You are on page 1of 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) 1.

Definisi Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) adalah tanaman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi. Di Indonesia tanaman ini belum banyak dikenal, sedangkan di Vietnam tanaman ini merupakan suatu makanan wajib bagi masyarakat di sana. Binahong tumbuh menjalar dan panjangnya dapat mencapai 5 meter, berbatang lunak berbentuk silindris dan pada ketiak daun terdapat seperti umbi yang bertekstur kasar. Daunnya tunggal dan mempunyai tangkai pendek, bersusun berselang-seling dan berbentuk jantung. Panjang daun antara 5 - 10 cm dan mempunyai lebar antara 3 - 7 cm. Seluruh bagian tanaman binahong dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, batang, daun, umbi dan bunganya. Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) termasuk dalam famili Basellaceae merupakan salah satu tanaman obat yang mempunyai potensi besar ke depan untuk diteliti, karena dari tanaman ini masih banyak yang perlu digali sebagai bahan fito farmaka. Tanaman ini sebenarnya berasal dari Cina dan menyebar ke Asia Tenggara. Di negara Eropa maupun Amerika, tanaman ini cukup dikenal, tetapi para ahli di sana belum tertarik untuk meneliti serius dan mendalam, padahal beragam khasiat sebagai obat telah diakui (Feri Manoi, Balittro., 2009).

15

16

2. Klasifikasi Klasifikasi dari tanaman binahong adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio Divisio Kelas Subkelas Ordo Familia Genus Species : Spermatophyta (menghasilkan biji) : Magnoliophyta (berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Hamamelidae : Caryophyllales : Basellaceae : Anredera : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis

3. Morfologi a. Daun Tanaman binahong berdaun tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), pertulangan menyirip, tersusun berseling, berwarna hijau muda, berbentuk jantung (cordata), memiliki panjang sekitar 5-10 cm dan lebar sekitar 3-7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berbelah, tepi rata atau bergelombang, dan permukaan halus dan licin (Suyanto, 2009) (Gambar 1.1). b. Rhizoma Tanaman binahong memiliki rhizoma. Rhizoma adalah batang beserta daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan

17

suatu tumbuhan baru. Rhizoma adalah penjelmaan dari batang dan bukan akar, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat demikian. 2) Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik. 3) Mempunyai kuncup-kuncup. 4) Tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air, terkadang tumbuh ke atas, muncul di atas tanah. Rhizoma berfungsi sebagai alat perkembangbiakan dan tempat

penimbunan zat-zat cadangan makanan (Ari Setiaji, 2009) (Gambar 1.2). c. Bunga Tanaman binahong memiliki bunga majemuk berbentuk tandan atau malai panjang, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna putih sampai krem berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota sekitar 0,5 - 1 cm dan memiliki bau yang harum (Suyanto, 2009) (Gambar 1.3). d. Akar Tanaman binahong mempunyai akar tunggang yang berdaging lunak dan berwarna coklat kotor (Gambar 1.4).

18

Gambar 1.1 Daun Binahong

Gambar 1.2 Batang Binahong

Gambar 1.3 Bunga Binahong 4. Khasiat

Gambar 1.4 Akar Binahong

Seluruh bagian tanaman menjalar ini berkhasiat mulai dari akar, batang, dan daunnya. pemanfaatannya bisa direbus atau dimakan sebagai lalapan untuk daunnya. Semakin praktis, kini binahong dikemas dalam bentuk kapsul sehingga mudah dikonsumsi. Khasiat dari tanaman binahong adalah melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah, mencegah stroke, asam urat, maag, menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh, ambeien, melancarkan buang air kecil, buang air besar, diabetes, rematik, asam urat dan sariawan berat. 5. Kandungan Kimia Metode skrining fitokimia digunakan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder, makromolekul serta penggunaan data yang diperoleh untuk menggolongkan tumbuhan. Metode ini juga penting untuk menentukan ciri atau sifat kimia dari fitotoksin dan fitoaleksin. Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar,

19

batang, bunga, buah, dan biji), terutama kandungan metabolit sekunder, yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid, kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid), tannin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), dan sebagainya. Uraian beberapa metabolit sekunder tersebut adalah sebagai berikut : a. Flavonoid Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti-inflamasi, analgesi, anti-oksidan (De Padua et al., 1999). Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan pada jalur metabolisme asam arakhidona, pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin pada radang (Loggia dkk, 1986). b. Polifenol Polifenol mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol ke dalam larutan cuplikan yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam yang kuat. c. Saponin Saponin tidak larut dalam pelarut non polar, paling cocok diekstraksi dengan etanol atau metanol panas 70-96%, kemudian lipid dan pigmen disingkirkan dari ekstrak dengan benzen. d. Alkaloid Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom N, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, kebanyakan berbentuk kristal, hanya sedikit yang

20

berupa cairan. Senyawa alkaloid dapat dideteksi dengan pereaksi Dragendorf (Nita Rochani., 2009). B. Senyawa Polifenol 1. Definisi Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar (Hosttetman, dkk, 1985). Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan fenolitik dijumpai pada protein, alkaloid dan terpenoid (Harbone, 1987). Senyawa fenol sangat peka terhadap oksidasi enzim dan mungkin hilang pada proses isolasi akibat kerja enzim fenolase yang terdapat dalam tumbuhan. Ekstraksi senyawa fenol tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya mencegah terjadinya oksidasi enzim. Semua senyawa fenol berupa senyawa aromatik sehingga semuanya menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum UV. Selain itu secara khas senyawa fenol menunjukkan geseran batokrom pada spektrumnya bila ditambahkan basa. Karena itu cara spektrumetri penting terutama untuk identifikasi dan analisis kuantitatif senyawa fenol (Harbone, 1987). Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur. Polifenol banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayuran serta biji-bijian. Rata-rata manusia mengkonsumsi polifenol dalam sehari sampai 23 mg. Khasiat dari polifenol adalah menurunkan kadar gula darah dan

