You are on page 1of 10

Gangguan Sexual II

Posted on December 5, 2008. Filed under: Uncategorized | Perilaku seksual beraneka macam, ditentukan : interaksi kompleks dari berbagai faktor bagaimana hubungan dengan orang lain lingkungan kehidupan dan budaya Seksualitas seseorang ditentukan faktor kepribadian pembentukan biologik pemahaman mengenai diri pengalaman sehubungan dengan seks Pada PPDGJ -III, disfungsi seksual masuk dalam sindrom perilaku yg berhubungan dengan ggn fisiologis & faktor fisik. Sedangkan ggn identitas jenis kelamin dan ggn preferensi seksual masuk dlm ggn kepribadian & perilaku masa dewasa, dan ggn maturitas seksual masuk dlm ggn psikologis dan perilaku berhubungan dgn perkembangan dan orientasi seksual Seksualitas abnormal : perilaku seksual bersifat destruktif terhadap diri atau orang lain tidak dapat ditujukan terhadap pasangan meniadakan stimulasi terhadap organ seks primer tidak sesuai, menimbulkan rasa bersalah dan anxietas perilaku seksual yang kompulsif Klasifikasi Gangguan Seksual (DSM-IV) 1. disfungsi seksual 2. parafilia 3. gangguan identitas jenis kelamin 4. gangguan seksual tidak khas

Pada ICD X & PPDGJ III, ggn seksual tersebar dalam : 1. sindrom perilaku berhubungan dgn ggn fisiologik & faktor fisik-disfungsi seksual 2. ggn preferensi seksual-parafilia 3.ggn psikologis dan perilaku berhubungan dgn perkembangan & orientasi seksual ggn maturitas seksual I. DISFUNGSI SEKSUAL 1. Gangguan nafsu seksual (= sexual desire disorders) a. ggn seksual hipoaktif b. ggn tdk menikmati seksual 2.Gangguan membangkitkan seksual (= sexual arousal disorders) a. ggn membangkitkan seksual wanita b. ggn membangkitkan seksual pria 3. Gangguan orgasmik a. gangguan orgasmik wanita b. gangguan orgasmik pria c. ejakulasi prematur 4. Gangguan nyeri seksual a. dyspareunia b. vaginismus Disfungsi seksual dibedakan atas: 1a. life long type b. acquired type 2 a. generalized type b. situational type Disfungsi seksual dapat dibedakan atas penyebabnya : a. non organik

b. kondisi medik umum c. disebabkan pengaruh zat II. PARAFILIA Diperlukan khayalan atau perbuatan tidak lazim atau aneh untuk mendapat gairah seksual cenderung berulang, involunter, mendesak dan meliputi : 1. lebih menyukai penggunaan benda/ bukan oranguntuk menimbulkan gairah seksual 2. aktifitas seksual dengan manusia berulang-ulang dgn penderitaan atau penghinaan; baik berupa simulasi atau sunguh-sungguh 3. aktifitas berulang-ulang dgn pasangan yg tdk menghendaki atau tdk menginginkannya a. dalam jangka waktu minimal 6 bulan, adanya fantasi membangkitkan gairah seksual & berulang ; atau perilaku seksual tersebut b. fantasi, dorongan seksual & perilaku seksual tsb menyebabkan penderitan yg nyata secara klinik; atau mengganggu dlm fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi area penting lainnya PARAFILIA * 1. Ekshibisionisme Ditandai oleh pencapaian kenikmatan seksual dg cara mempertontonkan alat genital diantara sekelompok orang atau pada kelompok orang yang lebih besar. Secara mayoritas tdd orang2 yg berlawanan jenis. Kadang2 demonstrasi alat kelamin tsb disertai oleh aktivitas masturbasi. 2. Fetishisme Untuk pemuas nafsunya bergantung kepada benda2 tertentu milik lawan jenisnya. Misal: stocking, celana dalam. 3. Frotteurisme Memperoleh fantasi ataupun kepuasan seksualnya dg meraba ataupun memegang bagian2 tubuh korban spt pantat, dada, paha. Umumnya korban adalah wanita dan sering terjadi ditempat2 umum dan sesak. 4. Pedofilia Ketertarikan secara seksual thd anak2 dan lebuh menyenangi hub seks dg anak2 dibandingkan dg org dewasa. Pelaku pedofilia umumnya laki-laki dan melakukan kegiatan seksual anak yg berlawanan jenis, yg sejenis dan kedua jenis kelamin. Pelaku setidaknya berumur 16 th dan setidaknya 5 th lebih tua dari korban. 5. Masokisme seksual Memperoleh kepuasan seksual apabila dia di siksa oleh partner seks nya. 6. Sadisme seksual Memperoleh kepuasan seksual dg menyiksa dan menghina pasangannya, dapat dilakukan dg

