You are on page 1of 161

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA I PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH

Semester: Genap 2012/2013

Oleh : Pratama Budi Sasongko NIM A1L111050 Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Para petani Indonesia sejak dulu dan semasa pemerintahan hindia belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produksinya, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas. Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu

pemungutan hasil atau saat panen, seperti pemilihan hasil untuk benih padi, kacang kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan termasuk benih benih untuk tanaman perdagangan seperti kopi, tembakau, cengkeh, cokelat dan beberapa jenis tanaman lainnya. Benih yang berasal dari tanaman yang baik mereka (petani) simpan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat dipertahankan dan cara pengadaan benih semacam ini dilakukan selama berabadabad lamanya oleh petani zaman dahulu. Pemerintah hindia belanda yang sangat berkepentingan untuk memeras usaha keringat para petani Indonesia sejak tahun 1920-an telah mulai menaruh perhatian terhadap masalah pembenihan ini, seiring dengan meningkatnya perbaikan cara-cara bercocok tanam. Sesudah tahun 1930an kegiatan pengadaan benih ini ditingkatkan lagi dengan pembangunan balai benih. Setelah Negara Indonesia merdeka, usaha-usaha untuk meningkatkan teknologi pertanian selalu dilakukan, terutama dalam usaha untuk meningkatkan taraf hidup petani dan dalam pengadaan benih berbagai jenis tanaman yang 2

bermutu merupakan sasaran utama. Pada tahun 1952, Indonesia diterima menjadi anggota FAO atau Food and Agriculture Organization, dan sejak itu mulai dilaksanakan suatu pola produksi dan penyebaran benih yang lebih

terarah. Dalam hal produksi benih padi misalnya, telah dilakukan penggolongan seperti benih dasar, benih pokok dan benih sebar. Benih adalah simbol dari suatu permulaan, ia merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Untuk itu sangat dibutuhkan benih-benih yang berkualitas. Berbicara mengenai kualitas benih, istilah ini dapat ditafsirkan secara umum bahwa kualitas benih harus mewakili penampilan kemampuan pada faktor-faktor seperti kebenaran varietas, presentase perkecambahan, presentase biji rerumputan, kekuatan tumbuh, bebas dari hama dan penyakit serta kontaminan-kontaminan lainnya.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini antara lain : 1. Mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan cara yang sudah diterapkan. 2. Menganalisa berbagai macam jenis kultivar atau varietas atau jenis dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identitas yang telah diterapkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan pengembangan usahatani dan mempunyai fungsi agronomis. Benih yang bermutu adalah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang bekualitas tinggi. Benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. (Kartasapoetra, 1986). Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman dilapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih.(Harjadi,1979). Secara historis pengujian benih pertama kali dilakukan pada tahun1869 ketikaProfesor Friedrich Nobbe mendirikan laboratorium benih pengujian pertama di Saxony Jerman, yang kemudian dengan segera diikuti oleh laboratorium di Austria, Hungaria, Belgia, Denmark, Rusia dan Amerika Serikat. Pada tahun 1876, Nobbe menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul "Handbook on Seed Testing", pendahulu dari "International Rules for Seed Testing " yang sekarang membentuk dasar pengujian benih di hampir seluruh dunia, hingga pada tahun 1924 kemudian didirikan International Seed Testing Association (ISTA) yang

secara resmi menerbitkan peraturan tentang pengujian benih secara internasional (Anonim, 2013). Kemurniah benih adalah pengujian yang dilakukan dengan

memisahkan empat komponen benih murni, benih tanaman lain, biji gulma dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung persentase dari keempat komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih.kemurnian benih sangat berpengaruh dilapangan. Karena benih yang tidak murni dapat merugikan kita pada saat pembelian maupun pada budidaya (Anonim,2013). Dalam pengujian kemurniaan benih khususnya merupakan kegiatankegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen komponen benih termasuk pula presentase berat benih murni (pure seed) yang meliputi semua varietas dari setiap spesies yang diakui bagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau yang ditemukan dalam pengujian di laboratorium. Usaha pemurnian benih juga memudahkan pengawas benih dalam pekerjaannya mengamati tingkat kemurnian suatu kegiatan dalam produksi benih maupun analisis benih di laboratorium untuk menguji kemurnian fisik benih. Bagi pengujian benih, beratnya contoh kerja untuk masing-masing benih telah ada ketentuannya, kecuali untuk beberapa benih tertentu. Dalam pelaksanaan pengujian kemurniaan benih dimana komponen-komponen telah berhasil dipisahkan, kemudian yang merupakan hasil uji benih murni, benih tanaman lain atau varietas lain, biji-bijian herba serta benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing-masing harus

ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram.Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang diperoleh, baru kemudian dipakai untuk uji lain yaitu kadar air dan daya kecambah. (Justice. 1990). Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah pengambilan contoh benih, kemudian pengujian kemurnian benih dan kadar air. Setelah itu barulah dilakukan uji daya kecambah, uji kekuatan tumbuh benih ataupun uji kesehatan benih terhadap contoh tersebut (Sutopo, 2010). Adapun beberapa metode untuk menguji kemurnian benih antara lain (Anonim, 2013) : 1. Metode Kue (Pie Methode). Metode dengan cara benih ditebarkan di meja serata mungkin hingga membentuk bulatan seperti kue. Hamparan benih tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dan diberi nomor, setelah itu secara acak dipilih nomor mana yang akan dipakai untuk pengujian. 2. Metode Mangkuk (Cup methode). Mangkuk ditata di atas nampan dengan jumlah dan ukuran tertentu. Masing masing mangkuk diberi nomor dan benih ditebarkan serata mungkin sampai semua mangkuk terisi penuh dan benih habis terbagi rata.

Seacara acak dipilih mangkuk nomor berapa yang akan dipakai untuk pengujian. Dalam perhitungan kemurnian benih dipengaruhi oleh komponen hasil pengujian benih. Apabila berat sampel benih kurang dari 25 gram, maka perhitungan persentase berat masing - masing komponen dengan membandingkan terhadap keseluruhan berat semua komponen (bukan terhadap berat sampel benih yang diuji), yang kemudian dikalikan dengan 100%. Jika tingkat kemurnian benih itu rendah, maka akan berpengaruh dalam keseragaman tumbuh di lapangan (rendah). Hal tersebut dapat terjadi karena dimungkinkan benih yang digunakan tercampur oleh spesies tanaman lain, gulma atau kotoran lainnya sehingga akan berpengaruh pada waktu panen yang tidak serentak dan produk yang dihasilkan tidak akan seragam/tidak sesuai dengan yang diharapkan. (Sutopo, 2010).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah benih murni (benih padi), biji tanaman varietas lain (kedelai), biji gulma dan kotoran benih. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alat kertas, alat tulis dan timbangan analitik.

B. Prosedur Kerja

1. 2. 3.

Dipersiapkan alat dan bahan yang digunakan. Ditimbang boboawalnya dari benih yang telah dipersiapkan. Diperiksa dengan teliti dan dipisahkan sesuai dengan komponen-

komponennya, antara lain benih murni, biji tanaman varietas lain, biji gulma dan kotoran benih. 4. 5. 6. Ditimbang bobotnya komponen-komponen yang telah terpisah. Prsentase bobot komponen-komponen terhadap bobot awal. Ditabulasikan hasil perhitungan pada tabel yang telah disediakan.

IV. HASIL DAN PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

Berat awal Berat Murni Berat Varietas Lain

= 100 gram = 46.6 gram = 5.56 gram

Berat Kotoran Benih = 48.14 gram

% Berat murni

=
= = 46.6

100 %

% Varietas Lain

100 %

= = 5.56

% Kotoran Benih

100 %

= = 48.14

B. Pembahasan

Kemurnian benih adalah persentase berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh kerja benih / contoh benih. Untuk mengetahui kemurnian suatu benih, maka perlu dilakukan pengujian kemurnian benih. Pengujian kemurnian benih merupakan suatu proses atau kegiatan yang berfungsi untuk menelaah kepositifan fisik komponen komponen pada benih. Hal hal yang termasuk kepositifan fisik benih tersebut adalah persentase berat dari benih murni, biji tanaman / varietas lain, biji gulma, dan kotoran benih (Sutopo, 2010). Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan

denganmemisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benihyang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Padasaat melakukan uji kemurnian benih yang dipisahkan adalah benih murni daninner matter (bahan yang tercampur). Bahan yang tercampur perlu dipisahkansehingga menjadi dua yaitu kotoran (other material) dan biji lain (other seed). Biji lain yang tercampur perlu dipilih apakah biji dari spesies yang sama tetapi varietasnya lain atau biji gulma. Dalam pengujian kemurnian benih, contoh kerja benih dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma dan kotoran benih, antara lain : (Kuswanto, 1997) 1. Benih murni. Benih murni dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori : a. Benih yang dominan dalam pengujian kemurnian benih, secara botanis/morfologis-morfologis. 10

b. c. d. e. f. g. h.

Benih immature (belum masak). Benih undersized (kecil). Benih shrivelled (berkerut). Benih berkecambah. Benih yang terserang hama/penyakit tapi tidak/belum merubah bentuk. Benih yang besarnya lebih setengah ukuran benih normal. Cluster, meskipun tidak mengandung benih lolos dari saringan trianguler. Jika disaring selama satu menit.

i. 2.

Florets dan caryopses : berisi endosperm dan caryopsis lepas.

Komponen biji tanaman/varietas lain. Komponen ini meliputi biji tanaman pertanian yang tidak termasuk varietas yang namanya tercantum dalam label.

3.

Komponen biji gulma, meliputi semua biji yang berasal dari tumbuhan yang dianggap sebagai tumbuhan pengganggu/gulma.

4.

Komponen kotoran, benih meliputi bahan/benda semacam biji dan bahanbahan lain yang bukan biji, seperti : a. b. Pecahan biji dengan ukuran ukuran aslinya. Biji tanpa kulit (pada Leguminosae).

c. Biji terserang penyakit sehingga bentuknya berubah. d. Biji rusak tanpa lembaga, glumes dan endosperm. e. Tanah, pasir, bagian-bagian tanaman selain biji, dan lain-lain. Pembersihan benih dari varietas lain dan kotoran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya mengingat antara benih yang dimaksud dengan hal-hal yang telah

11

disebutkan itu pada dasarnya ada perbedaan fisik. Jadi tinggal ketekunan kitadalam melaksanakan cleaning tersebut. Dalam pelaksanaan pembersihan ituterdapat dua cara yaitu yang tradisional dan yang pemanfaatan mesin. Cara tradisional ini seperti yang dilakukan oleh praktikan dalam praktikum kemurnian benih ini yaitu dengan memilah-milah benih murni, varietas lain dan kotoran dengan menggunakan tangan, jadi hanya mengandalkan indera perasa dan penglihatan saja. Cara ini banyak kelemahannya karena kemampuan indera tiap orang berbeda-beda. Pembersihan dengan mesin kegiatan utamanya meliputi scalping (tertuju pada material-material kasar), hulling (tertuju pada bagian-bagian yang lengket), shelling (tertuju pada pengelupasan kotoran yang ada di permukaan benih) . Jadi pada dasarnya pembersihan fisik benih dari fisik kotoran dan material yang tidak diperlukan akan mengaburkan,mempengaruhi dan merusak kenurnian benih. Pembersihan benih sangat perlu dilakukan sehubungan adanya perbedaanperbedaan fisik dan sifat yang dapat mengaburkan kemurnian benih. Perbedaanperbedaan seperti tekstur permukaan dan warna harus diambil adalah yang menunjukkan kemurnian benih, sedang yang lainnya dipisahkan sehingga yang tinggal menunjukkan kemurnian benih tersebut. (Cipta, 1992). Untuk memisahkan biji lain maka perlu terlebih dahulu diketahui definisi dari biji lain tersebut karena untuk dapat dikategorikan sebagai biji lain harus memenuhi beberapa kriteria yaitu : (Kamil, 1979). 1. 2. 3. Biji dari spesies/varietas/cultivar lain. Benih yang rusak dengan ukuran kurang dari setengah. Benih yang tidak memiliki seed coat.

12

4. 5.

Cluster dari beta yang tertinggal di saringan setelah diayak selama satu menit. Floresta dan Caryopsis : Hampa dan Bagian yang ringan/berat setelah diblow. Pada Manfaat pengujian kemurnian benih antara lain : (Kamil, 1979).

1. 2.

Untuk mengetahui komponen jenis benih yang ada dalam kelompoknya. Untuk mengetahuinya identitas dari berbagai spesies benih dan partikel lainnya yang ada dalam kelompoknya.

3.

Untuk melindungi konsumen benih. Pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih

murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman (Kamil, 1979). Berikut ialah skema analisis pengujian kemurnian benih :

13

Gambar 1. Skema analisis pengujian kemurnian benih.

Prinsip pengolahan benih yaitu mewujudkan benih tanaman yang unggul dan baik apabila benih ditumbuhkan akan mampu bertahan selama perkembangan hidupnya serta mampu memberikan produk yang baik dan meningkat. Untuk mendapatkan hasil produksi pertanian yang optimum dapat dilakukan dengan cara memberikan perlakuan antara lain memisahkan secara khusus benih yang kita 14

pilih dari benih tanaman sejenis yang bervarietas lain, dari benih tanaman lain, dari biji bijian gulma, dari kotoran kotoran yang melekat atau tercampur padanya. Jangkauan dari aktivitas ini adalah agar diperoleh benih yang benar benar murni (Kuswanto, 1997). Sertifikasi benih adalah suatu sistem atau mekanisme pengujian benih berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi perbanyakan dan produksi benih. Sertifikasi benih merupakan sistem bersanksi resmi untuk perbanyakan dan produksi benih yang terkontrol. Tujuannya adalah untuk memelihara dan menyediakan benih serta bahan perbanyakan tanaman bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat sehingga dapat ditanam dan didistribusikan dengan identitas genetik yang terjamin. Dengan kata lain, tujuan sertifikasi benih adalah untuk memberikan jaminan bagi pembeli benih (petani atau penangkar benih) tentang beberapa aspek mutu yang penting, yang tidak dapat ditentukan dengan segera, dengan hanya memeriksa benihnya saja. (Kartasapoetra, 1986). Penerimaan manfaat dari sertifikasi benih adalah perkembangan pertanian karena sistem dan program sertifikasi benih yang efektif memungkinkan benih bermutu tinggi tersedia bagi petani. Pedagang benih memperoleh manfaat karena benih yang disertifikasi merupakan sumber pasokan benih yang otentik dan tinggi mutunya. Produsen benih memperoleh manfaat karena sertifikasi benih memungkinkan tersedianya program pengendalian mutu yang ketat, yang lazimnya di luar kemampuannya. Petani memperoleh manfaat karena dapat

15

mengharapkan bahwa benih bersertifikat yang dibelinya akan memiliki sifat-sifat varietas yang diinginkan (Mugnisjah,1991). Adapun kegiatan-kegiatan dalam proses sertifikasi benih yaitu check plot, pemeriksaan lapang pendahuluan, pemeriksaan lapang fase vegetatif, pemeriksaan lapang fase berbunga/generatif, pemeriksaan lapang fase menjelang panen, pengambilan contoh benih, dan pemeriksaan alat panen dan pengolahan. 1. Check Plot Check plot/perbandingan tanaman adalah suatu kegiatan percobaan lapangan untuk membandingkan hasil pengujian di laboratorium dengan kenampakan fisik tanaman di lapangan, dalam rangka menunjang operasional sertifikasi benih, khususnya yang berkaitan dengan campuran varietas lain. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai pembanding terhadap areal sertifikasi. 2. Pemeriksaan Lapang Pendahuluan Pemeriksaan lapang pendahuluan dilakukan bertujuan untuk mengetahui kebenaran yang ada pada formulir permohonan dengan data di lapangan. Pemeriksaan lapang pendahuluan dilakukan sebelum lahan penanaman digunakan. Produsen benih terlebih dahulu mengajukan permohonan pemeriksaan lapang untuk sertifikasi benih, diajukan paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan lapang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan lapang pendahuluan yaitu kebenaran nama dan alamat penangkar, kebenaran letak dan situasi areal sertifikasi, kebenaran sumber benih, sejarah lahan, isolasi jarak dan waktu, serta kebenaran batasbatas areal sesuai dengan data lapangan yang terlampir.

16

3.

