itu pendidik harus progresif dan peserta didik harus berpartisipasi aktif. 10. Hukum Asumsi Berwujud

http://sumut.kemenag.go.id/
Kalau kita sudah membantu suatu asumsi tentang murid kita, sering terjadi mereka cendrung berkelakuan sesauai dengan asumsi kita. Dengan kata lain mereka akan mewujudkan asumsi kita mengenai mereka. Siswa yang diperlakukan sebagai pengacau, menjadi perusuh; siswa yang kita anggap tidak bertanggungjawab, memang berkelakuan tidak bertanggungjawab; siswa yang kita ramalkan akan gagal, berkelakuan seperti orang yang gagal. Tentu saja gejala asumsi berwujud berlangsung juga ke arah positif. Siswa yang dianggap cakap, dewasa, bertangggungjawab dan berhasil. Sering bekerja demikian sehingga mewujudkan ramalan kita. Dalam konteks pemebelajaran orang dewasa, sebagai pelatih harus memangun asumsi positif terhadap peserta diklat; pertukaran pendapat dengan peserta bertujuan untuk memperkaya wawasan bukan dalam rangka mencoba apalagi saling menyudutkan , peserta kelihatan santai karena mereka butuh suasana yang menyenagkan bukan karena mereka mau main-main atau tidak serius, jika sebagian mereka kelihatan super aktif karena pembelajaran orang dewasa memang mengutamakan peran peserta didik danmereka akan belajar jika pendapatnya dihormati, belajar orang dewasa bersifat unik, pelatih harus positive thinking, jika umumnya mereka mempunyai pendapat yang berbeda

harus dimaknai sebuah kekayaan dalam proses pembelajaran, orang dewasa mempunyai kecerdasan yang beragam, konsekuensinya memungkinkan

terjadinya berbagai cara belajar, Dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar kita sangat penting. Hal ini dikemukakan dalam buku Rosenthal dan Jacobson (1968), yang berjudul Pygmalyon in the Classroom. Dalam memilih strategi, pelatih harus berpedoman pada tiga kriteria: a. Sifat dari tujuan belajar yang harus dicapai b. Kebutuhan untuk memperkaya pengalamn belajar, seperti

meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. c. Kemampuan peserta yang tercakup dalam tugas.

http://sumut.kemenag.go.id/

11. Syarat-Syarat Pendidik (Pelatih,instruktur) a. Taching Skill b. Communication Skills c. Personality Authority, Instruktur harus memiliki kewibawaan dimata peserta, agar dia berwibawa maka dia harus erprilaku baik, sifat dan kepribadiannya disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui. d. Social Skill e. Technical Competent f. Stabilitas Emosi C. Kesimpulan Agar pembelajaran pada orang dewasa berhasil, sang pendidik (pelatih,instruktur) paling tidak harus mengetahui hal-hal berikut ini secara baik: bagaimana menimbulkan motivasi belajar, tahap proses belajar, ciri-ciri belajar orang dewasa, suasan belajar yang kondusif, tips dan teknik pembelajaran orang dewasa, kunci pembelajaran orang dewasa, dan gaya mengajar. D. Rekomendasi
Tulisan ini direkomendasikan kepada para peseta diklat, penyelenggara dan widyaiswara.

http://sumut.kemenag.go.id/

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno, Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara), 2009 Ivor K. Davies, the Management of Learning terj. Sudarsono Sudirdjo Cs, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers)1991 Malayu S.P.Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.Bumi Aksara), 2002 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), 2008 Tukiran Taniredja, et all, (Bandung:Alfabeta), 2011 Model-Model Pembelajaran Inovatif,

http://sumut.kemenag.go.id/

Hukum Belajar Morgan dalam Suprijanto mengemukakan bahwa ada beberapa unsur dalam hukum belajar berikut ini; (1) Keinginan belajar, (2) pengertian terhadap tugas, (3) hukum latihan, (4) hukum akibat, (5) hukum asosiasi, (6) rasa tertarik, keuletan, dan intensitas, (7) kesiapan hati, (8) pengetahuan akan keberhasilan dan kegagalan.

Green, J. (1998). Androgogy: Teaching adults. In B. Hoffman (Ed.), Encyclopedia of Educational Technology. Retrieved August 6, 2008, from http://coe.sdsu.edu/eet/Articles/andragogy/start.htm

You might also like