You are on page 1of 4

FACHRI RAMADHAN 1104103010022

DESINFEKSI SECARA FISIKA

SINAR ULTRAVIOLET Disinfeksi dengan ultraviolet pertama dilakukan pada permulaan abad ini, namun terabaikan karena khlorinasi lebih disukai. Namun akhir-akhir ini populer kembali karena ditemukan teknologi yang lebih baik. Sistem UV menggunakan lampu merkuri tekanan rendah yang tertutup dalam tabung quartz. Tabung dicelupkan dalam air yang mengalir dalam tanki sehingga tersinari oleh radiasi UV dengan panjang gelombang sebesar 2.537 A yang bersifat germmicidal. Namun transmisi UV dengan quartz berkurang sejalan dengan penggunaan yang terus menerus. Oleh karena itu lampu quartz harus dibersihkan secara teratur dengan cara pembersihan mekanik, kimiawi dan ultrasonic. Diusulkan bahan teflon sebagai pengganti quartz, namun transmisi radiasi UV nya rendah dibandingkan quartz.

A.1 Mekanisme Perusakan oleh UV Penelitian terhadap virus menunjukkan bahwa pada awalnya UV merusak viral genome, selanjutnya merusak struktural pelindung virus. Radiasi UV merusak DNA mikroba pada panjang gelombang hampir 260 nm. Menyebabkan dimerisasi thymine, yang menghalangi replikasi DNA dan efektif menginaktivasi

mikroorganisme.

A.2 Keuntungan Desinfeksi dengan UV Efisiensi untuk menginaktivasi bakteri dan virus pada air minum (diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk kista protozoa)

Tidak menimbulkan hasil samping senyawa beracun Tidak menimbulkan masalah rasa atau bau Tidak diperlukan penyimpanan dan penangan bahan kimia beracun Unit UV hanya memerlukan ruang yang kecil

A.3 Kerugian Desinfeksi dengan UV Relatif sulit mementukan dosis UV Pembentukan biofilm pada permukaan lampu Masalah dalam pemeliharaan dan pembersihan lampu Masih ada potensi terjadi fotoreaktivasi pada mikroba patogen yang telah diproses dengan sinar UV.

ULTRA FITRASI Proses Ultra Filtrasi adalah proses pemisahan dari material pengotor di dalam air dengan teknologi membrane secara mekanis. Proses ini digunakan untuk memisahkan kontaminan berupa partikel dan bahan biologis, akan tetapi tidak bisa digunakan untuk memisahkan ion dan molekul yang berukuran mikro. Berdasarkan analisa air sumur yang digunakan sebagai air baku untuk umpan Ultra Filtrasi, didapatkan bahwa meskipun kondisi air bening, akan tetapi ditemukan kadar Nitrogen (dalam Amonium), Phosporous (dalam bentuk Phosphate) dan Iron dalam jumlah yang signifikan. Ditemukannya Amonium dan Phosphate di air sumur merupakan pertanda bahwa tingkat polusi dari air cukup tinggi. Amonium dan Phosphate biasanya berasal dari lokasi pertanian ataupun dari buangan limbah industry, yang seharusnya diserap dan dinetralkan oleh tumbuhan untuk nutrisi pertumbuhannya, sehingga, sebelum air intrusi ke dalam tanah, ammonium dan phosphate ini sudah tidak lagi ditemukan. Elemen Nitrogen dan Phosporous merupakan Nutrients atau disebut juga sebagai Biostimultant untuk pertumbuhan biologis. Elemen ini, harus dieliminasikan terlebih dahulu untuk menjaga agar tidak terjadi perkembang biakan bakteri di dalam

membrane UF. Dengan tingginya aktivitas bakteri di dalam membrane UF, maka akan mengakibatkan terbentuknya lapisan film biologis (Lapisan Lumut) yang membuat membrane UF menjadi buntu dan tidak bisa bekerja sesuai dengan performanya. Proses desinfektasi yang selama ini dilakukan, tidak akan cukup untuk mengendalikan aktivitas bakteri yang ada di dalam membrane UF dikarenakan oleh: 1. Amonium, akan bisa terdegradasi oleh Sodium Hypo Chloride menjadi gas Nitrogen (N2) pada saat dosis yang diberikan adalah Tujuh (7) kali lipat dari kandungan Amonium di dalam air. 2. Phosporous yang awalnya di level 2 ppm, hanya bisa dihilangkan dengan menggunakan proses koagulasi.

Amonium dan Phosporous yang ada di air baku, merupakan senyawa koloid yang tidak bisa dideteksi, karena larut sempurna dan tidak mengakibatkan kekeruhan di dalam air. Pada filtrasi menggunakan Ultra Filtrasi, sebagian dari senyawa ini akan tertinggal di permukaan luar membrane dan membuat tumbuhnya aktifitas bakteri di permukaan membrane.

Pengeringan Pengeringan akan menyebabkan larutan di sekeliling mikroba menjadi hipertonis, sehingga air keluar dari sel mikroba dan mikroba mati. Gangguan tekanan osmotik ini akan diperhebat bila ditambahkan garam dan bumbu-bumbu, seperti halnya pada pembuatan ikan asin atau dendeng. Cara ini bukanlah tindakan sterilisasi, melainkan pengawetan, karena dengan pengeringan ini hanya menyebabkan berhentinya pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba. Pemanasan

Pada umumnya bakteri bentuk vegetatif mati dalam waktu 5-10 menit pada suhu 65 0C. Sedangkan bentuk spora perlu waktu lebih lama. Pemanasan dapat mematikan bakteri, karena menggumpalkan (koagulasi ) protoplasmanya (protein). Koagolasi protoplasma akan lebih cepat bila terdapat banyak air karena itu desinfeksi dengan uap air panas akan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan udara panas kering. Bentuk spora Clostridium botilinum dengan uap air panas suhu 120 0C mati dalam waktu 10 menit. Sedangkan dengan udara panas kering suhu 120 0C mati dalam 120 menit. Pendinginan Suhu randah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba terhenti. Cara ini dipakai untuk mengawetkan bahan makanan yang mudah membusuk. Pada suhu -200C, mikroba tidak bisa merombak makanan sehingga tidak terjadi pembusukan.bakteri patogen mati pada suhu 00C, misalnya Neisseria gonorrhoea, Treponema pallida.

You might also like