Pemeriksaan Lapang Fase Vegetatif Pemeriksaan lapang fase vegetatif dapat dilaksanakan setelah

menunjukkan bukti kelulusan pemeriksaan lapang pendahuluan. Pemeriksaan lapang ini bertujuan untuk memeriksa kebenaran varietas pertanaman dengan membandingkan karakteristik tanaman produksi di lapang dengan deskripsi tanaman yang sebenarnya. Waktu pemeriksaan untuk benih padi yaitu pada saat tanaman berumur kurang lebih 30 hari setelah tanam (HST). 4. Pemeriksaan Lapang Fase Berbunga/Generatif Pemeriksaan lapang fase berbunga/generatif dilaksanakan apabila

pemeriksaan lapang fase vagetatif dinyatakan lulus. Tujuan dari pemeriksaan lapang ini adalah untuk mempertahankan mutu genetik dengan cara memeriksa CVL dan tipe simpang yang dapat menurunkan kemurnian suatu varietas. 5. Pemerikasaan Lapang Fase Menjelang Panen Pemerikasaan lapang fase menjelang panen dilakukan setelah

pemerikasaan lapang fase generatif/berbunga mendapatkan bukti kelulusan. Tujuan pemerikasaan lapang ini yaitu untuk mengetahui kebenaran varietas pada tanaman dan membandingkan dengan deskripsi varietas tanaman yang dimaksud. 6. Pengambilan Contoh Benih Contoh benih harus diambil oleh petugas pengambil contoh yang sudah mengikuti latihan dan berpengalaman dalam pengambilan contoh. Petugas harus independen, bebas tekanan komersial serta mengikuti aturan

17

pengambilan contoh yang sudah ditetapkan. Lot benih harus ditata/disusun atau diatur secara baik sehingga setiap wadah mempunyai kemungkinan yang sama untuk diambil contohnya. Contoh primer dengan ukuran yang kira-kira sama seharusnya diambil dari setiap wadah atau dari setiap titik pengambilan., pada wadah tertentu atau tumpukan benih dari lot yang sama. 7. Pemeriksaan Alat Panen dan Pengolahan Alat panen dan unit pengolahan harus dilakukan pemeriksaan untuk menghindari kemungkinan terjadinya percampuran VL (varietas lain). Pemeriksaan yang dilakukan yaitu terhadap kebersihan alat baik dari sisa benih sebelumnya maupun kotoran non benih, serta kelayakan alat untuk proses pengolahan benih. Tempat penyimpanan benih seperti silo, gudang penyimpanan, tata letak penyimpanan benih juga perlu dilakukan pemeriksaan. Tata letak penyimpanan benih harus diatur sedemikian rupa sehingga mempermudah petugas saat pengambilan contoh benih. Proses sertifikasi benih adalah sebagai beikut : (Mugnisjah, 1991). 1. Penangkar benih a. b. c. d. e. Perorangan Badan hokum atau badan usaha milik pemerintah Balai benih Swasta Pihak lain

18

2.

Syarat-syarat menjadi penangkar benih a. Memiliki atau menguasai lahan yang akan digunakan untuk

memproduksi benih padi bermutu. b. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi benih padi bermutu. c. d. Mampu memelihara tanaman yang diusahakannya. Menguasai atau mempunyai fasilitas pengolahan dan penyimpanan benih, baik sendiri maupun kontrak dengan pihak lain. e. Wajib mengikuti petunjuk-petunjuk dan peraturan-peraturan yang diberikan oleh BPSBTPH Propinsi Jawa Barat. f. 3. Bersedia membayar biaya sertifikasi sesuai ketentuan yang berlaku.

Benih yang ditanam Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar, dan Benih Pokok.

4.

Permohonan sertifikasi a. b. Diajukan maksimal 10 hari sebelum tanam. Dengan melampirkan label atau keterangan sumber benih dan sket peta lapangan.

5.

Isolasi a. Harus jelas terpisah dari varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter. b. Bila terdapat dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka tanggal tanam diatur sehingga pembungaan berbeda (30 hari).

19

6.

Pemeriksaan lapangan a. Penangkar benih mengajukan permohonan pemeriksaan lapangan kepada BPSBTPH Propinsi Jawa Barat selambat-lambatnya 1 minggu sebelum waktu pemeriksaan. b. Pemeriksaan lapangan 1) Pemeriksaan pendahuluan (1 minggu sampai dengan sebelum tanam), pemeriksaan dilakukan terhadap kelengkapan administrasi, kebenaran batas-batas areal, sejarah lapangan dan sumber benih yang digunakan. 2) Pada massa pertanaman membentuk anakan (fase vegetative, 30 HST) harus dibersihkan dari rerumputan dan dilakukan seleksi atau (rouging) terhadap varietas lain atau tipe simpang dan tanaman yang terserang dilakukan. 3) Pada massa pertanaman fase generative (berbunga 30 hari sebelum panen) harus dilakukan seleksi (rouging) serta pembersihan dari rerumputan sebelum pemeriksaan lapangan kedua dilakukan. 4) Apabila pada pemeriksaan pertama dan kedua tidak memenuhi standar lapangan, maka kesempatan mengulang masing-masing hanya dilakukan satu kali, tetapi sebelum pemeriksaan ulangan, pertanaman harus di-rouging terlebih dahulu dan apabila tidak memenuhi standar lapangan maka sertifikasi tidak bisa dilanjutkan. penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama

20

5) Pada massa pertanaman fase masak (7 hari sebelum panen) harus dilakukan seleksi (rouging) serta pembersihan dari rerumputan sebelum pemeriksaan lapangan ketiga dilakukan. 6) Hal yang perlu diperhatikan pada saat seleksi (rouging); tipe pertumbuhan, kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah daun, warna tepi daun, warna pangkal batang, bentuk dan tipe malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna pada ujung gabah, warna gabah dan sudut daun bendera. 7. Pembersihan peralatan atau perlengkapan Peralatan yang akan digunakan (alat panen atau penabur benih, gerobak, silo, gudang dan lain-lain) harus bersih dan bebas dari kemungkinan tercampurnya dengan varietas lain. 8. Pemeriksaan alat pengolahan Benih yang akan disertifikasi harus diolah dengan peralatan yang telah diperiksa dan disahkan kebersihannya oleh pengawas benih. 9. Contoh benih untuk pengujian a. Contoh benih untuk diuji di laboratorium akan diambil sampelnya dari kelompok benih yang telah selesai diolah dan diberi identitas kelompok benih. b. Pengawas benih akan mengambil contoh benih atas permintaan penangkar benih.

21

10. Pengambilan contoh benih a. b. Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton. Wadah dari setiap kelompok benih harus disusun rapi agar

mempermudah dalam pengambilan contoh benih. c. Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan. d. Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil sampelnya paling sedikit 700 gram. 11. Label a. Massa berlaku label diberikan paling lambat 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian dan paling lama 9 bulan setalah panen. Bila diberi perlakuan khusus, maka massa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 15 bulan dari tanggal panen. b. Selama massa berlaku label harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan dan dapat dilabel ulang selama masih memenuhi standar mutu.

22

Gambar 2. Bagan proses sertifikasi dan pelabelan benih.

Pada praktikum kali ini, alat-alat yang digunakan untuk pengujian kemurnian benih adalah benih murni (benih padi), biji tanaman varietas lain (kedelai), biji gulma dan kotoran benih. Berat awal benih adalah 100 gram, berat murni adalah 46.6 gram, berat varietas lain adalah 5.56 gram dan berat kotoran lain adalah 48.14. Presentase untuk berat murni didapat sebesar 46.6%, presentase untuk varietas lain didapat sebesar 5.56% dan presentase untuk kotoran benih didapat sebesar 48.14%.

23

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain : 1. Telah mampu mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan cara yang sudah diterapkan. 2. Dapat menganalisa berbagai macam jenis kultivar atau varietas atau jenis dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identitas yang telah diterapkan. 3. Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. 4. Pengujian kemurnian benih merupakan suatu proses atau kegiatan yang berfungsi untuk menelaah kepositifan fisik komponen komponen pada benih. 5. Persentase berat benih varietas lain sebesar 5.56 %, kotoran benih 48.14% dan benih murni sebesar 46.6%. 6. Jenis kultivar dibedakan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma dan kotoran benih.

24

B. Saran

Saran untuk praktikum ini antara lain : 1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang. 2. 3. 4. 5. 6. Perhatikan saat asisten seang menjelaskan prosedur kerja. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti. Hati-hati dalam menggunakan alat. Teliti dalam maelakukan perhitungan. Waktu yang digunakan untuk praktikum ditambah agar praktikan dapat mencoba dan memahami prosedur kerja seluruh acara praktikum yang dilakukan.

25

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. http://bpsbtphbanten.wordpress.co diakses pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 23.01

Anonim, 2013. http://rians113.blogspot.com/pengadaan-benih.html diakses pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 23.02

Anonim, 2013. http://www.sribd.com diakses pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 23.04 Cipta, R. 1992. Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta Harjadi, S.S.1979. Pengantar Agronomi. Garmedia. Jakarta. Justice, O.L. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali. Jakarta. Kartasapoetra,A. 1986. Teknologi Benih. Bina Aksara. Jakarta. Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa Raya. Padang. Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Grasindo. Jakarta. Mugnisjah. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

26

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA II PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

Semester: Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama NIM Asisten Rombongan

: Pratama Budi S : A1L111050 : Lafi Naimatul Bayyinah : Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013 I. PENDAHULUAN

27

A. Latar Belakang

Benih sebagai organisme hidup, baik yang mengandung karbohidrat (serealia) ataupun minyal seperti halnya benih kacang-kacangan, penyimpananpenyimpanannya sangat ditentukan oleh kadar air benih, jenis benih, tingkat kematangannya, serta temperatur penyimpanan. Jadi dalam penyimpanannya (sebagai organisme hidup yang melakukan respirasi), dimana respirasi ini menghasilakan panas dan air dalam benih, maka makin tinggi kadar airnya respirasi dapat berlangsung cepat. Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar benih lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian inilah terjadinya kadar air yang seimbang. Salah satu faktor pembatas produksi benih adalah tejadinya kemunduran benih selama penyimpanan. Kemunduran benih ini dapat menyebabkan berkurangnya benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih dalam jumlah yang 28

memadai dan tepat pada waktunya sering menjadi kendala karena daya simpan yang rendah. Sementara itu, pengadaan benih bermutu tinggi merupakan unsur penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman. Pengadaan benih sering dilakukan beberapa waktu sebelum musim tanam sehingga benih harus disimpan dengan baik agar mempunyai daya tumbuh yang tinggi saat ditanam kembali. Kemunduran benih dipengaruhi oleh kandungan air benih, sehingga penting sekali pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyerapan dan penahanan uap air oleh benih serta pengaruhnya terhadap benih. Ketebalan, struktur dan komposisi kimia kulit benih jelas mempengaruhi laju penyerapan dan penahanan uap air oleh benih. Kulit benih yang keras menghalangi penyerapan air secara total. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang demikian penting dan berpengaruh besar terhadap viabilitas dan pertumbuhan umum daripada benih itu.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji kadar air benih dengan memanfaatkan berbagai cara dan alat ukur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

29

Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut. (Anonim. 2013). Air dalam benih dapat dibagi menjadi dua, yaitu air bebas dan air yang terikat. Air bebas adalah air yang mudah bergerak dari dalam benih ke permukaan benih. Pergerakkan ini dapat terjadi dengan pemanasan atau alami dalam rangka mencapai keadaan equilibrium dengan lingkungan sekitar benih. Air yang terikat (bound water) adalah air yang terikat kuat dalam sel sehingga sukar lepas dari benih. Bound water ini dapat dilepas dengan cara pengrusakan sel atau penguapan minyak dalam benih (Kuswanto, 1997). Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling penting dalam mempengaruhi masa hidupnya. Oleh karena itu benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segenap dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus selalu dipanen. Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya simpan benih.Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh (Justice dan Louis, 1990)

30

Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedangkan dalam penyimpanan

menyebabkan naiknya aktifitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan pathogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi apabila kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Sutopo, 2010). Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah.(Anonim. 2013). Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar

31

airnya. Kadar air benih sangat penting karena berkaitan dengan sebagai berikut : (Kuswanto, 1997) 1. Kualitas benih Secara teoritis, semakin rendah kadar airnya maka kualitas benih bertambah baik. 2. Daya simpan benih Berdasarkan hukum Harrington, semakin rendah kadar airnya maka semakin panjang umur benih tersebut. 3. Daya kecambah benih Kadar air benih sangat mempengaruhi laju deteriorasi benih atau mempengaruhi proses penuaan. 4. Serangan hama dan penyakit Benih yang memiliki kadar air yang tinggi lebih mudah untuk diserang hama gudang selama masa penyimpanan ataupun pada rantai pemasaran. Kadar air biji dapat ditentukan dengan memakai (Kamil, 1982) : 1. Bermacam-macam alat pengukur kadar air biji otomatis (seed moisture tester) atau setengah otomatis, seperti Universal Moisture Tester, Burrow Moisture recorder, Burrows Model 700, Digital Moisture Computer dan lain-lain. 2. Metode tungku (oven method). Dengan cara ini, contoh biji (biji basah) baru dipanen dikeringkan di dalam tungku (oven) listrik pada suhu 1050 1100C selama 24 jam terus menerus. Sesudah biji tadi didinginkan di dalam eksikator kemudian ditimbang lagi (didapat berat kering). Kadar air biji dihitung menurut rumus :

32

a. Kadar air biji =

Berat basah Berat ker ing x100 % Berat basah

disebut KA berdasarkan berat basah biasa dipakai pada industri (biji, daging dan lain-lain). b. Kadar air biji =

Berat basah Berat ker ing x 100 % Berat ker ing

disebut KA berdasarkan berat kering biasa dipakai untuk penelitian ilmiah. Kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Batas tertentu benih makin rendah kadar air benih makin lama pula daya hidup benih tersebut. (Anonim. 2013).

III. METODE PRAKTIKUM

33

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah oven, eksikator, cawan porselin, pinset, timbangan dan moisture tester. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih padi dan lembar pengamatan.

B. Prosedur Kerja

1.

Metode Praktek a. Alat dan benih yang akan digunakan dipersiapkan. b. Alat moisture test dicek untuk meminimalisir hasil error dan kerusakan. c. Setelah alat siap, beberapa biji diambil dan dimasukkan kedalam lubang pengujian pada alat tersebut. d. Sekrup penghancur benih diputar sampai benih benar benar hancur. e. Menu uji dipilih sesuai dengan benih yang diuji dengan menekan tombol pilihan uji. f. Hasil pengujian pada display alat tersebut dibaca dan dicatat pada tabel yang telah disediakan.

2.

Metode Dasar a. Ditimbang berat awal benih sebanyak 20 gr. b. Benih yang sudah ditimbang kemudian di oven selama 24 jam. c. Ditimbang berat akhirnya setelah 2 x 24 jam d. Dihitung kadar air benih dengan rumus : 34

KA = Berat Awal Berat Akhir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

35

A. Hasil Pengamatan

Berat Awal Benih Berat Akhir KA

= 20 gram = 17.60 gram = Berat Awal Berat Akhir = 20 gram 17.60 gram = 2.4 gram

% KA

= = = 0.12 %

B. Pembahasan

Kadar air merupakan komponen penting yang ada pada benih, kandungan kadar air pada benih berbeda beda pada tiap jenisnya. Pada prinsipnya pembagian benih berdasarkan kadar air dibedakan menjadi dua yakni benih orthodox dan benih rekalsitran. Benih orthodox merupakan jenis benih yang dapat disimpan dengan optimal pada kadar air yang relatif rendah yakni diantara 12 15%, contohnya kedelai, jagung, padi dan lain sebagainya. Sebaliknya benih rekalsitran kadar air optimalnya minimum 20 %, contoh benih rekalsitran misalnya kakao, duren, manggis dan lain sebagainya. (Burch, 1958). Pengukuran kadar air sangat penting untuk dilakukan, penentuan kadar air dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan waktu panen, karena panenan itu harus di lakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing-masing 36

spesies atau varietas. Umumnya tanaman sereallia dan boiji-bijian legume dipanen pada kadar air 20%umumya kadar air biji 30% merupakan batas tertinggi untuk dipanen.Panenan dengan kadar air biji 30 % tidak baik karena sukar untuk pengirikan, disamping ini biji akan rapuh apabila dikeringkan sampai dibawah kadar air 20% tetapi tergantung pada jenis biji,ada yang baik dipanen pada kadar air 10-12%. (Harrington, 1972). Benih yang dipanen ketika masak fisiologis akan menunjukkan

pertumbuhan dan produksi yang optimal sedangkan benih yang dipanen sebelum maupun sesudah masak fisiologis pertumbuhan dan produksinya tidak akan optimal. Hal ini dapat disebabkan karena benih tersebut belum sempurna (pada panen sebelum masak fisiologis) atau telah memasuki masa penuaan (pada panen sesudah masak fisiologis). Benih yang telah masak fisiologis menghasilkan bobot kering benih daya berkecambah dan vigor maksimum. Stadia sebelum masak fisiologis vigornya masih rendah karena belum terdapat keseimbangan komposisi kimia penyusun sel dan jaringan benih akan mempengaruhi pembentukan sel dan jaringan baru ketika berkecambah. Mutu fisiologik benih ditentukan oleh viabilitas benih sehingga mampu menghasilkan tanaman yang normal. Viabilitas dan vigor ditentukan oleh kondisi prapanen, panen maupun pasca panen (Nelson, 2001). Pada prinsipnya metoda penetuan kadar air yang digunakan ada dua macam, antara lain : (Kamil, 1982) 1. Metoda praktis, yaitu metoda ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya kurang teliti sehingga sering perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Yang termasuk

37

metoda ini adalah metoda Calcium carbide, metoda Electric moisture meter dan lain-lain 2. Metoda dasar, yaitu kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada kondisi tertenntu dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Yang termasuk dalam metoda dasar adalah metoda Destilasi, metoda Karl Fisher dan lain-lain. Metode dasar diawali dengan menimbang benih padi yang sebelumnya direndam dalam air terlebih dahulu. Benih yang sudah ditimbang kemudian dioven selama 24 jam kemudian ditimbang kembali. Setelah diketahui berat awal dan berat akhir, kadar air benih dihitung dengan menggunakan rumus :

Data yang diperoleh hasil pengamatan pada pengujian kadar air benih dengan metode dasar ialah 0.12 %. Metode praktik dilakukan dengan memasukkan biji padi kedalam lubang pengujian pada moisture tester kemudian sekrup penghancur benih pada alat tersebut diputar sampai benih benar benar hancur. Penggunaan alat Universal Moisture Tester akan lebih teliti dari pada menggunakan metode tungku. Dengan menggunakan oven apabila pengovenan tidak sesuai dengan ketentuan maka kadar airnya akan berbeda. Pengovenan yang terlalu lama akan mengurangi air terlalu banyak bila terlalu cepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air benih antara lain : (Sadjad, 1997) 1. Tipe benih 38

