You are on page 1of 5

Studi klinis mengenai Otitis Media Supuratif kronik dengan kolesteatoma

Yousuf,Mohammed et all. Clinical study on chronic suppurative otitis media with cholesteatoma. Bangladesh J Otorhinolaryngol 2011; 17 (1) : 42 - 47

Pendahuluan Kolesteatoma merupakan sebuah kantung berlapis epitel skuamosa yang berisi keratin bercampur dengan epitel skuamos yang telah deskuamasi dapat dengan kristal kolesterol ataupun tidak. Lesi ini dapat menghancurkan ruang telinga tengah dengan sangat lambat namun amat destruktif begitu pula dengan jaringan lunak dan padat disekitarnya, sehingga kolesteatoma dapat menimbulkan komplikasi ekstrakranial maupun intrakranial. Kolesteatoma yang didapat dibagi menjadi dua secara primer ataupun sekunder. Kolesteatoma primer terjadi akibat sebuah kantong dengan kulit yang menumpuk sedangkan kolesteatoma sekunder adalah akibat kulit yang tumbuh melalui perforasi membran timpani dan merupakan akibat radang episodik yang menyebabkan metaplasia epitel. Etiologi kolesteatoma yang pasti tidak dapat diketahui namun diperlihatkan bahwa pembentukan, progresi dan perkembangan komplikasi kolesteatoma berhubungan dengan beberapa faktor seperti kemiskinan, infeksi saluran pernapasan atas, pembesaran adenoid saat kecil, kebiasaan berenang di sungai, hidup di lingkungan yang padat dan kotor, ketidaktahuan akan bahaya penyakit serta ketidaksediaan dokter di lingkungan. Gejala dari OMSK dengan kolesteatoma adalah keluar cairan daari telinga dan kurang mendengar namun pasien dengan komplikasi dapat mengeluh nyeri di telinga, demam, mengigil, muntah, vertigo, sakit kepala dll. Pada Jurnal ini yang mengambil tempat di Bangladesh, seringkali pasien datang dengan gejala komplikasi intrkranial sehingga deteksi dini dan eradikasi lengkap penyakit diperlukan. Tujuan Tujuan dibuatnya jurnal ini adalah untuk mengetahui hubungan OMSK dengan kolesteatoma terhadap usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kondisi sosioekonomi dengan atau tanpa komplikasi. Selain itu pula untuk meningkatkan pengertian dan pengetahuan tenaga untuk menurunkan kejadian salah diagnosa, mempercepat rujukan, pemilihan tindakan operatif sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien. Metode 100 pasien dikumpulkan dari 4 fasilitas kesehatan berbeda di Bangladesh sejak Februari 2003 hingga Februari 2004. Seluruh pasien memiliki diagnosa definitif OMSK

dengan kolesteatoma dengan atau tanpa komplikasi dari usia , jenis kelamin dan latar belakang sosioekonomi yang berbeda.

Hasil Dari 100 pasien yang dimasukkan kedalam studi ini, 69% merupakan pasien OMSK dengan kolesteatoma tanpa komplikasi, 25% dengan komplikasi ekstrakranial dan 6% dengan komplikasi intrakranial. Pasien termuda dalam studi ini berusia 6 tahun dan tertua usia 40 tahun. Pasien dengan usia 11 20 tahun merupakan yang terbanyak dengan OMSK dengan kolesteatoma. (Tabel 1)

Keadaan sosioekonomi dan tingkat pendidikan pasien dibagi menjadi tiga tingkat Very Poor (sangat miskin), Poor (miskin) dan Middle Class (Kelas menengah). Mayoritas pasien berasal dari kalangan sangat miskin (44%), atau miskin (40%) yang tidak memiliki pendidikan apapun (22%) ataupun hanya memiliki pendidikan primer saja (40%). Diketahui bahwa pasien yang kaya ataupun kelas menengah keatas tidak berkunjung ke RS pemerintah yang dipakai pada studi ini (Tabel 2). Pada studi ini juga didapatkan bahwa pasien yang tinggal didaerah kumuh dan sering berenang di sungai dan kolam lebih banyak menderita kolesteatoma dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaaan.

Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah otorrhoea (100%) diikuti dengan gangguan pendengaran (80%). Karakteristik dari cairan yang keluar dari penderita kolesteatoma adalah dengan bau tidak enak (100%) yang 82,7% hanya keluar sedikit, 18,27% keluar banyak dan 14,5% disertai darah dan jaringan granulasi dapat ditemukan di 14,42% kasus. Dari seluruh kasus kolesteatoma, perforasi membran timpani yang tersering adalah marginal poster superior ( 69,23%) atau perforasi atik (30,77%). Pada studi ini, 69% pasien datang tanpa komplikasi, namun 25% datang dengan komplikasi ekstrakranial dan 6% dengan komplikasi intrakranial. Beberapa komplikasi diperlihatkan pada tabel 4.

