You are on page 1of 19

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2014

LAPORAN MANAJEMEN MUTU PANGAN DAN HASIL PERTANIAN KUNJUNGAN INDUSTRI PT. Indolakto Purwosari, Pasuruan.

NAMA NIM KELAS

: PRIMA BAGUS S : 121710101076 : THP-B

TGL. KUNJUNGAN : 9 JANUARI 2014 TGL. LAPORAN ASISTEN : 13 JANUARI 2014 : 1. Pradiska Gita Vindy Ganesa 2. Nuril Puspita Rahayu 3. Nurita Fidiana 4. Hamidah

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perhatian konsumen terhadap nilai gizi dan keamanan pangan yang

dikonsumsinya terus meningkat. Konsumen akan selalu menuntut suatu produk yang aman, berkualitas, praktis untuk disiapkan dan disajikan, serta enak rasanya dengan harga yang terjangkau.Titik tolak kegiatan suatu usaha industri pangan harus berdasarkan pada permintaan konsumenakan suatu produk pangan. Pertumbuhan industri pangan yang pesat akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap produk produk pangan dengan mutu terjamin dan harga yang bersaing. Pangan yang aman dan bermutu baik dapat dihasilkan jika dalam proses pengolahannya dilakukan secara benar, yaitu benar dalam proses penerimaan bahan baku, proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan produk .Kegiatan kunjungan industri dilaksanakan di PT. Indolakto Purwosari, Pasuruan yang merupakan pabrik pengolahan susu. Dari pabrik ini dilakukan pengamatan mengenai bagaimana kondisi ataupun keadaan dari lingkungan dan kondisi dari sanitasi juga alat-alat yang digunakan dalam setiap proses pembuatan produk hingga menjadi produk.maka daripada itu diperlukan penerapan standar GMP dan SSOP yang baik. Kajian terhadap aspek GMP antara lain lokasi dan lingkungan pabrik, bangunan dan ruangan pengolahan, fasilitas sanitasi, peralatan produksi, produk akhir dan

pemeriksaan, kesehatan dan kebersihan karyawan, wadah kemasan, penyimpanan,dan transportasi. Kajian terhadap aspek SSOP meliputi delapan kunci persyaratan sanitasi yaitu keamanan air; kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan; pencegahan kontaminasi silang; menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet; proteksi dari bahan-bahan kontaminan; pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar; pengawasan kondisi kesehatan personil; menghilangkan pest dari unit pengolahan

Maka dengan diadakannya kunjunagn industry ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui secara langsung penerapan GMP, SSOP, dan SOP pada perusahaan besar.

1.2 Tujuan Adapun tujuan kunjungan industry ini adalah untuk mengetahui scara langsubg penerapan GMP, SSOP dan SOP pada PT. Indolakto Purwosari, Pasuruan.

1.3 Manfaat Mahasiswa lebih mengerti tentang penerapan GMP pada perusahaan besar Mahasiswa lebih mengerti tentang penerapan SSOP dan SOP pada perusahaa besar

BAB 2. METODOLOOGI

2.1 Waktu Pelaksanaan Kunjungan Lapang Kunjungan industri ke PT. Indolakto Purwosari, Pasuruan dilakukan pada hari Kamis, tanggal 9 Januari 2014. Berangkat dari Jember pukul 03.00 WIB dan sampai ke tempat tujuan kurang lebih pukul 09.00 WIB dengan menyewa bus INDS 88. Peserta kunjungan industri terdiri dari mahasiswa beserta dosen pengajar dan asisten dosen.

2.2 Tempat Pelaksanaan Kunjungan Lapang Tempat kunjungan lapang yang dilakukan adalah di PT. Indolakto Purwosari, Pasuruan. Alamat lengkapnya adalah di Jl. Raya Purwosari KM 62, Desa Tejowangi , Purwosari Pasuruan, Jawa Timur. Dengan nomor telepon yaitu 0343-611466.