Secara teknologi dikenal benih yang bersifat ortodoks dan rekalsitran. Benih ortodoks tidak mati walaupun dikeringkan sampai kadar air yang relatif sangat rendah dengan cara pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau benih itu disimpan dalam keadaan suhu yang relative rendah, contoh benih yang bersifat ortodoks antara lain adalah benih Acacia mangium Wild (Akasia), Dalbergia latifolia Roxb (sonobrit), Eucalyptus urophylla S.T (ampupu), Eucalyptus deglupta Blume (leda), Gmelina arborea Linn (gmelina), Paraserianthes falcataria Folsberg (sengon),P inus mercusii Jung et de Vriese (tusam) dan Santalum album (cendana). Benih yang bersifat rekalsitran, akan mati kalau kadar airnya diturunkan sebelum mencapai kering dan tidak tahan di tempat yang bersuhu rendah, contoh benih ini adalah Agathis lorantifolia Salisb (dammar), Diosypros celebica Back (eboni), Hevea brasiliensis Aublet (Kayu karet), Macadamia hildenbrandii Steen (makadame), Shore compressa, Shorea seminis V.SI. 2. Ukuran benih Benih-benih dengan ukuran yang besar dapat diduga tergolong ke dalam jenis rekalsitran, ukuran benih yang sedang dapat diduga sebagai jenis benih yang semi rekalsitran serta benih dengan ukuran yang kecil dapat diduga sebagai benih ortodoks. Oleh karena itu, untuk menduga lama durasi penyimpanan benih dapat diduga berdasarkan ukuran dari benih yang akan disimpan. Pada dasarnya teknik pendugaan jenis benih berdasarkan ukuran dapat berimplikasi kepada kandungan air benih. Benih dengan ukuran yang kecil lebih cenderung untuk memiliki kadar air yang rendah, benih dengan

39

ukuran yang sedang memiliki kadar air yang sedang serta benih dengan ukuran besar dapat mengandung kadar air yang tinggi. 3. Penyimpanan Masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemunduran tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan. Lamanya penyimpanan benih mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan benih dimana benih dapat mengalami kemunduran untuk pertumbuhan benih jika disimpan semakin lama. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga, maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu ruang khusus untuk penyimpanan benih. (Sadjad, 1997). Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang yang dilembabkan. Seperti halnya pada benih kakao, diamana benihnya jenis rekalsitran. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa benih rekalsitran adalah benih yang tidak mempunyai masa istirahat/dorman. Hal ini bertolak belakang dengan benih ortodoks sebagai benih yang memiliki masa dormansi. Pada benih rekalsitran cepatnya proses perkecambahan benih sering menjadi

40

masalah atau kendala untuk mengirim benih ketempat produksi dalam kurun waktu tertentu. Hal ini disebabkan seringnya benih rekalsitran tersebut mengalami perkecambahan selama dalam proses pengiriman (Periode /Penyimpanan Sementara) sehingga sering dijumpai sangat sedikit benih yang dapat digunakan untuk keperluan perkecambahan karena mutu benihnya telah turun.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah telah mampu menguji kadar air benih dengan memanfaatkan berbagai cara dan alat ukur, yaitu 41

dengan cara metode praktis, yaitu metode Electric moisture meter dan metoda dasar dimana benih padi yang sebelumnya direndam dalam air terlebih dahulu. Benih yang sudah ditimbang kemudian dioven selama 24 jam kemudian ditimbang kembali.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini antara lain : 1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang. 2. Perhatikan saat asisten seang menjelaskan prosedur kerja. 3. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti. 4. Hati-hati dalam menggunakan alat. 5. Teliti dalam melakukan perhitungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. http://argaranu.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 06.12 WIB Anonim. 2013. http://anasmahirulhakim.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 06.14 WIB 42

Anonim. 2013. http://labpemuliaantanaman.staff.ub.ac.id diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 06.15 WIB

Burch, T.A. 1958. Absorbtion of water by seeds. Thesis (M.S) Miss. State University. USA. Harrington, G.T. 1972. Use of Alternating temperature in the germination of seed. Journal Agriculture, Vol 23: 295-332. Justice, O. L dan Lois, N. Bass. 1990. Praktek dan Penyimpanan Benih. Rajawali Pers. Jakarta. Kamil, J. 1982. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Padang.

Kuswanto, H. 1997. Analisis BEnih. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Nelson, Stu. 2001. Seed Stratification. University of Saskatchewan. England

Sadjad, S. 1997. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Sutopo,L. 2010. Teknologi Benih. PT.Rajagrafindo Persada. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA III SCARIFIKASI DAN STRATIFIKASI BENIH

43

Semester: Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama NIM Asisten Rombongan

: Pratama Budi S : A1L111050 : Lafi Naimatul Bayyinah : Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benih adalah simbol dari suatu permulaan, ia merupakan inti dari kehidupan dalam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung 44

dari kehidupan tanamn.

Dan benih juga merupakan alat untuk menyebarkan

kehidupan baru dari suatu tempat ke tempat lain dengan kekuatannya atau manusia dari suatu tumbuhan. Pemilihan benih merupakn langkah awal dari suatu tindakan budidaya. Dalam pemilihan benih unggul pada kriteria penilaian diantaranya daya kecambah dan index vigor. Beberapa spesies tanaman tertentu, baik sebagian maupun seluruh bagian benih tersebut mengalami dormansi sewaktu panen. Masa dorman benih tersebut berbeda-beda untuk tiap tanaman tergantung jenis tanaman tersebut. Ada yang masa dormannya singkat, sedang, lama mapun tidak memiliki dormansi. (Kamil, 1979). Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih. Selain itu, dormansi juga dapat disebabkan oleh adanya respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio dapat pula menjadi penyebab dormansi, karena kulit biji yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan

45

kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Adanya masa dormansi saat masa tanam benih sangat merugikan bagi petani karena akan mengurangi jumlah tanaman yang dapat berproduksi. Oleh karena itu sangat penting bagi mahasiswa pertanian untuk mempelajari dormansi pada benih dan bagaimana cara untuk mematahkan masa dormansi tersebut.

B. Tujuan

Tujuan pada praktikum ini antara lain : 1. Menunjukan kekerasan biji-biji legume yang ada pada dearah tropika dan bagaimana cara scarifikasi dijalankan. 2. Mempercepat perkecambahan biji dengan metode skarifikasi benih.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Biji adalah ovule yang dewasa. Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari pada legume, tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian,yaitu embryo dan kulit biji (Seed coat atau testa). Embryo terbentuk atau berasal dari

46

telur yang dibuahi (zygot) dengan mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak,sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis. Kulit biji pada legume pada umumnya mudah dilepaskan dari biji setelah perendaman dengan air panas sehingga terlihat seluruh biji atau embryo. (Kamil, 1986). Biji dapat memiliki fungsi ganda, sebagai bahan konsumsi dan sebagai bahan tanaman. Secara fungsional dalam memenuhi kepentingan budidaya. Tanaman biji itu tidak sama dengan benih.Biji tumbuhan kalau dipelihara dan ditangani untuk tujuan budidaya, maka biji berfungsi sebagai benih dalam batasan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji (Sadjad, 1993). Banyak macam benih yang tidak dapat berkecamah ketika telah berada pada kondisi yang sesuai/syarat perkecambahan telah terpenuhi. Benih demikian berada dalam keadaan dormansi. Dormansi pada benih berlangsung selama beberapa, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya atausebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya baik musim maupun variasi-variasi kebetulan terjadi sehingga,

47

secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnaan alam (Sutopo, 2010). Benih mengalami dormansi yaitu keadaan tiak aktif yang bersifat sementara yang artinya walaupun berada dalam lingkungan yang sesuai bagi perkecambahan baginya sementara baginya tidak mau tumbuh. Hal ini disebabkan oleh faktorfaktor dalam benih itu sendiri, kemungkinan dikarenakan embrio yang rudimenter, embrio yang dorman, kulit benih yang kedap terhadap air dan udara atau kemungkinan pula karena adanya zat penghambat perkecambahan. Benih dikatakan quisence yaitu bila benih tidak mau berkecambah karena menghadapi lingkungan kering, artinya bila ditempatkan pada lingkungan yang basah kemampuan berkecambahnya akan timbul (Kartasapoetra, 2003). Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe antara lain : (Mugnisjah, 1990) 1. Dormansi Fisik Dormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap

perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas gas ke dalam biji. Beberapa penyebab dormansi fisik antara lain :

a.

Impermeabilitas kulit biji terhadap air. Benih benih yang termasuk dalam tipe dormansi ini disebut sebagai Benih Keras karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di

48

permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio. Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas gas. 2. Dormansi Fisiologis Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh. Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah sebagai berikut : a. Immaturity Embrio. Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.

b.

After Ripening. Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dikatakan membutuhkan jangka waktu After Ripening. After Ripening diartikan

49

sebagai

setiap perubahan pada kondisi

fisiologis

benih

selama

penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya. (Kuswanto, 1997). Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh (Efendi, 2009) : 1. Tidak adanya proses imbibisi air. 2. Proses respirasi terhambat. 3. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan. 4. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan. Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut. (Efendi, 2009).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

50

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petridish, polybag, amplas, alat tulis dan pasir. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih melinjo, benih albasia, air hangat dan air steril.

B. Prosedur Kerja

1. Stratifikasi a. Dipersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan. b. Direndam benih albasia dalam air steril dengan suhu 0 , 50 , 75 100 masing masing 100 buah sampai dingin. dan

c. Kemudian air didinginkan dan benih ditanam dalam polibag yang telah disediakan. d. Pertumbuhan benih diamati setiap hari selama 1 minggu. e. Dikonversikan data yang diperoleh kedalam persen. 2. Scarifikasi a. Dipersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan. b. Dibersihkan 6 buah benih melinjo emudian dikikir atau digosok bagian kulit bijinya menggunakan ampelas masing masing pada bagian samping, atas bawah, dan kontrol (tidak dikikir). c. Melinjo yang telah dikikir ditanam dalam polibag dan diamati pertumbuhannya setiap hari selama 7 hari. d. Dikonversikan data yang diperoleh kedalam persen.

51

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

52

% Perkecambahan Stratifikasi albasia Kontrol = =

= 66.67 %
% Perkecambahan Stratifikasi albasia dengan air panas = = X 100

= 33.33 %
% Perkecambahan Scarifikasi melinjo = =

=0%

B. Pembahasan

Skarifikasi benih merupakan perlakukan pendahuluan terhadap benih, sehingga benih akan cepat berkecambah secara optimal. Ada benih yang mampu 53

tumbuh tanpa skarifikasi, tetatpi ada pula yang memerlukan skarifikasi, baru dapat tumbuh. Skarifikasi dapat dibedakan menjadi 3 : (Anonim, 2013) 1. Skarifikasi Fisik Skarifikasi fisik dilakukan dengan cara mengamplas, meretakkan, membakar, merendam air panas dll. Contoh nyata adalah, benih Acacia mangium akam mampu tumbuh berkecambah dengan cepat apabila direndam dengan air panas bersuhu 85 selama beberapa saat, kemudian direndam air dingi. Dengan cara itu, benih akan mampu berkecambah lebih dari 80 % dan mulai berkecambah sejak hari ke 3-4. Jika tanpa direndam air panas, prosen kecambah cukup kecil dan mulai berkecambah akan lama. Benih aren akan cepat tumbuh apabila disekitar calon akar diampelas atau digerinda. 2. Skafifikasi Kimia Skarifikasi kimia dilakukan dengan merendam benih dalam larutan tertentu, seperti asam kuat, sehingga kulit biji menjadi tipis dan lunak. 3. Skarifikasi Fisiologis Skarifikasi fisiologis dilakukan dengan meletakkan benih pada kondisi lembab, sehingga embrio benih dalam biji akan dapat matang secara fisiologis, karena saat masak di pohon, embrio sebenarnya belum sempurna. Contoh benih ini adalah Melinjo. Benih melinjo harus mengalami pemasakan embrio dulu baru dapat tumbuh. Itulah sebabnya, benih melinjo membutuhkan waktu cukup lama untuk berkecambah, dapat mencapai waktu 4-7 bulan, baru berkecambah. Untuk menentukan tipe skarifikasi yang tepat, tentunya harus dicermati sifat-sifat benih tersebut.

54

Manfaat skarifikasi adalah untuk mempercepat massa dormansi. Menurut beberapa ahli menyatakan bahwa skarifikasi ditujukan untuk

mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Scarifikasi kimia dapat dilakukan dengan merendam cara benih dengan larutan H2SO4 pekat selama 7-10 menit dan mencuci benih dengan air mengalir. (Kartasapoetra, 2003). Stratifikasi yaitu banyaknya benih yang perlu dikenai temperatur sebelum dapat dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkan pada temperatur yang cocok untuk perkecambahannya. Stratifikasi merupakan pemberian temperatur tertentu terhadap benih sebagi perlakuan. Banyak benih yang perlu dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkkan pada temperatur yang cocok untuk perkecambahannya. Cara yang paling sering dipakai dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab. Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangnya bahan bahan penghambat pertumbuhan atau terjadi pembentukan bahan bahan yang merangsang pertumbuhan. Manfaat dari stratifikasi adalah untuk mengatasi dormansi embryo (Kartasapoetra, 2003). Melinjo (Gnetum gnemon. L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gvmnospermae), dengan tanda-tanda bijinya tidak terbungkus daging tetapi hanya terbungkus kulit luar. Tanaman melinjo dapat hidup sampai mencapai umur di atas 100 tahun dan masih tetap menghasilkan buah (bagi tanaman yang memenuhi syarat bisa berbuah) . Di desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sebuah pohon melinjo

55

berumur lebih dari 100 tahun, yang setiap panen raya melinjo mampu menghasilkan buah melinjo sebanyak 80 kg 100 kg. (Anonim. 2013). Pohon melinjo diperbanyak dengan benih atau cangkokan, juga dapat dilakukan perbanyakan dengan setek atau sambungan. Uncuk sejumlah kecil pohon semai yang tumbuh spontan di bawah-bawah pohon yang berbuah dapat dikumpulkan dan dipelihara di persemaian sampai cukup besar untuk ditanam di lapangan. Untuk memperoleh pohon dalam jumlah besar, buah-buah matang berukuran besar yang telah berjatuhan dari pohonnya, dikumpulkan. Kulit buahnya dibuang dan bijinya dikering-anginkan serta disimpan sampai cerkumpul dalam jumlah yang besar. Benih yang akan ditumbuhkan diprasemaikan (pregerminated) dalam kotak yang diisi dengan beberapa lapis pasir yang letaknya berselang-seling dengan lapisan benih. Setelah 3 bulan disirami setiap hari, perkecambahan celah cukup maju, sehingga benih ini dapac dipindahkan ke persemaian sampai berkecambah dan semai-semai itu dipelihara lebih lanjut, mula-mula di bawah naungan selama 6 bulan atau lebih, kemudian dipindahtanamkan ke lapangan pada awal musim hujan. Penggunaan cangkokan memiliki keuntungan, bahwa kita dapat memilih pohon induk cerbaik, juga tanaman mudanya dapat berbuah dalam 2-3 tahun secelah penanaman, dan hanya pohon betina (yang mampu menghasilkan biji) yang akan diperoleh. Keberhasilan pencangkokan bergantung kepada letak tempat pengirisan (cincturing): bagian atas dari cincin kulit luar yang akan dibuang harus berada di ujung buku yang membengkak. Tumbuhnya perakaran berlangsung 2 bulan atau lebih. Cangkokan itu harus dipelihara selama beberapa waktu setelah dipisahkan dari pohon

56

induknya sebelum ditanam di lapangan. Cangkokan hendaknya dipangkas untuk menjadikan seimbang antara bagian atas dan perakarannya, dan dicumbuhkan dalam pot, serta disimpan di bawah naungan. Melinjo biasa dipelihara sebagai pohon pekarangan atau ditanam di batas-batas lahan, juga dijadikan kebun buahcampuran (seperci halnya dijumpai di sekitar Jakarta), dan bahkan sebagai tanaman monokultur (seperti dijumpai di dekat Batang, Jawa Tengah). Pohon melinjo ditanam dengan jarak 5 m, dan setelah tumbuh dengan baik praktis tidakmemerlukan pemeliharaan, selain penyiangan sewaktu-waktu. (Campbell, 2002).

Gambar 3. Perkecambahan benih melinjo

Bakal biji (ovule) dalam tanaman melinjo ini terdapat 3 lapisan pelindung yaitu : (Anonim, 2013). 1. Perianth merupakan lapisan luar dan berdaging (fleshy). 2. Integumen luar merupakan lapisan bagian tengah. 3. Integumen dalam merupakan lapisan bagian dalam yang memanjang membentuk saluran tangkai putik.

57

Pada praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan bahan benih melinjo dan benih albasia. Pematahan dormansi pada benih melinjo dilakukan dengan cara scarifikasi yaitu mengkikir atau menggosok bagian kulit biji menggunakan ampelas pada bagian bagian tertentu, dalam hal ini adalah bagian samping, atas bawah, dan kontrol (tidak dikikir). Setelah dikikir, benih ditanam dalam polibag yang telah disediakan. Sedangkan pematahan dormansi pada benih albasia dilakukan dengan merendam benih tersebut dengan air steril yang memiliki suhu 0 , 50 , 75 , dan 100 masing masing 100 buah sampai

dingin. Setelah air dingin, benih ditanam dalam polibag yang telah disediakan. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 1 minggu untuk mengetahui pertumbuhannya. Kemudian data yang diperoleh dihitung prosentasenya. Stratifikasi albasia diperoleh hasil dengan perlakuan kontrol adalah sebesar 66.67 % dan presentase perekcambahan stratifikasi albasia dengan air panas sebesar 33.33 %. Sedangkan skarifikasi melinjo tidak ada yang tumbuh atau hasil 0%. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa cara stratifikasi lebih efektif dibandingkan dengan cara scarifikasi. (Effendi, 2009). Biji melinjo pada umumnya mulai berkecambah 6 bulan setelah ditanam (disemai), dan persentasinya sangat rendah yakni 1% - 2%. Makin lama, persentasi yang berkecambah makin naik, biasanya setelah12 bulan hampir semua biji berkecambah, hanya beberapa saja yang baru berkecambah setelah 14 bulan.bila ada biji yang tidak mau berkecambah setelah sekian lama berada di pesemaian, kemungkinan biji itu tidak memiliki embrio, hanya memiliki endosperm (Sadjad, 1993).

