Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
khilafat.
1
wakil. Dalam Kongres Al-Islam III di Surabaya, Desember 1924,
(pesantren).
kaum tradisionalis yang tidak tertera dalam Al-Quran dan hadis adalah
bid’ah.
suci Makkah dan Madinah. Selain itu, Ibn Saud juga berencana
Umat Islam akan diadakan di Arab Saudi sebagai langkah awal utuk
kaffah.
1 Nur Khaliq Ridwan, NU dan Neoliberalisme, Tantangan dan Harapan Menjelang satu Abad,
LKiS, Yogyakarta, 2008, hal 27
3
Islam dilahirkan hingga menuai kejayaan pada masanya, juga karena
di Hejaz terdapat kota suci Makkah dan Madinah yang setiap tahun
digagas oleh Raja Ibn Saud sebagai penguasa wilayah Hejaz. Ulama-
atas gagasan besar Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dan KH. Abdul
tidak hanya para ulama itu, tetapi juga tokoh muda mengubah alur
2 DA Rinkes, dalam H. 1083, 35 KITLV (Arsip ) sebagaimana dikutip oleh Kutowijoyo, Raja,
Priyayi dan Kawula, Ombak, Yogyakarta, 2006, hal. 111
3 Mark R. Woodward, Islam Jawa, Kesalehan Normatif Versus kebatinan, LKiS, Yogyakarta,
2006, hal 96
5
madzhab yang ada, menjadi benteng Islam Indonesia dan
Bendahara : H. Burhan
7
otomatis keberadaan Comite Hejaz yang sebelumnya telah eksis
saling berbeturan dan tidak terjadi pula tanggung jawab ganda bagi
Hejaz, maka seluruh tanggung jawab dan program kerja yang telah
era pergerakan ini ternyata tidak hanya terhenti pada konsep saja.
Kedua beliau ini pulang dengan membawa surat dari raja Sa'ud
mengenai:
9
negara Indonesia yang bermukim di luar negeri.
Dan lain-lainnya.
1926.
tersebut satu-persatu.
berhaluan salah satu dari madzhab empat. Sehingga dalam waktu yang
dari luar.
4 Hairus Salim HS dkk, Kultur Hibrida, Anak Muda NU di Jalur Kultural, LKiS, Yogyakarta,
1999, hal.2
11
diselenggarakan konferensi Daerah Jawa Timur yang menghasilkan
macam, yaitu:
Madrasah Khusus.
Pada masa penjajahan Belanda, ummat Islam Indonesia selalu
13
Adapun tujuan perjuangan yang akan dicapai oleh MIAI antara
Raya.
angsur.
15
segala macam penjajahan segera dapat dilaksanakan. Dan setelah
dalam dinas Peta dan Hisbullah. Sedangkan untuk kalangan kaum tua,
Nahdlatoel Oelama tidak melupakan untuk membentuk Barisan
kemerdekaan Indonesia.
Seruan dan ajakan NU serta fatwa dari Rais Akbar ini mendapat
17
Pengurus Besar NU hampir sebulan lamanya mencari jalan
penjajahannya di Indonesia.
Pengurus Besar
Ketua : Dr. Sukirman
Ketua Muda I : Abi Kusno Tjokrosuyono
19
Pemuda Islam Indonesia). Selain itu, Masyumi juga memiliki kesatuan
PSII sudah tidak dapat menahan diri lagi. Mereka mengundurkan diri
6 MD. Sumarto, Tanah Airku, dari Zaman ke Zaman, Jilid II, Mahabarata, Jakarta, 1952, hal. 312
Desember 1949, telah diputuskan perubahan Anggaran Dasar dan
tanggal: 28 April s/d 1 Mei 1952 untuk keluar dari Masyumi, berdiri
positif dari PSII dan PERTI, sehingga pada tanggal 30 Agustus 1952
21
diadakan pertemuan yang mengambil tempat di gedung Parlemen RI
dari Nahdlatoel Oelama, PSII, PERTI dan Darud Dakwah Wal Irsyad.
langkah nya mengalami pasang naik dan juga ada surutnya. Saat kabut
NU.
dapat diakui oleh semua pihak. Dan hal ini menambah kepercayaan
Partai Politik sudah membuat kagum dan dikenal serta disegani oleh
Akibat dari pergeseran nilai inilah yang membuat kabur antara tujuan,
alat dan sarana. Sebagai Partai Politik yang militan, Nahdaltul Ulama
tujuan.
23
puncak keberhasilan. Akan tetapi sayang sekali, justeru pada saat itu
Oelama adalah sebagai hal yang luar biasa; sementara di pihak lain
terdapat dua partai yang tidak mendapatkan kursi sama sekali, yaitu
nilai sendiri-sendiri.
dilakukan oleh para ulama. Tidak hanya sekedar itu saja yang sangat
25
dalam PPP; akan tetapi silang pendapat di kalangan NU sendiri
tahun 1926. Hal ini berarti bahwa Nahdlatul Ulama harus melepaskan
diri dari kegiatan politik praktis secara formal, seperti yang telah
Anderson, tetap bertahan namun banyak juga yang pergi atau memilih
bersikap pasif. Jadi, masalah yang harus dihadapi oleh para pimpinan
politik yang visi misinya tidak sesuai dengan gerakan dasar NU. Partai
rezim orde baru kepada rezim transisional pasca Soeharto yang tentu
7 Andree Felliard, NU Vis-à-vis Negara, Pencarian Isi, Bentuk dan Makna, 2002, LKiS,
Jogjakarta, hal, 287
8 Nurul Mubin, Menangkal Bahaya Laten Gerakan Anti Aswaja NU, LKiS, Yogyakarta, 2008,
hal. 124-125
9 Ade Armando dkk (Suara Mahasiswa UI), Menyelamatkan Indonesia, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 1999 hal. 56
27
Pada muktamar ke-XXX di Kediri tahun 1999, NU kembali
muktamar ini juga telah dirancang ulang mengenai visi dan misi
jama’ah.
masyarakat10.
