You are on page 1of 27

BAB II PEMBAHASAN RETARDASI MENTAL A.

Definisi Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental,menurut: WHO Retardasi mental yaitu kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal. Crocker AC Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,yang di sertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Melly Budhiman Seseorang di katakan retardasi mental bila memenuhi criteria sebagai berikut: a. b. c. Fungsi intelektual umum di bawah normal Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu di bawah usia 18 tahun.

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan Quotient). IQ adalah MA/CA x 100% M.A =Mental Age,umur mental yang di dapat dari hasil tets C.A =Chronological Age,umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.

atau IQ (Intelegence

Yang dimaksud dengan intulektual di bawah normal,yaitu apabila IQ dibawah 70.Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana,daya tangkap dan daya ingatnya lemah,demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah. Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk mandiri,menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuia denagn umurnya. Gejala harus tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun,bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.

B.

Klasifikasi

Menurut nilai IQ-nya,maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut:

Nilai IQ Sangat Superior Superior Diatas rata-rata Rata-rata Dibawah rata-rata Retardasi mental borderline Retardasi mental ringan (mampu didik) Retardasi mental sedang (mampu latih) Retardasi mental berat Retardasi mental sangat berat 120 - 129 110 - 119 90 - 110 80 - 89 70 - 79 52 - 69 36 - 51 20 - 35 dibawah 20 130 atau lebih

Yang sisebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70,retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampuh latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya,maka Melly Budhiman membagi: 1) 2) Tipe klinik Tipe sosio budaya

1 Tipe klinik Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah di deteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya. 2 Tipe sosio budaya

Ads not by this site Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya,mereka mengetahui kalau anaknya gagal beberapa tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

C.

Etiologi

Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT dan Shonkoff JP dibawah ini. Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental :

1.

Non-organik Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis Faktor sosiokultural Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik Penelantaran anak

2.

Organik

Faktor prakonsepsi Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.) Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X) syndrome polygenic familial.

Faktor prenatal Ganguan pertumbuhan otak trimester I

Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll) Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human immunodeficiency virus) Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll) Disfungsi plasenta Kelainan congenital dari otak (idiopatik) Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III

Infeksi intrauterin, misalnya TORCH,HIV Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll) Ibu: diabetes militus,PKU (Phenylketonuria) Toksemia gravidarum Disfungsi plasenta Ibu malnutrisi Faktor perinatal Sangat premature

Asfiksia neonatorum Trauma lahir: pendarahan intra cranial Meningitis Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia

Faktor post natal Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat Neuro toksin, misalnya logam berat CVA (Cerebrovascular accident) Anoksia, misalnya tenggelam Metabolik

Gizi buruk Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl ketonuria) Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll Infeksi

Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan social ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya mutasi. Demikian pula pada keadaan social ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik dari retardasi mental,

D.

Diagnosis dan Gejala klinis

Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambl kesimpulan. Pada kasusu seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat, perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/factor nonorganic lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak. Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu : 1. Kelainan pada mata :

Katarak Bintik cherry-merah pada daerah macula Kornea keruh

2.

Kejang :

Kejang umum tonik klonik Kejang pada masa neonatal 3. Kelainan pada kulit :

Bintik-caf-au-lait 4. Kelainan rambut :

Rambut rontok Rambut cepat memutih Rambut halus 5. Kepala :

Mikrosefali Makrosefali 6. Perawakan pendek :

Kretin Sindrom prader-willi 7. Distonia :

Sindrom hallervorden Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut : 1. Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari kelompok ini termasuk dalam tipe social budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias silatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya. 2. Retardasi mental sedang

Ads not by this site Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapai dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan,pertanian dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stress dan kurang dapat mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan. 3. Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.Diagnosis mudah ditegakkan secara dini,karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah tedapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.Kelompok ini termasuk tipe klinik.Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan kerja,dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya. 4. Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.Diagnosa ini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat minimal.Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya

E.