58

Perkecambahan biji melinjo selain memakan waktu lama juga tidak serentak (bertahap) sehingga diperoleh bibit yang umur dan pertumbuhannya tidak seragam karena lama di pesemaian, biji dapat terserang mikroorganisme, sehingga bibit yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan (Kamil, 1986). Bahwa perkecambahan biji di mulai 6 bulan setelah disemai, itu tidaklah mutlak, karena perkecambahan embrio dari biji yang telah masak ternyata bervariasi sewaktu lepas dari pohon. Dapat terjadi biji berkecambah selama 3 4 bulan di pesemaian, tetapi hal ini jarang sekali terjadi, dan persentasenya sangat rendah yakni kurang dari 1% (Mugnisjah, 1990). Perkecambahan yang lama dari biji melinjo itu sebabnya terletak pada

Gambar 4. Bagian-bagian tanaman melinjo embrionya ( lembaganya ). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa biji melinjo setelah lepas pohon karena telah masak (berkulit merah), belum memiliki embrio yang sempurna. Embrio baru diwujudkan oleh sekelompok sel yang belum

59

mengalami deferensiasi (pembedaan fungsi). Perkembangan embrio berlangsung di luar pohon. Ini banyak terjadi pada tanaman dari Gymnospermae (berbiji terbuka) yang tidak dilindungi oleh daging buah. Buah melinjo sebenarnya adalah biji, dan yang tampak merah setelah tua itu adalah kulit luarnya. Waktu lama yang diperlukan untuk berkecambah itu sebenarnya adalah waktu yang diperlukan biji untuk menyempurnakan embrionya. Bila perkecambahan embrio dapat dipercepat, maka perkecambahan akan lebih cepat terjadi dan lebih serentak, sehingga dapat diperoleh bibit yang lebih seragam tumbuhnya. Hasil penelitian dilaboratorium menunjukkan sebab lamanya perkembangan embrio sudah dapat dipercepat dengan perlakuan tertentu. Langkah selanjutnya adalah menemukan cara praktis yang sederhana sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat (Sadjad, 1993).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

60

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain : 1. Telah mampu menunjukan kekerasan biji-biji legume yang ada pada dearah tropika dan bagaimana cara scarifikasi dijalankan. 2. Telah mampu mempercepat perkecambahan biji dengan metode skarifikasi benih. 3. Skarifikasi benih merupakan perlakukan pendahuluan terhadap benih, sehingga benih akan cepat berkecambah secara optimal, sedangkan stratifikasi yaitu banyaknya benih yang perlu dikenai temperatur sebelum dapat dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkan pada temperatur yang cocok untuk perkecambahannya.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini antara lain : 1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang. 2. Perhatikan saat asisten sedang menjelaskan prosedur kerja. 3. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti. 4. Hati-hati dalam menggunakan alat. 5. Teliti dalam melakukan perhitungan. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. http://www.agrotima.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 15.25 61

Anonim, 2013. http://feniaceaebiolgy.wordpress.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 15.26 Campbell, Neil A. 2002. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta

Efendi, Irfan. 2009. Anatomi Dan Perkecambahan Biji Dikotil Dan Monokotil. Rajawali. Jakarta. Kamil, J. 1986. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Padang.

Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. CV Bina Aksara. Jakarta. Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Penerbit Andi. Yogyakarta. Mugnisjah, W. Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Pers. Jakarta. Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

62

ACARA IV PERKECAMBAHAN PADA LINGKUNGAN SUB OPTIMAL

Semester: Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama NIM Asisten Rombongan

: Pratama Budi S : A1L111050 : Lafi Naimatul Bayyinah : Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

63

Tanaman dapat hidup dengan baik di lingkungan yang menguntungkan. Suatu tanaman atau komunitas tanaman dapat berperan sebagai pengukur kondisi lingkungan tempat tumbuhnya, disebut indikator biologi atau bioindikator atau fitoindikator. atau dengan istilah lain tanaman yang dapat digunakan sebagai indikator kekhasan habitat tertentu disebut tanaman indikator. Faktor penting yang paling primer tersangkut dalam pertumbuhan tanaman adalah tanah, cahaya matahari, dan udara. Bagi ahli pertanian tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting, yang dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman. Perluasan lahan pertanian ke arah yang subur sulit dilakukan karena banyak lahan lahan yang digunakan untuk perumahan. Oleh karena itu perluasan lahan pertanian terpaksa dialihkan kepada lahan yang bermasalah. Lahan pasang surut adalah alternatif yang paling baik karena masih tersedia lahan yang luas. Kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan adalah adanya tanah salin. Tanah salin merupakan tanah yang mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan garam yang tinggi dibedakan dalam tanah salin, tanah sodik dan tanah salin sodik. Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Benih akan dapat berkecambah bila berada pada lingkungan yang optimum. Lingkungan yang optimum saat ini sangat jarang ditemukan di lapang. Kalaupun ada sangat sedikit jumlahnya. Sedangkan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengharuskan pembuatan tanaman untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat tersebut. Peningkatan jumlah penduduk tersebut mengharuskan lahan

64

yang sedianya untuk pertanian dialihfungsikan menjadi areal perumahan yang mengakibatkan lahan pertanian berada pada keadaan yang tidak begitu cocok untuk perkecambahan benih tanaman. Salah satu lahan yang termasuk dalam lahan bermasalah adalah lahan pasang surut. Permasalahan pada lahan ini adalah adanya kandungan garam NaCl yang cukup tinggi di dalam tanahnya.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh garam pada medium terhadap perkecambahan dan serapan air oleh benih.

II. TINJAUAN PUSTAKA

65

Secara fisiologis, perkecambahan benih adalah dimulainya lagi proses metabolisme yang tertunda serta berlangsungnya transkripsi genom. Secara biokimia, perkecambahan merupakan diferensiasi lanjutan dari lintasan oksidatif dan lintasan sintetik serta perbaikan lintasan biokimia khusus dari pertumbuhan dan perkembangan vegetative. Proses perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yang berpengaruh adalah susunan kimiawi benih yang berhubungan dengan daya hidup benih. Sifat ketahanan ini meliputi masalah kadar air benih, kegiatan enzim dalam benih dan kegiatankegiatan fisik atau biokimiawi dari kulit benih, sedangkan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah air, gas, suhu dan oksigen. (Anonim, 2013). Tanaman dalam kondisi alamiah maupun dibudidayakan dengan pertanian seringkali mengalami stres akibat kondisi lingkungan (environmental stresses). Stres biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan yang berpengaruh terhadap tanaman. Dalam kasus ini stres karena kondisi lingkungan atau abiotic stresses seperti suhu, kelembaban, salinitas, kekeringan, dan banjir. Beberapa contoh di bawah tentang efek stres karena kondisi lingkungan seperti kekeringan dan banjir, salinitas maupun suhu. (Anonim, 2013). Kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan adalah adanya tanah salin. Tanah salin merupakan tanah yang mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan garam yang tinggi dibedakan dalam tanah salin, tanah sodik dan tanah salin-sodik. Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Bila tanah terlalu Salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak maka akan menghambat proses

66

metabolisme dalam benih.

Konsentrasi NaCl yang terlalu pekat maka akan

menyebabkan cairan dalam benih akan keluar sehingga dapat merusak benih sehingga benih tidak dapat berkecambah dengan baik (Harjadi, 1996). Garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi sifatsifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Kekurangan unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman (Justice dan Bass, 1990). Proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl- diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+ mengakibatkan pertukaran gas menjadi buruk. (Nelson, 2001). Benih memiliki dan membawa sifat sifat genetis tanaman induknya dan akan tampil optimal jika mutu benihnya tinggi yang diindikasikan oleh daya tumbuh dan vigor benih yang tinggi di lapangan dalam kondisi lingkungan yang optimal. Vigor benih ditentukan oleh kemampuan benih untuk berkecambah di lapangan karena informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di Laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang sebenarnya jarang ditemui keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang

67

tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. (Sutopo, 1998). Keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih adalah sangat nyata dan perbedaan-perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Disamping itu kecepatan tumbuh benih dapat menjadi pula petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh. (Kuswanto, 1997) Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya

menentukan persentase perkecambahan total dan dibatasi oleh pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan untuk tersebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati. (Mugnisjah, 1990). Lingkungan untuk perkecambahan benih itu adalah kelembaban,

temperature, oksigen dan kadang- kadang bagi benih-benih tertentu diperlukan pula cahaya. Untuk pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh lazimnya digunakan substrata kertas kering merang, filter, bloter, serta tanah, pasir, kapas, sabut kelapa, serbuk gergaji dan sering pula bubukan bata merah. Subtrata tersebut harus dalam kondisi : (Kartasapoetra, 1986) 1. Tidak menyebabkan keracunan pada benih yang tengah diuji

68

2. Tidak mengandung cendawan ataupun spora- spora, nematode maupun mikroorganisme lainnya 3. Berkemampuan memelihara keseimbangan persediaan air atau oksigen yang merupakan kepentingan benih selama berlangsungnya pengujian. Zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih yaitu larutan dengan tekanan osmotik tinggi (mannitol, NaCl), bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme (sianida, azide, fluorida, dinitrofenol), herbisida, coumarin, auksin dan bahan-bahan yang terkandung dalam buah (cairan yang melapisi biji tomat dan mentimun). (Nelson, 2001). Penilaian pengujian harus dilakukan dengan membandingkan hasil perkecambahan dari berbagai substrat, misal pada penelitian pengaruh substrat dengan berbagai tekanan osmose terhadap kekuatan tumbuh benih, mungkin dapat digunakan parameter seperti laju perkecambahan, berat kering / basah dari kecambah atau kotiledon, berat epikotil atau plumula. (Kuswanto, 1997).

III. METODE PRAKTIKUM

69

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah petridish, kertas merang, alat tulis, gunting dan pinset. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih padi, larutan garam NaCl, aquades dan lembar pengamatan.

B. Prosedur kerja

1. Disiapkan larutan garam dengan konsentrasi 0 ppm, 2500 ppm dan 5.000 ppm. 2. Disiapkan petridish dengan diberi alas kertas merang rangkap 3. 3. Dikecambahkan 20 benih padi sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan. 4. Pengamatan: a. Dilakukan penyemprotan secara merata pada benih padi sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan (jangan sampai tergenang). b. Diamati perkecambahan setiap 2 hari selama tujuh hari. c. Dihitung persentase perkecambahan dan dibandingkan untuk setiap perlakuan % Perkecambahan = x 100 %

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

70

A. Hasil Pengamatan

1. Jagung a. 0 ppm =

= = 30 %
b. 2500 ppm =

= =0%
c. 5000 ppm =

= =0%
2. Padi a. 0 ppm =

= = 65 %

b. 2500 ppm

71

= =5%
c. 5000 ppm =

= =0%

B. Pembahasan

Kondisi sub optimal, dimana semakin tinggi kadar garam yang dikandung suatu media tanam, maka daya kecambah atau vigor benih yang ditanam pada media tersebut akan semakin menurun(Kamil, 1984). Penurunan daya kecambah pada konsentrasi yang lebih tinggi karena dengan adanya konsentrasi garam yang lebih tinggi maka akan mengakibatkan air yang keluar dari biji semakin banyak dan garam yang masuk kedalam biji semakin banyak. Garam yang ada dalam biji akan menghambat perkecambahan biji, karena dalam perkecambahan hal yang paling utama dan yang pertama adalah adanya air yang masuk kedalam biji. Dengan semakin besarnya konsentrasi garam pada media perkecambahan berarti semakin besar air yang hilang dari dalam biji. (Anonim, 2013). Konsentrasi garam NaCl yang terlalu pekat akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar sehingga dapat merusak benih. Bahkan, benih tidak dapat berkecambah dengan baik dalam kondisi garam tinggi. Tetapi perkecambahan pada lingkungan sub optimal juga dapat melatih benih untuk tumbuh berkembang

72

dan mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan tertentu sampai menjadi tanaman produktif yang menghasilkan (Agrawal, 1980). Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masingmasing berupa kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama. (Anonim, 2013). Daya tumbuh yang tinggi dan daya simpan yang baik, merupakan dua nilai fisiologi yang menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama, jadi daya tumbuh sangat mempengaruhi kehidupan tanaman nantinya (Qamara, 1990). Beberapa faktor yang mempengaruhi daya perkecambahan, diantaranya adalah : (Kamil, 1986) 1. Air Kebutuhan dasar untuk perkecambahan. Kebutuhan air itu sendiri di sesuaikan dengan jenis tanamannya. Fungsi air itu sendiri antara lain : a. Melunakan biji b. Untuk pertukaran gas atau proses respirasi c. Untuk pelarutan bakteri dalam bentuk senyawa organik d. Transport dari endosperm atau embrio.

2. Suhu

73

Suhu terbagi menjadi suhu maksimum, suhu optimum atau kondisi terbaik dan suhu minimum. 3. Oksigen Kkomposisi yang dibutuhkan O2 (20%), CO2 (0,03%) dan N (80%). 4. Cahaya Cahaya mempengaruhi fitokrom Pr dan Pfr, suatu pigmen penerima cahaya. Tingginya salinitas merupakan kendala utama dalam pemanfaatan hara dari air laut yang dapat berakibat negatif terhadap tanah dan tanaman. Dispersi tanah merupakan masalah utama pada tanah akibat kadar garam yang tinggi. Agregat tanah menjadi pecah, mineral berukuran kecil dan partikel organik menyumbat pori tanah mengakibatkan berkurangnya aliran air di tanah. Secara bertahap kondisi ini merubah porositas tanah dan mengurangi permeabilitas air. Akibat dispersi Na pada liat dan bahan organik mengurangi agregasi tanah, permeabilitas terhadap udara dan air, perkecambahan dan pertumbuhan akar. Dispersi tanah terjadi apabila Na dapat tukar melebihi 10 20% KTK (Anonim, 2013).

Gambar 5. Ikatan garam dengan air.

Efek buruk tingginya konsentrasi Na di tanah terhadap pertumbuhan tanaman dapat dibedakan atas 3 kelompok antara lain : (Justice dan Bass, 1990)

74

1. Terhambatnya serapan air karena rendahnya potensi osmotik. 2. Terganggunya metabolisme disebabkan tingginya konsentrasi Na pada jaringan tanaman 3. Terhambatnya absorpsi kation lainnya. Menurut toleransinya terhadap salinitas, tanaman dibedakan atas halophytic dan glycophytic. Halophytic adalah tanaman yang toleran terhadap tingginya salinitas karena kemampuannya menyerap air dengan mempertahankan potensi osmotik yang tinggi melalui akumulasi ion-ion anorganik, sebaliknya tanaman yang tergolong glycophytic sensitif terhadap salinitas yang tinggi. (Harjadi, 1996). Lingkungan benih yang suboptimum, yang berada di sekitar benih akan mempengaruhi proses-proses dalam benih. Karena benih tersebut walaupun

belum ditanam tetap melakukan proses-proses metabolisme sehingga oksigen yang tersedia, suhu dan kelembaban relatif mempengaruhinya. Lingkungan yang suboptimum yang diberikan kepada benih merupakan cara stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan kemunduran benih. (Nelson, 2001) Biji menyerap air lebih lambat pada tanah kering atau tanah basa tidak hanya mengurangi air yang tersedia, tetapi karena tekanan difusi air pada tanah tersebut menjadi rendah ketika tanah menjadi kering dan salinity naik (konsentrasi air turun). Benih padi yang ditempatkan pada larutan kontrol dan larutan garam NaCl dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 0, 2500, 5000 mg/l air. Diketahui dari hasil pengamatan selama 7 hari daya kecambah dengan menggunakan air biasa (kontrol) lebih besar/cepat dibandingkan dengan daya kecambah perlakuan larutan garam NaCl. Sedangkan pada perlakuan diperoleh, bahwa semakin besar

75

konsentrasi larutan garam (NaCl) maka semakin kecil air yang diserap oleh biji sehingga daya kecambahnya juga kecil, atau sebaliknya. Dengan kata lain kandungan garam yang makin rendah pertumbuhannya. Pertumbuhan tiap benih berbeda-beda tergantung pada perlakuannya, Setiap perlakuan yang dilakukan terbukti dari hasil pertumbuhannya, perlakuan dengan pemberian NaCl sebanyak 5000 ppm dengan 2500 ppm kurang baik terhadap perkecambahan. Untuk hasil pengamatannya persentase jagung sebesar 30 % untuk kontrol, 0 % untuk perlakuan 2500 ppm NaCl, dan 0 % untuk perlakuan 5000 ppm NaCl. Sedangkan padi 65% untuk kontrol, 5 % untuk perlakuan 2500 ppm NaCl, dan 0 % untuk perlakuan 5000 ppm NaCl.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

