Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Delirium dr bahasa latin deliro menjadi gila Delirium : suatu sindrom, berhubungan dgn derajat kesadaran dan gangguan kognitif DSM IV-TR : (1) Gangguan kesadaran : fokus, perubahan perhatian (2) Perubahan kognitif ( memori, disorientasi, bahasa) (3) Perubahan dalam waktu singkat, fluktuatif (4) Terdapat bukti konsekuensi fisiologis dari kondisi medik umum, intoksikasi atau putus zat dari suatu zat (substance)
I. Pendahuluan
Delirium a/ penyebab umum kematian & kesakitan, mengindikasikan penyakit yang berat Prevalensi dlm populasi umum (DSM IV-TR)
usia 18 tahun : 0,4% usia 55 tahun : 1,1 % pasien yang dirawat inap : 10 - 30% Tertinggi pd postkardiotomi : 90%
I. Pendahuluan
Penyebab delirium paska operasi :
stres operasi rasa sakit Insomnia pemberian obat penghilang nyeri ketidakseimbangan elektrolit Infeksi Demam kehilangan darah
I. Pendahuluan
Pemahaman tentang
faktor predisposisi faktor presipitasi patofisiologi delirium
Epidemiologi
Tantangan identifikasi kasus Survey kesehatan jiwa di komunitas (Baltimore Timur) peningkatan prevalensi delirium sejalan dengan meningkatnya usia ~ Finlandia Penelitian di rumah sakit :
> 65 thn : 30 40% (satu episode) 10 15% orang tua delirium saat pertama masuk Episode delirium berulang : 60% penghuni panti jompo di atas umur 75 tahun
Faktor risiko
Faktor predisposisi Usia tua Laki-laki Gangguan penglihatan Adanya demensia Faktor presipitasi Narkotika Penyakit akut yang berat (malaria, sepsis, virus) Infeksi saluran kemih Hiponatriumemia, hipokalemia, hiperuremikum
Depresi
Memiliki ketergantungan fungsional Immobilitas Fraktur panggul Pecandu alkohol Dehidrasi Penyakit disik yang berat
Hipoksemia
Syok Anemia Nyeri Pengekangan fisik Penggunaan kateter kandung kemih Kejadian iatrogenic
Stroke
Gangguan metabolisme BMI yang rendah Mendapatkan terapi obat psikoaktif, obat yang berefek antikolinergik
Patofisiologi
Mekanisme pasti belum diketahui pasti Penelitian mencari jalur umum akhir EEG : perlambatan difus dari aktivitas korteks Neuroimaging : gangguan menyeluruh fungsi korteks dengan disfungsi terutama pada bagian korteks prefrontal, struktur subkortikal, talamus, ganglia basalis, korteks frontal dan temporoparietal, korteks fusiform, dan girus lingualis khususnya pada bagian nondominan
Patofisiologi : asetilkolin
Pe aktivitas asetilkolin Contoh : toksisitas obat antikolinergik, pasien dgn kerusakan transmisi kolinergik (Alzheimer) Delirium post operatif kadar serum antikolinergik meningkat Semakin tinggi kadar antikolinergik dalam serum semakin parah keadaan deliriumnya Pisostigmin (Antilirium), agen kolinergik delirium membaik
Patofisiologi : dopamin
Hubungan saling mempengaruhi (reciprocal) antara aktivitas kholinergik dan dopaminergik Pada delirium terjadi kelebihan aktivitas dopaminergik Antipsikotik & neuroleptik yg memblokade dopamine mengurangi gejala delirium
Patofisiologi : serotonin
Serotonin pd ensefalopati hepatik & sepsis Halusinogen seperti LSD agonis pd reseptor serotonin agen serotonik delirium Serotonin sindrom : kombinasi beberapa SSRI kegelisahan, tremor, panas badan, kejang otot (myoclonus), kekakuan, mual, diare, kemerahan, berkeringat, dengan gejala utamanya adalah delirium
Patofisiologi : GABA
Ensefalopati hepatik peningkatan penghambatan level GABA Penurunan GABA pada SSP (putus zat benzodiazepine & alkohol) delirium
Patofisiologi : glutamat
Glutamat, melalui efek neurotoksisitas eksitatorinya (diperantarai oleh reseptor Nmetil-D-aspartat (NMDA) kematian neuron Kematian neuron delirium Agonis NMDA (ketamin & fensiklidin (PCP) delirium Mekanisme sindrom ensefalopati Wernicke abnormalitas dari glutamat
Patofisiologi : amonia
Amonia diproduksi bakteri kolon & deaminasi glutamin di usus kecil Sebagian kecil berasal dr ginjal & otot lurik Di hati, amonia glutamin & urea urin Gangguan hati hiperamonia perubahan permeabilitas sawar otak Keseimbangan amonia otak astrosit amonia sel astrosit : pembengkakan sel, ekspresi bbrp protein & enzim (reseptor benzodiazepin, transporter glutamin & glutamat, sintesis nitrit oksida & MAO-A perubahan neurotransmisi glutamatergik, monoaminergik, dan GABAergik.
