You are on page 1of 20

Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian RI Tahun 2010-2014

Oleh : Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim, Sp.l. (Sekjen Kementerian Pertanian RI), yang disampaikan oleh Staf Ahlinya Semiloka Pengembangan Kurikulum Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam 45Bekasi, 29 Juni 2010 Visi Pembangunan Kementerian Pertanian RI pada Renstra Kementerian Pertanian RI Tahun 2010-2014 adalah Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan Yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor, dan Kesejahteraan Petani. Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian RI Tahun 2010-2014 : 1. Melanjutkan dan memantapkan kegiatan-kegiatan fundamental untuk pemberdayaan petani-peternak, seperti: bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, bantuan alsintan, Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sarjana Membangun Desa (SMD)/Penggerak Membangun Desa (PMD), PUAP, LM3, rekrutmen penyuluh dan petugas lapangan lainnya. 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana publik (public goods), melalui perbaikan dan pengembanganinfrastruktur pertanian seperti irigasi, embung, jalan desa, dan jalan usahatani. 3. Swasembada berkelanjutan untuk beras, jagung, daging ayam, telur, dan gula konsumsi, serta peningkatan produktivitas guna mencapai swasembada kedelai, daging sapi, dan gula industri. Dalam waktu bersamaan, memperkuat basis produksi susu segar, buah lokal, dan komoditas unggulan nasional lainnya. 4. 5. 6. Jaminan penguasaan lahan produktif. Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani. Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional.

7. Pemberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan, dan pendampingan. 8. Penguatan akses petani terhadap iptek, pasar, dan permodalan bunga rendah. 9. Mendorong minat investasi pertanian dan kemitraan usaha melalui promosi yang intensif dan dukungan iklim usaha yang kondusif. 10. Pembangunan kawasan komoditas unggulan terpadu secara vertikal dan/atau horizontal dengan konsolidasi usahatani produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat yang berdaya saing tinggi di pasar lokal maupun internasional. 11. Pengembangan bio-energi berbasis bahan baku lokal terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat khususnya di perdesaan dan mensubstitusi BBM. 12. Pengembangan diversifikasi pangan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat untuk mengatasi rawan pangan dan stabilisasi harga di sentra produksi.

13. Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan dan hewan secara terpadu. 14. 15. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional. Penguatan sistem perkarantinaan pertanian.

16. Penelitian dan pengembangan berbasis sumberdaya spesifik lokasi (kearifan lokal) dan sesuai agro-ekosistem setempat dengan teknologi unggul yang berorientasi kebutuhan petani. 17. Pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan yang berbasis kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, membuka lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan keseimbangan ekonomi desa-kota. 18. Berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi. 19. Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis. 20. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance. 21. Target Utama Pembangunan Pertanian RI Tahun 2010-2014 1. Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan 2. 3. 4. Peningkatan Diversifikasi Pangan Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor Peningkatan Kesejahteraan Petani

Target Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan Swasembada Kedelai: produksi 2,7 juta ton di Tahun 2014. Gula: produksi 5,7 juta ton di Tahun 2014. Daging sapi : produksi 0,55 juta ton di Tahun 2014. Swasembada Berkelanjutan Padi: produksi 75,70 juta ton di Tahun 2014. Jagung: produksi 29 juta ton di Tahun 2014. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada periode lima tahun (20010-2014), di samping lima komoditas pangan utama, juga akan dikembangkan 34 komoditas lainnya sehingga berjumlah 39 komoditas yang disebut komoditas unggulan nasional, antara lain : Tanaman Pangan (7) : padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar Hortikultura (10) : cabe, bawang merah, kentang, mangga, pisang, jeruk, durian, manggis, serta kelompok non pangan : rimpang, tanaman hias Perkebunan (15) : kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, tebu, serta kelompok non pangan : karet, kapas, tembakau, cengkeh, jarak pagar, nilam, kemiri sunan Peternakan (7) : sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing/domba, babi, ayam buras, itik http://agribisnisunisma.blogspot.com/2010/06/arah-kebijakan-pembangunan-pertanian-ri.html

