You are on page 1of 5

Technopreneurship dalam Dunia Usaha

Lokakarya Pengembangan Kurikulum Berorientasi Technopreneurship


Oleh:

M. Sholeh
sholeh.smd84@gmail.com

Sebagai Makalah Pendamping Recognition and Mentoring Program-IPB BOGOR

Gedung Bundar Faperta Unmul Senin, 18 Nopember 2013

Technopreneurship dalam Dunia Usaha


1. Pentingnya technopreneurship dalam perusahaan Dunia usaha awalnya mengandalkan sumber daya sebagai modal utama. Dalam perjalanan persaingan usaha, teknologi menjadi kunci dalam pengembangan usaha. Perusahaan yang hanya memegang satu teknologi, tanpa inovasi baru akan ketinggalan dan terpinggirkan dari persaingan. Semakin ketatnya persaingan usaha, dunia usaha harus terus berinovasi sehingga perusahaan yang mendasarkan pada ilmu pengetahuanlah yang mampu bersaing secara berkelanjutan. Perusahaan yang mendasarkan dirinya pada ilmu pengetahuan diisi oleh kelompok manusia yang memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Kelompok inilah yang mempunyai kemampuan belajar, daya inovasi dan penyelesaian masalah secara cepat. Selain itu ciri perusahaan yang mendasarkan dirinya pada ilmu pengetahuan memberikan alokasi investasi modal fisik yang kecil dibanding modal intelektual. 2. Kiat membangun technopreneurship Modal menjadi pengusaha:
a. b. c. d. Percaya diri: berani mencoba, berani gagal, berani bertanggung jawab Keinginan mengubah keadaan: sebagai pimpinan dalam perubahan Mengembangkan diri: memaksimalkan potensi dan mengotimalkan jaringan Pantang menyerah: jika gagal berusaha bangun lagi Tahapan dalam merealisasikan usaha: a. Penanaman jiwa entrepreneurship b. Mengubah paradigma bahwa usaha riil sangat bermanfaat bagi siapa saja, baik diri sendiri, masyarakat, dan Negara. c. Mengobarkan semangat berusaha d. Membentuk kompetisi dalam usaha.

3. Kompetensi dasar yang diperlukan oleh sarjana untuk terjun di dunia kerja Memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan baik sesuai bidang ilmunya (hard skill) maupun kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain (soft skill). 4. Indikator sarjana siap pakai dalam dunia industry Sarjana bukan hanya sebagai praktisi (vocational), tapi punya bekal keilmuan dalam pengambilan keputusan serta penelitian dan pengembangan. Contoh: Mampu mengidentifikasi produk andalan pertanian: membedakan buah muda, mengkal, masak atau sudah busuk. Siap menjadi pengusaha, saat awal ia sebagai manajer, ia sebagai teknisi dan ia sebagai peneliti produk.
A. 1. Kompetensi Utama Profil (1) Pelaku di bidang pertanian : Mampu menerapkan prinsip ilmiah dalam merumuskan, menganalisis dan memecahkan permasalahan dalam bidang pertanian

2.

Kemampuan menerapkan IPTEKS di bidang budidaya tanaman berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan, baik yang bersifat modern maupun kearifan lokal.

B. 1.

Kompetensi Utama Profil (2) MANAJER (planner, designer, organizer, evaluator, mediator) : Mempunyai kemampuan leadership, manajerial, dan adaptasi terhadap lingkungan, serta jiwa kreatif, inovatif, responsif, dalam merancang, merencanakan, dan mengevaluasi sistem produksi tanaman secara tepat sesuai kaidah pertanian berkelanjutan.