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan PT. Australia Indonesian Milk Industries (PT. INDOMILK) didirikan pada tahun 1967 sebagai perwujudan penanaman modal asing dan pelopor dalam pembuatan susu yaitu susu kental manis secara modern di Indonesia. Bersama dengan 200 karyawan, pengembangan produk dan usaha terus dilakukan hingga diluncurkan produk lainnya seperti susu pasteurisasi merk INDOMILK pada tahun 1970 , produk mentega dengan merk ORCHID BUTTER dan untuk merk Golden Churn pada tahun 1971, produk es krim untuk merk Peter Ice Cream pada tahun 1972, serta susu bubuk INDOMILK yang manufacturing pada tahun 1985. Pada tahun 1986 PT. INDOMILK memperoleh status PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) setelah terjadinya alih teknologi dan permodalan. Produk berikutnya yang diluncurkan setelah perubahan status ini adalah susu kental manis CAP ENAAK. Sejalan dengan perkembangan usaha, INDOMILK Dairy Group telah melahirkan beberapa perusahaan dengan produknya masing-masing bersama dengan 2.651 karyawan. Hingga tahun 2008, INDOMILK Dairy Group telah menaungi beberapa anak perusahaan dan berbagai produk susu sebagai berikut: 1. a. b. c. d. PT. Australia Indonesian Milk Industries ( PT. INDOMILK ) Susu Kental Manis Susu Pasteurisasi Mentega Susu Cair Steril diproduksi dengan sistem toll

2. a. b.

PT. Indomurni Dairy Industries Susu Pasteurisasi Set Yoghurt dan Yoghurt Drink

c.

Susu Cair Steril

3. a.

PT. Ultrindo Susu Bubuk

4. a. b.

PT. Indolakto Susu Kental Manis Susu Ultra High Temperature

5. a.

PT. Indoeskrim Es krim

6. a.

PT. Alam Sumbervita Distributor untuk Produk yang memerlukan pendingin

Saat ini produk-produk tersebut sudah diekspor ke: Singapura, Kamboja, Brunei Darussalam, Philipina, Hongkong, Taiwan, Jepang, Korea, Fiji, Nauru, Tonga, Solomon, Samoa, Vanuatu, Papua Nugini, New Zealand, Timor Leste, Cameroon, Malawi, Moroni, Maladewa. Untuk memperkuat sinergi dalam badan perusahaan, maka pada bulan April 2008 dilakukan merger terhadap PT. Australia Indonesian Milk Industries (PT. INDOMILK), PT. Indomurni Dairy Industries, PT. Ultrindo, PT. INDOLAKTO dan PT. Indoeskrim ke dalam satu payung usaha, yaitu PT. INDOLAKTO. Adapun visi dan misi PT INDOLAKTO yaitu :

VISI Menjadi pemimpin pasar susu di Indonesia dan membangun citra terkemuka di negara lain melalui produk-produk berkualitas

MISI Menciptakan nilai tambah perusahaan yang berkelanjutan dengan

menghadirkan produk PT. INDOLAKTO yang berkualitas di seluruh dunia melalui manajemen usaha yang baik dan pemanfaatan peluang kerjasama dengan pihak asing maupun dalam negeri dengan sebaik-baiknya. Pada awal 1994, PT. INDOMILK adalah perusahaan susu pertama di Indonesia yang memperoleh rekomendasi untuk mencantumkan label 'HALAL' pada semua produknya setelah memenuhi persyaratan ketat yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) dalam hal: a. b. c. d. e. f. g. h. Bahan baku Formula Pengolahan Peralatan Kebersihan Sarana Kerja Kontrol Mutu Kemasan Limbah