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN


BAB I PENDAHULUAN Agar usaha produksi pertanian memberikan hasil yang memuaskan maka tanaman harus memiliki system irigasi yang memadai. Salahsatu faktor yang sangat mempengaruhi hasil produksi pertanian adalah ketersediaan sumber air yang cukup. System irigasi yang terkontrol dapat menunjang produksi lahan serta peningkatan kwalitas hasil produksi pertanian. Keberadaan saluran irigasi yang telah di fasilitasi oleh pemerintah serta warga setempat telah menjadi tangungjawab bersama untuk menjaga kelangsungan keberadaan saluran irigasi sebagai sumber air bagi warga untuk system pertanian terpadu. Adapun permasalahan yang ada sekarang ini adalah system irigasi yang mulai mengalami kerusakan yang dikarenakan termakan usia. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi pertanian warga setempat. Kekurangan pasokan air ini mengakibatkan jumlah produksi yang semakin menurun, kwalitas hasil pertanian yang semakin rendah serta kesempatan di tiap musim tanam menjadi terbatas. Dimana dampak terburuknya adalah menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat sedangkan tuntutan hidup semakin berat

BAB II HASIL INDENTIFIKASI MASALAH DAN KEBUTUHAN Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh para petani yang ada di Desa Bonto Maccini salah satu diantaranya adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap system irigasi yang ada di sana. Irgasi berperan penting dalam pengelolaan lahan yang bergantug pada aliran air terutama lahan tadah hujan, hal ini sangat mempengaruhi efektifitas produksi lahan pertanian masyarakat setempat.

Dengan system irigasi yang lebih terkontrol dapat mempengaruhi hasil pertanian hingga 50% dari keseluruhan kesempatan musim tanam. System irigasi yang ada sekarang hanya mampu melayani hingga dua kali musim tanam, itu pun belum secara menyeluruh dikarenakan keterbatasan volume air yang tersedia. Bahkan yang lebih memprihatinkan adalah kondisi saluran irigasi yang semakin rusak yang termakan oleh usia. Hal ini semakin menambah daftar kekhawatiran masyarakat setempat jika sampai saluran irigasi rusak karena akan membatasi kesempatan musim tanam berikutnya, apalagi pada musim kemarau. Harapan masyarakat setempat adalah perhatian pemerintah terhadap saluran irigasi yang sudah seharusnya di renovasi serta pembuatan waduk yang mampu menambah volume/debet air yang tersedia sehingga cadangan air petani terjamin keberadaannya yang menjamin kesempatan musim tanam yang ada yang dapat menambah hasil produksi petani tiap musimnya.

BAB III ANALISIS MASALAH DAN KEBUTUHAN Penyebab kekurangan pasokan air pada saluran irigasi adalah minimnya daya tamping waduk yang ada sehingga air yang ada tidak bisa dimanfaatkan keberadaannya, termasuk kondisi saluran irigasi yang mengalami kerusakan pada dasar dan dindingnya sehingga aliran air tidak dapat terfokus pada satu titik melainkan merembes pada lahan-lahan yang tidak membutuhkan. Masyarakat membutuhkan bantuan pemerintah dalam perbaikan saluran irigasi. Pasalnya memperbaiki saluran irigasi membutuhkan dana yang cukup besar yang tidak dapat ditanggulangi oleh masyarakat itu sendiri. Pemerintah memegang peran penting dalam setiap aktifitas masyarakat apalagi yang berhubungan untuk kemaslahatan bersama. Terkait hal itu, masyarkat Desa Bonto Maccini mengharapkan bantuan pemerintah secepatnya agar lahan-lahan yang kurang efisien dapat kembali berfungsi dengan normal yang mampu menghasilakan produktifitas maximum. Masyarkat setempat telah melakukan koordinasi dengangan pemerintah setempat yakni Kepala Desa untuk melakukan rehabilitasi. Yang kemudian telah ditanggapi oleh Kepala Desa dengan menyapaikan usulan ini kepada pihak pemerintah daerah yang sampai sekarang masih dalam proses pengkajian kelayakan proyek. Kebijakan pemerintah masih ditunggu oleh masyarakat agar kiranya hal ini

dapat membantu mendorong perekonomian masyarakat setempat serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika hal ini terus berlarut-larut, dikhwatirkan akan menimbulkan masalah yang lebih berat lagi untuk masyarakat setempat terkait kemampuan lahan berproduksi tanpa ditunjang saluran irigasi yang memadai untuk seluruh masyarkat.