tangan, mengikat dg tali bahkan bisa lebih parah shg mengancam jiwa korban. Kadang2 dlm diri sesorg dpt tjd seksual sadisme & seksual masokisme. Ini disebut dg Sadomasokisme. 7.Transvetisme Fetishistik Memperoleh kepuasan saat memakai pakaian lawan jenisnya. Misal: laki2 terangsang birahinya bila memakai pakaian wanita. Biasanya mengenakan pakaian itu scr lengkap 8. Voyeurisme Perilaku mengintip sbg cara utk memperoleh kepuasan seksual. Objek yg diintip adlh wanita yg berada di kamar mandi atau mengintip pasangan yg sdg melakukan hub seksual. 9. Zoofilia = bestialitas Memperoleh kepuasan dg melakukan hub seksual atau kegiatan seksual dg hewan III. Gangguan Identitas Jenis Kelamin A. Identitas jenis kelamin lawan kuat dan menetap B. Merasa tak nyaman secara menetap dgn jenis kelaminnya atau perasaan tdk sesuai dlm peranan jenis kelamin yg dimilikinya C. Gangguan ini tak berlangsung / tak terjadi bersamaan dgn kondisi interseks yg fisikal (physical intersex condition) D. Gangguan ini menyebabkan penderitaan yg nyata secara klinik atau mengganggu fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi area penting lainnya. * Catatan : Dalam klasifikasi lama parafilia adalah deviasi seksual Tergolong gangguan identitas jenis kelamin : 1. Transeksualisme 2. Transvestisme peran ganda Gradasi seksualitas manusia menurut Kinsey. Kinsey membagi atas 7 gradasi, mulai dari nol sampai dengan enam. Untuk mendapat gradasi dipakai 3 pegangan: 1. Perilaku seksual 2. Fantasi homoseksual 3. Ikatan emosional Pada ICD-X & PPDGJ -III orientasi seksual jangan dianggap sebagai suatu gangguan. Orientasi seksual :

heteroseksualitas homoseksualitas biseksualitas

Fetishisme

Mengandalkan pada beberapa benda mati (non-living object) sebagai rangsangan untuk membangkitkan keinginan seksual dan memberikan kepuasan seksual . Kebanyakan benda tersebut (objek fetish) adalah ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau sepatu. Diagnosis ditegakkan apabila objek fetish benar-benar merupakan sumber yang utama dari rangsangan seksual atau penting sekali untuk respons seksual yang memuaskan. Fantasi fetishistik adalah lazim, tidak menjadi suatu gangguan kecuali apabila menjurus kepada suatu ritual yang begitu memaksa dan tidak semestinya sampai mengganggu hubungan seksual dan menyebabkan penderitaan bagi individu. Fetishisme terbatas hampir hanya pada pria saja.

Transvestisme Fetishistik

Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan pokok untuk mencapai kepuasan seksual. Gangguan ini harus dibedakan dari fetishisme . Di mana pakaian sebagai objek fetish bukan hanya sekedar dipakai, tetapi juga untuk menciptakan penampilan seorang dari lawan jenis kelaminnya. Biasanya lebih dari satu jenis barang yang dipakai dan seringkali suatu perlengkapan yang menyeluruh, termasuk rambut palsu dan tata rias wajah. Transvestisme fetishistik dibedakan dari transvestisme transsexual oleh adanya hubungan yang jelas dengan bangkitnya gairah seksual dan keinginan /hasrat yang kuat untuk melepaskan baju tersebut apabila orgasme sudah terjadi dan rangsangan seksual menurun. Adanya riwayat transvestisme fetishistik biasanya dilaporkan sebagai suatu fase awal oleh para penderita transseksualisme dan kemungkinan merupakan suatu stadium dalam perkembangan transseksualisme.

Diagnosa Banding Yang penting untuk dilakukan adalah untuk bisa membedakan suatu parafilia dari tindakan yang dilakukan untuk mengetahui efek baru dan tidak secara rekuren atau kompulsif. Aktifitas parafilia paling sering terjadi pada masa remaja. Beberapa parafilia merupakan bagian dari ganguan mental lain seperti skizofrenia. Jika disertai penyakit otak, maka mungkin Terapi

Ada lima macam intervensi psikiatrik yang digunakan dalam kasus parafilia: 1. 2. 3. 4. 5. kontrol eksternal, pengurangan dari dorongan seksual, pengobatan kondisi komorbid (seperti depresi atau kecemasan), terapi cognitive-behavioral, dan psikoterapi dinamik

Prognosis Prognosis buruk pada parafilia berhubungan dengan onset usia yang awal, tingginya frekuensi tindakan, tidak adanya perasaan bersalah atau malu terhadap tindakan tersebut dan penyalahgunaan zat. Prognosis baik jika pasien memiliki riwayat koitus di samping parafilianya, jika pasien memiliki

motivasi tinggi untuk berubah, dan jika pasien datang atas kemauan sendiri bukan dikirim oleh badan hukum (Ebert, Michael H. Loosen, Peter T. Nurcombe, Barry dan Leckman, James F. 2008). Menurut Maramis, adanya mimpi atau keinginan untuk melakukan aktivitas heteroseksual,
adanya riwayat dengan percobaan hubungan sex heteroseksual, dan pengobatan dimulai sebelum umur 30 tahun (Maramis, 2009).

