Professional Documents
Culture Documents
Tetrasiklin ditemukan oleh Lloyd Conover dipatenkan tahun 1955 Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus.
Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin. Spektrum antibakteri: gram +, gram -, aerob, anaerob, spiroket, mikroplasma, riketsia, klamidia, legionela, protozoa tertentu
(spektrum luas)
FARMAKOKINETIK
Absorpsi:
Umumnya 30-80% tetrasiklin diabsorpsi dari sal.cerna sebagian besar di lambung dan usus halus bagian atas. Adanya makanan akan mengganggu absorpsi gol.tetrasiklin. Doksisiklin dan minosiklin diabsorpsi lebih banyak yaitu 90% dan absorpsinya tidak dipengaruhi makanan. Absorpsi berbagai tetrasiklin dihambat oleh suasana basa dan pembentukan senyawa khelat (antasida, dan zat besi). Tetrasiklin sebaiknya diberikan sebelum makan atau 2 jam setelah makan
Distribusi:
Dalam cairan serebrospinal kadar gol tetrasiklin hanya 1020%, penetrasi pada bagian tubuh lain baik. Tetrasiklin tertimbun dalam hati, limpa, sumsum tulang dan gigi. Gol tetrasiklin dapat melewati barier plasenta dan terdapat dalam ASI.
Ekskresi:
Gol.tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerulus dan melalui empedu. Pada pemberian oral 20-55% tetrasiklin diekskresi melalui urin.
Indikasi
Bruselosis, batuk rejan, pneumonia, demam yang disebabkan oleh Rickettsia, infeksi saluran kemih, bronkitis kronik. Psittacosis dan Lymphogranuloma inguinale. Juga untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus pada penderita yang peka terhadap penisilin, disentri amuba, frambosia, gonore dan tahap tertentu pada sifilis.
Sediaan
Tetrasikin - Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg. Juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya mengritasi lambung Doksisiklin - Doksisiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul dengan kanduungan 50 mg dan 100 mg Oksitetrasiklin - Oksitetrasiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 500 mg dan vial 50 mg/ml untuk injeksi Minosiklin - Minosiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg
Efek Samping
Iritasi lambung pada pemberian oral (Gangguan gastrointestinal seperti: anoreksia, pyrosis, vomiting, flatulen dan diare ) Tromboflebitis pada pemberian injeksi (IV) Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan membentuk kompleks. Pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada janin sampai anak tiga tahun Pada gigi susu atau gigi tetap, Tetrasiklin dapat merubah warna secara permanen dan cenderung mengalami karies Dapat menimbulkan superinfeksi oleh kuman resisten dan jamur, dengan gejala adalah diare akibat terganggunya keseimbangan flora normal dalam usus (pada penggunaan lama) Reaksi hipersensitif seperti: urtikaria, edema, angioneurotik, atau anafilaksis Jarang terjadi seperti: anemia hemolitik, trombositopenia,neutropenia dan eosinofilia.
RESISTENSI
Bakteri memproduksi protein pompa yang akan mengeluarkan obat dari dalam sel bakteri Resistensi satu jenis tetrasiklin disertai resistensi tetrasiklin lainnya, kecuali minosiklin pada resistensi S. aureus dan dosisiklin pada resistensi B. Fragilis Bakteri yang sudah resisten adalah - Streptococcus beta hemoliticus - E.coli - Pseudomonas aeroginosae - Streptomyses pneumoniae - Staphyllococus aureus - Sebagian N.gonorrhoeae
Kesimpulan
Riketsiosis Demam reda setelah 1-3 hari, ruam kulit menghilang setelah 5 hari. Infeksi klamidia Pada infeksi akut diberikan terapi 3-4 minggu, untuk infeksi kronis diberikan terapi 1-2 bulan. Trakhoma Salep mata Tetrasiklin dan doksisiklin secara oral selama 40 hari memberikan hasil yang baik.
Gonorrhoeae dan sifilis, Tetrasiklin sebagai obat pilihan kedua setelah penisilin. Dosis 500 mg 4 kali sehari secara oral atau doksisiklin 100 mg 2 kali sehari selama 7 hari . Untuk sifilis 500 mg 4 kali sehari peroral selama 15 hari.
Acne vulgaris, Tetrasiklin menghambat produksi asam lemak dari sebum. Dosis 2 kali 250 mg selama 2-3 minggu.
Kontraindikasi
Tidak digunakan untuk pasien yang alergi thdp tetrasiklin. Tidakdianjurkan pada triwulan 2 dan 3 kehamilan, juga pada anak-anak sampai 8 tahun, pada gangguan fungsi hati dan ginjal
Kloramfenikol
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces venezuelae. Karena ternyata Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan Kloramfenikol meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 dimana diketahui bahwa Kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik spektrum luas
Sejak tahun 1950 kloramfenikol sudah dapat disintesis secara total dan merupakan antibiotik sintetik pertama yang diproduksi secara komersial
Mekanisme Kerja
Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman (berikatan dengan ribosom 50S). Dan menghambat enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman. Kloramfenikol adalah antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya dengan menghambat sintesa protein dengan jalan mengikat ribosom subunit 50S, yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida.