BAB IV PENYUSUNAN RENCANA KEBIJAKAN Ada beberapa alternatif kebijakan-kebijakan yang dapat dibuat dari studi ini maupun yang diambil dari komentar dari masyarakat : 1. Sesuai kesepakatan bersama wara setempat, telah diajukan permohonan perbaikan seluruh saran dan pra-sarana yang telah melampaui masa efektifitasnya, termasuk saluran irigasi. 2. Penyediaan sarana dan prasarana terjamin, termasuk perbaikan saluran irigasi masyarkat setempat. 3. Pembuatan waduk yang lebih besar kapasitasnya dari yang ada sekarang ini (renovasi waduk) Hal ini dimaksudkan agar pembangunan pertanian masyarakat setempat dapat bhrgerak meski hanya perlahan akan tetapi hasilnya pasti dimata masyarakat. Perhatian pemerintah adalah semangat bagi para petani setempat.

BAB V PENENTUAN KRITERIA

Indikator yang dipakai selama ini untuk mengevaluasi kinerja pembangunan sector pertanian antara lain adalah Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, penyedia devisa dan peranannya menurunkan jumlah penduduk miskin. Namun demikian, masih menjadi pertanyaan para pakar : Apakah indikator tersebut mampu mencerminkan kinerja Riil sektor pertanian ? Oleh karena itu, perlu ditentukan indikator-indikator baru yang diharapkan dapat menggambarkan pencapaian sasaran pembangunan berkelanjutan serta keragaannya harus diukur dalam perspektif jangka panjang. Dengan demikian kinerja pembangunan pertanian tidak lagi dilihat hanya semata-mata dari kontribusinya terhadap perekonomian nasional tapi juga peranan artikulatifnya yaitu keterkaitan antar sektor baik ke depan maupun ke belakang dan peranan promotifnya yaitu merangsang pertumbuhan sektor lain secara tidak langsung dengan menciptakan lingkungan pembangunan yang mantap.

Secara keseluruhan indikator utama pembangunan pertanian di tingkat makro (nasional) dan mikro (petani) sebanyak 8 indikator yaitu : (1) Pertumbuhan luas lahan irigasi, (2) Rasio tenaga kerja desa/kota di sektor pertanian, (3) Rasio tenaga kerja 15 desa/kota di sektor non pertanian, (4) Pertumbuhan Indeks Ketahanan Pangan (energi dan protein), (5) Pertumbuhan PDRB sektor pertanian, (6) Pangsa PDRB sector pertanian, (7) Penggunaan sarana produksi (bibit, pupuk dan pestisida), dan (8) Produktivitas usahatani.

Delapan indikator utama tersebut telah mencerminkan 38 indikator pembangunan pertanian. Ini memberikan implikasi bahwa untuk mengetahui kondisi 52 indikator tersebut, hanya dibutuhkan pengukuran terhadap delapan indicator utama di atas. Untuk itu, disarankan agar kedelapan indikator utama tersebut dapat dijadikan sebagai indikator kinerja pembangunan pertanian. Terkait indikator pertama (1) yakni pertumbuhan luas lahan irigasi yang menekankan pada sasaran yang ingin di capai dalam penyaluran air dari sumbernya, yang kemudian diberikan persepsi keberhasilan sesuai indicator keberhasilan pelaksanaan pertumbuhan luas lahan irigasi : Saluran irigasi yang terkontrol Pasokan air/cadangan air/volume yang cukup serta berkelanjutan

Dapat memenuhi seluruh kebutuhan air para petani Peningkatan hasil dan mutu produksi pertanian Peningkatan kesejahteraan masyarkat Sasaran pembangunan pertanian lima tahun ke depan adalah peningkatan ketahanan pangan, daya saing dan pendapatan petani. Berdasarkan hasil penelitian ini, ternyata. tingkat pendapatan petani dan daya saing komoditas pertanian (diukur dari pertumbuhan ekspor dan import) bukanlah indikator utama pembangunan pertanian. Oleh karena itu,sasaran pembangunan pertanian bukanlah untuk meningkatkan pendapatn petani, tetapi untuk meningkatkan produktivitas usahatani melalui peningkatan penggunaan sarana produksi.