Patofisiologi : kortisol
Kelebihan kortisol : sindroma Cushing, stress, setelah operasi & penggunaan steroid eksogen Aktivasi aksis HPA (hipotalamus pituatari adrenal) dan peningkatan kortikosteroid gangguan kognitif Abnormalitas aksis HPA pada delirium Kortisol memodulasi aktivitas sistem limbik gangguan kognitif
Gambaran klinis
Ganguan kesadaran berfluktuasi, gangguan sensori, menurunnya perhatian, gangguan kognitif menyeluruh, gangguan psikomotor, gangguan pola tidur, gangguan daya ingat, gangguan persepsi, paranoid, tidak dapat berkonsentrasi, disorientasi Berat tidak mengenal dirinya inkoheren sundowning phenomenon Suasana perasaan & kepribadian berubah Tanpa terapi stupor, koma
Diagnosis Banding
Skizofrenia Depresi Episode manik Gangguan psikotik akut dan sementara Gangguan schizophreniform Gangguan disosiatif Malingering halusinasi & waham skizofrenia lebih konstan & lebih terorganisir dr pd delirium Skizofrenia kesadaran & orientasi baik Delirium hipoaktif mirip depresi berat bedakan dgn EEG.
Tujuan terapi ini u/ perbaikan menyeluruh dan mencegah kerusakan otak permanen
Farmakoterapi
Untuk psikosis & insomnia Anti psikotik haloperidol karena :
onset cepat rentang terapetik lebar profil keamanan penggunaan bertahun-tahun bentuk cara pemberian beragam tidak memiliki metabolit aktif tidak menyebakan hipotens obat neuroleptik yang paling banyak dipelajari
Farmakoterapi
Pemberian haloperidol tgtg usia, berat badan & kondisi fisik Dosis awal : 2-6 mg per intramuskuler, diulang dalam satu jam jika pasien tetap gelisah Pasien tenang pemberian oral Dosis oral 1,5 kali dosis parenteral, 2/3 dosis diberikan pada waktu tidur. Dosis efektif per hari 5-40 mg Penghentian terapi harus bertahap
Insomnia benzodiazepin kerja jangka pendek atau menengah (misalnya, lorazepam [Ativan] 12 mg pada waktu tidur).
Prognosis
Angka kematian 3 bulan pasien yang memiliki episode delirium diperkirakan 23-33% Pd pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit angka kematian 20-75% Setelah pulang, 15% meninggal dalam 1 bulan & 25% meninggal dalam 6 bulan Perbaikan gejala pada pasien dengan fungsi kognitif yang jelek sebelum terjadinya delirium memerlukan waktu yang lebih lama Setelah 6 bulan, 18% pasien delirium walaupun faktor presipitasi telah diatasi
Kesimpulan
Delirium adalah suatu kondisi medis yang dapat mengancam jiwa namun dapat bersifat reversibel Patofisiologi delirium belum diketahui dengan pasti walaupun demikian perubahan kadar asetilkolin, dopamin, dan serotonin di otak diduga memiliki peran yang besar dalam terjadinya delirium Penatalaksanaan terutama mengatasi penyakit yang menjadi dasar terjadinya delirium dan perbaikan faktor lingkungan termasuk dukungan keluarga.
Saran
Faktor risiko dan faktor pencetus delirium perlu diketahui sebagai dasar untuk melakukan intervensi dan terapi. Penelitian untuk memahami patofisiologi delirium perlu terus dilanjutkan sehingga pemberian terapi dapat lebih sesuai dengan patomekanisme delirium.
Insidious onset Primary defect in short term memory Attention often normal Does not fluctuate during day Visual hallucinations less common Can attend to MMSE or clock draw, but cannot perform well
Intervention Protocol
Cognition Sleep Orientation, activities Bedtime drink, massage, music, noise reduction Ambulation, exercises Visual aids and adaptive equipment Portable amplifiers, cerumen disimpaction BUN, volume repletion
Jalur Kenikmatan
Fong TG et al. (2009) Delirium in elderly adults: diagnosis, prevention and treatment Nat Rev Neurol doi:10.1038/nrneurol.2009.24