You are on page 1of 23

Patah ( fracture )

Lelah ( fatigue )
Mulur ( creep )
( 8)
PATAH (FRACTURE)
= pemisahan benda menjadi > 2 bagian akibat tegangan statik (konstan atau
berubah lambat dengan waktu) pada T jauh di bawah titik leleh bahan
Tegangan : tarik, tekan, geser, puntir yang dibahas : tegangan tarik
Patah ulet

Proses patah tediri dari 2 tahap : pembentukan dan propagasi retakan
Patah ulet : deformasi plastik dengan absorpsi energi sebelum patah ;
deformasi terjadi di sekitar retakan ; proses penambahan panjang retakan
berlangsung lambat dan perlu tambahan tegangan (: retakan stabil)
Patah rapuh : deformasi plastik dengan absorpsi energi sebelum patah ;
retakan tumbuh sangat cepat tanpa tambahan tegangan (: retakan tak-stabil)
Patah ulet lebih disukai karena :
1. Deformasi plastik memberi peringatan agar dapat dilakukan pencegahan
pertumbuhan retakan
2. Bahan ulet lebih tangguh energi regangan yang dibutuhkan untuk
patah ulet lebih besar
Pada umumnya : logam ulet ; ceramic rapuh ; polymer ulet rapuh
rapuh
Berdasarkan kemampuan bahan mengalami
deformasi plastik
PATAH ULET
Profil patahan :
(a) logam sangat lunak (Au,Pb), AR 100%
(b) logam ulet pada umumnya :
Dimulai dengan penyempitan sedang (a)
Terbentuk rongga2 kecil (kekosongan
mikro) dalam penampang lintang
penyempitan (b)
Rongga2 membesar, menyatu retak
eliptik dengan sumbu panjang arah
tegangan, retakan tumbuh dalam arah
sejajar sumbu utama rongga (c)
Patah terjadi dengan propagasi cepat
retakan di pinggir penyempitan akibat
deformasi geser pada sudut 45 terhadap
arah tegangan tarik(d)
Model patahan ini : cup and cone fracture,
dengan bagian tengah permukaan patahan
kasar / berserabut
Pengamatan : fractographic
PATAH RAPUH
Hampir tanpa deformasi, dengan propagasi retakan cepat,
arah tumbuh retakan arah tegangan tarik permukaan
patahan relatif datar
Permukaan patahan kasar (terlihat dengan mata) :
pola V di dekat pusat penampang patahan menunjuk situs
awal retakan
pola garis
2
atau alur menyebar dari awal retakan dengan pola
kipas
logam sangat keras dan berbutir halus pola patahan kabur
bahan amorf (gelas) permukaan patahan halus, mengkilap
Bahan kristalin rapuh propagasi retakan pemutusan
ikatan atom berturut-turut sepanjang bidang kristalografi
spesifik : cleavage patah transgranular permukaan
patahan : grainy atau faceted
Propagasi retak mengikuti batas butir patah intergranular
= kuantifikasi hubungan antara sifat bahan, tegangan, keberadaan rengat
pemicu retakan dan mekanisme propagasi retakan
KONSENTRASI TEGANGAN
Kuat patah terukur dari suatu bahan rapuh < harga teoritis yang dihitung
berdasarkan energi ikatan atom, karena ada rengat atau retak mikro yang
biasa ada di permukaan dan di dalam bahan
Tegangan yang dikenakan akan terkonsentrasi pada ujung retakan ; besar
amplifikasi tegangan tergantung orientasi dan geometri retakan
Profil tegangan melintasi penampang lintang berisi retakan : besar
tegangan setempat berkurang dengan jarak dari ujung retakan ; pada
jarak yang jauh tegangan = tegangan nominal : o
0
= F / A
0