PT. Indolakto Purwosari beralamat lengkap di Jl. Raya Purwosari KM 62, Desa Tejowangi , Purwosari Pasuruan, Jawa Timur. Dengan nomor telepon yaitu 0343-611466. Pada Maret 2007, PT. INDOLAKTO mendapatkan Piagam Bintang Tiga Keamanan Pangan (Food Star Award) dari Badan POM Republik Indonesia atas prestasinya dalam menerapkan Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan Sistem HACCP, ISO 22000 secara konsisten. Perusahaan menetapkan panduan Sistem Jaminan Halal dalam rangka menjamin kehalalan produk. Sistem Jaminan Halal merupakan sistem terpadu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan mutu perusahaan, ISO 9001:2008, ISO

22000:2005, GMP, Internal Halal Audit yang berlaku di perusahaan sehingga dapat memberikan jaminan halal kepada konsumen atau pengguna produk. Panduan Sistem Jaminan Halal ditetapkan untuk dipahami oleh seluruh jajaran manajemen dan karyawan. Pada tahun 2008 dan 2009 perusahaan mendapatkan Status Sistem Jaminan Halal (SJH) dari LPPOM-MUI dengan kategori A (Baik). Perusahaan sangat peduli terhadap mutu produk yang dihasilkan dan karena itu menerapkan sistem manajemen mutu dan keamanan pangan serta sistem jaminan halal dalam rangka menghasilkan produk yang bermutu, aman, dan halal untuk memenuhi kepuasan pelanggan. PT. INDOLAKTO telah mendapatkan sertifikat ISO sejak tahun 2000 hingga sekarang. Pada November 2008 perusahaan mendapatkan sertifikat ISO 22000:2005 untuk sistem manajemen keamanan pangan meliputi proses penerimaan raw material, proses produksi, pengendalian mutu dan penyimpanan barang jadi. Pada Oktober 2009 perusahaan mendapatkan ISO 9001:2008 untuk sistem manajemen mutu yang diterapkan untuk seluruh pabriknya. (Anonim, 2013).

2.2 GMP, SSOP dan SOP Menurut Teori 3.2.1 GMP ( Good Manafacturing Practice) Good Manufacturing Practice (GMP) Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan(Adam dan Moss,1995). FDA (1995) menyatakan, GMP merupakan pedoman cara memproduksi makanan yang baik pada seluruh rantai makanan, dimulai dari produksi primer hingga ke konsumen akhir dengan menekankan higiene pada setiap proses. Secara umum perbedaan GMP dan SSOP yaitu GMP berakibat pada banyak aspek, baik aspek operasi pelaksanaan tugas yang terjadi di dalam pabrik maupun operasi personel. SSOP merupakan prosedur atau data yang digunakan oleh unit pengolahan untuk membantu mencapai tujuan atau sasaran keseluruhan yang diharapkan GMP dalam memproduksi makanan yang bermutu tinggi, aman dan

tertib. Good Manufacturing Practices (GMP) adalah persyaratan minimum sanitasi dan pengolahannya yang diperlukan untuk memastikan diproduksinya pangan yang aman dan sehat. GMP juga menjadi salah satu pre-requisite program atau program persyaratan dasar dalam penerapan sistem HACCP, yang menjamin praktek pencegahan terhadap kontaminasi yang menyebabkan produk menjadi tidak aman. Di Indonesia GMP bukanlah sistem mutu yang baru dikenal, karena Departemen Kesehatan RI sejak tahun 1978 telah memperkenalkan GMP melalui Surat Keputusan Menteri RI No. 23/MenKes/SK/1978 tanggal 24 Januari 1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan. (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2003). Pedoman GMP menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