21

efek melindungi terhadap berbagai penyakit seperti kanker. Polifenol membantu melawan pembentukan radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat memperlambat penuaan dini (Arnelia, 2002). 2. Struktur Phenol dan Polifenol

atau

Gambar 2.1 Phenol

Gambar 2.2. Polifenol 3. Jenis-Jenis Polifenol a. Tanin Tanin merupakan senyawa kimia yang terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, khusus dalam tumbuhan angiospermae terdapat dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan

22

karbon-karbon menghubungkan satu flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2-20 satuan flavon. Tanin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima atau lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat (Harborne, 1987). b. Lignin Lignin adalah salah satu komponen penyusun tanaman. Secara umum, tanaman terbentuk dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Pada batang tanaman, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (Seperti semen pada sebuah batang beton). Berbeda dengan selulosa yang terutama terbentuk dari gugus karbohidrat, lignin terbentuk dari gugus aromatik yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3 karbon . Pada proses pirolisa lignin, dihasilkan senyawa kimia aromatis yang berupa fenol, terutama kresol. c. Melanin Melanin adalah senyawa biologi yang ditemukan pada tanaman, hewan, dan protista, yang berfungsi sebagai pigmen. Pigmen yang dihasilkan biasanya merupakan turunan dari asam amino tirosin. Banyak jenis melanin yang tidak larut di dalam garam. Jenis melanin yang paling umum adalah eumelanin dan pheomelanin.

23

C. Kromatografi 1. Definisi Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Ada banyak teknik pemisahan tetapi kromatgrafi merupakan teknik paling banyak digunakan. Kebanyakan pemisahan kromatografi rutin dari suatu campuran dikerjakan dalam beberapa menit dengan peralatan yang relatif sederhana ( Nirwana, 1995 ). Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan 2 fase, yaitu fase diam (stationary) dan fase gerak (mobile). Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relative pada 2 fase tersebut. Gerakan fase gerak menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusun cuplikan. Inilah yang dipakai sebagai dasar pemisahan kromatografi. Tanpa perbedaan dalam kecepatan migrasi dari dua senyawa tidak mungkin terjadi pemisahan. 2. Keuntungan Kromatografi Pertama-tama ia merupakan metode pemisahan yang cepat dan mudah serta menggunakan peralatan yang murah dan sederhana. Hingga campuran yang komplek dapat dipisahkan dengan mudah. Keuntungan lebih lanjut ialah hanya membutuhkan campuran cuplikan yang sangat sedikit, bahkan justru tidak mungkin menggunakan jumlah yang besar dalam kromatografi. Disamping itu dapat dikerjakan pengulangannya (Sastrohamidjojo, 1991 dalam Nirwana, 1995).

24

3. Jenis-jenis Kromatografi a. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis tipis menggunakan kolom sebagai tempat pemisahan, fase gerak mengalir ke bawah. Fase gerak yang keluar kolom ditampung fraksi demi fraksi untuk kemudian dianalisis fraksi mana yang diinginkan. b. Kromatografi Kolom Kromatografi kolom biasa digunakan untuk memantau kemajuan reaksi dan mengenali komponen tertentu. Kromatografi kolom menggunakan lempeng plastic sebagai tempat melekat fase diam dan fase gerak mengalir keatas dan tertapis saat melewati fase diam. Kelebihan dari kromatografi kolom yaitu ketajaman pemisahan yang lebih besar dan kepekaannya lebih tinggi. c. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Pada HPLC fase gerak di pompa dengan tekanan tinggi menuju injector, kemudian injector memasukkan fase gerak kedalam kolom sehingga terjadi pemisahan berdasarkan distribusi pada fase diam dalam kolom. Komponen yang sudah terpisah mengalir ke detector. 4. Cara kerja kromatografi Lapis Tipis a. Fase diam gel silika Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan

25

senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina. Senyawa-senyawa pemisah dari Kromatogram. Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya

pergerakan pelarut. b. Fase Gerak KLT Pada proses serapan, yang terjadi jika menggunakan silika gel, alumunia dan fase diam lainnya., pemilihan pelarut mengikuti aturan kromatografi kolom serapan. Jika fase gerak digunakan sistem pelarut campuran,pada lapisan fase diam susunan pelarut itu dapat mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Hal ini akan menghasilkan pengulangannya menjadi jelek. Oleh karena itu sistem dua pelarut lebih disenangi. Suatu pendekatan yang menarik terhadap penggunaan campuran, misalnya metanol-aseton (12:88), metanol-benzena (31,7:68,3) metanol-sikloheksana-metil asetat (17,8:33,6:48,6). Hal yang mempengaruhi kualitas pemisahan dan pengulangannya adalah kejenuhan bejana pengembang. Kombinasi pelarut yang mempunyai sifat berbeda memungkinkan didapatkannya sistem pelarut yang cocok (Nirwana, 1995).

You might also like