Karena dapat meningkatkan tegangan setempat retakan = stress raiser
Retakan berbentuk elips dengan orientasi arah tegangan tegangan
maksimum di ujung retakan : o
m
= 2o
0
(a/
t
)
1/2


dengan
0
= nominal tegangan tarik yang dikenakan

t
= jari-jari lengkungan di ujung retakan
a = panjang retakan di permukaan = panjang retakan internal
PRINSIP MEKANIKA PATAH
Faktor konsentrasi tegangan : K
t
= o
m
/ o
0
= 2 (a/
t
)
1/2
Peningkatan tegangan juga terjadi pada cacat makro : voids, ujung
runcing dan takikan (notches)
Pengaruh stress raiser lebih signifikan dalam bahan rapuh daripada dalam
bahan ulet
Bahan ulet deformasi plastik terjadi jika tegangan maksimum > o
y

distribusi tegangan di sekitar stress raiser lebih seragam & K
t
< harga
teoritis
Yielding dan redistribusi tegangan tidak terjadi pada bahan rapuh
tegangan kritik yang diperlukan untuk penjalaran retakan dalam bahan
rapuh : E = modulus elastisitas

s
= energi permukaan spesifik
a = panjang retakan internal
Bahan rapuh mengandung retakan kecil dan rengat dengan berbagai
ukuran, bentuk dan arah. Jika suatu tegangan tarik pada ujung salah
satu rengat >
c
retakan, menjalar pecah

FRACTURE TOUGHNESS
Hubungan antara tegangan kritik dengan panjang retakan :

K
c
: fracture toughness; ukuran ketahanan bahan terhadap patah rapuh
jika ada retakan [=] MPa.m
1/2
atau psi.in
1/2

Y : parameter tak berdimensi = f(ukuran dan bentuk retakan dan spesimen
serta cara pengenaan beban)
spesimen planar mengandung retakan (a lebar spesimen) Y = 1,0
pelat (lebar semi-infinite) dengan retak pinggir sepanjang a Y ~ 1,1
1/2
s
c
a
2E

|
.
|

\
|
t

=
a Y K
c c
t o =
Specimen tipis K
c
= f(tebal specimen)
Tebal spesimen ukuran retakan K
c
= f(tebal spesimen) plane strain :
jika beban dikenakan dalam arah sumbu z hanya timbul
z
(
x
=
y
= 0)
K
c
K
Ic
= plane strain fracture toughness

subscript I : pergerakan retakan mengikuti model I (gambar a)






Bahan rapuh : K
Ic
< ; bahan ulet : K
Ic
> Table 8.1
K
Ic
= sifat bahan fundamental = f(T, laju regangan, strukturmikro)
Laju regangan|, T+, o
y
| (karena larutan padat atau pengerasan dengan
regangan) K
Ic
+
Pengurangan ukuran butir K
Ic
|
a Y K
Ic
t o =
Material
y
(MPa) K
Ic
(MPam)
Logam
Paduan Al 7075-T651 495 24
Paduan Al 2024-T3 345 44
Paduan Ti Ti-6Al-4V 910 55
Baja paduan 4340
tempered @ 260 C
1640 50
Baja paduan 4340
tempered @ 425 C
1420 87,4
Keramik
beton 0,2 1,4
Soda-lime Glass 0,7 0,8
Al-oksida 2,7 5,0
Polimer
Polistiren (PS) 0,7 1,1
Polimetilmetakrilat
(PMMA)
53,8 73,1 0,7 1,6
Polikarbonat (PC) 62,1 2,2
RANCANGAN DENGAN MEKANIKA PATAHAN
Hanya 3 variabel yang menentukan kemungkinan patah dari komponen
struktur : K
c
atau K
Ic
, dan a (Y tertentu)
Pemilihan material (K
c
atau K
Ic
)

tergantung pada densitas (ringan) atau
korosivitas lingkungan
Ukuran rengat yang diizinkan tergantung pada kemampuan alat pendeteksi
Jika K
Ic
dan a sudah terdefinisi tegangan kritik :

Jika K
Ic
dan sudah tertentu ukuran retakan :

Beberapa teknik uji tak merusak (NDT) untuk pengukuran rengat di
permukaan maupun internal dan kemampuannya Table 8.2
a Y
K
Ic
c
t
= o
2
Ic
c
Y
K 1
a
|
|
.
|