76

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain : 1. Telah mampu dan memahami pengaruh garam pada medium terhadap perkecambahan dan serapan air oleh benih. 2. Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih adalah sangat nyata dan perbedaan-perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Akibatnya, benih pada kondisi tertentu tidak dapat tumbuh sempurna apabila lingkungan tidak menunjang pertumbuhannya. 3. Semakin besar konsentrasi larutan garam (NaCl) maka semakin kecil air yang diserap oleh biji sehingga daya kecambahnya juga kecil, atau sebaliknya. Dengan kata lain kandungan garam yang makin rendah pertumbuhannya akan makin cepat. 4. Pertumbuhan tiap benih berbeda-beda tergantung pada perlakuannya, Setiap perlakuan yang dilakukan terbukti dari hasil pertumbuhannya, perlakuan dengan pemberian NaCl sebanyak 5000 ppm dengan 2500 ppm kurang baik terhadap perkecambahan.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini antara lain : 77

1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang. 2. Perhatikan saat asisten seang menjelaskan prosedur kerja. 3. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti. 4. Hati-hati dalam menggunakan alat dan bahan. 5. Teliti dalam melakukan perhitungan dan pengukuran. 6. Asisten dapat lebih mengawasi pekerjaan praktikan agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

78

Agrawal, R. L. 1980. Seed Technology. Oxford& IBH Publishing Co. New Delhi. Anonim. 2013. http://perbenihan.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 22.37 WIB Anonim. 2013. http://www.tanindo.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 22.39 WIB Harjadi, Sri S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. Justice, O. L. dan Bass, L. N. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta Kamil, J. 1986. Teknologi Benih I. Angkasa Raya Padang. Padang. Kartasapoetra, A.G. 1986. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta. Kuswanto, H. 1997. Analissi Benih. Andi. Yogyakarta. Mugnisjah, W. Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Pers. Jakarta. Nelson, Stu.2001. Seed Stratification. University of Saskatchewan. England Qamara, M. 1990. Pengantar Produksi Benih. CV. Rajawali. Jakarta. Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

79

ACARA V PENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN

Semester: Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama NIM Asisten Rombongan

: Pratama Budi S : A1L111050 : Lafi Naimatul Bayyinah : Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013 I. PENDAHULUAN

80

A. Latar Belakang

Benih merupakan fase awal bagi suatu tanaman dalam siklus hidupnya. Perkembangan morfologi dan fisiologi perkecambahan sangat menentukan proses pertumbuhan tanaman pada fase-fase berikutnya. Proses perkecambahan merupakan proses berkembangnya embrio untuk tumbuh menjadi suatu bibit dengan seluruh bagiannya yang lengkap sampai dapat menjalankan proses hidupnya sendiri. Perkecambahan tidak hanya dipakai khusus untuk biji (seed) tetapi juga dipakai untuk bagian tumbuhan lainnya. Benih dikatakan berkecambah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula dari embrio. Umumnya bagian embryo axis yang pertama kali menonjol keluar dari biji adalah radicle, kemudian baru diikuti oleh plumule. Radikula akan tumbuh memanjang dan kemudian dari radikula ini akan keluar bulu-bulu akar. Plumula akan tumbuh dan membesar menuju arah atangnya sinar matahari. Plumula dan radikula yang tumbuh akan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung. Pengujian daya kecambah benih sangat diperlukan untuk mengetahui kualitas dari suatu benih. Hasil dari pengujian daya kecambah benih akan memberikan informasi bagi pemakai benih akan kemampuan benih untuk tumbuh normal menjadi tanaman yang dapat berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Pengujian di laboratorium, daya kecambah benih diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya tumbuh atau daya 81

kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berapa prosentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan. Parameter yang dapat digunakan dalam pengujian daya kecambah adalah persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung maupun secara tidak langsung dengan hanya melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih. Definisi dari persentase perkecambahan dari suatu benih adalah persentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji daya tumbuh berbagai benih tanaman, mengidentifikasi kecambah / bibit normal dan abnormal.

II. TINJAUAN PUSTAKA

82

Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh, tergantung pada viabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Viabilitas benih menunjuk pada persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir dari kecambah-kecambah yang baru berkecambah. Perkecambahan merupakan pengaktifan kembali aktivitas

pertumbuhan embrionic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Benih dapat berkecambah pada berbagai media tumbuh dengan syarat kondisi lingkungannya menguntungkan seperti air yang cukup, oksigen yang cukup dan suhu yang cocok. Media perkecambahan untuk uji daya Pengujian daya

kecambah yaitu tanah, pasir, kertas substrat atau petridish.

kecambah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam usaha budidaya pertanian seperti menduga storabilitas benih, menghitung kebutuhan benih, kualitas benih dan sebagainya. (Aminah, 2006). Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih. Selain itu, perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami penuaan. Benih tiap-tiap spesies tanaman mempunyai daya tumbuh yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada yang memiliki daya tumbuh besar dan ada pula yang kecil. Tetapi secara ideal, semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beranekaragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. (Sadjad, 1993).

83

Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Parameter yang digunakan dapat berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung. Atau secara tidak langsung dengan hanya melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih. Persentase perkecambahan adalah persentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. (Sutopo.1998) Penggunaan uji daya kecambah di laboratorium agar hasil persentase perkecambahan yang didapat mempunyai korelasi positif dengan kenyataan nantinya di lapangan maka perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini : (Kamil, 1986) 1. Kondisi lingkungan di laboratorium harus menguntungkan perkecambahan benih dan standarisasi. 2. Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada saat kecambah mencapai suatu fase perkembangan, dimana dapat dibedakan antara kecambah normal dan kecambah abnormal. 3. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus sedemikian sehingga dapat dinilai mempunyai kemampuan tumbuh menjadi tanaman normal dan kuat pada keadaan yang menguntungkan di lapangan. 4. Lama pengujian harus dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

84

Pengujian daya tumbuh benih dapat dilakukan dalam beberapa metode. Metode yang digunakan tergantung pada jenis dan karakter tumbuh benih. Metode yang biasa dilakukan antara lain : (Anonim, 2013) 1. Uji pada Kertas Pada metode pengujian ini benih diletakkan di atas kertas substrat yang telah dibasahi. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya. 2. Uji antar Kertas Pada metode pengujian ini benih diletakkan di antara kertas substrat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya. 3. Uji Pasir Dalam pengujian viabilitas bisa dipakai pasir sebagai media

perkecambahannya. Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah besarnya butiran pasir dan kadar air media, karena pasir memiliki WHC yang rendah. 4. Uji Kertas Digulung Didirikan Pada metode pengujian ini benih diletakkan diantara kertas substrat yang digulung dan didirikan. Dapat digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.

5. Uji Kertas Digulung diberi plastik didirikan

85

Tujuannya untuk memperkuat kertas substrat agar tidak tembus oleh akar yang dapat mengakibatkan kertas substrat menjadi rusak sehingga pengamatan dapat jadi sulit untuk dilakukan. 6. Uji Tetrazolium Test Metode ini dapat dilakukan dengan cepat. Dalam metode ini benih tidak dikecambahkan tetapi hanya direndam dengan larutan tetra zolium selama satu jam dan kemudian dinilai embrionya. Prinsip dari metode ini adalah terjadi pengecatan bagian embrio, sebagai hasil oksidasi larutan tetrazolium. sehingga bagian embrio yang hidup akan berwarna merah sedangkan yang mati atau cacat akan berwarna putih. Pengaruh kerusakan benih terhadap viabilitasnya dapat bersifat langsung, dengan menimbulkan kerusakan pada struktur kecambah atau tidak langsung dengan memberikan kemudahan bagi infeksi cendawan terutama selama penyimpanan yang akan memperpendek daya simpan benih atau memperlemah kecambah yang tumbuh dari benih tersebut. Kelompok benih yang terdiri dari benih-benih dengan persentase embrio baik yang tinggi biasanya akan berkecambah dengan baik di bawah kisaran kondisi lingkungan yang luas. Sebaliknya kelompok benih dengan prosentase embrio cukup atau sangat rusak yang tinggi tetapi masih hidup akan memiliki kecenderungan perkecambahan yang tidak menentu bahkan kerusakan yang agak gawat dapat merangsang infeksi cendawan, kecambah abnormal dan hilangnya viabilitas (Qamara dan Asep, 1990)

III. METODEP PRAKTIKUM 86

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah polybag, alat tulis dan kertas label. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung, benih kedelai, pasir dan air.

B. Prosedur Kerja

1. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Diambil sampel benih dan dikecambahkan dengan masing-masing jenis benih sebanyak 2 x 20 biji dengan media tanah pasir. Masing-masing 20 benih kedelai dan jagung ditanam dipermukaan tanah pasir (0 cm dari permukaan), sedangkan sisanya ditanam 2 cm dibawah permukaan tanah. 3. Dibuang benih-benih yang berpenyakit dari perkecambahan agar tidak menular pada benih yang lain. 4. Daya tumbuh benih dan bibit dihitung setiap 2 hari sekali selama 1 minggu berdasarkan bibit normal. 5. Bibit normal dan yang tidak normal diamati/diidentifikasi.

6. Bibit

yang tumbuh/berkecambah

dihitung

jumlahnya

dan

prosentase

perkecambahannya.

87

7. Dicabut tanaman hari ke-7 dan digambar tanaman yang paling baik pertumbuhannya. Dideskripsikan vigor, bebas hama penyakit, warna, akar dan jumlah daun.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

88

A. Hasil Pengamatan

1. Jagung a. 0 cm = = X 100 % X 100 %

= 50 % b. 2 cm = = X 100 % X 100 %

= 100 % 2. Kedelai a. 0 cm = = X 100 % X 100 %

= 70 % b. 2 cm = = X 100 % X 100 %

= 70 %

B. Pembahasan

89

Pengujian daya tumbuh atau daya berkecambah benih adalah pengujian terhadap sejumlah benih dengan variabel pengamatannya adalah persentase jumlah benih yang dapat berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan. Tujuan pengujian untuk mengetahui tingkatan kemampuan suatu benih untuk berkecambah dan tumbuh secara normal. Tujuan penting lainnya antara lain : (Hartman, K.T and D.E. Kester, 1968) 1. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan nilai penanaman benih. 2. Membandingkan antar seed lot. 3. Menghitung kebutuhan benih dalam usaha tani. 4. Menilai kualitas benih. 5. Mengetahui tingkat atau laju deteriorasi. 6. Menduga storability benih. 7. Menentukan nilai ambang yang sesuai dengan seed law. 8. Menentukan lama batas kadaluwarsa (expired date). Benih yang berkecambah dibedakan menjadi benih normal dan benih abnormal. Kondisi kecambah diklasifikasikan sebagai berikut : (Kuswanto, 1997) 1. Benih normal a. Kecambah yang memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi tanaman yang normal jika ditanam dengan lingkungan yang mendukung, memiliki hipokotil dan epikotil yang berkembang baik, tanpa kerusakan terutama pada jaringan pendukung dan plumula (contac tissue) dan bagian dicotiledonae plumula normal.

90

b. Untuk Graminae, perkembangan daun pertama baik dan dapat muncul dari coleoptyle. c. Kecambah yang memiliki satu kotiledon bagi monokotil dan dua kotiledon bagi dikotil. d. Kecambah dengan sedikit kerusakan, tetapi tampak kuat dan menunjukkan keseimbangan pertumbuhan dari bagian-bagian kecambah: pada Zea, Malvaceae, Cucurbitaceae, Leguminosae terdapat kerusakan pada primary root, tetapi telah tumbuh akar-akar cabang lateral yang banyak dan panjangyang diperkirakan dapat menopang pertumbuhan kecambah selanjutnya; kecambah dengan kerusakan supeficial, busuk pada bagianbagian kecambah tetapi kerusakannya terbatas dan tidak pada jaringan penghubung; dan kecambah dari dikotiledon yang memiliki satu kotiledon yang sehat dan kuat. Kecambah dari tanaman parenial, jika panjang hipokotil dan primary root empat kali panjang benih dengan bagian lain tampak normal dan kecambah yang membusuk sebagai akibat serangan cendawan atau bakteri, tetapi semua bagian kecambah yaitu plumula, radikula, dan kotiledon ada dan diyakini bahwa sumber penyakit tidak berasal dari benih. (Agrawal, 1980). 2. Benih abnormal a. Kecambah yang rusak tanpa kotiledon, kecambah yang mengalami penyempitan, kecambah yang terbelah, kecambah yang bagian-bagiannya terputus atau patah, dan kecambah tanpa primary root.

91

b. Kecambah yang berubah bentuk (deformed): kecambah yang lemah dan pertumbuhan bagian-bagiannya tidak seimbang, kecambah yang

pertumbuhannya spiral, kecambah yang plumula dan radikulanya tidak berkembang, kecambah yang pucuk atau taruknya membusuk, koleoptil tidak berfaun, kecambah yang sukulen atau transparan, dan kecambah yang tidak berkembang lebih lanjut. c. Kecambah yang membusuk: kecambah yang bagian-bagiannya membusuk sehingga tidak dapat berkembang lebih lanjut/menghambat

pertumbuhannya, kecuali dapat dipastikan bahwa sumber penyakit bukan berasal dari benih (seed borne disease). 3. Benih mati (dead seed), yaitu benih yang sampai batas akhir pengamatan tidak berkecambah, karena dorman atau sebab lain, meskipun benih tersebut berimbibisi dan berdasarkan hasjil pengujian tetrazolium benih tersebut hidup. Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada

perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Tipe

perkecambahan ada dua macam, antara lain : (Anonim, 2013) 1. Hipogeal Hipogeal merupakan tipe perkecambahan dimana terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah namun kotiledon tetap di dalam tanah. Proses hipogeal biasa terjadi pada kacang kapri, padi, dan jagung.

92

Gambar 6. Tipe Perkecambahan Hipogeal. 2. Epigeal Epigeal merupakan tipe perkecambahan dimana hipokotil tumbuh memanjang yang mengakibatkan kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Proses epigeal ini terjadi pada kacang hijau, buncis, kedelai, dan jarak (Anonim, 2009).

Gambar 7. Tipe Perkecambahan Epigeal.

Vigor (daya tumbuh) merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa benih yang berkecamabah, kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal, pada berbagai lingkungan yang memadai, selain itu juga harus diperhatikan semua atribut perkecambahan secara morfologi dan fisiologis yang mempengaruhi kecepatan, keseragaman pertumbuhan benih pada berbagai lingkungan, ini merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau kesehatannya. Secara 93

umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing yaitu kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman mormal meskipun keadaan biofisik lapangan sub optimal atau suatu periode simpan yang lama (Sutopo, 1998). Vigor yang tinggi dicirikan sebagai berikut : (Ashari, 1995) 1. Tahan disimpan lama 2. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit 3. Cepat dan merata tumbuhnya 4. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Benih yang memiliki vigor rendah menurut akan berakibat terjadinya kejadian sebagai berikut : 1. Kemundruan benih 2. Makin sempitnya keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh 3. Kecepatan berkecambah menurun 4. Kepekaan akan serangan hama 5. Meningkatnya jumlah kecambah abnormal 6. Rendahnya produksi tanaman

94

Berdasarkan pada kenampakkan morfologi, suatu benih berkecambah ditandai dengan terlihatnya calon akar (radikula), calon daun (plumula) yang menonjol keluar dari kulit benih. Pada praktikum kali ini benih yang digunakan adalah benih jagung dan benih kedelai. Pada benih jagung, pada jarak 0 cm didapat presentasenya sebesar 50 % dan pada jarak 2 cm sebesar 100 %. Pada benih kedelai, pada jarak 0 cm didapat presentasenya sebesar 70 % dan pada jarak 2 cm sebesar 70 %.

95

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain : 1. Telah mampu menguji daya tumbuh berbagai benih tanaman, mengidentifikasi kecambah/bibit normal dan abnormal. Benih yang digunakan adalah benih jagung dan benih kedelai. 2. Benih/kecambah normal merupakan benih yang memperlihatkan potensi untuk berkecambah/perkembangan selanjutnya menjadi tanaman normal dalam lingkungan yang sesuai. 3. Benih/kecambah abnormal merupakan benih yang tidak memperlihatkan potensi untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun dalam kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. 4. Pada benih jagung, pada jarak 0 cm didapat presentasenya sebesar 50 % dan pada jarak 2 cm sebesar 100 %. Pada benih kedelai, pada jarak 0 cm didapat presentasenya sebesar 70 % dan pada jarak 2 cm sebesar 70 %.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini antara lain : 1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang. 2. Perhatikan saat asisten seang menjelaskan prosedur kerja. 96

3. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti. 4. Hati-hati dalam menggunakan alat dan bahan. 5. Teliti dalam melakukan perhitungan dan pengukuran. 6. Praktikan lebih memperhatikan kondisi lingkungan ditempat tumbuh kecambah, agar kecambah dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan yang praktikan harapkan.