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental,yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kromosom kariotipe EEG (Elektro Ensefalogram) CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) Titer virus untuk infeksi congenital Serum asam urat (Uric acid serum) Laktat dan piruvat Plasma asam lemak rantai sangat panjang Serum seng (Zn) Logam berat dalam darah

10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin 11. Serum asam amino atau asam organik 12. Plasma ammonia 13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit: 14. Urin mukopolisakarida 15. Urin reducing substance 16. Urin ketoacid 17. Urin asam vanililmandelik

F.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual

untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatakn psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anka juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll. Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.

Ads not by this site Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka dapat menerima anak Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini diajarkan keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll. Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.

G.

Pencegahan

Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersaling pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian rfetardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki senitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga dan Balita)yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan dan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini mungkin, terutama pada tahun pertama, maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terapi dini hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mnetal. Detaksi dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi.

BAB III KONSEP ASKEP

A.Pengakajian.

Pengakjian dapat dilakukan melalui: 1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial. 2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma. 3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat. 4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.

Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut: Lakukan pengkajian fisik. Lakukan pengkajian perkembangan.

Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat. Nutrisi tidak adekuat. Penyimpangan lingkungan. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme). Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi. Abnormalitas kromosom.

Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.

Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.

Ads not by this site Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:

- Tidak responsive terhadap kontak. - Kontak mata buruk selama menyusui. - Penurunan aktivitas spontan. - Penurunan kesadaran terhadap suara getaran. - Peka rangsang. - Menyusui lambat. B. Diagnosa 1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf. 2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.

C. Intervensi 1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf. hasil yang ingin dicapai Anak dan keluarga aktif terlibat dalam program stimulai bayi.

Keluarga menerapkan konsep-konsep dan melanjutkan aktivitas perawatan anak di rumah. Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal.

Keluarga~ mencari tahu tentang program pendidikan.

Intervensi keperawatan. Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii

Rasional : untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak.~ Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar Rasional : sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak,

Rasional : untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri. Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak

Rasional : karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran. Berikan pada remaja informasi praktik sosial dan kode prilaku yang kongkrit dan terdefinisi dengan baik, Rasional : karena kemudahan persuasi anak dan kurangnya penilaian dapat membuat anak nerada pada resiko berbahaya. 2.. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental. Hasil yang diharapkan Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai kelahiran anak dengan retardasi mental dan impikasinya. Anggota keluarga membuat keputusan yang realistik berdas arkan kebutuhan dan kemampuan mereka. Anggota keluarga menunjukan penerimaan terhadap anak.

Intervensi Keperawatan Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran.

Rasional ; Agar keluarga mampu menerima keadaan yang sesungguhnya. Ajak kedua orang tua untuk hadir pada konferensi pemberian informasi.

Rasional : Agar orang tua mendapatkan banyak informasi tentang retardasi mental. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk menyelidiki semua alternatif residensial sebelum membuat keputusan. Rasional : Agar mereka dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi mereka dan anaknya. Dorong keluarga untuk~ bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama Rasional : sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.. D. Evaluasi

v Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. v Keluarga mampu menerima keadaan yang anaknya yang retardasi mental. BAB IV PENUTUP

A.

Kesimpulan

Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaanmental. Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar. B. Saran

a) Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan buruk seperti: minumminuman keras dan merokok. b) Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG RETARDASI MENTAL A. Pengertian Retardasi Mental RM menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) 1992 : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sbl 18 tahun) ditandai dengan fs. kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan berbahasa; ketrampilan merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll. Sedangkan menurut WHO,retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991) Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi iritelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Fungsi intelektual umum dibawah normal 2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social 3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun. Retardasi Mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut: Lemah Pikiran ( feeble-minded) Terbelakang Mental (Mentally Retarded) Bodoh atau Dungu (Idiot) Pandir (Imbecile) Tolol (moron) Oligofrenia (Oligophrenia) Mampu Didik (Educable) Mampu Latih (Trainable) Ketergantungan Penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat Mental Subnormal Defisit Mental Defisit Kognitif Cacat Mental Defisiensi Mental Gangguan Intelektual Jadi, Retradasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi intelektual dibawah rata-rata dan dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

B. Etiologi Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.

1.

