You are on page 1of 21

HIPERPITUITARISME

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang. Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan. Selain itu banyak gangguan lain yang disebabkan karena kelebihan hormone yang dilepaskan hipofisis yang bisa menghasilkan dampak yang cukup signifikan bagi pasien.

1.2 Rumusan masalah


a. Bagaimana konsep teori hiperpituitari? b. Bagaimana asuhan keperawatan hiperpituitari?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum Mampu menjelaskan dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan hiperpituitari. 2. Tujuan Khusus 1. Menjelaskan definisi dari hiperpituitari. 2. Menjelaskan etiologi dari hiperpituitari. 3. Menjelaskan manifestari klinis dari hiperpituitari. 4. Menjelaskan patofisiologi dari hiperpitutari. 5. Menjelaskan penatalaksanaan dari hiperpituitari. 3. Manfaat Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah: 1. Mendapatkan pengetahuan tentang hiperpitutari. 2. Mendapatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan hiperpitutari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih. Hormon hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise) (Hotma Rumahardo, 2000 : 36). Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan satu atau lebih hormone- hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary{ hipofise} biasanya berupa hormone- hormone hipofise anterior

2.2 Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab mencakup : 1. Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH, ACTH atau prolakter. 2. Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC)

2.3 Tanda dan Gejala


Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ organ dalam (seperti tangan, kaki, jari jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali) Impotensi Visus berkurang Nyeri kepala dan somnolent Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas Libido seksual menurun Kelemahan otot, kelelahan dan letargi (Hotman Rumahardo, 2000 : 39) tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa terganggu, serta tampak keseimbangan emosi gangguan penglihatan sampai kebutaan total

2.3 Patofisiologi Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor. Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah: 1. prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma. Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas. somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan ) Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan. Gejalah klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini. Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organorgan dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali).Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi. corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH ) Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushings. ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis: 1. perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium. 2. perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri. Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan besar diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
4

2.

3.

Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis. 1. encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika ) 2. invasive ( sella tursika rusak karena metastasis ) 3. mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm ) 4. makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm). Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial IV ( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa menginfiltrasi hipotalamus. 2.4 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorik. Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun. 2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis Sella Tursika a. Foto polos kepala b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional) c. Pneumoensefalografi d. CT Scan e. Angiografi serebral 3. Pemeriksaan Lapang Pandang a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan b. Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik 4. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.

1. 2. 3. 4. 5.

2.5 Komplikasi Gangguan hipotalamus. Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal primer. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik. Syndrom parkinson

2.6 WOC

BABIII Konsep ASKEP

3.1 Pengkajian a. Demografi Kaji usia dan jenis kelamin pasien b. Riwayat kesehatan 1). Keluhan utama a). Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ organ tubuh. b). Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi. c). Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman. d). Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi. e). Nyeri kepala. f). Gangguan penglihatan. g). Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia. 2). Riwayat penyakit sekarang Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan 3). Riwayat penyakit keluarga. Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga 3.2 Pemeriksaan fisik a. Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, dagu menjorok ke depan b. Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan. c. Adanya kesulitan menguyah. d. Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak. e. Peningkatan respirasi kulit. f. Suara membesar karena hipertropi laring. g. Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali. h. Disfagia akibat lidah membesar. 3.3 1. 2. 3. 4. Diagnosa keperawatan Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent. Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
7

3.4 Intervensi Dx 1. Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharap nyeri kepala dapat berkurang atau hilang. 1. Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan.
2.

Rasional : agar perawat mengetahui apa yang dirasakan klien. Kaji skala nyeri Rasional : untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi selanjutnya. Berikan tehnik relaksasi dan distraksi Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri. Rasional : pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri.

3. 4.

Dx 2. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi. 1. Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan. Rasional : Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan perubahan tubuhnya. Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi segi positif yang dapat dikembangkan oleh klien. Rasional : Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali. Yakinkan klien bahwa sebagioan gejala dapat berkurang dengan pengobatan (ginekomastia, galaktorea) Rasional : agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan. Dx. 3 Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi masalah disfungsi seksual 1. Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap fungsi seksualnya. Rasional : agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada perawat.

2.

3.

2. 3.

Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya. Rasional : agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya. Kolaborasi pemberian obat obatan. Rasional : mempercepat penyembuhan pasien.

3.5 1. 2. 3. 4. 5.