Farmakokinetik
Pemberian peroral, kristal kloramfenikol diabsobsi dengan cepat dan tuntas Kloramfenikol palmitat merupakan suatu prodrug yang dihidrolisis dalam usus untuk menghasilkan kloramfenikol bebas Formulasi parenteralnya, kloramfenikol suksinat, menghasilkan kloramfenikol bebas melalui hidrolisis, menyebabkan kadar darah sedikit lebih rendah dibandingkan kadar darah yang dicapai dengan obat yang diberikan secara oral
Distribusi : Kloramfenikol didistribusikan secara luas ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Hal ini meliputi juga sistem saraf pusat sehingga konsentrasi kloramfenikol dalam jaringan otak dapat setara dengan konsentrasi dalam serum. Ekskresi : kloramfenikol tidak perlu diubah pada saat kerja ginjal menurun, namun harus dikurangi dalam jumlah besar pada kegagalan hati.
Efek Samping
Reaksi hematologik Terdapat dalam 2 bentuk yaitu;
Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang. Reaksi ini terlihat bila kadar Kloramfenikol dalam serum melampaui 25 mcg/ml. Bentuk yang kedua bentuknya lebih buruk karena anemia yang terjadi bersifat menetap seperti anemia aplastik dengan pansitopenia. Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan. Efek samping ini diduga disebabkan oleh adanya kelainan genetik.
Reaksi alergi Kloramfenikol dapat menimbulkan kemerahan kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan demam Tifoid walaupun yang terakhir ini jarang dijumpai. Reaksi saluran cerna Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.
Penggunaan klinik
Banyak perbedaan pendapat mengenai indikasi penggunaan kloramfenikol, tetapi sebaiknya obat ini hanya digunakan untuk mengobati demam tifoid, salmonelosis lain dan infeksi H. influenzae. Infeksi lain sebaiknya tidak diobati dengan kloramfenikol bila masih ada antimikroba lain yang lebih aman dan efektif
Kontraindikasi
Kloramfenikol tidak boleh digunakan untuk bayi baru lahir, pasien dengan gangguan hati dan pasien yang hipersensitif terhadapnya.
Dosis
Dewasa, anak-anak, dan bayi berumur lebih dari 2 minggu : 50 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 3 4. Bayi prematur dan bayi berumur kurang dari 2 minggu : 25 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 4. Peringatan dan Perhatian: Pada penggunaan jangka panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan hematologi secara berkala. Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan ginjal, wanita hamil dan menyusui, bayi prematur dan bayi yang baru lahir.
Penggunaan kloramfenikol dalam jangka panjang dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme yang tidak sensitif termasuk jamur.
Sediaan
Kapsul 250 mg, Dengan cara pakai untuk dewasa 50 mg/kg BB atau 1-2 kapsul 4 kali sehari. Untuk infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 x pada awal terapi sampai didapatkan perbaikan klinis. Salep mata 1 %, Obat tetes mata 0,5 %, Salep kulit 2 %, Obat tetes telinga 1-5 % Keempat sediaan di atas dipakai beberapa kali sehari
Thiamfenikol
Thiamphenicol adalah antibiotika sintetik dengan spektrum luas (broad-spectrum) dan mempunyai aktivitas bakteriostatik yang kuat, tapi pada dosis tinggi juga bekerja sebagai bakterisida
Thiamphenicol bekerja dengan menghambat sintesa protein bakteri dan dalam sistem sel bebas dengan menekan
Absorbsi : Thiamphenicol dapat diabsorbsi dengan cepat melalui saluran pencernaan dan berdifusi ke dalam jaringan tubuh dengan baik termasuk kantung empedu dan cairan serebrospinal melebihi antibiotika lainnya Waktu paruh : 2-3 jam Ekskresi : setelah 24 jam pemberian Thiamphenicol oral, kira-kira 80% - 90% telah diekskresi melalui ginjal sebagian besar dalam bentuk tak berubah
Mekanisme Kerja
Tiamfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang mempunyai cara kerja seperti kloramfenikol. Tiamfenikol kurang aktif dibandingkan dengan kloramfenikol, namun sama efektifnya dan efek bakterisidnya lebih baik terhadap Haemophilus spp dan Neisseria spp. Tiamfenikol bekerja dengan cara berikatan dengan ribosom bakteri secara reversible sehingga menghambat sintesis protein bakteri yang peka, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri.
Indikasi
Sebagai pilihan utama untuk pengobatan thyphus atau parathypus Infeksi saluran kemih dan kelamin Infeksi gonore (GO) Infeksi saluran pernafasan Infeksi saluran pencernaan
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap Thiamphenicol - Penderita dengan gangguan faal hati berat dan anuria - Jangan digunakan untuk pencegahan infeksi, atau untuk mengobati influenza, batuk-pilek, atau infeksi tenggorokan - Wanita hamil dan menyusui
Dosis
Dewasa :
infeksi ringan : 1 gram/hari dalam 4 dosis terbagi. infeksi berat : 1,5 gram/hari dalam 3 dosis terbagi. Anak-anak : 20-30 mg/kg berat badan/hari.
Demam tifoid :
1. Dewasa : 2 gram/hari dalam 4 dosis terbagi sampai demam turun, dilanjutkan 1,5 gram dalam 3 dosis terbagi samapi hari ke-14. 2. anak-anak : 75-100 mg/kg berat badan/hari sampai demam turun, dilanjutkan dengan 50-75 mg/kg berat badan/hari sampai hari ke-14. Gonore : dosis tunggal sebesar 2,5 gram.
Efek Samping
Diskrasia darah terutama anemia aplastik yang dapat menjadi serius dan fatal. Depresi eritropoesis, penurunan lekosit dan trombosit. "Gray syndrome" pada bayi prematur atau bayi yang baru lahir. Gangguan lambung-usus seperti mual, muntah, diare.