Organik Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.) b. Faktor prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat teratogen dan toxin, disfungsi plasenta) c. Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum, Meningitis, Kelainan metabolik:hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dll d. Faktor postnatal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi, CVA (Cerebrovascularaccident) - Anoksia, misalnya tenggelam Non organik a. Kemiskinan dan klg tidak harmonis b. Sosial kultural c. Interaksi anak kurang d. Penelantaran anak Faktor lain : Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain (15-20% ; AAP, 1984)
a.

2.

3.

C. Klasifikasi Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut (dikutip dari Swaiman 1989): Nilai IQ : 1. Sangat superior 130 atau lebih 2. Superior 120-129 3. Diatas rata-rata 110-119 4. Rata-rata 90-110 5. Dibawah rata-rata 80-89 6. Retardasi mental borderline 70-79 7. Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69 8. Retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51 9. Retardasi mental berat 20-35 10. Retardasi mental sangat berat dibawah 20

1.

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi: Tipe klinik Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya

2.

Tipe sosio budaya Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anakanak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya ketainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada urnumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan. Klasifikasi Menurut Page : 1. Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun) 2. Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun) 3. Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun) Tabel Derajat Retradasi Mental Derajat RM IQ Usia Prasekolah (0-5 tahun) Sangat berat <20 Retradasi jelas

Usia Sekolah (0-21 tahun) Beberapa Perkembangan motorik dapat berespon namun terbatas Dapat bicara atau berkomunikasi namun latuhan kejujuran tidak bermanfaat Latihan dalam keterampilan social dan pekerjaan dapat bermanfaat, dapat pergi sendiri ketempat yang telah dikenal Dapat belajar keterampilan akademik sampai kelas 6 SD

Usia Dewasa (>21 tahun) Perkembangan motorik dan bicara sangat terbatas

Berat

20-23

Perkembangan motorik yang miskin

Dapat berperan sebagian dalam pemeliharaan diri sendiri dibawah pengawasan ketat Dapat bekerja sendiri tanpa dilatih namun perlu pengawasan terutama jika berada dalam stress

Sedang

35-49

Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, ditangani dengan pengawasan sedang

Ringan

50-69

Dapat mengembangkan keterampilan social dan komunikasi, retradasi minimal

Biasanya dapat mencapai keterampilan social dan kejujuran namun perlu bantuan terutama bila stres

D. Patofisiologi Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak. E. Manifestasi Klinik Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989): 1. Kelainan pada mata 2. Kejang 3. Kelainan kulit 4. Kelainan rambut 5. Kepala 6. Perawakan pendek 7. Distonia Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut: 1. Retradasi Mental Ringan Keterampilan social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, deficit koognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya. 2. Retradasi Mental Sedang Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi social dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan retradasi mental ringan. 3. Retradasi Mental Berat Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia prasekolah sudah nyata ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya berkembang. Jika perkembangan bahasanya buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang.

4.

Retradasi Mental Sangat Berat Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi seringkali masih membutuhkan perawatan orang lain. Terdapat ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari gangguan retradasi mental , yaitu hiperakivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi,