97

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, R. L. 1980. Seed Technology. Oxford& IBH Publishing Co. New Delhi. Aminah, S. 2006. Mengecambahkan Benih. Pertanian. Cianjur. Anonim. 2013. http://www.saonone.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 17.12 WIB Anonim. 2013. http://www.silvikultur.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 17.14 WIB Anonim. 2013. http://www.teknologibenih.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 17.15 WIB Ashari, Sumaru.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hartman, K.T and D.E. Kester. 1968. Plant Propagation. Principles and Practices. Edisi ke-2. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. 122-133. Jakarta. Kamil, J. 1986. Teknologi Benih I. Angkasa Raya Padang. Padang. Kuswanto, H. 1997. Analissi Benih. Andi. Yogyakarta. Qamara, M dan Asep, S. 1990. Pengantar Produksi Benih. CV. Rajawali, Jakarta. Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

98

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA VI INDEKS VIGOR PERKECAMBAHAN

Semester: Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama NIM Asisten Rombongan

: Pratama Budi S : A1L111050 : Lafi Naimatul Bayyinah : Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013 99

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan suboptimum yang tidak menguntungkan dilapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Benih berkualitas merupakan komponen teknologi yang sangat strategis peranannya dalam menentukan keberhasilan usaha tani. Ketersediaan benih saja tidak cukup jika tidak diikuti dengan kualitas benih yang tinggi. Oleh karena itu, penggunaan benih unggul diperlukan. Ini dikarenakan suatu langkah awal dari usaha tani yang berhasil adalah penggunaan benih unggul. Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Daya tumbuh yang tinggi dan daya simpan yang baik, merupakan dua nilai fisiologi yang menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau sesudah benih melampaui

100

suatu periode simpan yang lama, jadi daya tumbuh sangat mempengaruhi kehidupan tanaman nantinya. Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tertentu viabilitas, masingmasing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub

optimum/sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membiaskan dengan konsep indeks matematis vigor benih.

101

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu sendiri adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di embrio. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung. Metode perkecambahan yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak menyebabkan terjadinya perubahan terhadap struktur perkecambahan selama periode pengujian, mudah dilakukan siapa saja dan tidak membutuhkan peralatan khusus, tidak harus melakukan pengawasan secara terus menerus. Untuk menguji viabilitas

dibutuhkan media perkecambahan yang fungsi utamanya adalah menyediakan air selama waktu pengujian. (Kuswanto,1997). Kata vigor yang diterapkan pada benih merupakan istilah yang luas artinya. Tidak ada satu pun dari definisi vigor benih yang telah diakui secara umum. Baik The Association Official Seed Analist maupun The International Seed Testing Association belum mengikutsertakan metode pengujian vigor benih menjadi salah satu prosedur pengujian benihnya.Metode pengujian vigor yang dikenal terbaik dan banyak dipergunakan oleh berbagai instansi adalah metode uji dingin (cold test) yang dikembangkan untuk pengujian benih jagung, dan tentunya juga dapat digunakan untuk beberapa spesies tanaman lainnya. Salah satu masalah yang sampai saat ini masih menjadi kendala saat melakukan pengujian tersebut adalah

102

adanya kesulitan untuk menstandarisasi cendawan dan tanahnya yang digunakan untuk membuat pengujian tersebut. (Justice dan Bass, 1990). Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedangkan vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar (pada Red Brick Test yang digunakan untuk ketahanan terhadap kekeringan), dari plumule/koleoptilnya (pada Deep Soil Test terhadap kedalaman tanam) ketahanan terhadap serangan penyakit (corn Cold Test terhadap serangan Pythium sp.), warna kotiledon dalam efeknya terhadap tetrazolium test (Sutopo, 1998). Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain oleh : (Kamil, 1886) 1. Tahan disimpan lama. 2. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit. 3. Cepat dan merata tumbuhnya. 4. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang suboptimal. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : 1. Genetis Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya.

103

2. Fisiologi Kondisi fisiologi dari benih yang dapat menyebabkan rendahnya vigor adalah immaturity atau kekurang-masakan benih pada saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan. 3. Morfologis Dalam suatu kultivar biasanya terjadi peristiwa bahwa benih-benih yang lebih kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh dibandingkan dengan benih yang besar. 4. Sitologi Kemunduran benih yang disebabkan oleh aberasi chromosome. 5. Mekanis Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih baik pada saat panen, prosesing ataupun penyimpanan, sering pula mengakibatkan rendahnya vigor pada benih. 6. Mikroba Mikroorganisme seperti cendawan atau bakteri yang terbawa oleh benih akan lebih berbahaya bagi benih pada kondisi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat ataupun pada kondisi lapangan yang memungkinkan berkembangnya patogen tersebut. Pengembangan dan pengadaan benih bermutu tinggi ini adalah cara yang termudah diantara sekian banyak teknik-terknik untuk peningkatan hasil tanaman. Benih bermutu tinggi akan memberikan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih bermutu rendah. (Agrawal, 1980).

104

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah petridish, kertas filter dan pinset. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih padi.

B. Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Dikecambahkan benih benih tersebut diatas petridish sebanyak 20 butir, dan diulangi sebanyak 2 kali, dengan media kertas filter. 3. Dilakukan pengamatan setiap hari selama 1 minggu. 4. Dihitung benih yang berkecambah. Sebagai kriteria adalah setelah keluar akar sepanjang 5 mm. 5. Dihitung indeks vigor dan koofisien vigor dengan rumus yang ada.

105

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Benih A Indeks vigor = =

= 1.14
Kooefisien vigor = 100 x [
0 0 0 0 0 0 0 16 ] ... 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 16 ,14

= 100 x 0.07 = 7.14 2. Benih B Indeks vigor = =

= 0.07
Kooefisien vigor = 100 x [
0 0 0 0 0 0 0 1 ] ... 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 1,14

= 100 x 0.071 = 7.14

106

B. Pembahasan

Indeks vigor penting untuk diketahui karena dengan cara ini, potensi biji untuk berkecambah dapat dilihat, sehingga dapat dipilih biji mana yang berkualitas. Gaya berkecambah menunjukkan kualitas seluruh biji yang dikecambahkan, sedangkan indeks vigor menunjukkan waktu yang paling utama dalam keserempakan perkecambahan biji. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih dibagi menjadi 2 yaitu : (Wirawan, 2002) 1. Faktor Dalam a. Tingkat Kemasakan Benih. Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah, hal ini diduga disebabkan benih tersebut belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio yang belum sempurna. Benih yang berasal dari buah yang masih muda atau belum masak benar, menghasilkan persentase perkecambahan yang lebih rendah dibandingkan benih yang berasal dari buah masak. b. Ukuran Benih. Jaringan penyimpanan benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral yang dibutuhkan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih yang kecil. 107

c. Dormansi. Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable (hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. d. Penghambat Perkecambahan. Zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih yaitu larutan dengan tekanan osmotik tinggi (mannitol, NaCl), bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme (sianida, azide, fluorida, dinitrofenol), herbisida, coumarin, auksin dan bahan-bahan yang terkandung dalam buah (cairan yang melapisi biji tomat dan mentimun). 2. Faktor Luar a. Air. Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benih. b. Temperatur. Tempertur merupakan salah satu syarat yang penting bagi

berlangsungnya proses perkecambahan benih. Temperatur optimum adalah temperature yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya

perkecambahan benih. c. Oksigen. Terbatasnya Oksigen yang dapat dipakai (tersedia) akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih.

108

d. Cahaya. Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk perkecambahannya berbedabeda tergantung pada jenis tanaman. e. Medium. Medium yang baik untuk perkecambahan benih haruslah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan. Vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Anonim, 2013). Vigor benih dalam hitungan viabilitas absolute merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi yang suboptimum. Tolok ukur kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang

109

yang suboptimum. Kecepatan tumbuh benih diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari. Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal (Aminah, 2006). Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masingmasing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama. (Qamara, 1990). L.O. Copeland dalam Principles Of Seed Scientes and Technology telah mengemukakan rumus tentang kecepatan berkecambahnya benih (koefisiensi perkecambahan dan indeks vigor) sebagai berikut : (Justice dan Bass, 1990) C.G =

100 A1 A2 .......... An A1T 1 A2T 2 ....... AnTn


= jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu = waktu yang bersesuaian dengan A = jumlah hari pada penilaian/perhitungan akhir = koefisiensi perkecambahan

Dimana : A T n C.G

Kecepatan berkecambah digunakan sebagai penilain vigor benih dirumuskan sebagai berikut : I.V. = Dimana :

G1 G 2 G3 Gn ...... D1 D 2 D3 Dn

IV = indeks vigor G = jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu

110

D = waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebut n = jumlah hari pada perhitungan akhir

Terdapat dua jenis uji vigor, yaitu uji langsung dan uji tidak langsung. Prinsip dari uji langsung adalah mencoba untuk membawa kondisi lapangan yang kurang mendukung perkecambahan ke laboratorium. Keuntungan dari uji langsung ini adalah dapat mengevaluasi secara serempak semua faktor yang mempengaruhi vigor benih. Kelemahan dari uji langsung ini adalah pada uji ini sangat sulit untuk menentukan patokan penilaian vigor benihnya karena adanya inkonsistensi hasil dari pengujian. Jenis uji vigor yang kedua adalah uji tidak langsung. Ukuran dari percobaan ini adalah sifat fisiologis dari benih. Keuntungan dari percobaan ini adalah bahwa variabel pengamatan pengamatan mudah dikendalikan, sehingga hasil pengujiannya lebih seragam. Uji ini memerlukan waktu yang lebih singkat, cara pengujian yang lebih mudah, serta membutuhkan peralatan yang lebih sedikit daripada uji vigor secara langsung. Hasil dari uji ini juga dapat diterapkan pada daerah geografis yang luas. mudharat pokok mereka tidak serempak menilai semua faktor itu kekuatan terutama injurie dan analisis abnormalitie. keuntungan ini, akan tetapi, secara parsial sah sebagai paling analisis abnormalitie ketahuan di percobaan hal bertunas standar. (Anonim, 2013). Pada praktikum ini, benih yang digunakan adalah benih padi. Benih padi yang pertama indeks vigornya sebesar 1.14 dan koefisien vigornya sebesar 7.14, sedangkan benih padi yang kedua indeks vigornya sebesar 0.07 dan koefisien vigornya sebesar 7.14

111

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain : 1. Telah mampu membiaskan benih dengan konsep indeks matematis vigor benih dimana benih yang digunakan adalah benih padi. 2. Uji vigor benih adalah uji untuk menentukan aktivitas dan penampilan benih yang telah berkecambah, pada berbagai kondisi lingkungan. 3. Hasil pengamatan terhadap benih A IV = 1,14 dan CV 7,14 sedangkan benih B IV sebesar 0,07 dan CV = 7,14. Jadi benih A lebih besar indeks vigornya dibandingkan dengan benih B.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini antara lain : 1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang. 2. Perhatikan saat asisten seang menjelaskan prosedur kerja. 3. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti. 4. Hati-hati dalam menggunakan alat dan bahan. 5. Teliti dalam melakukan perhitungan dan pengukuran. 6. Benih yang digunakan dalam praktikum bervariasi agar mengetahui indeks vigor perkecambahan pada benih lain. 112

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, R. L. 1980. Seed Technology. Oxford& IBH Publishing Co. New Delhi.

Aminah, S. 2006. Mengecambahkan Benih. Pertanian. Cianjur.

Anonim. 2013. http://www.anakagronomy.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 21.17 WIB Anonim. 2013. http://perbenihan.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 21.18 WIB Justice, O. L. dan Bass, L. N. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta Kamil, J. 1986. Teknologi Benih I. Angkasa Raya Padang. Padang. Kuswanto, H. 1997. Analissi Benih. Andi. Yogyakarta. Qamara, M. 1990. Pengantar Produksi Benih. CV. Rajawali. Jakarta. Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Wirawan, B. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta.

113

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA VII PENGUJIAN PENGARUH FAKTOR CAHAYA TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH

Semester: Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama NIM Asisten Rombongan

: Pratama Budi S : A1L111050 : Lafi Naimatul Bayyinah : Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013 114

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya

fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman. Cahaya merupakan faktor utama sebagai sumber energi dalam fotosintesis, untuk memproduksi tepung (karbohidrat). Kekurangan cahaya akan mengganggu proses pertumbuhan. Kekurangan cahaya pada saat perkecambahan akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan lebih cepat tetapi lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat tidak hijau. Berbeda dengan perkecambahan yang berlangsung di tempat terang akan tumbuh lebih lambat, tetapi daunnya tampak lebih lebar, tebal, hijau tampak segar dan batang kecambah yang tampak lebih kukuh. Pada saat berkecambah, tanaman mendapatkan makanannya dari cadangan makanan yang tersimpan di dalam kotiledon. Sehingga walaupun tidak mendapat cahaya matahari, tanaman tersebut dapat tumbuh. Cahaya matahari juga menguraikan hormon auksin yang akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan. 115

B. Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari atau mengetahui bagaimana pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih.

116

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman. Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran. Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya. (Anonim, 2013). Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman C4, C3, dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari. Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek. (Chory, 1997). Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis benih. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat (tidak hijau). (Anonim, 2013).

117

Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel sel tumbuhan sebaliknya, benih yang tumbuh ditempat terang menyebabkan benih-benih tumbuh lebih lambat dengan kondisi relatif pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh. Hal ini dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan dari benih itu sendiri. (Fitter dan Hay, 1991). Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh benih. Hanya cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada benih dalam kegiatan fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili mikron (Jumin, 2008:9). Benih juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu, intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran (Gardner dan Mitchell, 1991). Kebanyakan daun telah menjadi jenuh cahaya dan hanya 20% dari cahaya matahari penuh yang dapat diserap. Dari jumlah ini hanya 20% yang disimpan dalam molekul gula yang dihasilkan. Sejumlah cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis, agar dapat seimbang dengan menggunakan ikatan karbon yang digunakan untuk respirasi. Dalam hal ini prosentase dari cahaya penuh, titik

118

kopensasi untuk permudaan tanaman biasanya berada antara 2 dan 30%. Cahaya dapat menembus daun dengan 4 cara : (Kamil, 1982) 1. Irradiasi langsung yang tidak terhalang yang diberikan oleh noda-noda matahari. Noda matahari ini mempunyai sifat berirradiasi langsung kecuali bila terjadi pengaruh bayangan. Cahaya matahari langsung nampak menjadi berkurang nilainya pada sebagian besar di bawah kanopi. 2. Radiasi difusi yang tak terhalang merupakan cahaya langit difusi yang mengiringi noda matahari. 3. Refleksi daun-daun tidak hanya meneruskan cahaya, tetapi sama dengan permukaan biologis lainnya, memantulkan sebagian tertentu. Jumlah yang dipantulkan akan tergantung pada beberapa parameter cahaya yang dipantulkan. Juga diubah spektrumnya dengan cara yang sama seperti cahaya yang diteruskan. 4. Transmisi derajat penaungan lebih tergantung jumlah cahaya yang diabsorbsi dan yang dipantulkan oleh daun.

119

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah karton hitam, gunting, spidol, cutter, lem dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih kedelai, lembar pengamatan, polybag, kertas label dan tanah pasir.

B. Prosedur Kerja

1. Ditanam benih kedelai dalam polybag dengan dua kali ulangan. 2. Diberika perlakuan dengan diberi cahaya dan ditempatkan di ruangan gelap. 3. Diamati perkecambahan 2 hari sekali selama 7 hari. 4. Setelah 7 hari, tanaman dicabut dan diamati panjang akar dan panjang kecambahan. 5. Kemudian dibandingkan antar perlakuan.

120

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Disungkup

= = 43.75 % 2. Tanpa Sungkup =

= = 82.03 % 3. Panjang Akar Tabel 1. Panjang Akar Tanpa Disungkup. Panjang Akar 10 7.5 5 6.5 4 4.9 3.1 3.7 3.5 4 Panjang Batang 27 26.1 23.5 25.5 20.5 25 18.5 23 19 23

121

Tabel 2. Panjang Akar Dengan Sungkup Panjang Akar 3.5 4.3 5.5 9 4.5 3.5 5.6 3.5 7.2 4.8 Panjang Batang 25.5 18.5 30 33 15 16 29 25 32 29

B. Pembahasan

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi panjang gelombang, durasi (lama penyinaran), intensitas, dan arah datangnya sinar cahaya. Secara fisiologis, cahaya mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung bagi tubuh tanaman. Pengaruhnya pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis. Sedangkan pengaruh tidak langsungnya melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang merupakan respon metabolik dan lebih kompleks. (Fitter dan Hay, 1991). Panjang gelombang (kualitas cahaya) mempengaruhi proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisme. Umumnya pertumbuhan optimal terjadi bila seluruh kisaran spektrum cahaya tampak. Kualitas cahaya tidak hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan, tetapi juga morfologi (bentuk) tanaman. (Chory, 1997) Tinggi tanaman dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan tanaman pendek. Hal ini disebabkan auksin yang

122

mempengaruhi pemanjangan sel bekerja lebih aktif dalam kondisi gelap. Tinggi tanaman merupakan usaha tanaman memperoleh cahaya. Intensitas cahaya yang diturunkan dari 75% menjadi 55%, menyebabkan penurunan bobot kering tajuk. Menurunnya intensitas cahaya dapat berpengaruh pada bobot kering tanaman. Besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan bobot kering. (Harjadi, 1979). Peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100% menyebabkan bobot kering tajuk menurun, dengan meningkatnya intensitas cahaya maka akan meningkatkan suhu lingkungan tanaman yang mengakibatkan respirasi tanaman meningkat. Sehingga hasil fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam jaringan tanaman sedikit dan menyebabkan bobot kering tajuk pada tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 75% lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas cahaya 100%. (Sutopo, 2002). Hasil tanaman yang baik diperoleh melalui perlakuan yang tepat pada tanaman. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang baik diperlukan adanya usaha usaha perbaikan budidaya tanaman krisan antara lain dengan mengatur intensitas cahaya yang tepat bagi tanaman krisan karena intensitas cahaya berhubungan erat dengan aktifitas fotosintesis tanaman. (Ashari, 1995). Pemberian sungkup karton menyebabkan pertumbuhan benih kedelai yang lebih baik dibandingkan perlakuan tanpa sungkup. Pengaruh pemberian sungkup terlihat pada peningkatan tinggi tanaman, luas daun, indeks luas daun, dan rasio

123

tajuk akar satu minggu setelah tanam. Meski demikian pemberian sungkup menyebabkan penurunan laju asimilasi bersih, berat segar akar, dan berat kering akar. (Agrawal, 1980). Pada praktikum kali ini, benih yang digunakan adalah benih kedelai. Benih kedelai yang ditanam dengan sungkup presentasenya adalah sebesar 43.74 %, sedangkan beniih kedelai yang ditanam tanpa penggunaan sungkup presentasenya adalah sebesar 82.03 %

124

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain : 1. Telah mampu mempelajari atau mengetahui bagaimana pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih. 2. Cahaya matahari dapat memperlambat petumbuhan kecambah. Hali ini dikarenakan hormon auksinnya terurai. 3. Benih kedelai dengan sungkup presentasenya sebesar 43.75, sedangkan benih kedeai tanpa sungkup prsentasenya sebesar 82.03 %

B. Saran

Saran untuk praktikum ini antara lain : 1. Alat dan bahan yang digunakan sudah disiapkan dengan rapi dan benar. Jangan sampai ada yang kurang. 2. Perhatikan saat asisten seang menjelaskan prosedur kerja. 3. Tanyakan jika tidak ada yang mengerti. 4. Hati-hati dalam menggunakan alat dan bahan. 5. Teliti dalam melakukan perhitungan dan pengukuran. 6. Asisten dapat lebih mengawasi pekerjaan praktikan agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan benar.