BAB VI ANALISIS SWOT Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bias dicapai, dan halhal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. Pengertian secara umun Analisis SWOT adalah sebuah instrumen yang beraneka guna, yang dapat digunakan berkali-kali pada berbagai tahap proyek; membangun sebuah telaah atau untuk pemanasan diskusi sebelum membuat perencanaan. Instrumen ini dapat diterapkan secara luas, atau subkomponen yang kecil (bagian dari strategi) dapat dipisahkan agar kita dapat melakukan analisis yang mendetil. SWOT sering menjadi pelengkap yang berguna ketika melakukan Analisis Pemangku Kepentingan. Kedua instrumen ini adalah pendahuluan yang baik sebelum melakukan Force Field Analysis dan Influencing Mapping. Analisis SWOT Praktek Lapang

Kekuatan: Desa yang tempat saya melakukan praktek lapang dekat dari kota dan dekat dengan sarana fital seperti rumah sakit, kantor polisi dan prasarana lainnya. Pada daerah praktek lapang fasilitas rumah, makanan, dan prasarana penunjang lainnya dikukung penuh oleh mahasiswa sehinnga memudahkan untuk melakukan praktek lapang. Kelemahan: Praktek ini hanya sebatas pelengkap dari SKS yang dibelanjakan belum bisa bermanfaat bagi banyak orang. Kami belum mempunyai sekian banyak peserta sehingga praktek yang kami lakukan kesannya kurang efektif bagi mahasiswa maupun responden ( Petani). Kami rentan menghadapi situasi bila ada teman-teman mahasiswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan pengambilan responden. Peluang: Kami melakukan bisa mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh petani. Melalui studi lansung kelapangan pemerintah bisa melihat apa-apa saja yang dibutuhkan oleh para petani Pihak Universitas maupun Fakultas sangat mendukung praktek lapang ini Ancaman: Pihak pemerintah yang bersangkutan dengan masalah yang ada dipetani ini akan melakukan protes keras apabila hasil yang kami dapatkan dilapangan tidak sesuai dengan data-data yang ada di Pemerintahaan. Ada banyak bukti berlawanan yang dapat digunakan untuk melakukan protes keras ke pemerintah daerah maupun pemerintah yang ada di pusat. Diposkan oleh rahmat xcel di 02.42 http://rahmatumi.blogspot.com/2013/01/kebijakan-pembangunan-pertanian_30.html

Contoh Makalah Teori Produksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Atau dengan kata lain, problema dasar dari Ekonomi adalah bagaimana menggunakan semua sumber daya yang terbatas, untuk selanjutnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya. Permasalahan itu kemudian menyebabkan kelangkaan, juga menyebabkan beberapa perilaku yang berasal dari produsen dan konsumen. Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi dalam dua besaran, yaitu mikro ekonomi dan makro ekonomi. Ilmu Ekonomi Makro adalah ilmu yang mempelajari Ekonomi dalam tatarannya terhadap Kebijakan Pemerintah, inflasi dan deflasi, tingkat pengangguran, dan seterusnya. Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga. Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang optimum bersama dengan individuindividu lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dengan asumsi ceteris paribus. Salah satu bagian dari pembahasan mikro ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya. Pembahasan tentang perilaku produsen inilah yang kemudian diangkat sebagai tema untuk melihat sejauh mana sebuah perusahaan dalam memproduksi kebutuhan konsumenkonsumennya. Sehingga kendala pada pengambilan keputusan seberapa banyak peralatan produksi dan jumlah tenaga kerja untuk memenuhi permintaan konsumen-konsumennya. Dengan pendekatan Ekonomi Mikro, terutama yang menyangkut perilaku produsen, khususnya suatu hukum yang disebut the law of diminishing of returns serta produksi optimal, diharapkan dapat dicapai kesimpulan mengenai berapa tingkat penggunaan sumberdaya atau input sehingga mampu menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan.