ketidakstabilan efektif , perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri sendiri. F. Penatalaksanaan Medis Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier. 1. Pencegahan primer adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan tersebut termasuk pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui kebijakan kesehatan masyarakat , aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal, dan eredekasi gangguan yang diketahui disertai kerusakan system saraf pusat. Konseling keluarga dan genetic dapat membantu. 2. Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat perjalanan penyakit. 3. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk menekan kecacatan yang terjadi. Dalam pelaksanaanya kedua jenis pencegahan ini dilakuakn bersamaan, yang meliputi pendidikan untuk anak : terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika ; pendidikan keluarga; dan intervensi farmakologi. Pendidikan untuk anak harus merupakan program yang lengkap dan mencakup latihan keterampilan adaptif, sosialn, dan kejuruan. Satu hal yang penting dalam mendidik keluarga tentang cara meningkatkan kopetensi dan harga diri sambil mempertahankan harapan yang realistic. Untuk mengatasi perilaku agresif dan melukai diri sendiri dapat digunakan naltrekson. Untuk gerakan motorik stereotopik dapat dipakai antipsikotik seperti haloperidol dan klorpromazin. Perilaku kemarahan eksplosif dapat diatasi dengan penghambat beta seperti propranolol dan buspiron. Adapun untuk gangguan deficit atensi atau hiperktivitas dapat digunakan metilpenidat. G. Komplikasi Menurut Betz, Cecily R (2002) komplikasi retardasi mental adalah : 1. Serebral palsi 2. Gangguan kejang 3. Gangguan kejiwaan 4. Gangguan konsentrasi / hiperaktif 5. Deficit komunikasi 6. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan). H. Insiden Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1 3 persen penduduknya menderita kelainan ini.4 Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan I. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan kromosom 2. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus

3.

Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan. J. Pencegahan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Imunisasi bagi anak dan ibu sebelum kehamilan Konseling perkawinan Pemeriksaan kehamilan rutin Nutrisi yang baik Persalinan oleh tenaga kesehatan Memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat Program mengentaskan kemiskinan, dll

A. Pengkajian
1. Data demografi a. Identitas Klien b. Identitas Orang tua 2. Riwayat Kesehatan Tanda dan gejala : 1) Mengenali sindrom seperti adanya mikrosepali 2) Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator RM seperti anak RM berat biasanya mengalami kegagalan perkembangan pada tahun pertama kehidupannya, terutama psikomotor; RM sedang memperlihatkan penundaan pada kemampuan bahasa dan bicara, dengan kemampuan motorik normal-lambat, biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun; RM ringan biasanya terjadi pada usia sekolah dengan memperlihatkan kegagalan anak untuk mencapai kinerja yang diharapkan. 3) Gangguan neurologis yang progresif 4) Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994) a) Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun) Karakteristik : Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, ttp terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial. Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.

b) Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun) Karakteristik : Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri. Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.

c)

d)

a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m.

Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun) Karakteristik : Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar sepeti makan. Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan, memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis. Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi) Karakteristik : Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi. Sensorimotor minimal, butuh perawatan total. Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda. Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik. 3. Pemeriksaan fisik : Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/ tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung keatas, dll Mulut : bentuk V yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/ melengkung tinggi Geligi : odontogenesis yang tidak normal Telinga : keduanya letak rendah; dll Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/ panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.

4. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan kromosom b. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus c. Test diagnostic sepetti : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.

B. Diagnosis Keperawatan 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan fungsi Kognitif

2.

Kerusakan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa. 3. Risiko cedera b/d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak terkontrol 4. Gangguan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial 5. Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM 6. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian/ berhias, toileting b/d ketidakmampuan fisik dan mental/ kurangnya kematangan perkembangan. C. Rencana Intervensi : 1. Dx : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan fungsi Kognitif Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan berjalan sesuai tahapan Intervensi : a. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak b. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal. c. Berikan aktivitas stimulasi yang sesuai dengan usia d. Pantau pola pertumbuhan (tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan rujuk ke ahli gizi untuk mendapatkan intervensi nutrisi) 2. Dx : kerusakan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa. Tujuan : komunikasi terpenuhi sesuai tahap perkembangan anak. Intervensi : a. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil b. Berikan intruksi berulang dan sederhana c. Beri waktu yang cukup untuk berkomunikasi. d. Dorong komunikasi terus menerus dengan dunia luar contoh Koran, televises, radio, kalender, jam.