2003.Mengenai Peraturan Pemerintah RI No. 23/MEN. Kes/1978 sebagai berikut: 1. Higiene dan Kesehatan Karyawan Higien dan kesehatan karyawan yang baik dapat memberikan jaminan bahwa pekerja yang mengalami kontak secara langsung maupun tidak langsung dengan makanan tidak akan mencemari produk yang diolah. Karyawan yang bekerja dalam proses produksi harus dalam keadaan sehat serta diperiksa dan diamati kesehatan secara berkala. 2. Pelatihan dan Pembinaan Program pelatihan dan pembinaan yang diberikan meliputi pelatihan dasar tentang higien pribadi dan makanan, prinsip dasar faktor-faktor penyebab penurunan mutu, pelatihan cara produksi pangan yang baik, teknik penggunaan bahan kimia berbahaya bagi petugas pembersih, serta prinsip dasar pembersihan dan sanitasi perusahaan dan fasilitas. 3. Lokasi dan Lingkungan Pabrik Pabrik makanan berada di lokasi yang bebas dari pencemaran dan jauh dari daerah yang membahayakan kesehatan, memiliki kemudahan akses jalan dan prasarana jalan yang memadai. Lingkungan pabrik harus bersih dan tidak menimbulkan cemaran pada makanan yang diproduksi. 4. Bangunan dan Ruangan Bangunan dan ruangan dibuat berdasarkan perancangan yang memenuhi persyaratan teknis dan higien sesuai dengan jenis makan yang diproduksi serta urutan proses produksi pangan sehingga mudah

dibersihkan. Bahan baku berasal dari bahan yang mudah dibersihkan, dipelihara dan disanitasi serta tidak bersifat toksik. 5. Pemeliharan dan Program Sanitasi Pabrik, fasilitas dan peralatan selalu dijaga dalam keadaan terawat dengan baik. Peralatan yang berhubungan langsung dengan makanan dibersihkan dan dikenakan tindakan sanitasi secara teratur, sedangkan peralatan yang tidak berhubungan dengan makanan harus selalu dalam keadaan bersih. 6. Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi Bangunan pabrik dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higien. Fasilitas sanitasi yang perlu ada antara lain sarana penyediaan air, sarana pembuangan air dan limbah, sarana pembersihan dan pencucian, sarana toilet dan sarana higien karyawan. 7. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam proses produksi harus sesuai dengan proses produksi, terbuat dari bahan yang tahan lama, tidak beracun, mudah dipindahkan, permukaan yang kontak dengan makanan halus, tidak berlubang atau bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air, dan tidak berkarat, tidak mencemari, mudah dibersihkan, didesinfeksi, serta dipelihara. 8. Bahan Bahan baku yang digunakan harus memiliki mutu yang baik untuk menjamin produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan dan diizinkan oleh perundangan. Penggunaan dari gudang penyimpanan harus mengikuti sistem First In First Out (FIFO). 9. Proses Pengolahan Pengawasan proses pengolahan dilakukan dengan cara menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan mengenai bahan yang digunakan, komposisi, pengolahan, ditribusi penyimpanan, dan penggunaan oleh konsumen. Tiap jenis makan yang diproduksi harus ada petunjuk mengenai jenis dan jumlah bahan, tahap proses pengolahan yang terperinci, dan faktor yang penting (suhu, waktu, kelembapan, tekanan dan lain-lain).

10. Bahan Pengemas Bahan pengemas yang digunakan tidak boleh beracun, serta tidak menimbulkan reaksi terhadap produk didalamnya. Bahan harus tahan terhadap perlakuan dan jenis produk, pengangkutan dan peredaran. 11. Mutu Produk Akhir Produk akhir yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan diantaranya mutu mikribiologi, kimia dan fisik, serta tidak boleh membahayakan konsumen. 12. Keterangan Produk Keterangan produk dapat berupa label dan lot atau batch produksi yang mencantumkan informasi mengenai isi produk sehingga konsumen dapat menangani, menyimpan, mengkonsumsi, atau mengolah produk dengan cara yang benar.

