You are on page 1of 32

ENTOMOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI

Oleh:

Dr. Hj. Maznah Hamzah, DAPK, M.Kes, SpParK. NIP: 130 516 805

PENGENDALIAN VEKTOR

PENGENDALIAN VEKTOR
Tujuan pengendalian vektor:

- Mengurangi atau menekan populasi vektor serendah-rendahnya


sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit. - Menghindarkan terjadinya kontak antara vektor dan manusia

Pengendalian vektor digolongkan menjadi:


1. Pengendalian secara alami Berbagai contoh yang berhubungan dengan faktor ekologi yang sangat penting artinya bagi perkembangan serangga adalah: - adanya gunung, lautan, danau& sungai yg luas merupakan

rintangan bagi penyebaran serangga.


- ketidakmampuan mempertahankan hidup bebearpa spesies

seranga di daerah yang terletak di ketinggian tertentu

- Perubahan musim dapat menimbulkan hidup beberapa spesies


serangga - Iklim panas, udara kering dan tanah tandus tidak

memungkinkan perkembangbiakan sebagaian besar serangga.


- iklim yang panas atau dingin untuk beberapa spesies tertentu tidak sesuai dengan kelestarian hidupnya. - Angin besar dan curah hujan yn tinggi dapat mengurangi populasi serangga di suatu daerah

- adanya burung, katak, cicak dan binatang lain yg merupakan


pemangsa serangga. - Penyakit serangga

2. Pengendalian secara Buatan (artificial control)


Cara pengendalian ini dilakukan atas usaha manusia dapat dibagi: a. Pengendalian lingkungan (environmental control) Pengendalian dilakukan dengan cara mengelola lingkungan (environmental management) :

* Modifikasi lingkungan (environmental modification)


- Cara paling aman terhadap lingkungan - Tidak merusak keseimbangan alam. - Tidak mencemari lingkungan - Harus dilakukan terus menerus

Contoh:

- Pengaturan sistem irigasi


- Penimbunan tempat- tempat yang dapat menampung air dan tempat-tempat pembuangan sampah. - Pengaliran air yang menggenang - Pengubahan rawa menjadi sawah - Pengubahan hutan menjadi tempat pemukiman

*Manipulasi Lingkungan (environmental manipulation) - Berkaitan dgn pembersihan atau pemeliharaan sarana fisik yg telah ada supaya tidak terbentuk tempat perindukan serangga contoh: < Membersihkan tanaman air yang mengapung di danau seperti ganggang dan lumut yg dapat menyulitkan perkembangan An.sundaicus < Mengatur kadar garam di lagoon yg dapat menekan populasi An. Subpictus dan An. Sundaicus < Melestarikan kehidupan tanaman bakau yg membatasi tempat perindukan An.sundaicus < Membuang atau mencabut tumbuh-tumbuhan air yang tumbuh di kolam atau rawa yg dapat menekan populasi Mansonia spp. < Melancarkan air dalam got agar tidak menjadi tempat perindukan Culex

b. Pengendalian Kimiawi (Chemical control)


- Digunakan bahan kimia berkhasiat membunuh serangga (insektisida) atau hanya untuk mengahalau serangga saja (repellent)

- Dapat dilakukan dengan segera dan meliputi daerah yg luas, sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu singkat.

- Hanya bersifat sementara dan dapat mencemarkan lingkungan


- Kemungkinan timbul resistensi - Mengakibatkan kematian beberapa pemangsa.

c. Pengendalian Mekanik (mechanical control)


- Menggunakan alat yang langsung dapat membunuh, menghalau, menangkap, menyisir, mengeluarkan serangga dari jaringan tubuh. - Menggunakan baju pelindung, memasang kasa di jendela merupakan cara untuk menghindarkan kontak antara manusia dan vektor

d. Pengendalian Fisik (Physical control) - Digunakan alat fisika untuk pemanasan, pembekuan dan penggunaan

alat listrik untuk pengadaan angin, penyinaran cahaya yg dapat


membunuh atau mengganggu kehidupan serangga.