Ebert, Michael H. Loosen, Peter T. Nurcombe, Barry dan Leckman, James F. 2008. CURRENT Diagnosis & Treatment: Psychiatry, 2nd Edition. USA: McGraw-Hill Companies

Maramis, W.F. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa; cetakan ke I. Surabaya: Airlangga University Press; 360-364.

Pendahuluan Seluk beluk seks makin lama makin menarik perhatian kalangan kedokteran Indonesia. Hal ini antara lain karena kemajuan ilmu kedokteran, komunikasi yang lebih baik (di dalam dan dengan luar negeri) dan karena program KB Pemerintah serta penerangan dan penelitian yang berhubungan dengannya. Seksualitas dalam arti yang luas adalah semua aspek badaniah, psikologis, dan sosiobudaya yang berhubungan langsung dengan seks dan hubungan seks manusia. Seksologi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek ini. Dengan demikian, maka seks juga bio-psiko-sosiakl-kultural-spiritual, karena itu pendidikan terhadap seks harus holistik pula. Bila dititikberatkan hanya pada salah satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan dalam hal ini pada individu atau pada masyarakat dalam jangka pendek atau jangka panjang, misalnya bila hanya aspek biologi saja yang diperhatikan atau hanya aspek psikologis, sosial, kultural atau spiritual saja yang dipertimbangkan. Untuk mengerti seksualitas manusia, baik yang normal maupun yang abnormal, perlu dimiliki latar belakang pengetahuan bukan saja psikiatri dan ilmu perilaku, tetapi juga anatomi dan faal seksual, serta kebudayaan dan agama. Harus diketahui pula apa yang sebenarnya dilakukan manusia dalam hal seks, apa yang telah dilakukan dan apa yang hendak dilakukan, agar dengan demikian dapat diketahui prasangka kita sendiri tentang hal ini sehingga dapat dibetulkan. Seksualitas normal Normal dalam hal ini diartikan sehat atau tidak patologis dalam hal fungsi keseluruhan. Seksualitas adalah perilaku keseluruhan seseorang yang menunjukkan ia laki-laki atau wanita. Perilaku seksual yang normal adalah yang dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan diri sendiri dalam hal mencapai kebahagiaan dan pertumbuhan. Juga dapat mencapai perwujudan diri sendiri dalam meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik. Penyesuaian diri seksual yang sehat adalah memperoleh pengalaman seksual tanpa rasa takut dan salah, jatuh cinta pada waktu yang cocok dan menikah dengan partner yang dipilihnya serta mempertahankan rasa cinta kasih dan daya tarik seksual terhadap partnernya. Partnernya itu tidak mempunyai gangguan atau kesukaran yang serius yang dapat mengganggu, merusak atau meniadakan suatu hubungan bahagia.