3.2.2 Sanitation Operationing Procedure (SSOP) Sanitation Operationing Procedure (SSOP) adalah prosedur baku sanitasi tertulis atau dokumen serupa yang spesifik untuk setiap lokasi tempat makanan diproduksi sehingga harus dimiliki setiap perusahaan (Lukman, 2002). SSOP atau SOP sanitasi mengandung uraian prosedur yang akan dilakukan dalam unit pengolahan berkaitan dengan kegiatan pre-operasi dan operasi sanitasi untuk mencegah kontaminasi produk secara langsung. SSOP dapat menunjang keberhasilan dan efektifitas HACCP,

menggambarkan prosedur pabrik yang terkait dengan pengamanan makanan secara saniter dan keberhasilan lingkungan pabrik serta kegiatan yang dilakukan agar tercapai. SSOP setiap pabrik akan berbeda, dan SSOP harus disusun secara tertulis dan setidaknya mengandung prosedur untuk mencegah terjadinya kontaminasi sebelum dan selama proses. Menurut Winarno dan Surono (2004), berdasarkan asal usul, SSOP dibagi menjadi dua yaitu: (1) berasal dari US FDA dan (2) berasal dari US Departement of Agriculture Food Safety and Inspection Service (FIS).

SSOP yang berasal dari FDA meliputi beberapa hal berikut: 1) Pemeliharaan umum berupa bangunan atau fasilitas fisik harus dijaga dengan cara-cara perbaikan, pembersihan dan sanitasi yang memadai; 2) Bahan yang digunakan untuk pembersihan/sanitasi, penyimpanan dan penyimpanan bahan berbahaya dan toksik secara tertib. Komponen pembersih atau bahan sanitasi yang digunakan dalam pembersihan dan prosedur sanitasi harus bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, harus aman dan cukup dalam kondisi penyimpanannya; 3) Pest Control (pengendalian hama) merupakan cara pengendalian hama yang efektif. Penggunaan insektisida dan rodentisida yang diijinkan dilakukan dengan cara yang sangat hati-hati agar tidak mengkontaminasi makanan, permukaan yang kontak dan bahan pengemas; 4) Sanitasi permukaan dan peralatan yang berkontak langsung dengan makanan harus dalam keadaan bersih dan secara regular dibersihkan, disanitasi dan dikeringkan sesudahnya. Barang-barang untuk sekali pakai (cup atau gelas kertas, tisu toilet) harus disimpan di tempat yang sesuai dan ditangani, disimpan, digunakan dan dibuang dengan cara yang baik; 5) Bahan sanitasi harus cukup dan aman dibawah kondisi penggunaannya. Beberapa fasilitas atau prosedur yang cocok untuk pembersihan dan sanitasi peralatan dan perlengkapan jika sudah ditentukan harus rutin dilakukan untuk pembersihan; dan 6) Penyimpanan dan penanganan peralatan harus disimpan dalam lokasi dan bebas dari rekontaminasi ulang atau kontaminasi silang. Setiap pabrik harus dilengkapi dengan peralatan sanitasi meliputi:

ari sistem pembuangan yang cukup untuk membuang kotoran melalui alat-alat lain yang cukup.

untuk pekerja dengan pemenuhan kebutuhan memelihara fasilitas saniter dan menyediakan pintu otomatis. Penyediaan bahan pembersih dan alat sanitasi yang efektif, penyediaan alat pengering, dan memasang tanda yang dapat dimengerti pekerja.
Tempat pembuangan harus dilakukan secara tertutup agar tidak menghasilkan bau yang busuk, yang mengkontaminasi udara dan kamar kerja. Sampah dan kotoran/limbah harus dialirkan, disimpan, dan dibuang untuk mengurangi bau, potensi menjadi bahan pencemar dan tempat berkembang biaknya hama (FDA, 1995).

3.2.3 SOP (Standard Operating Procedures) SOP (Standard Operating Procedures) adalah panduan hasil kerja yang diinginkan serta proses kerja yang harus dilaksanakan. SOP dibuat dan di dokumentasikan secara tertulis yang memuat prosedur (alur proses) kerja secara rinci dan sistematis. Alur kerja (prosedur) tersebut haruslah mudah dipahami dan dapat di implementasikan dengan baik dan konsisten oleh pelaku. Implementasi SOP yang baik akan menunjukkan konsistensi hasil kerja, hasil produk dan proses pelayanan seluruhnya dengan mengacu kepada kemudahan, pelayanan dan pengaturan yang seimbang. -Tujuan dan manfaat SOP SOP yang baik haruslah mendasarkan pada tujuan dan manfaat sebagaimana poinpoin berikut dibawah ini:

Memudahkan proses pemberian tugas serta tanggung jawab kepada pegawai yang menjalankannya.