B. Batasan Masalah Pada penulisan makalah ini, Penulis hanya akan membahas mengenai bagaimana perilaku produsen dengan melihat bagaimana fungsi produksi baik dengan menggunakan faktor satu variabel maupun dengan dua variabel? C. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini ditujukan untuk mencapai keputusan yang harus di ambil oleh sebuah perusahaan, berapa tingkat penggunaan input sehingga menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan. BAB II PEMBAHASAN A. Fungsi Produksi Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan: Y = f (X1, X2, X3, .., Xn) ; dimana : Y : Tingkat produksi (output) yang dihasilkan : Berbagai faktor produksi (input) yang digunakan. X1, X2, X3, , Xn

Fungsi ini masih bersifat umum, karena hanya mampu menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti misalnya: a) Y = a + bX (fungsi linier) b) Y = a + bX cX2 (fungsi kuadratis) c) Y = aX1 bX2 cX3 d (fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain. Dalam teori ekonomi, sifat fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut :

The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan. Di bawah ini diberikan satu misal dengan angka-angka hipotetis untuk menunjukkan sifat fungsi produksi seperti yang dinyatakan dalam The Law of Diminishing Returns. Tabel 1. Hubungan antara faktor produksi dan produk dengan bentuk kombinasi increasing returns dan decreasing returns Faktor Produksi Tambahan Produk (X) Faktor Produksi (Y) (satuan) (satuan) (satuan) 1 1 20 2 1 50 3 1 90 4 1 140 5 1 180 6 1 210 7 1 232 8 1 240 9 1 238 10 234 Produk Marginal (satuan) 30 40 50 40 30 22 8 -2 -4 Produk Rata-rata (satuan) 20 25 30 35 36 35 33 30 26 23

Dari Tabel di atas terlihat, bahwa setiap penambahan faktor produksi satu satuan, mula-mula terdapat tambahan produk (kenaikan hasil) bertambah (30, 40 dan 50 satuan), kemudian diikuti oleh tambahan produk (kenaikan hasil) berkurang (50, 40, 30, 22, 8, -2 dan 4). Jika hubungan antara produk total (PT), produk marginal (PM) dan produk rata-rata (PR) pada tabel diatas digambarkan dalam grafik, maka diperoleh grafik seperti berikut : Grafik 1. Hubungan antara KPT, KPM, KPR

Hubungan produk dan faktor produksi yang digambarkan di atas mempunyai lima sifat yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Mula-mula terdapat kenaikan hasil bertambah (garis OB), di mana produk

marginal semakin besar; produk rata-rata naik tetapi di bawah produk marginal.
2. Pada titik balik (inflection point) B terjadi perubahan dari kenaikan hasil

bertambah menjadi kenaikan hasil berkurang, di mana produk marginal mencapai maksimum (titik B); produk rata-rata masih terus naik.
3. Setelah titik B, terdapat kenaikan hasil berkurang (garis BM), di mana produk

marginal menurun; produk rata-rata masih naik sebentar kemudian mencapai maksimum pada titik C, di mana pada titik ini produk rata-rata sama dengan produk marginal. Setelah titik C produk rata-rata menurun tetapi berada di atas produk marginal.
4. Pada titik M tercapai tingkat produksi maksimum, di mana produk marginal

sama dengan nol; produk rata-rata menurun tetapi tetap positif.


5. Sesudah titik M, mengalami kenaikan hasil negatif, di mana produk marginal juga

negatif ; produk rata-rata tetap positif. Dari sifat-sifat tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan produksi seperti yang dinyatakan dalam The Law of Diminishing Returns dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
1. Produksi total dengan increasing returns, 2. Produksi total dengan decreasing returns, dan 3. Produksi total yang semakin menurun.