125

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, R. L. 1980. Seed Technology. Oxford& IBH Publishing Co. New Delhi. Anonim. 2013. http://bachtiarinformasi.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 23.44 WIB Anonim. 2013. http://www.ddeforeztwo.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 23.45 WIB Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. Chory, J. 1997. Light Modulation of Vegetative Development. The Plant Cell 9 : 1225-1234. Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants. Terjemahan Susilo H. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. Kamil, Jurnalis. 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. CV. Rajawali. Jakarta.

126

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA VIII KUNJUNGAN LAPANG

Semester: Ganjil 2012/2013

Oleh :

Nama NIM Asisten Rombongan

: Pratama Budi S : A1L111050 : Lafi Naimatul Bayyinah : Agroteknologi Paralel (P3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013 127

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara cara untuk dapat memperbaiki sifat sifat genetik dan fisik dari benih, yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengelohan, penyimpanan, pengujian serta sertifikasi benih guna menghasilkan suatu benih unggul yang baik. Benih unggul selalu menjadi idaman utama bagi para petani.walaupun harga belinya lebih mahal dari benih tanpa sertifikat, petani selalu akan puas dan mempunyai harapan-harapan besar dalam keberhasilan usaha taninya. Kultur teknik yang telah mereka kuasai dipadukan dengan banih unggul dalam pemakaiannya. Memang banyak memberikan harapan bagi para petani dalam pelaksanaan usaha tani, sehingga kegairahan kerjanya menjadi semakin meningkat pula. Benih unggul bagi para produsen terutama para petani dan pedagang benih banyak memberikan harapan bagi mereka untuk memperoleh keuntungan dalam usahanya akan banyaknya permintaan akan benih tersebut. Adanya ketersedian benih unggul yang bersertifikat lebih memuaskan para pengguna benih tersebut. Sehingga sering terjadi kompetisi benih unggul (yang bersertifikat) yang dilakukan oleh para pedagang yang tujuannya mengejar keuntungan besar tanpa memperhatikan tanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat.

128

Benih unggul yang ada dapat diperoleh dari produsen benih yang menghasilkan benih tersebut. Tetapi, benih unggul tersebut sebelumnya disertifikasi terlebih dahulu guna standarisasi mutu dan perlindungan pelanggan agar benih yang dikeluarkan oleh produsen benih tersebut memiliki perlindungan kepuasan pelanggan yang membelinya. Pengelolaan benih perlu dilakukan dengan cara memproduksinya, salah satu pemroduksi benih terbaik di Asia Tenggara ialah PT. Syang Hyang Seri. Syang Hyang Seri merupakan salah satu produsen benih nasional yang tersebar di ASIA. Oleh karena itu diharapkan kunjungan lapang ini memberikan ilmu serta informasi bagi mahasiswa tentang produksi benih. Didalam rangkaian acara praktikum teknologi dan produksi benih ini dilaksanakan praktikum lapang ke Shang Hyang Seri Sukamandi yang lokasina berada di propinsi jawa barat. Beberapa kegiatan riset dan penelitian mahasiswa ataupun dosen banyak menggunakan benih yang diproduksi oleh SHS, terutama benih padi.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi benih di PT. Sang Hyang Seri.

129

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Produksi tanaman per satuan luas lahan (crop yield) harus memiliki produktivitas tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan benih unggul yang digunakan dimana memiliki sifat berproduksi tinggi (high yielding variety). Produksi benih ini dimaksudkan untuk dipakai langsung oleh manusia dan binatang terutama untuk makanan, dimana dalam distribusinya akan mengalami rantai rantai, pengolahan dan pemasaran. Oleh sebab itu benih yang dihasilkan harus bermutu tinggi dan memenuhi syarat syarat perdagangan lainnya seperti bentuk, warna, besar ukuran harus seragam dan rasa harus menurut yang ditentukan sesuai dengan keinginan konsumen. (Nelson, 2001). Pada tingkat pertanian yang sudah maju dimana pertanian memproduksi bahan makanan sudah berubah dari bentuk subsistem farming menjadi commercial farming, maka pengadaan benih sebar tidak lagi dilakukan oleh pemerintah, tetapi seluruhnya dilaksanakan oleh petani perorangan atau penangkar benih (seed growers) atau bahan swasta yang bergerak dalam bidang bahan makanan, seperti perkebunan padi dan palawija. (Justice dan Bass, 1990). Sertifikasi benih adalah suatu sistem atau mekanisme pengujian benih berskala untuk mengarahkan, mengedalikan, dan mengorganisasi perbanyakan dan produksi benih. Sertifikasi benih merupakan sistem bersanksi resmi untuk perbanyakan dan produksi benih yang terkontrol. Tujuan dari sertifikasi benih adalah untuk memelihara dan menyediakan benih dan bahan pangan dengan identitas genetik yang terjamin. Dengan kata lain, tujuan dari sertifikasi benih

130

adalah untuk memberikan jaminan bagi pembeli benih (petani atau penangkar benih) tentang beberapa aspek mutu yang penting, yang tidak dapat ditentukan dengan segera dengan hanya memeriksa benihnya saja. Kegiatan sertifikasi meliputi : (Kamil, 1986). 1. Pengujian lapangan 2. Pengujian di laboratorium 3. Pemeriksaan alat alat pengolah benih, cara dan tempat penyimpanan benih. Pengujian benih di laboratorium bertujuan untuk mendapat keterangan tentang mutu suatu benih yang dipergunakan untuk keperluan penanaman. Dalam rangka sertifikasi benih, pengujian tersebut diperlukan guna pengisian label. Tujuan dari pengujian kemurnian adalah mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan jenis / kultivar / varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identifikasi yang telah ditetapkan. (Mugnisjah, 1990) Sebelumnya, dalam sertifikasi benih terdapat beberapa hal yang

menyebabkan kegagalan suatu benih karena mengalami

kerusakan dan tidak

dapat disertifikasi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya oleh patogen yang terbawa oleh benih tersebut, antara lain : (Kamil, 1986) 1. Menurunnya persentase perkecambahan benih yang disebabkan oleh benih buruk atau damping off pada kecambah akibat serangan dari patogen. 2. Turunnya kualitas dari benih yang diakibatkan oleh kerusakan bentuk fisik dan warna benih.

131

3. Terdapat patogen-patogen tertentu yang tidak saja menurunkan kualitas benih, tetapi juga dapat menyebabkan benih yang terinfeksi tersebut menjadi beracun karena patogen tersebut dapat membentuk suatu zat racun dalam benih tersebut. Dalam rangka sertifikasi benih, terdapat beberapa lembaga sertifikasi benih yang ada di Indonesia, disebut Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Saat ini terdapat 13 buah BPSB yang pada dasarnya merupakan lembaga pelayanan sertifikasi benih (Mugnisyah, 1990). Balai benih tersebut memiliki fungsi sebagai sumber banih yang agak lebih baik mutunya dan secara terus menerus dapat memenuhi kebutuhan para petani dalam penggunaan benih. (Qamara, 1990).

132

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kamera, kendaraan, alat tulis dan lembar pengamatan. Bahan-bahan yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

B. Prosedur kerja

1. Ditentukan tempat/lokasi kunjungan lapang berdasarkan tujuan dari praktikum. 2. Tempat / lokasi survey dikunjungi. 3. Data pengamatan yang didapat dari responden dan berdasarkan pengamatan langsung di lokasi survey diamati dan dicatat. 4. Data yang diperoleh dianalisis.

133

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

(Terlampir)

B. Pembahasan

PT. Sang Hyang Seri (Persero) berdiri pada tahun 1940 dengan status PERUM (Perusahaan Umum) di Sukamandi, Subang, Jawa Barat melalui Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1971, dengan core bisnis benih tanaman pangan yang pada tahap awal menitik beratkan pada komoditi benih padi dan beberapa benih palawija penting. Perusahaan ini berbentuk perkebunan besar milik swasta asing (Inggris) dengan nama Pamanukan & Tjiasem Lands (P & T Lands). Pendirian PT. Sang Hyang Seri (Persero) bersamaan dengan dibentuknya institusi pembenihan nasional, yaitu Badan Benih Nasional (BNN), Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Sukamandi sekarang bernama BALITPA, Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih sekarang BPSB. Kemudian secara berturutturut PT. Sang Hyang Seri (Persero) mengembangkan wilayah pelayanannya yakni pada tahun 1973 Mendirikan Distrik Benih di Klaten, Jawa Tengah kemudian tahun 1977 mendirikan Distrik Benih di Malang, Jawa Timur dengan 7 Unit Produksi Benih (UPB), selanjutnya pada tahun 1982 mendirikan cabang di luar Jawa, yaitu di Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat. 134

Pada tahun 1995 bentuk perusahaan berubah dari Perum menjadi Persero melalui Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1995 dengan memperluas core business menjadi benih pertanian dan usaha lain yang langsung menunjang usaha pembenihan yang dapat meningkatkan pendapatan dan kinerja perusahaan. Dengan demikian PT. Sang Hyang Seri (Persero) merupakan perintis dan pelopor usaha pembenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai core business benih pertanian. Pada tahun 1985 kemudian dasar pendirian perusahaan disempurnakan kembali melalui Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1985. Pada thaun 1985 melalui Peratura Pemerintah No. 18 tahun 1995 berubah menjadi PERSERO, dengan memperluas core business menjadi benih pertanian dan usaha lain yang langsung menunjang usaha pembenihan yang dapat menibgkatkan pendapatan dan kinerja perusahaan. Dengan demikian, PT. SANG HYANG SERI (Persero) merupakan perintis dan pelopor usaha pembenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai core business pembenihan pertanian. Pada awalnya kegiatannya di Jawa Timur, PERUM SANG HYANG SERI hanya bergerak dalam bidang pemasaran. Hal ini sesuai dengan SK Direksi tanggal 1 Januari 1977. Kegiatan pemasaran ini baru dimulai pada bulan Mei 1977 dengan membuka Kantor Pemasaran Provinsi (KPP) Jawa Timur di Jl. Joyoboyo No. 22 Surabaya. Benih yang dipasarkan merupakan produksi PERUM SANG HYANG SERI Sukamandi dan Distrik Benih Klaten. Berdasarkan SK Direksi No. 178/Dir/XII/1977 tanggal 1 Desember 1977 dibentuklah Distrik Benih Jawa Timur yang beralamat di Jl. Lebaksari No. 2

135

Malang. Kegiatan pengolahan benih milik PERUM SANG HYANG SERI Jawa Timur dilakukan di delapan Unit .Pengolahan Distrik Benih (UPDB) dengan persetujuan Direksi, mulai tanggal 1 Februari 1981 kantor Distrik Benih Jawa Timur pindah ke Jl. Ijen No. 79 Malang. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 72/SK/Dir/IX/1983 tanggal 1 September 1983 tentang penerapan. Surat Keputusan Mentri Pertanian No. OT/210/531/Kpts/1983 tanggal 25 Juli 1983 mengenai Penyempurnaan Struktur Organisasi PERUM SANG HYANG SERI, dibentuk Organisasi PERUM SANG HYANG SERI cabang Jawa Timur pindah ke Jl. Raya Langsep No. 1 Malang. Pemindahan ini sesuai dengan persetujuan Direksi dalam surat No.

35/Dir/SHS/1/1985 tanggal 1 Januari 1985, kemudian pada awal tahun 1988 Kantor Cabang Jawa Timur dan Bali menempati kantor bari di Jl. Ciliwung No. 25 Malang. Menindaklanjuti surat persetujuan tersebut pada tanggal 13 Maret 2000 DIreksi PT. SANG HYANG SERI (Persero) mengeluarkan SK No.

35/SHS.01/Kpts/III/2000 membentuk Wilayah Kerja Regional Manager (Kantor Wilayah) dilingkungan PT. SANG HYANG SERI (Persero) menjadi 5 wilayah kerja. Untuk wilayah II (RM II), dimana wilayah kerja RM II meliputi seluruh wilayah cabang Jawa Timur dan sebagian wilayah cabang Jawa Tengah yang berkantor cabang di Jl. Sidokabul No. 3 Umbulharjo Yogyakarta. Sehingga wilayah RM II meliputi UPPB Kulon Progo, UPPB Klaten, UPPB Pati, UPPB Nganjuk, UPPB Pasuruan, UPPB Jember ditambah Satgas NTB/Bali, Satgas NTT, Satgas Kalimantan Selatan dan Satgas Pujon.

136

Sebagai tindak lanjut dari SK 35/SHS.01/Kpts/III/2000, Direksi dengan SK No. 58/SHS.01/Kpts/IV/2000 membentuk struktur organisasi Unit Produksi dan Pemasaran Benih (UPPB), namun sebelumnya kita pernah menggunakan istilah Unit Kerja Kerjasama (UKKS) dan Unit Pengolahan Benih (UPB) dan setelah itu hingga saat ini untuk masing- masing unit kerja yang berada di Regional Manager menggunakan istilah Unit Bisnis Daerah (UBD). Namun makna dari masingmasing istilah itu sebenarnya sama saja yaitu sebagai sentral kegiatan dan pemasaran benih PT. SANG HYANG SERI (Persero) di masing-masing wilayah. Pada tahun 2000 diadakan perubahan struktur organisasi PT. SANG HYANG SERI (Persero) dengan didasarkan pada Keputusan Menteri BUMN No. KEP275/MBU/2007 tanggal 20 November 2007 yang kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Direksi PT. SANG HYANG SERI (Persero) No. 30/SHS.01/Kpts/III/2008 sehingga terjadi beberapa perubahan antara lain wilayah kerja Regional Manager (Kantor Wilayah) berubah menjadi Kantor Regional. Untuk Kantor Regional II yang berkedudukan di Malang berubah menjadi Kantor Regional III yang meliputi wilayah pelayanan di Provinsi Jawa Timur, Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi NTT. Kantor Regional III membawahi dan membina kantor cabang dan satgas antara lain Cabang Pasuruan, Cabang Nganjuk, Cabang Jember, Cabang Pujon, Satgas Bali dan NTB dan Satgas NTT. Awalnya PT. SANG HYANG SERI (Persero) berpusat di Sukamandi, Subang Jawa Barat yang kini menjadi Kantor Regional I Sukamandi. Karena dengan seiring perkembangan zaman, kini PT. SANG HYANG SERI (Persero)

137

Kantor Regional I Sukamandi memiliki HGU sawah Irigasi teknis seluas 3150,65 ha. Struktur organisasi PT. SANG HYANG SERI Regional 1 antara lain : 1. GENERAL MANAGER PIMPINAN HARIAN : Sumanto, SP.MSc. 2. SEKRETARIS 3. MANAGER PEMASARAN 4. MANAGER KEUANGAN & SDM 5. MANAGER LITBANG 6. MANAGER PEMASARAN 7. MANAGER PRODUKSI : M. Isa Satriana, SP.MP : Cicih : R. Sabana : Yayat Supriyatna, Drs : Sumanto, SP : Karpi

Visi dari PT. SANG HYANG SERI adalah menjadi perusahaan agroindustri benih nasional kelas dunia. Misi dari PT. SANG HYANG SERI adalah menghasilkan produk agroindustri bermutu melalui pemanfaatan sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk memberikan manfaat optimal bagi stakeholder. Motto dari PT. SANG HYANG SERI adalah mutu dan pelayanan terbaik. Budaya perusahaan dari PT. SANG HYANG SERI adalah

mengembangkan manajemen partisipatif yang dirumuskan dalam manajemen industri benih PT. Sang Hyang Seri (Persero). Strategi utama dari PT. SANG HYANG SERI adalah tetap mempertahankan bisnis inti (benih tanaman pangan) dengan skala usaha yang menguntungkan perusahaan. Mengembangkan usaha melalui kerjasama dengan mitra strategis (investor) dan petani plasma dengan prinsip sinergi, selain menguntungkan dan saling memperkuat. Strategi operasi

138

dari PT. SANG HYANG SERI adalah industri benih sebagai lokomotif usaha agribisnis. Bidang usaha dari PT. SANG HYANG SERI antara lain : 1. Perbenihan. a. Benih Padi Non Hibrida dan Hibrida 1) Volume usaha Benih Padi Non Hibrida berkisar 100.000 ton per tahun dengan jumlah 50 varietas. 2) Volume usaha Benih Padi Hibrida berkisar 20.000 ton per tahun dengan jumlah 5 varietas. 3) Juga melakukan pemurnian dan penjualan benih varietas unggulan. b. Benih Jagung Komposit dan Jagung Hibrida 1) Volume usaha Benih Jagung Komposit berkisar 5.000 ton per tahun dengan jumlah 5 varietas. 2) Volume usaha Benih Jagung Hibrida berkisar 10.000 ton per tahun dengan jumlah 5 varietas. c. Benih Kacang-kacangan 1) Volume usaha Benih Kedelai berkisar 15.000 ton per tahun dengan jumlah 5 varietas. 2) Benih Kacang Hijau dan Kacang Tanah dengan volume yang kecil. d. Benih Hortikultura Volume usaha berkisar 250 ton per tahun, meliputi benih/bibit sayuran impor (110 varietas) dan local (25 varietas), buah-buahan impor (12 varietas) dan lokal (15 varietas), tanaman hias/bunga (44 varietas) .