Memudahkan proses pemahaman (penguasaan tugas) staff secara sistematis dan general. Menghindari error dalam proses kerja.

Mempermudah dan mengetahui terjadinya kegagalan, inefisiensi proses dalam prosedur kerja, serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kewenangan oleh pegawai yang menjalankan.

Memudahkan dalam hal monitoring dan menjalankan fungsi kontrol dari setiap proses kerja.

Menghemat waktu dalam program training, karena dalam SOP tersusun secara sistematis.

-Fungsi : 1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja. 2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan. 3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak. 4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja. 5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin. 3.3 Proses Pengolahan Susu di PT. Indolakto Purwosari - Pasuruan Pada PT. Indolakto Purwosari-Pasuruan memproduksi produk olahan susu. Susu yang diproduksi adalah susu kental manis dan susu UHT ( Ultra High temperature). Pada saat kunjungan industri , kepala perusahaan hanya menjelaskan bagaimana memproduksi susu kental manis secara garis besar karena penjelasan yang secara detail merupakan rahasia perusahaan . Proses produksi susu kental manis adalah sebagai berikut :

Tipping Raw Materials

Silo

Mixer

Homogenizer

Pateurizer

Flash cooler

Lactose seeding

Crystalization tank

Filling can and sachet

Packing and palletizing

Warehouse finish good

Tahap pertama pengolahan susu kental manis adalah memasukan dalam tipping raw materials kemudian ditampung di silo. Bahan bahan yang digunakan tidak diberitahukan karena merupakan rahasia perusahaan. Tahap berikutnya adalah bahan ditimbang di silo timbangan dan kemudian dimasukkan pada mixer. Bahan lalu dimasukkan berupa minor ingredients yang kemudian di salurkan ke homogenizer. Fungsi homogenizer yaitu menyatukan gula dengan bahan-bahan lainnya. Lalu dimasukkan dalam pasteurizer untuk dipasteurisasi. Perlakuan ini berfungsi untuk membunuh mikroba patogen. Kemudian dimasukkan dalam flash cooler yang berfungsi untuk menguapkan air hingga 2 3 %. Setelah produk

memenuhi kadar air yang ditentukan perusahaan, dimasukkan dalam cryztalization tank untuk memicu terjadinya kristalisasi. Agar kristalisasi berlangsung maksimal, ditambahkan lactose seeding . Setelah itu produk dikemas dalam kaleng dan sachet serta diberi label dan tahap selanjutnya produk dipacking dengan menggunakan karton untuk menjaga produk dari pengaruh luar. Karton dipalletizing agar produk tidak tersentuh atau dipalsukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Produk yang telah dipacking dan dipalletizing dibawa ke warehouse dan didistribusi. PT. Indolakto menggunakan konsep FEFO yaitu first expired, first out yang berarti produk dengan tanggal kadaluarsa yang semakin dekat akan didistribusi terlebih dahulu.