Disamping analisis tabulasi dan analisis grafis mengenai hubungan antara produk total, produk rata-rata, dan produk marginal dari suatu proses produksi seperti diatas, dapat pula digunakan analisis matematis. Sebagai contoh, misalnya dipunyai fungsi produksi : Y = 12 X2 0,2 X3, dimana Y = produk dan X = faktor produksi. B. Fungsi Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel Fungsi produksi dengan satu faktor produksi adalah hubungan antara tingkat produksi dengan satu macam faktor produksi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor produksi yang lain dianggap penggunaannya tetap pada tingkat tertentu (ceteris paribus). Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan : Y = f (X1/ X2, X3, .., Xn)

Fungsi ini dibaca : Produk Y adalah fungsi dari faktor produksi X1, jika faktor-faktor produksi X2, X3, , Xn ditetapkan penggunaannya pada suatu tingkat tertentu. Jadi, satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlah penggunaannya adalah faktor produksi X1. Di dalam mempelajari fungsi produksi terdapat tiga ukuran penting yang perlu diperhatikan, yaitu (1) Produk Total (PT), (2) Produk Rata-Rata (PR), dan (3) Produk Marjinal (PM). Produk Total adalah tingkat produksi total ( = Y , dalam fungsi produksi diatas). Produk Rata-Rata adalah hasil rata-rata per unit input variabel ( = Y/X). Produk Marjinal adalah tambahan output yang dihasilkan dari tambahan satu unit input variabel (Y/X atau Y /X). Untuk menganalisis fungsi produksi tersebut perlu dipahami kurvekurve yang berkaitan dengan ketiga ukuran di atas, yaitu :
1. Kurve Produk Total (KPT) atau Total Physical Product Curve (TPP) yaitu

kurve yang menunjukkan tingkat produksi total (=Y) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel.
2. Kurve Produk Rata-Rata (KPR) atau Average Physical Product Curve (APP),

yaitu kurve yang menunjukkan hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
3. Kurve Produk Marginal (KPM) atau Marginal Physical Product Curve

(MPP), yaitu kurve yang menunjukkan tambahan output (Y) yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input variabel. Efisiensi dan Produksi Optimum Konsep efisiensi dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari aspek teknis dan dari aspek ekonomis. Konsep efisiensi dari aspek teknis dinamakan konsep efisiensi teknis.

Efisiensi teknis maksimum dicapai pada saat dicapai produk rata-rata maksimum. Tingkat pemakaian faktor produksi yang menghasilkan produk rata-rata maksimum, secara teknis dipandang sebagai tingkat produksi optimum. Untuk menentukan tingkat efisiensi produksi optimum secara teknis ini cukup dengan diketahuinya fungsi produksi. Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. dan

Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus diketahui, yaitu rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut, keuntungan () dapat ditulis : = PY.Y P.X, di mana : Y = jumlah produk; P = harga produk; X = faktor produksi; P = harga faktor produksi. Agar supaya mencapai maksimum maka turunan pertama fungsi tersebut harus sama dengan nol atau dapat ditulis sebagai berikut: atau ; atau NPM = PX atau Dimana NPM adalah nilai produk marginal, dan DY/DX adalah produk marginal Jadi jelaslah bahwa untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis diperlukan dua syarat , yaitu:
1. Syarat keharusan (necessary condition) : hubungan teknis antara produk

dan faktor produksi atau fungsi produksi;


2. Syarat kecukupan (sufficiency condition) : nilai produk marginal dari faktor

produksi yang dipakai harus sama dengan harga satuan faktor produksi itu. C. Fungsi Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Variabel Dalam analisis ini dimisalkan hanya ada dua faktor produksi yang dapat diubah-ubah penggunaannya di dalam proses produksi. Dimisalkan pula bahwa kedua faktor produksi tersebut dapat saling menggantikan. Misalnya, faktor produksi X1 dapat menggantikan faktor produksi X2, demikian pula sebaliknya X2dapat menggantikan X1. Masalah yang dihadapi produsen atau pengusaha dalam kasus ini adalah kombinasi mana dari penggunaan dua faktor produksi itu yang memerlukan biaya terrendah untuk menghasilkan suatu jumlah produk tertentu (least cost combination).