- Suhu 600C dan suhu beku akan membunuh serangga sedangkan suhu

dingin menyebabkan serangga tidak mungkin melakukan aktivitasnya - Memasang lampu kuning dapat menghalau nyamuk.

e. Pengendalian Biologik (Biological control)


- dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi

vektor atau hospes perantara.


f. Pengendalian Genetika (Genetical control)

- bertujuan menggantikan populasi serangga yang berbahaya dengan


populasi baru yang tidak merugikan - Male technic release - Cytoplasmic incompability - Hybrid sterility

g. Pengendalian legislatif (Legal control)


- Untuk mencegah tersebarnya serangga berbahaya dari suatu daerah ke daerah lain atau dari luar negeri ke Indonesia, diadakan peraturan

dengan sanksi pelanggaran oleh pemerintah


- Pengendalian karantina di pelabuhan laut dan udara bermaksud mencegah masuknya hama tanaman dan vektor penyakit. - Penyemprotan insektisida di kapal yang berlabuh dan pesawat yg mendarat di bandara.

- Keteladanan oleh karena tidak melaksanakan peraturan-peraturan


karantina yang menyebabkan perkembangbiakan vektor nyamuk dan lalat, dapat dihukum menurut undang-undang.

INSEKTISIDA

INSEKTISIDA Khasiat insektisida untuk membunuh serangga sangat bergantung kepada macam, bentuk, jumlah dan konsentrasi insektisida serta cara masuknya kedalam tubuh serangga. Disamping itu, faktor-faktor penting untuk membunuh serangga yaitu: besarnya, stadiumnya, sistem pernafasan dan bentuk mulutnya; habitat dan kebiasaan makan serangga. Menurut bentuknya insektisida dikenal dalam bentuk:

- Padat
- Larutan - Gas

Yang termasuk bahan padat adalah - Serbuk (dust), yang berukuran halus, dapat tembus saringan 20 mesh screen; - Granules, lebih besar dan tidak tembus saringan tsb. - Pellets, dengan ukuran 1 cm3

Larutan digunakan dalam ukuran partikel yang bermacam-macam, yaitu: - Aerosol, ukuran partikelnya 0.1-50 mikron

- Mist (kabut), ukuran partikelnya 50 100 mikron


- Spray, ukuran partikelnya 100-500 mikron - Dalam bentuk gas sebagai fumigant dengan partikel berukuran sampai 0.001 mikron - Bentuk cair dan padat yang dijadikan gas, yaitu berupa uap (vapour) dengan partikel yang berukuran 0.1 mikron.

Insektisida yang baik, mempunyai sifat sbb: 1. Mempunyai daya bunuh yg cepat dan cepat dan tidak

membahayakan manusia dan binatang.


2. Mempunyai susunan kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar 3. Mudah dipergunakan dan mudah tercampur 4. Mudah didapat dalam jumlah besar dan murah harganya 5. Tidak berwarna atau mempunyai bau yang tidak menyenangkan

Menurut macam bahan kimianya, insektisida dibagi dalam:

1. Bahan organik yang sintetik


2. Bahan organik yang berasal dari alam

3. Bahan Anorganik

Menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga, insektisida dibagi:


Racun kontak: Masuk melaui spirakel alat pernafasan atau melalui integumen ke

dalam darah. Pada umumnya dipaki untuk serangga yg mempunyai


bentuk mulut tusuk isap dan digunakan sebagai racun residu. 2. Racun perut

Insektisida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut.


Dipakai untuk serangga yg punya alat mulut yg menggigit, lekat isap, kerat isap

3. Racun pernafasan
Racun masuk melalui pernafasan. Dipakai untuk semua macam serangga dan tidak bergantung kepada bentuk mulutnya.

REPELLENT - Bahan yang mengandung sedikit racun, - Tidak membunuh serangga, melainkan menyebabkan gangguan pada serangga, sehingga serangga tidak menggigit, tidak suka bertelur atau mendekati tempat yg dikenai bahan tsb. - Bekerja sebagai pencegah serangga. - Bentuk repellent sama dengan bentuk insektisida.

Contoh: Minyak sereh, diethyl teluamide, benzyl benzoate,


dimethyl phthalat, dibuthyl phthalat, indalone, rutgers 612 dll.

BAHAN AUXILIARY:
- Bahan ini untuk penambah atau pencampur, - Tidak bersifat racun, tetapi

- menyebabkan insektisida lebih mudah dipergunakan.


- Bahan ini bersifat synergistic dan dipaki untuk membuat serbuk, suspensi, larutan dan emulsi.