\
|
o t
=
Teknik Lokasi cacat
Sensitivitas
ukuran cacat
(mm)
Lokasi pengujian
SEM permukaan > 0,001 Laboratorium
Penetrasi zat warna permukaan 0,025 0,25
Laboratorium /
lapangan
Ultrasonik Bawah permukaan > 0,050
Laboratorium /
lapangan
Mikroskop optik permukaan 0,1 0,5 Laboratorium
Inspeksi visual permukaan > 0,1
Laboratorium /
lapangan
Emisi akustik
Permukaan /
bawah permukaan
> 0,1
Laboratorium /
lapangan
Radiografi (X-
ray/gamma ray)
Bawah permukaan
> 2% dari tebal
spesimen
Laboratorium /
lapangan
LELAH (FATIGUE)
= suatu bentuk kegagalan yang terjadi dalam struktur yang dikenai
tegangan dinamik dan berfluktuasi, seperti : jembatan, pesawat terbang,
komponen mesin, dsb
Kegagalan mungkin terjadi pada tingkat tegangan di bawah kuat tarik
maupun kuat luluh untuk beban statik
Kegagalan akibat lelah terjadi setelah tegangan berulang atau siklus
regangan dalam waktu yang lama
Lelah : penyebab 90% kegagalan logam, terjadi tiba-tiba tanpa gejala awal
Morfologi patah lelah mirip dengan patah rapuh walaupun pada logam ulet
Proses patah lelah berlangsung dengan inisiasi dan propagasi retakan ;
permukaan patahan arah tegangan tarik
TEGANGAN SIKLIK
Tegangan yang dikenakan mungkin aksial (tarik-tekan), flexural (bending)
atau torsional (puntir) ; fluktuasi terhadap waktu bisa : reversed stress cycle,
repeated stress cycle, random stress cycle
Repeated stress cycle : o
max
= o
min
; tegangan rata-rata :
rentang tegangan : ; amplitudo tegangan :
nisbah tegangan : R = o
min
/ o
max

Tegangan tarik > 0 ; tegangan tekan < 0 reversed stress cycle : R = -1
2
min max
m
o + o
= o
min max r
o o = o
2
r
a
o
= o
KURVA S - N
= kurva hubungan antara amplitudo tegangan, S (= o
a
) dengan log jumlah
siklus hingga patah, N
Ada 2 type kurva : (a) dengan batas lelah ; (b) tanpa batas lelah
Batas lelah (fatigue limit = endurance limit) = harga tegangan (berfluktuasi)
maksimum yang tidak menyebabkan kegagalan bahan hingga jumlah siklus
tak hingga (pada harga tegangan di bawah batas ini tidak ada patah lelah) ;
untuk baja batas lelah ~ 35 60% TS
Logam nonferrous (Al, Cu, ) tidak punya batas lelah ; didefinisikan kuat
lelah (fatigue strength) = tingkat tegangan yang akan menyebabkan
kegagalan pada jumlah siklus tertentu (mis : 10
7
)
Umur lelah (fatigue life), N
f
= jumlah siklus yang menyebabkan kegagalan
pada tingkat tegangan tertentu
Beban >, deformasi elastik + plastik pada tiap siklus umur lelah < 10
4
-
10
5
siklus : low-cycle fatigue
Tegangan <, deformasi elastik umur lelah > 10
4
-10
5
siklus : high-cycle
fatigue
P = kemungkinan kegagalan
INISIASI & PROPAGASI RETAKAN
3 tahap proses kegagalan lelah : (1) inisiasi retakan, (2) propagasi
retakan, (3) kegagalan final
Retakan akibat lelah hampir selalu dimulai dari suatu titik dengan
konsentrasi tegangan di permukaan : goresan, pinggiran tajam, ulir, gerigi,
anak tangga akibat slip dll
jejak permukaan patahan yang terbentuk selama penjalaran retakan
dibedakan atas beachmarks (makroskopik) dan striations (mikroskopik) ;
setiap pita beachmarks = 1 periode pertumbuhan retakan ; setiap striation
= jarak tempuh ujung retakan selama 1 siklus pembebanan, lebar striation
besar tegangan ; dalam 1 beachmark mungkin ada ribuan striations
Beachmarks dan striations = ciri kegagalan akibat lelah ; ada pasti
akibat lelah, tidak ada belum tentu bukan akibat lelah
Rapid failure tidak ada beachmark ataupun striation
Tegangan Rata-rata
ditunjukkan oleh kurva S N ; o
m
| N
f
+
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR LELAH
Kondisi Permukaan
pembebanan tegangan maksimum terjadi pada permukaan retakan
penyebab patah lelah berawal di permukaan N
f
= f(kondisi permukaan)
Faktor rancangan
diskontinuitas geometrik stress raiser inisiasi retakan lelah ; jari-jari
lengkungan < konsentrasi tegangan >
Perlakuan permukaan :
goresan & cekungan di permukaan mengurangi N
f