Istilah psikoseksual menunjuk kepada perkembangan dan fungsi kepribadian yang dipengaruhi oleh seksualitas seseorang. Pada fungsi psikoseksual yang sehat tidak ada (atau hanya sedikit sekali) emosi negatif terhadap hal-hal seksual dan ditingkatkan oleh emosi positif atau kebahagiaan, seperti kebanggaan, kegembiraan dan cinta kasih. Pada orang yang normal cinta kasih kepada partnernya mempunyai efek paling besar dalam menambah kenikmatan dan kemampuan seksual. Seksualitas abnormal Dorongan seksual mempunyai dua aspek, yaitu aspek daya kemampuan dan aspek arah tujuan. Freud membagi lagi arah tujuan ini menjadi objek seksual dan maksud seksual. Pada kedua aspek itu, daya kemampuan dan arah tujuan, dapat saja terjadi gangguan yang ternyata tidak salaing berhubungan, yaitu gangguan pada satu aspek bukan karena gangguan pada aspek yang lain, misalnya homoseksualitas (gangguan arah-tujuan) bukan karena hiperseksualitas (gangguan daya kemampuan). Teori Psikoseksual Menurut teori libido Freud, insting seksual dalam perkembangannya dari masa kanak-kanak sampai dewasa melalui beberapa fase: oral, anal, falik dan genital. Tiap fase didominasi oleh sebuah organ somatis. Bila pada suatu fase tertentu tuntutan tidak terpenuhi secara wajar, maka terjadilah fiksasi atau pemberhentian pada fase itu. Fiksasi pada fase oral berarti bahwa selanjutnya sampai dewasa terdapat tuntutan-tuntutan akan pemuasan oral yang tidak cocok dengan umur. Teori interpersonal memandang gangguan seksual sebagai manifestasi kekacauan hubungan antarmanusia yang dinyatakan dalam bidang seksual. Teori kebudayaan menganggap bahwa kepercayaan, adat-istiadat dan norma-norma yang khas bagi suatu masyarakat tercermin dalam psikologi dan psikopatologi seseorang, juga dalam bidang seksual. Teori adapatasi mengatakan bahwa gangguan seksual adalah akibat ketakutan terhadap hubungan heteroseksual, bahwa ketakutan ini timbul karena pengalaman hidup yang jelek. Perilaku seksual yang patologis merupakan adaptasi pada ketakutan ini. Pendekatan lain terhadap perilaku seksual adalah penelitian sosiologis mengenai praktik seksual pria dan wanita, seperti telah dilakukan di Amerika Serikat oleh Kinsey.
Etiologi Dasar transvestic adalah mendapatkan kepuasan seksual dengan berpakaian dalam pakaian yang sesuai untuk lawan jenis. Penyebabnya mungkin rasa ingin tahu remaja. Seseorang dengan transvestic mungkin tidak menyadari. Transvestic fetisisme terkadang dimulai ketika gaun anak muda dipakaikan oleh seorang kakak perempuan atau ibunya. Kegiatan ini dilanjutkan karena menyenangkan dengan alasan untuk kenikmatan dalam keadaan sadar. Dalam kasus lain anak laki-

laki dapat memulai cross-dressing dengan berpakaian seolah-olah ia adalah seorang gadis. Perilaku ini kadang-kadang terkait dengan kemarahan ibu atau preferensi untuk memiliki anak perempuan daripada anak laki-laki. Orang dengan keadaan transvestic tidak boleh dianggap homoseksual. Menurut DSM-IV-TR, kebanyakan pria yang cross-dressing pada dasarnya heteroseksual dalam orientasi mereka. Beberapa, bagaimanapun, memiliki hubungan seksual sesekali dengan pria lain. Gejala awal transvestic fetisisme melibatkan menyentuh atau memakai pakaian yang dianggap biasanya feminin. Hal awal ini dapat berkembang menjadi memakai pakaian atau barang lainnya yang dapat disembunyikan dari pandangan orang lain sambil memberikan gairah bagi pemakainya. Seiring waktu, tingkat berpakaian dalam pakaian wanita berkembang, terkadang ke titik berpakaian sebagai seorang wanita secara teratur. Sebuah keadaan transvestic dikembangkan sering melibatkan gaya rambut yang feminim dan penggunaan kosmetik dan aksesoris wanita.

Pada beberapa orang didiagnosis dengan fetisisme transvestic, motivasi untuk cross-dressing dapat berubah dari waktu ke waktu dari pencarian untuk gairah seksual , melepaskan dari stres, depresi, atau kecemasan.

Dalam beberapa kasus, orang dengan keadaan transvestic menemukan bahwa mereka tidak senang dengan seks biologis mereka, kondisi yang dikenal sebagai dysphoria gender. Mereka dapat memilih untuk memiliki prosedur hormonal dan pembedahan untuk mengubah tubuh mereka. Beberapa orang mungkin memilih untuk menjalani operasi pergantian kelamin. Insiden dysphoria gender dan pergantian kelamin di antara orang didiagnosis dengan fetisisme transvestic tidak diketahui.

Demografi Kecuali untuk masokisme seksual, di mana diperkirakan 1 diantara 20 laki-laki , parafilia seperti transvestic fetisisme yang hampir tidak pernah didiagnosis pada wanita, meskipun beberapa kasus telah dilaporkan. Hampir tidak ada informasi yang tersedia mengenai pola keluarga terhadap gangguan ini.

Pencegahan Kebanyakan ahli setuju bahwa memberikan bimbingan gender yang sesuai dalam situasi budaya yang tepat akan mencegah pembentukan keadaan transvestic. Asal usul beberapa kasus mungkin tidak mempunyai hubungan antara pakaian pantas untuk jenis kelamin tertentu dan kepuasan seksual. Tidak ada alasan yang tepat untuk memprediksi pembentukan asosiasi tersebut.

Pengawasan selama masa kanak-kanak dan remaja, dikombinasikan dengan penerimaan seks biologis seorang anak, mungkin menjadi penghalang terbaik yang dapat dilakukan oleh orang tua.

You might also like