Pemeriksaan radiologi dan audiologi juga dilakukan pada pasien pada studi ini. Pada hasil foto rontgen (Xray mastoid n= 75 dan CT scan n= 06) didapatkan gambaran kavitas sirkumskripta pada 52% foto mastoid townw dan stenver. Space Occupying Lesion ditemukan pada 2% pasien yang menjalani CT scan. Dalam pemeriksaan audiologi didapatkan bahwa sebagian besar pasien menderita tuli konduktif sedang (74,47%) diikuti dengan tuli konduktif ringan (19,15%) dan hanya beberapa yang menderita tuli konduktif berat (6,38%). Walaupun 80 % pasien tidak mengeluh gangguan pendengaran namun pemeriksaan audiologi kurang pendengaran terjadi pada seluruh pasien.

Diskusi 100 Pasien dengan usia dan jenis kelamin yang berbeda dimasukkan kedalam studi ini setelah diambil anamnesa , pemeriksaan fisik dan investigasi yang diperlukan. Dalam studi ini didapatkan kelompok usia yang menderita OMSK dengan kolesteatoma terbanyak adalah kelompok usia 11 20 tahun. Jenis kelamin perempuan tingkat kejadiannya lebih rendah daripada jenis kelamin laki laki dengan rasio 1 : 2.33. kolerasi antara tingkat sosioekonomi

yang rendah dengan insidensi OMSK dengan kolesteatoma juga didapatkan pada studi ini yang didukung pula oleh studi lain. Dalam studi ini, tingkat pendidikan yang dimiliki pasien sangat rendah dimana pasien buta huruf (22%) atau hanya memiliki tingkat pendidikan dasar (40%) yang hal ini memeiliki hubungan dengan peningkatan insidensi penyakit OMSK. Masyarakat yang tinggal di tempat kumuh lebih beresiko terkena kolesteatoma dibandingkan dengan yang tinggal di bangunan kokoh. Hal ini terjadi akibat lingkungan yang kumuh memiliki prevalensi yang tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan atas akibat kemiskinan, terlalu ramai, malnutrisi. Masyarakat yang tinggal didaerah pedalaman Bangladesh memiliki kebiasaan untuk mandi di kolam/sungai . Masyarakat yang memiliki kebiasaan tersebut menderita kolesteatoma lebih banyak (60%) dibandingkan dengan yang mandi dengan pesediaan air bersih. Hal ini mungkin dikarenakan infeksi telinga kronis akibat air yang tidak bersih. Seluruh pasien datang dengan keluhan multipel namun keluhan yang paling sering dikeluhkan adalah Otorrhea (100%), diikuti dengan gangguan pendengaran (80%), Otalgia (15%), massa seperti daging (15%) di kanalis auditoris eksterna,dan 6% dengan komplikasi intrakranial. Komplikasi intrakranial dapat terjadi akibat keterlambatan dalam penanganan penyakit dan kekurangan tenaga medis yang mengerti mengenai penyakit ini. Komplikasi intrakranial terjadi pada 6 kasus, tiga dengan komplikasi meningitis, satu dengan abses ekstradural, satu dengan sinus tromboflebitis dan satu dengan abses lobus temporalis. Hampir seperempat dari kasus yang didapatkan terdapat komplikasi ekstrakranial yaitu discharge post auricula pada 10 kasus, 12 kasus abses periosteal, tiga dengan paralisis nervus fasialis. Peneliti berkesimpulan bahwa penanganan OMSK dengan kolesteatoma di negaranya sangat lambat. Dalam pemeriksaan audiologi didapatkan gangguan pendengaran terjadi pada seluruh pasien, sehingga hal ini perlu diperhatikan untuk meningkatkan perhatian tenaga medis untuk menurunkan kejadian diagnosa yang salah dengan cepat merujuk, melakukan intervensi operatif yang diperlukan secepatnya untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pasien.

JOURNAL READING Studi Klinis Mengenai Otitis Media Supuratif dengan Kolesteatoma

DISUSUN OLEH :

PUPUT INDAH PRATIWI (1102009224)

PEMBIMBING : Dr. Zirmacatra, Sp. THT

BAGIAN ILMU THT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI RSUD SOREANG 2014

You might also like