You are on page 1of 3

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan SIkap Ibu Terhadap Status Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Anak Usia 1 Tahun

Di Desa Kaungcaang Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Tahun 2009


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas hidup sumber daya manusia yang prima. Untuk itu kita bertumpu pada generasi muda yang dewasa ini yang memerlukan asuhan dan perlindungan terhadap penyakit yang mungkin dapat menghambat tumbuh kembangnya menuju masa dewasa yang berkualitas tinggi, guna meneruskan pembangunan nasional dengan masyarakat yang sehat, sejahtera dan bahagia (Ranuh,2001). Untuk itu pencegahan terhadap penyakit infeksi merupakan upaya yang menentukan situasi tersebut dan mutlak harus dilakukan pada anak sedini mungkin guna dapat mempertahankan kualitas hidup yang prima dalam perjalanan hidupnya (Ranuh, 2001). Imunisasi merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak (Supartini, 2004). Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost effective. Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu; tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus, serta hepatitis B (Depkes RI, 2006). Sesuai dengan program pemerintah, anak-anak wajib mendapatkan imunisasi dasar terhadap tujuh macam penyakit. Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG, polio, hepatitis B, DPT, dan campak (Ranuh, 2008). Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke orang lain yang ada disekitarnya (Soedjatmiko, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Ibrahim (1991), menyatakan bahwa bila imunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95% (Tawi,2008). Anak yang tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman berbahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan kuman tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal (Soedjatmiko, 2009). Imunisasi dasar yang tidak lengkap, maksimal hanya dapat memberikan perlindungan 25-40% (Tawi, 2008).

Data menunjukkan bahwa setiap tahunnya di dunia ini terdapat 1,5 juta kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi lahir mati akibat tidak mendapatkan imunisasi. Tanpa imunisasi, kirakira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio (Amiruddin, 2007). Di Indonesia 153.681 bayi mati setiap tahun. Itu berarti setiap harinya ada 421 orang bayi yang mati sama dengan 2 orang bayi mati setiap menit, hal ini salah satunya disebabkan cakupan imunisasi yang kurang lengkap bahkan ada yang sama sekali tidak diimunisasi (Amiruddin, 2007). Dalam pelaksanaan program imunisasi, keberhasilannya tergantung beberapa faktor, yaitu faktor pelayanan kesehatan, masyarakat umum dan faktor ibu sendiri yang menyangkut tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan mengenai imunisasi, dan jumlah anak yang dimiliki. Faktor ibu lebih dominan dibandingkan dengan faktor pelayanan kesehatan dan masyarakat umum karena ibu yang lebih dekat dengan anak. Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003), mencoba menganalisa perilaku manusia dari kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yaitu faktor-faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nalai), faktor-faktor pendukung (lingkungan, fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan dan sebagainya), dan faktor-faktor pendorong (sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok dari masyarakat). Seorang ibu yang tidak mau mengimunisasikan bayinya di posyandu dapat disebabkan karena ibu tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi bayinya serta reaksi samping yang ditimbulkan dari imunisasi tersebut (faktor predisposisi) atau karena rumahnya jauh dengan posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan bayinya (faktor pendukung). Puskesmas Cadasari merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten Pandeglang yang memiliki 11 Desa sebagai wilayah kerjanya. Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Cadasari, peneliti mendapatkan data tentang cakupan imunisasi kumulatif pada bayi tahun 2008 adalah sebagai berikut : BCG 115%, HB COMBO 1 122%, HB COMBO 2 118%, HB COMBO 3 117%, HB 0 (uniject) HB 0-7 hari 57%, POLIO 1 128%, POLIO 2 123%, POLIO 3 116%, POLIO 4 108%, CAMPAK 104%. Data cakupan imunisasi kumulatif pada bayi di Desa Kaungcaang adalah sebagai berikut : BCG 98%, HB COMBO 1 152%, HB COMBO 2 152%, HB COMBO 3 105%, HB 0 (uniject) HB 0-7 hari 78%, POLIO 1 133%, POLIO 2 118%, POLIO 3 116%, POLIO 4 82%, CAMPAK 88%. Data tersebut menunjukkan bahwa masih ada jenis imunisasi yang belum mencapai target cakupan imunisasi Puskesmas Cadasari. Hasil studi pendahuluan awal di Desa Kaungcaang pada 10 responden, peneliti mendapatkan hasil bahwa 6 responden mengetahui tentang imunisasi dan manfaat imunisasi ; 4 diantaranya status imunisasinya lengkap dan 2 diantaranya status imunisasinya tidak lengkap. 2 responden

tidak mengetahui tentang imunisasi dan manfaat imunisasi, dan status kelengkapan imunisasinya tidak lengkap. 2 reponden lagi mengatakan tidak mau membawa anaknya untuk diimunisasi karena setelah di imunisasi anak akan mengalami demam dan timbul bercak-bercak merah. Berdasarkan data tersebut yang sudah diuraikan, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Status Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak Usia 1 Tahun Di Desa Kaungcaang Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Tahun 2009. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Adakah Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Status Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak Usia 1 Tahun Di Desa Kaungcaang Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari Tahun 2009. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Ibu terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 1 tahun di Desa Kaungcaang Wilayah Kerja Puskesmas Cadasari tahun 2009. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar pada anak usia 1 tahun. 2. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu tentang imunisasi dasar pada anak usia 1 tahun. Untuk mengetahui status kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 1 tahun. 3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 1 tahun. 4. Untuk mengetahui hubungan antara sikap Ibu terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 1 tahun. D. Manfaat Penelitian 1. Puskesmas CadasariSebagai bahan masukan bagi program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) untuk lebih meningkatkan kegiatan imunisasi, khususnya mengenai status kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 1 tahun. 2. Institusi STIKes FaletehanUntuk memberikan informasi mengenai pengetahuan dan sikap ibu terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 1 tahun dan juga sebagai acuan serta perbandingan untuk peneliti selanjutnya. 3. PenelitiUntuk menambah pengalaman dan wawasan dalam menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 1 tahun.

You might also like