dapat diatasi dengan :
- pemolesan menghilangkan stress raiser di permukaan
- shot peening meningkatkan residual compressive stress
- case hardening (karburisasi / nitridasi permukaan komponen)
Dapat dikurangi dengan : menghindari diskontinuitas permukaan, atau
modifikasi sudut patah lengkungan
Lelah Termal (thermal fatigue)
terinduksi pada T tinggi oleh fluktuasi tegangan termal, akibat perlawanan
terhadap ekspansi dan atau kontraksi bahan dengan perubahan T
Tegangan termal akibat AT :
o
l
: koefisien ekspansi termal ; E: modulus elastisitas
Pencegahan : membebaskan perubahan dimensi komponen dengan T, atau
memilih bahan dengan sifat fisik yang sesuai

Lelah Korosi (corrosion fatigue)
Kegagalan akibat aksi simultan antara tegangan siklik dan reaksi kimia ;
lingkungan korosif N
f
+
Korosi lokal pits konsentrasi tegangan nukleasi retakan ; atau
Beban mekanik retakan di permukaan kontak dengan lingkungan
korosi mempercepat propagasi retakan N
f
+
Pencegahan : menghambat korosi dan/atau mencegah kelelahan
PENGARUH LINGKUNGAN
T E
l
A o = o
CREEP (MULUR)
elastik
& T konstan
= deformasi permanen akibat suhu tinggi dan tegangan mekanik statik
Merupakan fungsi waktu
Signifikan pada T > 0,4T
m
(T
m
: titik leleh bahan)
SIFAT UMUM MULUR
Kurva mulur : hubungan c - t ; terdiri
dari 3 daerah
Aplikasi beban deformasi elastik
instan
Mulur primer (transient) : laju mulur
berkurang secara kontinyu strain
hardening
Mulur sekunder (steady-state) : laju
mulur konstan, berlangsung dalam
waktu lama, merupakan keseimbangan
antara strain hardening dan recovery
Mulur tersier : percepatan mulur hingga
putus (rupture) ; perubahan metalurgis
peningkatan laju regangan
pada sebagian besar bahan : sifat mulur tidak tergantung arah pembebanan
Laju mulur tunak (minimum, = slope kurva mulur bagian 2) :
s
= A / At ;
parameter rancangan engineering untuk jangka panjang
Untuk jangka pendek parameter rancangan terpenting : umur (waktu)
putus, t
r

PENGARUH TEGANGAN DAN TEMPERATUR
T < 0,4 T
m
: setelah deformasi awal
tidak tergantung t
dan T | awal |,
s
|, t
r
+
Log vs log t
r
linier untuk T tertentu
Hubungan empirik antara laju mulur tunak dan tegangan :

s
= K
1

n

K
1
dan n : konstanta, tergantung jenis bahan
Hubungan laju mulur tunak dengan T:

s
= K
2

n
exp (- Q
c
/RT)
K
2
dan Q
c
: konstan ; Q
c
: energi aktivasi mulur

Mekanisme mulur melibatkan : difusi batas butir, difusi lowongan, gerak
dislokasi dan pergeseran batas butir akibat tegangan harga n
Ada korelasi antara energi aktivasi mulur dan difusi, Q
c
dan Q
d

PADUAN UNTUK SUHU TINGGI
Temperatur titik leleh
Modulus elastisitas ketahanan mulur
Ukuran butir
Contoh bahan untuk suhu tinggi :
- stainless steels, logam refraktori, superalloys (resilient)
- Co- dan Ni- superalloys (paduan larutan padat & fasa terdispersi tak
larut dalam matriks)
- pembekuan searah butiran memanjang, kristal tunggal, komposit
dua-fasa

You might also like