3. Dx : Risiko cedera b/d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak terkontrol Tujuan : menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko dan untuk melindungi diri dari cedera. Intervensi : a. Berikan posisi yang aman dan nyaman. b. Manajemen perilaku anak yang sulit c. Batasi aktifitas yang berlebihan. d. Ambulasi dengan bantuan ; berikan kamar mandi khusus. 4. Dx : Gangguan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi social Tujuan : meminimalkan gangguan interaksi social Intervensi : a. Bantu anak dalam mengidentifikasi kekuatan pribadi b. Beri pengetahuan terhadap orang terdekat anak mengenai Retardasi Mental c. Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-anak dan keluarga lain d. Dorong anak mempertahankan hubungan dengan teman-teman e. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak

5. Dx : Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM Tujuan : keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak dan terapinya Intervensi : a. Kaji pemahaman keluarga tentang penyakit anak dan rencana perawatan b. Tekankan dan jelaskan penjelasan tim kesehatan lain tentang kondisi anak, prosedur dan terapi yang dianjurkan c. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyakit dan terapinya d. Ulangi informasi sesering mungkin 6. Dx : Defisit perawatan diri b/d ketidakmampuan fisik dan mental/ kurangnya kematangan perkembangan. Tujuan : melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan perkembangan anak. Intervensi : a. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan. b. Identifikasi kesulitan dalam perawatan diri, seperti keterbatasan gerak fisik, penurunan kognitif. c. Dorong anak melakukan perawatan sendiri Pendidikan pada orangtua : a. Perkembangan anak untuk tiap tahap usia b. Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak c. Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit d. Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll D. Evaluasi
1. 2. 3. 4.

Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya. Dapat berkomunikasi dengan baik sesuai usia. Perilaku dan pola hidup anak jauh dari risiko cidera. Anak berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-anak dan keluarga

lain.
5.

Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak dan terapinya. 6. Anak melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan perkembangan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RETARDASI MENTAL


A. Definisi Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental. Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH (dikutip dari Toback C.) mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradapsi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi iritelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Fungsi intelektual umum dibawah normal 2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social 3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun. Retardasi mental adalah suatu keadaan dimana taraf perkembangan kecerdasan di bawah normal, Seorang anak dikatakan mengalami kondisi mental retardasi berdasarkan angka IQ, yaitu angka intelegensia umur kronologis yang dibandingkan intelegensia umur yang normal pada waktu bersangkutan. B. Klasifikasi Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut (dikutip dari Swaiman 1989): Nilai IQ Sangatsuperior 130 atau lebih Superior 120-129 Diatas rata-rata 110-119 Rata-rata 90-110 Dibawah rata-rata 80-89 Retardasi mental borderline 70-79 Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69 Retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51 Retardasi mental berat 20-35 Retardasi mental sangat berat dibawah 20 Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi:

1. Tipe klinik Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya 2. Tipe sosio budaya Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anakanak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya ketainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada urnumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan. DETEKSI DINI TERHADAP PENDERITA RETARDASI MENTAL Dewasa ini anak-anak penderita retardasi mental mulai dapat dideteksi semenjak usia 3-4 tahun atau sesudah dilakukan evaluasi dengan test Kecerdasan Intelektual (IQ). Adapun test IQ yang ada saat ini hanya diperuntukkan bagi anak yang berusia di atas usia 3 tahun. Sampai sekarang belum ditemukan metode pengukuran IQ bagi anak-anak berusia di bawah 3 tahun. Jika anak-anak penderita retardasi mental dapat dideteksi sebelum berusia 3 tahun, rehabilitasi dapat dilakukan sedini mungkin sebelum otak berkembang sempurna Sehingga kemungkinan untuk pulih akan semakin besar dan kemampuan anakpun akan dapat ditingkatkan. Riset ini bertujuan mendeteksi anak-anak penderita retardasi mental pada usia 6 hingga 12 bulan dengan menganalisa ekspresi wajah mereka setelah diperlihatkan foto-foto tertentu. Metode dilakukan dengan menganalisa pada ekspresi wajah anak-anak, lalu mengkategorikan anakanak yang memiliki otak yang dapat bereaksi normal dan anak-anak yang memiliki masalah dalam menangkap informasi tertentu yang datang ke otak. Juga dilakukan evaluasi terhadap efektifitas otak anak dengan menghitung waktu respon yang timbul setelah anak melihat gambar-gambar foto tertentu. Semakin pendek waktu respon yang timbul semakin cepat kerja otak dalam mengolah informasi yang masuk. Sebaliknya semakin panjang waktu respon yang ada terdapat kemungkinan otak mempunyai masalah dalam mengolah suatu informasi. Sebagai obyek, 20 orang anak-anak Jepang yang terdiri dari 10 anak-anak laki-laki dan 10 anak-anak perempuan. Usia berkisar antara 6 bulan hingga 12 bulan. Gambar Foto Wajah dipilih 12 gambar foto wajah tertentu yang berukuran 512 x 512 pixel. Ke-12 gambar foto tersebut terdiri dari 4 foto dari ibu anak (Mother), 4 foto dari wanita yang tidak dikenal anak (Unknown Woman), dan 4 foto lagi dari gabungan (Combination) wajah ibu dan wanita yang tidak dikenal anak tersebut. Kategori ekspresi wajah terdiri dari kategori positif yaitu wajah tanpa ekspresi (expressionless) dan wajah dengan ekspresi senang (Smile Face).