3.4 Penerapan Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan pangan di PT. Indolakto Purwosari Pasuruan PT. Indolakto Purwosari Pasuruan sangat peduli terhadap mutu produk yang dihasilkan dan karena itu menerapkan sistem manajemen mutu dan keamanan pangan serta sistem jaminan halal dalam rangka menghasilkan produk yang bermutu, aman, dan halal untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Indutri ini juga menerapkan ISO 22000 dan ISO 9001. Pada November 2008 perusahaan mendapatkan sertifikat ISO 22000:2005 dan pada Oktober 2009 mendapatkan ISO 9001:2008. Pada tahun 2008 dan 2009 perusahaan mendapatkan Status Sistem Jaminan Halal (SJH) dari LPPOMMUI dengan kategori A (Baik). Internal Halal Audit yang berlaku di perusahaan sehingga dapat memberikan jaminan halal kepada konsumen atau pengguna produk. Panduan Sistem Jaminan Halal ditetapkan untuk dipahami oleh seluruh jajaran manajemen dan karyawan. Berdasarkan kunjungan lapang yang dilakukan dapat dilihat bahwa kondisi sanitasi PT. Indolakto sangat baik baik dari segi sanitasi ruang, udara, mesin dan pekerja. Untuk menjaga sanitasi udara dilakukan dengan membuat tekanan didalam pabrik lebih besar daripada diluar pabrik sehingga udara luar tidaak dapat masuk

kedalam pabrik. Dan untuk sirkulasi udara diperoleh dari cerobong. Pada PT. Indolakto terdapat 3 zona yaitu zona clean, zona medium area dan zona high clean. Setiap zona dilengkapi cerobong tetapi terdapat perbedaannya. Pada zona clean, cerobong tidak dilengkapi filter. Zona medium area, cerobong dilengkapi 1 filter yang berfungsi mendeteksi adanya kontaminan. Dan pada zona high clean, cerobng dilengkapi 3 filter untuk mendeteksi kontaminan, menyaring kotoran dan menyaring mikroba. Secara keseluruhan, PT. Indolakto telah menerapkan sistem manajemen mutu dan keamanan pangan serta sistem jaminan halal dalam rangka menghasilkan produk yang bermutu, aman, dan halal untuk memenuhi kepuasan pelanggan.

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dari kunjungan lapang yang dilakukan ke PT. Indolakto Purwosari Pasuruan, dapat diperoleh kesimpulan yaitu : 1. PT. Indolakto Purwosari beralamat di Jl. Raya Purwosari KM 62, Desa Tejowangi , Purwosari Pasuruan, Jawa Timur. 2. PT. Indolakto Purwosari Pasuruan memproduksi susu kental manis dan susu UHT (Ultra High Temperature). 3. PT. Indolakto Purwosari Pasuruan mendapatkan sertifikat ISO 22000:2005 pada November 2008 dan pada Oktober 2009 mendapatkan ISO 9001:2008. 4. PT. Indolakto Purwosari Pasuruan telah menerapkan sistem HACCP, ISO 22000:2005, ISO 9001:2008, GMP, Internal Halal Audit . 5. PT. Indolakto Purwosari Pasuruan menggunakan konsep distribusi FEFO (First Expired First Out). 6. PT. Indolakto telah menerapkan sistem manajemen mutu dan keamanan pangan serta sistem jaminan halal

4.2 Saran Kunjungan lapang kemarin sangatlah tidak efektif, karena mahasiswa tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruang produksi. Maka untuk kedepnnya agar mencari perusahaan yang mau menerima mahasiswa masuk ke dalam ruang produksi agar mahasiswa lebih mampu memahami teori yang diajarkan di kuliah dengan penerapan yang ada di perusahaan .

DAFTAR PUSTAKA Adam MR dan Moss MO. 1995. Food Microbiology. The Royal society of Chemistry, Cambridge. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2003. SK Menkes Nomor 23/Men-kes/SK/I/1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan. Jakarta :BPOM. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Peraturan Perundang-undangan diBidang Keamanan Pangan. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. FDA. 1995. Sanitation, sanitary regulation and voluntary programs. In: G Mariot, Norman (Editors). Principles of Food Sanitation, Hal 7, 3 rd Edition. Chapman and Hall, New York. Lukman, D.W. 2001. Good Manufacturing Practicess (GMP). Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainers/TQT). Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point . Kerjasama Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan Dirjen Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian. Bogor. Winarno, F. G. dan Surono. 2004. GMP. Cara Pengolahan Pangan yang Baik. MBrio, Bogor.

You might also like