Insektisida yang penting: 1. Pyrethrum: - Berasal dari kepala bunga Crysanthenum, - Mengandung pyrethrin I & II. - Mempunyai daya bunuh,

- Neurotoxic, menyebabkan paralysis pada serangga.


- Larut dalam minyak dan mudah dicampur dalam dust. - Tidak toxic untuk mamalia, menyebabkan iritasi pada bronchus

yg menyebabkan sesak nafas.


- Dipakai dalam obat nyamuk dalam konsentrasi rendah sehingga bekerja sebagai repellent.

2. DDT (dichloro diphenil trichloroethane)

- berupa kristal putih dan mempunyai susunan kimia yg yg stabil.


- daya residu cukup lama, dapat tahan 3 6 bulan. - tidak larut dalama air tapi larut dalam pelarut organik dan mudah diserap dalam minyak. Oleh karna itu tidak baik dipakai ditempat pemeliharaan sapi perah. - daya bunuh besar, tidak sangat toxic untuk mamalia.

3. BHC (benzen hexachloride)


- berupa cairan putih atau jernih berbau merangsang - tidak larut dalam air tapi latrut dalam minyak. - mempunyai daya bunuh yg besar dan tidak membahayakan. - Dapat dipakai sebagai racun perut, racun peranfasan dan racun kontak, tetapi daya residu tidak lama. - racun masuk ke dalam tubuh serangga melalui trachea atau

cuticula dan bekerja terhadap susuan saraf serangga.


Termasuk golongan ini adalah Lindane, dengan 99% gamma BHC

4. Aldrin, termasuk golongan chlordane,

- berupa kristal padat putih, dapat menguap


- tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik - daya bunuh 8 x lebih besar dari dieldrin dan juga toxic terhadap mamalia. - lebih sering dipergunakan sebagai racun kontak, dapat juga digunakan sebagai racun pernafasan.

5. Dieldrin, juga termasuk golongan chlordane - mempunyai sifat yang sama dengan aldrin dan juga toxic terhadap mamalia

- Banyak dipaki sebagai racun kontak, perut dan pernafasan


- daya residu pendek

6. Malathion, termasuk golongan organo-phosphor


- berupa larutan coklat - baunya sangat tidak menyenangkan

- lambat larut dalam air, mudah larut dalam pelarut lainnya


- daya bunuh besar tetapi toxic terhadap mamalia

7. Parathion, juga termasuk golongan organo-phosphor, - warnanya lebih muda, baunya merangsang.

- Sifat lainnya seperti malathion tetapi daya bunuh 100 kalinya.


- Sangat jarang dipakai

Resistensi Serangga Terhadap


Insektisida
Resistensi serangga terhadap insektisida, diartikan kemampuan suatu populasi serangga untuk bertahan terhadap pengaruh insektisida yang biasanya mematikannya.

I. Resistensi bawaan

Menurut mekanismenya dibagi dalam:


1. Resistensi Fisiologik bawaan, disebabkan karena: - Daya absorbsi insektisida yang sangat lamabt, sehingga serangga tidak mati. Keturunannya juga resisten - Daya penyimpanan insektisida dalam jaringan yg tidak vital,

seperti jaringan lemak, sehingga lat vital terhindar dan


serangga tidak mati. Sifat ini diturunkan. - Daya ekskresi insektisida yang cepat, sehingga tidak sampai

membunuh serangga. Sifat ini juga diturunkan


- Detoxikasi insektisida oleh enzim, menyebabkan serangga tidak mati

2. Resistensi kelakuan bawaan disebabkan faktor sbb: - Perubahan habitat serangga, sehingga terhindar dari pengaruh insektisida. Keturunannya mempertahankan yg baru ini. - Avoidance. Sifat menghindarkan diri dari pengaruh insektisida sehingga tidak terbunuh, tanpa mengubah habitat.

II. Resistensi didapati


Dari suatu populasi serangga, anggota yang rentan menyesuaikan diri terhadap pengaruh insektisida sehingga tidak mati dan membentuk populasi baru yang resisten. Sifat ini tidak selalu diturunkan, tetapi selalu ada yang resisten yang berkembang biak. Resistensi fisiologik yang didapati disebabkan karna timbulnya toleransi terhadap insektisida karena sebelumnya telah mendapat dosis yang subletal.

Resistensi kelakuan yang didapati disebabkan karena


serangga dapat menghindarkan diri sebagai akibat dosis subletal daripada insektisida

You might also like