139

e. Benih Perkebunan & Kehutanan 1) Benih tembakau Virginia, 4 varietas local dan impor Bibit Kayu Jati, yang semuanya berasal dari kultur jaringan hasil seleksi dalam negeri. 2) Benih Lada. 3) Bibit Tebu dan lain-lain. f. Benih Perikanan 1) Benih Ikan Mas. 2. Sarana Produksi Pertanian Sarana produksi pertanian adalah jenis usaha yang dibangun dengan pola kerjasama antara PT Sang Hyang Seri dengan mitra strategis sebagai investor sekaligus pasar (off farm) dengan petani plasma sebagai pelaksana lapang (on farm). Mitra yang terlibat sampai saat ini sebanyak 30 badan, dengan produk dan kegiatan yang ditangani antara lain : a. Pupuk Anorganik (NPK, KCI, TCP). b. Pupuk Organik Elang Biru cair dan organik. c. Growfast SHS 40 SP. d. PPA (Embung Air). e. Insektisida (a.l Panzer 290 SL, Meteor 25 EC, Applaud 440 SC, Neulumbo, Fungisida Throne 250 EC dan BLB Klinstop SHS 200 EC, - Rodentisida Ratgone 0,05 BB Phyton, Clinstop). f. Herbisida (Gledek SHS 480 AS, Aladin 864 AS, Win 10 WP). g. Alat panen.

140

3. Hasil Pertanian Produk dan kegiatan yang sedang ditangani saat ini adalah Beras (Phitaloka)/Gabah Konsumsi, pengembangan pakan ternak, kedelai dan jagung konsumsi. 4. Penelitian dan Pengembangan Aktivitas penelitian dan pengembangan diarahakan kepada penelitian terapan yang menunjang usaha pokok dan pengembangan bisnis baru yang menguntungkan. Aktivitas yang dilaksanakan antara lain : a. Perbaikan/pemurnian varietas lokal spesifik. b. Perbaikan sifat varietas unggul yang telah dirilis. c. Melakukan uji adaptasi untuk mendapatkan varietas baru (padi hibrida, jagung hibrida). d. Membuat varietas padi komposit (campur sari). e. Penelitian teknologi agronomis terapan guna peningkatan nilai ekonomis lahan, misalnya peningkatan Indeks Pertanaman Percobaan Turiang, Pelaksanaan Tanpa-Olah-Tanah (TOT), Tebar Benih Langsung (Tabela) serta tanaman palawija. f. Pengembangan usaha dengan memanfaatkan merk dan jaringan perusahaan. g. Pengembangan Pusat Pelatihan Agribisnis. 1. Pusat Benih Sumber Merupakan suatu unit usaha yang bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran benih sumber kelas Benih Dasar (BD) dan kelas Benih Pokok (BP)

141

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun institusi lain yang memerlukan. 2. Breeding Center. Breeding Center adalah pusat riset untuk penciptaan varietas unggul (variety creation) dan pengembangan produk (product development) untuk mendapatkan benih/bibit unggul dan produk pertanian lainnya termasuk perkebunan, peternakan dan perikanan yang benilai bagi perusahaan dan stakeholders. Fasilitas usaha yang ada di PT. SANG HYANG SERI antara lain : 1. Lahan HGU Sukamandi, Sawah irigasi teknis 3.150 Ha berlokasi di Sukamandi, Subang, Jawa Barat. 2. Cabang tersebar di 6 Kantor Regional, dengan jaringan wilayah kerja di 79 kabupaten, membina sebanyak 783 kelompok tani dan 51.230 petani penangkar dengan total areal produksi 35.000 ha. Fasilitas pengeringan dan pengolahan benih ( 73.000 ton/tahun). 3. Memiliki Breeding Center serta laboratorium benih yang terakreditasi. 4. Akreditasi Sistem Manajemen Mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) sejak tahun 2000 untuk semua kelas benih (FS<SS<ES Level) dan variety maintenance. 5. Sampai dengan ES (seed stream) dan variety maintenance. 6. Jaringan distribusi dengan 322 penyalur dan 3.655 kios. 7. SDM, produksi, pasar dan keuangan.

142

8. Memiliki sistem pengadaan bahan baku yang berbasis komunitas melalui pola swakelola, kerjasama pengelolaan dan kerjasama baik pada lahan sendiri maupun pada lahan petani. Proses pengolahan benih PT. SANG HYANG SERI antara lain : (Anonim, 2013) 1. Penerimaan GKP Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat penerimaan GKP yaitu permeriksaan dokumen, penimbangan Gabah Kering Panen (GKP) dan pengambilan sampel oleh petugas bagian Pembinaan Mutu Benih (PMB). Pemeriksaan dokumen yang dilakukan berupa Surat Pengantar Hasil Panen (SPHP) disertai surat sortasi dari tim panen, diantaranya adalah nomor induk lapangan, musim tanam, nama petani penggarap, blok sertifikasil, luas tanam, luas panen, tanggal panen, varietas, kelas benih, tonase dan lain-lain. Hal yang selanjutnya dilakukan adalah penimbangan hasil panen. Penimbangan dilakukan seorang petugas pengolahan benih menggunakan timbangan manual berkapasitas 500 kg s/d 1.050 kg yang sebelumnya telah dikalibrasi oleh badan metreologi. Apabila hasil panen banyak dan dilakukan pengangkutan menggunakan truk, maka digunakan timbangan automatis, tetapi timbangan ini jarang digunakan. Ketika dilakukan penimbangan, petugas PMB melakukan pengembalian sampel GKP untuk kebutuhan pengujian pendahuluan. Adapun jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak 1 Kg per SPHP. Sampel tersebut kemudian dibawa ke labolatorium untuk dianalisis lebih lanjut.

143

2. Proses Pengeringan Setelah penimbangan, gabah dicurahkan melalui intake feed. Intake feed ini merupakan bak pencurahan gabah sebagai awal proses pengeringan yang mempunyai plat yang bergetar sebagai pengaman bagian atas. Sebelum dicurahkan GKP, seluruh mesin pabrik sudah harus aktif sehingga tidak menghambat proses selanjutnya. Setelah itu, gabah diangkut elevator yang merupakan alat pengangkut gabah dari satu alat ke alat lainnya. Elevator dengan posisi berdiri tegak lurus (vertikal) dilengkapi dengan belt elevator yaitu mangkok yang terpasang ke belt dengan diikta oleh mut baut. Sebelum dikeringkan gabah dimasukkan kedalam mesin pre cleaner. Alat ini merupakan alat untuk memisahkan antara padi dengan kotoran debu, batang padi, daun padi, beserta gulma atau tanaman non padi. Kotoran debu dihisap melalui pipa oleh siclone dengan menggunakan kipas penghisap, sedangkan sisanya berupa kotoran batang padi, daun padi dan sekam akan turun ke tempat pembuangan sampah. Setelah itu gabah dimasukkan ke dalam timbangan otomatis untuk ditimbang lebih lanjut dengan pengaturan 200 kg persekali timbangan secara berkesinambungan. Setelah ditimbang, gabah diangkut oleh elevator untuk dimasukkan ke dalam dryer. Dryer merupakan suatu ruangan sebagai tempat pengeringan untuk menurunkan kadar air. Gabah akan turun ke dalam dryer dikarenakan adanya gravitasi, lalu gabah akan dihembus oleh udara panas yang dihasilkan oleh burner dan blower sehingga terjadi penurunan kadar air. Suhu maksimum pada pengeringan benih adalah 420C, namun kenaikan suhu diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan benih tersebut drop. Gabah

144

yang telah dikeringkan akan dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan sementara yang disebut hopper. Apabila gabah didalam hopper belum mencapai kadar air yang diinginkan yaitu 12% maka akan di bawa kembali ke dryer. 3. Penyimpanan Setelah proses pengeringan selesai, gabah tersebut dibawa menggunakan conveyor menuju tempat penyimpanan yaitu silo. Di Pabrik IRSPP memiliki 8 silo yang dapat digunakan untuk penyimpanan gabah sebelum adanya pesanan dari pihak pemasaran. Silo tersebut memiliki kipas pengatur sirkulasi udara sehingga calon benih yang berada di dalamnya dapat disimpan dengan baik. 4. Pembersihan Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pembersihan gabah dengan menggunakan air screen cleaner. Gabah dapat diangkut melalui silo ataupun langsung dari penyimpanan sementara setelah pengeringan menggunakan conveyor menuju alat pembersihan. Benih bersih yang dihasilkan akan melalui tahapan selanjutnya sedangkan kotoran baik berupa gabah hampa, batu, dan lain-lain akan terbbuang ke tempat sampah. 5. Penyimpanan dalam lot Setelah benih tersebut bersih, maka benih akan dibawa ke dalam lot-lot benih yang telah disediakan dengan kapasitas 20 ton. Penyimpanan sementara ini berguana untuk pengambilan sampel yang akan dibawa ke Labolatorium untuk dilakukan analisis kelayakan benih. Benih yang telah lulus akan melalui tahapan selanjutnya sedangkan benih yang tidak lulus akan dianalisis lebih

145

lanjut dan apabila memang tidak memungkinkan untuk diperbaiki maka gabah tersebut dialih fungsikan menjadi gabah konsumsi. 6. Pengujian benih Pengujian benih dilakukan untuk memberikan label kepada benih sehingga benih tersebut mempunyai sertifikat. Beberapa hal yang dilakukan dalam pengujian benih ini yaitu : Pengujian kadar air, kadar kotoran benih, dan daya tumbuh benih. Setelah pengujian selesai, maka benih tersebut telah lulus bersertifikat. 7. Pengemasan Tahapan terakhir dalam proses ini adalan pengemasan. Penemasan yang dilakukan menggunakan mesin otomatis yang langsung menjadi benih kantong. Isi perkantongnya adalah 5 Kg. Sistem sertifikasi benih, PT Sang Hyang Seri Sukamandi telah mendapat izin untuk melakukan sertifikasi sendiri atauproses sertifikasi benih dapat dilakukan sendiri oleh PT Sang Hyang Seri. Sertifikasi benih yang dilakukan bertujuan untuk menjamin kemurnian genetik dengan cara menilai kemurnian pertanaman di lapangan maupun kemurnian benih hasil pengujian benih labortories. Selama periode penanaman dilakukan 4 kali pemeriksaan lapangan antara lain : (Anonim, 2013) 1. Pemeriksaan pertama, dilakukan sebelum pertanaman untuk mengetahui isolasi, pengolahan tanah dan sistem pengairannya harus baik. 2. Pemeriksaan kedua, dilakukan pada waktu tanaman berumur 1 bulan untuk mengetahui apakah isolasinya sudah memenuhi syarat, apakah varietas yang

146

ditanam sesuai, ada tidaknya campuran varietas lain dan juga tumbuhan pengganggu, tanaman yang keluar jalur, serta pengamatan terhadap tinggi tanaman. 3. Pemeriksaan ketiga, dilakukan pada fase berbunga (80 persen menjelang pembukaan bunga penuh). Pengamatan dilakukan seperti pada pengamatan kedua, hanya dilakukan perhitungan terperinci terhadap campuran varietas lain dan rerumputan yang berbunga bersamaan dengan tanaman pokok dan juga terhadap serangan hama dan penyakit. 4. Pemeriksaan yang keempat, dilakukan menjelang panen. merupakan pengamatan yang terakhir. Pengamatan ini

Apabila ternyata pertanaman di

lapangan tidak lulus dalam pemeriksaan lapangan terakhir maka pengujian di laboratorium tidak dapat dilaksanakan. Analisis SWOT adalah suatu alat pengamatan yang digunakan sebagai dasar analisa untuk pembuatan kebijakan atau keputusan suatu bisnis maupun organisasi. Analisa SWOT ini berfungsi untuk menentukan visi dan misi perusahaan, program kerja, penentuan tenaga kerja, dan sebagai alat untuk evaluasi perkembangan proses pelaksanaan kerja. Sebelum suatu perusahaan menentukan suatu kebijakan, maka perlu diketahui hal-hal yang dapat mendukung terlaksananya kebijakan tersebut. Hal-hal tersebut meliputi Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat, atau disingkat dengan SWOT.

147

1. Strength (Kekuatan) a. PT SANG HYANG SERI memiliki sawah irigasi teknis 3.150 Ha. b. Cabang tersebar di 6 Kantor Regional, dengan jaringan wilayah kerja di 79 kabupaten, membina sebanyak 783 kelompok tani dan 51.230 petani penangkar dengan total areal produksi 35.000 ha. Fasilitas pengeringan dan pengolahan benih ( 73.000 ton/tahun). c. Akreditasi Sistem Manajemen Mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) sejak tahun 2000 untuk semua kelas benih (FS<SS<ES Level) dan variety maintenance. d. Sampai dengan ES (seed stream) dan variety maintenance. e. Jaringan distribusi dengan 322 penyalur dan 3.655 kios. f. Memiliki bidang usaha benih padi non hibrida, hibrida, benih jagung komposit, jagung hibrida, benih kacang-kacangan, benih hortikultura dan benih perkebunan dan kehutanan yang luas. g. Memilik SDM yang banyak. 2. Weakness (Kelemahan) a. SDM yang kurang mengerti tentang tata cara melakukan pengolahan dan penyimpanan benih. b. Banyak serangan OPT karena mempunyai lahan yang luas. c. Memerlukan biaya yang mahal dalam perwatan. d. Kadang sulit mengatasi kebutuhan benih apabila terjadi gagal panen. e. Saluran distribusi terlalu panjang.

148

3. Oppurtunity (Peluang) a. Pengadaan Barang dan Jasa b. Kerja sama dengan perusahan-perusahan lainnya. c. Selalu memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Sang Hyang seri ke seluruh wilayah Indonesia. d. Menggunakan seluruh media untuk melakukan promosi. e. Memiliki penelitian yang aktif dan usaha pengembangan yang mencari bahan-bahan pengemasan serta cara-cara yang baru untuk menarik konsumen. 4. Threats a. Mempunyai keunggulan dalam hal teknologi sehingga dapat menunjang keadaan produksi. b. Memiliki banyak pesaing. c. Kurang percayanya masyarakat terhadap kualitas yang diproduksi oleh PT. Sang Hyang Seri d. SDM yang meminta menaikkan gaji. e. Sulit menentukan harga di pasaran apabila sering terjadi gagal panen.

149

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain : 1. Telah mengetahui proses produksi benih PT. Sang Hyang Seri. 2. PT. Sang Hyang Seri merupakan salah satu produsen benih nasional. 3. PT. Sang Hyang Seri memiliki 6 regional dimana regional 1 berpusat di Sukamandi, Jawa Barat. 4. PT. Sang Hyang Seri memiliki sawah irigasi teknis 3150 ha.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini antara lain : 1. Benar-benar diperlihatkan proses pengolhan benih, penyimpanan benih dan sertifikasi benih agar bisa memahami lebih jelas. 2. Waktu kunjungan di perpanjangan agar tidak terburu-buru. 3. Saat memasuki gedung pengolahan dan penyimpanan benih, sebaikknya per kelas agar bisa fokus saat mendengarkan penjelasan dari pemateri 4. Asisten dapat lebih mengawasi pekerjaan praktikan agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan benar.

150

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, R. L. 1980. Seed Technology. Oxford& IBH Publishing Co. New Delhi. Anonim. 2013. http://www.dhie91boy.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 22.37 WIB Anonim. 2013. http://www.shs-regional1.com diakses pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 22.39 WIB Justice, O. L. dan Bass, L. N. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kamil, J. 1986. Teknologi Benih I. Angkasa Raya Padang. Padang. Mugnisjah, W. Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Pers. Jakarta. Nelson, Stu.2001. Seed Stratification. University of Saskatchewan. England Qamara, M. 1990. Pengantar Produksi Benih. CV. Rajawali. Jakarta.

151

LAMPIRAN

152

DAFTAR GAMBAR

ACARA 1

Gambar 8. Tanaman kedelai

ACARA II

Gambar 9. Melinjo

Gambar 10. Albasia Kontrol

153

Gambar 11. Albasia dengan air panas

ACARA IV

Gambar 12. Benih Jagung

Gambar 13. Benih Padi

154

ACARA V

Gambar 14. Tanaman Jagung

ACARA VI

Gambar 15. Benih Padi

155

ACARA VII

Gambar 16. Tanaman Kedelai Tanpa Sungkup

Gambar 17. Tanaman Kedelai dengan Sungkup

156

ACARA VIII

Gambar 18. Panel Kontol Penyediaan Benih

Gambar 19. Gedung Pertemuan

157

Gambar 20. Panel Kontrol Pengolahan Benih

Gambar 21. Alat Penimbang Benih

158

Gambar 22. Tombol Pengerinan dan Penyimpanan Benih

Gambar 23. Gedung Pengolahan dan Penyimpanan Benih

Gambar 24. Alat Mengolah Benih

159

Gambar 25. Alat untuk Memasukkan Benih dalam Kemasan

Gambar 26 . Benih yang Telah Dikemas

160

161

You might also like