Juni 1999, PKB yang lahir dari bidan PBNU mengikuti pesta
partai ini adalah partai yang juga berhaluan sama dengan NU, bahkan
PKB, pada aspek dasarnya. Partai yang digawangi oleh Hamzah Haz
10 Lilis Nurul Husna dkk, Forum Warga, Demokrasi Represetatif VS Deliberatif, PP. Lakpesdam
NU, Jakarta, 2004, hal. 13
ini juga secara terbuka para simpatisannya, terutama kiyai, sering
Golkar.
Selain PKB dan PPP, muncul pula nama Abu Hasan, rival KH.
posisinya tidak hanya sebagai rival politik tetapi juga musuh lama
(sapaan KH. Abdurrahman Wahid). Hal ini disebabka karena sifat Gus
Dur yang terlalu kritis bahkan sinis ketika melihat keadaan dimana
11 Nor Huda, Islam Nusantara, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, Ar-Ruzz Media,
Yogyakarta, 2007, hal 446
29
Disamping itu, warga NU yang berada pada lapisan grassroot
di Timur Tengah.
yang menuju alam demokrasi ini. Semua orang merasa antusias untuk
kubu PKB, spekulasi Gus Dur memecat Abdul Kadir Karding dari
13 Chris Manning dkk (Eds), Indonesia di Tengah Transisi, Aspek-Aspek Sosial Reformasi dan
Krisis, LKiS, Yogyakarta, 2000, hal. 6
31
dan menggantinya dengan KH. Yusuf Chudzori serta pemecatan
saat ini telah jauh dari kerangka dasarnya sebagai organisasi sosial
politik. Selain itu, fakta tampilnya KH. Hasyim Muzadi, ketua umum
14 Mantan ketua DPRD Kabupaten Wonosobo dari Partai Kebangkitan Bangsa, saat ini menjabat
sebagai Sekjen DPP PKNU
15 Mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada masa Orde Baru,
merupakan Kemenakan dari KH. Abdurrahman Wahid. Menjabat sebagai Ketua Dewan
Tanfidziyah DPP PKB.
PBNU sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Megawati
fugsionarisnya.
Timur hal serupa juga terjadi DR. Ali Maschan Moesa yang menjabat
PAN, DR. Ali Maschan Moesa dan Khofifah Indar P dari PPP
16 PW IPNU Jawa Tengah, Majalah Risalah Nusa, Edisi II, Januari 2008, hal. 1
33
Walikota/wakil walikota.
metode ini kemudian harus menjadi sesuatu yang taken for granted
sesuai konteks yang dibahas, dalam hal ini mengenai nalar dakwah
kedalam pembahasan.
35
sains manusia dalam konteks episteme modern dan memfigurkan
khusus. Tentu saja, kata ‘arkeologi’ ini bagi Foucault mempunyai arti
lain daripada arti yang biasa, yaitu ilmu purbakala. Kita lihat bahwa
Episteme itu biasanya tinggal implisit dan tidak perlu sama dengan
teori ilmu pengetahuan eksplisit yang terdapat pada zaman itu. Karena
jarak kita sekarang ini terhadap zaman itu sudah cukup jauh, maka
37
melainkan menelusurui awal dari pembentukan diskursus yang apat
belit, yang harus dipahami dari dalam lewat aturan, nilai yang berlaku
perubahan atau transisi menuju teorisasi yang lebih tepat dari institusi
19 Steven Best dkk, Teori Posmodern, Interogasi Kritis, Boyan Publishing, Malang, 2003, hal.49-
50
tujuan teologisnya, serta menghistorisasi pemikiran apa yang tidak
dapat berubah.
tekanan yang lebih berat pada kondisi material wacana, yang dia
Foucault.
39
Alasan Pemilihan Judul
politik.
dan 1984-sekarang.
41
TUJUAN PENELITIAN
Jama’ah.
Jama’ah.
SIGNIFIKANSI PENELITIAN
pengetahuan sosial.
Penegasan Istilah
utama pembahasan.
43
dilakukan oleh Michel Foucault dalam analisisnya.
komunitas tertentu.
Kontinuitas : artinya berlangsung secara terus menerus,
berkelanjutan.
sistem.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Literasi
45
Mengumpulkan data melalui perpustakaan electronic book
Metode Interview
berkompeten di bidangnya.
Metode Observasi
SISTEMATIKA PENULISAN
Bagian muka
Bagian isi
47
sistematika penulisan skripsi.
Jama’ah.
genealogi.
penutup
Bagian akhir
pendidikan penulis.
49