2. C. 1. 2. 3. 4. D. 1. 2. 3. 4. 5. E. 1. 2. 3. 4.

Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam tim yang multidisiplin. Kompetensi (3) Pengusaha (entrepreneur, initiator, adaptor, cooperator) : Keberanian memulai, melaksanakan dan mengembangkan usaha inovatif bidang produksi tanaman dalam pertanian berkelanjutan. Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi) secara efektif. Kemampuan berinovasi dalam menerapkan IPTEKS di bidang budidaya pertanian ke dalam praktek bisnis. Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan lingkungan. Kompetensi (4) Peneliti : Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan merumuskan masalah secara tepat mengenai sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan. Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta menginterpretasikan data secara profesional Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika ilmiah. Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Kompetensi (5) Komunikator (fasilitator, motivator dan mediator) : Kemampuan belajar sepanjang hayat. Kemampuan berfikir analitis dan sintesis dengan memperhitungkan dampak penyelesaian masalah di lingkup global dalam berkehidupan bermasyarakat. Kemampuan sebagai fasilitator, motivator dan mediator secara sistematik dan efektif. Mampu mengkomunikasikan pemikiran secara individu maupun dalam tim

5.

Mempunyai kemampuan berkomunikasi untuk memfasilitasi, memotivasi dan menjadi mediator dalam menghadapi permasalahan bidang pertanian di masyarakat.

o a. b.

KOMPETENSI PENDUKUNG Mempunyai kemampuan di bidang multimedia Mempunyai kemampuan di bidang jurnalistik

5. Pola/model kerja sama antara institusi pendidikan tinggi dan industri

Harapan dunia usaha terhadap perguruan tinggi: a. Perguruan tinggi mampu berperan dalam melakukan penelitian di bidang ilmu-ilmu dasar. Sedangkan industri dituntut untuk menerapkan hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi hingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (pemakai). b. Adanya mata rantai yang bersambung di antara perguruan tinggi dan industri, sehingga transfer hasil penelitian di perguruan tinggi ke industri dapat berjalan dengan baik. c. Perguruan tinggi sebagai penyedia tenaga kerja siap pakai dalam dunia usaha dan melahirkan pengusaha-pengusaha baru yang memacu percepatan dunia usaha dalam persaingan yang sehat. Perguruan tinggi menjadi tempat belajar usaha bagi mahasiswanya. d. Perguruan tinggi menjadi pusat informasi bisnis dan taman teknologi bagi dunia usaha. Diharapkan adanya pola-pola kemitraan dalam:
a. pengembangan sumber daya manusia. b. penelitian dan pengembangan. c. Pemunculan usahawan baru berupa inkubasi bisnis, pendampingan usaha dan modal, dll. d. Alternatif produksi secara masal Standar Produk pertanian: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Memiliki pasar yang jelas Punya kualitas yang baik Kemasan menarik Tahan lama Adanya pasokan yang rutin Punya nilai tambah dibanding produk lain

Teknologi pertanian: a. Teknologi benih (pemuliaantanaman)

b. Teknologi tanam c. Teknologi panen d. Teknologi paska panen Tantangan produk pertanian sekaligus tantangan untuk menjadi usaha penanggulanan yang menjadi nilai jual: 1. 2. 3. 4. 5. Cepat busuk Hasil tidak teratur jumlahnya. Kemasan yang buruk Transportasi yang susah Kebutuhan masing-masing daerah yang berbeda, dll.

Kaltim memiliki ribuan bahkan jutaan hasil pertanian yang unik yang mempunyai nilai jual tinggi. Namun belum mendapatkan perhatian maksimal. Contoh: ulap doyo, jengkol, beras mayas, gula aren, tahongai dan masih banyak lagi lainnya. Hanya beberapa produk saja yang dikenal oleh masyarakat luas, seperti lempok durian, amplang dan sarung Samarinda. Sedangkan yang lainnya berupa bahan mentah, seperti sawit, lada, ikan, udang, sarang burung, dll. Inilah peluang bagi mahasiswa yang berada di perguruan tinggi dan pengusaha untuk mengembangkannya.

Jika dulu Anda mengatakan: Ayah saya petani sayuran dan buah-buahan, tetapi selama ini hasil penjualannya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Saya tertarik untuk mengembangkan usaha ayah saya, sehingga hasil sayuran dan buah-buahannya dapat diekspor ke berbagai negara. Sekarang buktikan: Saya seorang pengusaha, produk mana lagi yang harus saya olah dan pasarkan? Ini produk saya, silahkan Anda nikmati.

You might also like