You are on page 1of 22

HAKEKAT PROFESI DI BIDANG KEDOKTERAN FORENSIK

Mindi Widayani 0910.211.046

KONSEP PERANAN GANDA SEORANG DOKTER


Peran pertama : Sebagai ahli klinik, sehingga objek akan berstatus sebagai seorang pasien dengan segala hak dan kewajibannya. Tujuan tindakan dokter disini adalah pemulihan kesehatan pasien dengan melakukan berbagai tindakan medik.

Peran kedua : Sebagai ahli forensik, yang bertugas membantu proses peradilan dalam pembuatan visum et repertum untuk penyidik. Korban akan berstatus sebagai benda bukti, dan telah diatur dalam peraturan perundangundangan secara imperatif. Tindakan yang dilakukan dokter adalah pemeriksaan forensik yang bertujuan untuk menegakkan keadilan. Posisi ahli kedokteran forensik berada pada pihak yang netral, dan dimulai dari sejak awal proses peradilan (tahap penyidikan).

TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP) Adalah tempat ditemukannya benda bukti dan/atau tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian. Meskipun kelak terbukti bahwa di tempat tersebut tidak pernah terjadi suatu tindak pidana, tempat tersebut tetap disebut sebagai TKP. Peranan dokter di TKP adalah membantu penyidik dalam mengungkap kasus dari sudut kedokteran forensik.

Pada dasarnya semua dokter dapat bertindak sebagai pemeriksa di TKP, namun lebih baik bila dokter ahli forensik atau dokter kepolisian yang hadir.

Dasar pemeriksaan adalah hexameter , menjawab 6 pertanyaan meliputi apa, siapa, dimana dan kapan, bagaimana, dengan apa, dan mengapa. Bila korban masih hidup, maka tindakan yang utama dan pertama bagi dokter adalah menyelamatkan korban dengan tetap menjaga keutuhan TKP. Bila korban telah mati, tugas dokter adalah menegakkan diagnosis kematian, memperkirakan saat, sebab, cara kematian, dan menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan medis. Bila perlu, dokter dapat melakukan anamnesa dengan saksi-saksi untuk mendapatkan gambaran riwayat medis korban.

Beberapa tindakan yang dapat mempersulit penyidikan : - Memegang setiap benda di TKP tanpa sarung tangan - Mengganggu bercak darah - Membuat jejak baru - Memeriksa sambil merokok

Kewajiban dokter : membuat Keterangan Ahli Diatur dalam pasal 133 KUHAP Akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan (pasal 184 KUHAP) Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan (pasal 1 butir 28 KUHAP).

Keterangan ahli dapat diberikan secara :


Lisan di depan sidang pengadilan (pasal 186 KUHAP) Dalam bentuk laporan penyidik pada masa penyidikan (penjelasan pasal 186 KUHAP) Dalam bentuk keterangan tertulis di dalam suatu surat (pasal 187 KUHAP)

Surat permintaan keterangan ahli ditujukan kepada instansi kesehatan atau instansi khusus untuk itu, bukan kepada individu dokter yang bekerja di dalam instansi tersebut.

Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli : Penyidik, menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) Yang termasuk dalam kategori penyidik menurut KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) adalah Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua. Bila penyidik adalah pegawai negeri sipil, pangkat serendah-rendahnya golongan II/b. Bila di suatu Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik seperti di atas, maka Kepala Kepolisian Sektor yang berpangkat bintara dibawah Pembantu Letnan Dua dikategorikan sebagai penyidik karena jabatannya (PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2)).

Penyidik Adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Penyidikan Adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Penyidik pembantu, menurut pasal 11 KUHAP Penyidik pembantu berpangkat serendah-rendahnya Sersan Dua. Bila penyidik pembantu adalah pegawai negeri sipil, pangkat serendah-rendahnya golongan II/a

Penyidik pembantu Adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.

Penyelidik Adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan. Penyelidikan Adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli : Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1), yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik yang menyangkut tubuh manusia dan membuat keterangan ahli adalah dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik), dokter, dan ahli lainnya. Sedangkan dalam penjelasan KUHAP tentang pasal tersebut dikatakan bahwa yang dibuat oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan.

Semua dokter yang telah mempunyai surat oenugasan atau surat izin dokter dapat membuat keterangan ahli. Namun, sebaiknya permintaan keterangan ahli ini hanya diajukan kepada dokter yang bekerja pada suatu instansi kesehatan (puskesmas hingga rumah sakit) atau instansi khusus terutama milik pemerintah.

Penggunaan keterangan ahli : Penggunaan keterangan ahli (visum et repertum) adalah hanya untuk keperluan peradilan. Berkas keterangan ahli hanya boleh diserahkan kepada penyidik (instansi) yang memintanya. Keluarga korban atau pengacaranya dan pembela tersangka pelaku pidana tidak dapat meminta keterangan ahli langsung kepada dokter pemeriksa, melainkan harus melalui aparat peradilan (penyidik, jaksa, atau hakim).

VISUM ET REPERTUM DEFINISI Adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati, maupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.

JENIS DAN BENTUK Visum et repertum perlukaan Visum et repertum kejahatan susila Visum et repertum jenazah Visum et repertum psikiatrik

Dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas sebuah kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat singkatan, dan sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia.

Terdiri dari 5 bagian tetap :

Kata Pro justitia, diletakkan di bagian atas. Menjelaskan bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Bagian Pendahuluan, menerangkan nama dokter pembuat VeR dan institusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa. Bagian Pemberitaan, berjudul Hasil Pemeriksaan. Berisil hasil pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai pengobatan / perawatan.

Bagian Kesimpulan, berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan / cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya. Bagian Penutup, berisi kalimat baku Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

Contoh VER pada korban mati

You might also like