Adapun kategori negatif adalah wajah dengan ekspresi marah (Anger Face) dan wajah dengan ekspresi terkejut (Surprise Face). Metode Percobaan yang dilakukan adalah Pertama, mendudukan obyek pada pangkuan ibunya yang duduk di depan layar monitor. Kemudian kami tampilkan gambar feedback dari obyek (feedback image) agar obyek dapat memusatkan perhatiannya pada layar monitor. Setelah perhatian obyek terpusat pada layar monitor, kami akan menampilkan foto wajah (Face Picture Image) selama 3 detik. Setelah foto wajah hilang dari layar monitor kembali akan tampak gambar feedback dari obyek(Feedback Image). Percobaan ini diulang selama 24 kali. Selama percobaan berlangsung obyek terus di rekam dengan menggunakan kamera video yang mana rekaman ini akan digunakan pada proses analisa. Pada percobaan ini dilakukan 2 analisa sebagai berikut: Analisa pada ekspresi wajah berdasarkan pada gerakan dasar otot wajah (aksi satuan unit) dengan sintesis pada gerakan yang timbul di alis, mata, pipi dan mulut. Analisa pada perhitungan waktu yang timbul sejak melihat gambar hingga timbul perubahan ekspresi pada wajah ( waktu respon). Dari hasil analisa yang pertama, dapat di dikategorikan dan dipisahkan anak-anak yang memiliki otak yang dapat bekerja dengan normal dengan anak-anak yang memiliki masalah dalam mengamati ekspresi wajah seseorang. Data-data yang ada pada analisa ini menunjukkan bahwa dengan memperlihatkan gambar foto wajah yang bermacam-macam dan juga yang memiliki ekspresi wajah yang berlainan ekspresi yang timbul pada wajah anak juga berlainan. Kemudian dari analisa yang kedua, dapat dievaluasi efektifitas dari otak dengan melakukan pengukuran pada waktu respon. Yang mana semakin pendek waktu respon menunjukkan semakin baik otak bekerja dalam menerima informasi. Adapun panjangnya waktu respon ini juga dipengaruhi oleh macam gambar foto dan bentuk ekspresi wajah yang dilihat. Dari hasil riset ini disimpulkan bahwa anak-anak mudah menangkap pesan atau informasi yang tersirat pada wajah dari sumber yang mereka kenal seperti dari ibu mereka dibandingkan dari sumber yang asing bagi mereka. Juga disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin dan umur juga mempengaruhi ekspresi wajah yang muncul dan juga waktu respon. Berdasarkan hasil riset ini. disarankan agar aksi satuan unit pada gerakan dasar otot wajahdan waktu respon dapat dipakai sebagai acuan pengukuran semacam parameter pada test IQ yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan intelektual anak. Akhirnya, dengan menginstal acuan pengukuran pada jaringan komputer diharapkan agar setiap ibu memiliki kesempatan untuk mengukur tingkat kecerdasan intelektual dari anak-anak mereka. C. Etiologi Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini. Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental 1. Non Organik - Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis - Faktor sosiokultural

- Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik - Penelantaran anak 2. Organik a. Faktor prakonsepsi - Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.) - Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) - Sindrom polygenic familial b. Faktor pranatal - Gangguan pertumbuhan otak trimester I - Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III c. Faktor perinatal - Sangat prematur - Asfiksia neonatorum - Trauma lahir: perdarahan intra kranial - Meningitis - Kelainan metabolik:hipoglikemia, hiperbilirubinemia d. Faktor post natal - Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat - Neuro toksin, misalnya logam berat - CVA (Cerebrovascularaccident) - Anoksia, misalnya tenggelam - Metabolik - Infeksi D. Manifestasi klinis : Gangguan Kognitif Lambatnya ketrampilan dan bahasa Gagal melewati tahap perkembangan utama Kemungkinan lambatnya pertumbuhan Kemungkinan tonus otot abnormal Terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar E. Gejala Klinis Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989): 1. Kelainan pada mata 2. Kejang 3. Kelainan kulit 4. Kelainan rambut 5. Kepala 6. Perawakan pendek 7. Distonia Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:

1. Retardasi mental ringan Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dalam tipe sosial budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai ketas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. 2. Retardasi mental sedang Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, rnereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai klas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan, pertanian, dll. dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. 3. Retardasi mental berat. Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan ,secara diru, karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan rnotorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih ketrampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya. 4. Retardasi mental sangat berat. Kelompok ini sekitar 1 % dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala bask mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang disekitarnya. E. Pemeriksaan Penunjang Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental, yaitu (Shonkoff JP, 1992): 1. Kromosomal kariotipe 2. EEG (Elektro Ensefalogram) 3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) 4. Titer virus untuk infeksi congenital 5. Serum asam urat (Uric acid serum) G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan Medis : 1. Psikostimulan untuk anak yang menunjukkan gangguan konsentrasi/ hiperaktif 2. Obat Psikotropika (untuk anak dengan perilaku yg membahayakan diri) 3. Antidepresan, dll Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimmal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa fisik anak, menganalisis penyebab, dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja sosial kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi.

Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak juga menderita epilepsi, palsi serebral, dll. Psikiater, bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis, bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. H. Prognosis Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda. I. Pencegahan 1. Imunisasi bagi anak dan ibu sebelum kehamilan 2. Konseling perkawinan 3. Pemeriksaan kehamilan rutin 4. Nutrisi yang baik 5. Persalinan oleh tenaga kesehatan 6. Memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga 7. Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat 8. Program mengentaskan kemiskinan, dll J. PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian : a. Tanda dan gejala : Mengenali sindrom seperti adanya DW atau mikrosepali Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator RM seperti anak RM berat biasanya mengalami kegagalan perkembangan pada tahun pertama kehidupannya, terutama psikomotor; RM sedang memperlihatkan penundaan pada kemazttpuan bahasa dan bfcara, dengan kemampuan motorlk normal-iambat, biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun; RM ringan biasanya terjadi pada usia sekolah dengan memperlihatkan kegagalan anak untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Gangguan neurologis yang progresif b. Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb,1994) Ringan (IQ 52-69; umur mental 8-12 tabun) Sedang Berat Sangat Berat 2. Perneriksaan fisik : Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, coping melengkung ke atas, dll Mulut : bentuk "V" yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi Geligi : odontogenesis yang tdk normal

Telinga : keduanya letak rendah; d1l Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll Dada & Abdomen: tdp beberapa putting, buncit, d1l Genitalia: mikropenis, testis tidak turun, dll Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk

3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan kromosom Pemeriksaan urin, serum atau titer virus Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan. 4. Diagnosis keperawatan : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi social Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan perkembangan d1l 5. Intervensi: 1) Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak 2) Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal. 3) Berikan perawatan yang konsisten 4) Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi takdl 5) Berikan intruksi berulang dan sederhana 6) Berikan reinforcement positif atas basil yang dicapai anak 7) Dorong anak melakukan perawatan sendiri 8) Manajemen perilaku anak yang sulit

You might also like