Untuk menjawab masalah tersebut perlu pemahaman beberapa konsep, - Isoquant atau isoproduct atau kurve produksi sama; - Daya substitusi marginal atau marginal rate of technical substitution (MRTS); dan - Isocost atau price line atau garis harga. 1. Isoquant / Isoproduct / Kurve Produksi Sama; Isoquant adalah kurve yang menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi dua input variabel untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Dalam tabel berikut, disajikan contoh kemungkinan kombinasi penggunaan input X1 dan X2 untuk menghasilkan 100 unit output (Y) dan 150 unit output (Y). Tabel 2. Kemungkinan kombinasi X1 dan X2 untuk menghasilkan 100 unit output (Y = 100) Kombinasi X1 X2 1 10 44,0 2 20 27,0 3 30 17,0 4 40 12,0 5 50 8,6 6 60 7,2 7 70 6,0 8 80 6,0 9 90 7,0 100 unit output dan 150 unit output 150 unit output (Y = 150) X1 X2 10 75 20 42 30 30 40 24 50 20 60 18 70 17 80 18 90 20

Dari tabel di atas dapat digambarkan dua isoquant untuk dua output, yaitu untuk 100 unit dan 150 unit. Isoquant mempunyai sifat-sifat yang serupa dengan Indifference Curves. Cembung kearah origin, menurun dari kiri atas ke kanan bawah, kurve yang terletak lebih kanan atas menunjukkan tingkat output yang lebih tinggi, seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini : Grafik 2 Isoquant untuk output 100 dan 150 unit

Isoquant bisa juga didapatkan dari fungsi produksi. Misalnya kita mempunyai fungsi produksi Y = 2X1 + 4X2. Dari fungsi ini kita ingin mendapatkan isoquant untuk output (Y) = 100 unit.

Fungsi tersebut menjadi : 100 = 2 X1 + 4 X2; tingkat X1 dan X2 sebagai berikut: 2 X1 = 100 4 X2 ; X1 = 50 2 X2.

kemudian diselesaikan untuk berbagai

Dari persamaan ini bisa diperoleh berbagai nilai X1 dan X2 seperti pada tabel berikut. Y = 100 X1 X2 48 1 46 2 44 3 Dst Dst Data pada tabel tersebut dapat digambarkan ke dalam kurve isoquantnya. Dengan cara yang sama dapat dibuat isoquant untuk Y = 150 ; 200; dan seterusnya. 2. Daya substitusi marginal atau marginal rate of technical substitution (MRTS); Di atas telah dikemukakan bahwa kedua faktor produksi X1 dan X2 dianggap dapat saling menggantikan atau mensubstitusikan. Kemampuan mensubstitusi itu disebut daya substitusi marginal (marginal rate of technical substitution). Daya substitusi marginal dari X1 untuk X2 (MRTSX1X2) didefinisikan sebagai jumlah penggunaan X2 yang harus dikurangi apabila terdapat penambahan penggunaan satu unit X1 untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu. Tabel 3 berikut ini adalah contoh mencari MRTSX1X2 dari data yang telah ditabulasi pada tabel 2. Tabel 3. MRTSX1X2 dari tabel 2 untuk output 150 Tambahan X1 Kombinasi X1 (DX1) 1 10 10 2 20 10 3 30 10 4 40 10 5 50 10 6 60 10 7 70 10 8 80 10 9 90 Pengurangan X2(-DX2) - 33 - 12 - 6 - 4 - 2 - 1 +1 +2

X2 75 42 30 24 20 18 17 18 20

MRTSX1X2 - 3,3 - 1,2 - 0,6 - 0,4 - 0,2 - 0,1 Tidak ada Tidak ada

MRTSX1X2 dapat dicari juga dari fungsi produksi. Misalnya dipunyai fungsi produksi Y= f (X1, X2) , maka kita dapat menemukan MRTSX1X2 sebagai berikut:

Dapat dikatakan pula bahwa MRTS adalah slope (sudut kemiringan) dari isoquant. 3. Isocost atau price line atau garis harga. Untuk memaksimumkan keuntungan, perusahaan harus meminimumkan biaya produksi. Untuk analisis meminimumkan biaya produksi perlu dibuat garis biaya sama atau garis harga atau isocost. Garis harga adalah garis yang menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi dua macam faktor produksi (misal : X1 dan X2) yang dapat diperoleh dari sejumlah modal tertentu ( misal : M). Untuk membuat garis harga ini diperlukan data (a) harga faktorfaktor produksi yang dipergunakan, dan (2) sejumlah modal yang tersedia untuk membeli faktor-faktor produksi yang dipergunakan. Jika tersedia modal sebanyak M dan harga X1 adalah P1 dan harga X2 adalah P2maka persamaan garis harga dapat dicari sebagai berikut: M = P1X1 + P2X2 ;

Persamaan garis harga tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Grafik 3 Garis harga

Kombinasi Dua Input Dengan Biaya Terendah (Least Cost Combination) Persoalan least cost combination adalah menentukan kombinasi input mana yang memerlukan biaya terendah apabila jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan. Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input yang digantikan atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang menggantikan atau yang mensubstitusi. Jadi, selama DX2.P2 > DX1.P1 maka penggantian

DX2 oleh DX1 masih menguntungkan. Biaya sudah mencapai minimum apabila DX2 . P2 = DX1.P1 atau DX2 / DX1 = P1/P2 atau MRTSX1X2 = P1/P2. Dengan demikian untuk menentukan kombinasi dua input dengan biaya terendah diperlukan dua syarat :
1. isoquant untuk tingkat output yang dikehendaki dan daya substitusi

marginal antara kedua input harus diketahui (syarat keharusan), dan


2. daya substitusi marginal dari X1 untuk X2 ( MRTSX1X2) harus sama dengan

rasio harga X1 dan harga X2 (syarat kecukupan) atau MRTSX1X2 = P1/P2 atau PMX1/PMX2 = P1/P2 atau PMX1/P1 = PMX2/P2. Jika diambil contoh kasus pada tabel 5.5 dan jika harga X1 = Rp.200,- dan harga X2 = Rp. 1.000,- perunit maka least cost combination adalah pada penggunaan X1 antara 50 dan 60 dan X2 antara 20 dan 18 unit. Pada kombinasi ini P1/P2 (Rp.200/Rp.1000) = DX2/ DX1 (0,2). Pada kondisi demikian perusahaan akan menghasilkan keuntungan maksimum. Dalil least cost combination ini ternyata berhubungan erat dengan dalil produksi optimum (dalil keuntungan). Hubungannya adalah sebagai berikut : Least cost combination bila sisi kiri persamaan ini di kalikan dengan tidak mengalami perubahan nilai. persamaan tersebut

atau

Persamaan ini merupakan persamaan dalil least cost combination. Seperti telah dijelaskan di muka bahwa dalil produksi optimum atau dikenal dengan dalil keuntungan adalah :

Dengan demikian dalil least cost combination merupakan sisi kiri dari persamaan dalil keuntungan. Persoalan least cost combination dapat pula diselesaikan dengan menggunakan grafik. Kombinasi input dengan biaya terendah ini secara grafis dapat digambarkan sebagai berikut : Grafik 4 Grafik Least Cost Combination

Titik singgung P antara isocost dan isoquant merupakan titik kombinasi optimum, karena pada titik itu terpenuhi syarat kecukupan, yaitu dimana daya substitusi marginal dari X1 untuk X2 sama dengan perbandingan harga-harga X1dan X2. BAB III

PENUTUP Untuk mencapai tujuan perusahaan sebagai produsen, dalam melakukan proses produksi, harus menentukan dua macam keputusan : 1) berapa output yang harus diproduksikan, dan 2) berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan. Kemudian untuk menyederhanakan pembahasan secara teoritis, dalam menentukan keputusan tersebut, maka digunakan dua asumsi dasar : 1) bahwa produsen selalu berusaha mencapai keuntungan yang maksimum, dan 2) bahwa produsen beroperasi dalam pasar persaingan sempurna. Dalam proses tersebut, mikro ekonomi memberikan beberapa konsep yang penting, antara lain : Fungsi produksi Law of diminishing returns Least cost combination

http://otobiazza.blogspot.com/2013/03/contoh-makalah-teori-produksi.html

You might also like