Penatalaksanaan Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial (pembedahan) Kolaborasi pemberian obat obatan seperti bromokriptin (parlodel) Observasi efek samping pemberian bromokriptin Kolaborasi pemberian terapi radiasi Awal efek samping terapi radiasi. (Nelson, 2000 : 227)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Hiperpituitari adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlrbihan satu atau lebih hormone- hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary{ hipofise} biasanya berupa hormone- hormone hipofise anterior.`` Penyebab tersering hiperpituitari adalah adenoma hifofise.Adenoma hipofpise merupakan 5-10% dari semua kejadian tumor intracranial, dan sering kali tinbul di lobus anterior hipofise.

10

HIPOPITUITARISME

11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior. Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan tidak adanya seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus ( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat melahirkan. (Smeltzer, Suzanne.C. 2001. )

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dewasa. 2. Tujuan khusus Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat: a. Mengetahui pengertian penyakit hipopituitarisme

b. Mengetahui klasifikasi dari hipopituitarisme c. Mengetahui penyebab terjadinya hipopituitarisme

12

d. Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipopituitarisme e. f. Mengetahui dan memahami focus pengkajian pada penyakit hipopituitarisme Mengetahui dan memahami focus perencanaan pada penyakit hipopituitarisme

g. Memahami contoh kasus penyakit hipopituitarisme dan mengetahui asuhan keperawatan yang harus diberikan pada penderita hipopituitarisme C. Manfaat Penulisan Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat menetahui cara hidup sehat, menambah pengetahuan dan pendalaman, penelitian tentang pasien dengan hipopituitarisme.

13

BAB II KONSEP TEORI


A. Definisi Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis. Hipopituitarisme merupakan defisiensi hormon tiroid, adrenal, gonadal dan hormon pertumbuhan akibat penyakit hipofisis. Pada setiap pasien dengan defisiensi hormonal ini, kemungkinan adanya defisiensi lain harus dicari. Kadang-kadang timbul akut berupa apopleksi hipofisis dimana terdapat infark hemoragik pad atumor hipofisis, biasanya disertai nyeri disertai kepala berat mendadak dan seringkali bersama dengan defek lapanng pandang. Hipopituitarisme memilki prevalensi 30/100.000. (Gledle Jonathan, 2005:143) Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar hipofisis, terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan manifestasi klinis yang berkaitan dengan defisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.

B. Etiologi Sindrom ini disebabkan oleh kelainan destrutif pada kelenjar hipofisis. Penyebab yang sering ialah : 1. Sheehans postpartum pituitary necrosis 2. Adenoma khoromofob 3. Craniopharyngioma 4. Kelainan-kelainan lain yang mungkin juga menimbulkan hipopitutarisme ialah radang, terutama tuberculosis, sarcoidosis. Kadang-kadang penyebab dari pada destruksi hipofisis tidak jelas dan hanya tampak sebagai fibrosis saja. (dr. Sutisna Himawan, 1994) Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus. Penyebab : 1. Infeksi atau peradangan oleh : jamur, bakteri. 2. Penyakit autoimun (Hipofisis limfoid autoimun). 3. Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu atau semau hormon lain. 4. Umpan balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya, akan terjadi penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan. 5. Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dapat merusak sebagian atausemua sel penghasil hormon. Salah satunya sindrom sheecan, yang terjadi setelah perdarahan maternal.

14

Pathway

C. Klasifikasi 1. Hypophyseal Cachexia ( Penyakit Simmonds ): a. Dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa. b. Lebih sering pada wanita dengan perbandingan 2 : 1 c. Penderita dapat hidup bertahun-tahun dengan penyakitnya, kadang-kadang sampai 30-40 tahun. Gejala-gejala klinik biasanya disebabkan oleh insufiensi adrenal, thyroid atau gonad, yang terjadi sekunder akibat hipopituitarisme. Kombinasi kelenjar yang mengalami insufiensi itu bisa berbagai macam ; yang paling sering ialah kombinasi hipothyroidisme dan hipoadrenalisme. 2. Hypophyseal Dwarfism ( Jenis Lorain-Levi ): a. Pada anak yang sedang tumbuh b. Terjadi dwarfisme yang simetrik. Penyebab yang paling sering ialah ; craniopharyngioma. Kadang-kadang juga disebabkan juga oleh : nekrosis iskhemik, kista, atau radang. 3. Sindrom Froehlich ( Dystrophia Adiposogenitalis ): a. Obesitas jenis eunuchoid. b. Pertumbuhan yang tidak sempurna daripada gonad dan genital. c. Cirri-ciri sex sekunder tidak ada, disfungsi seksual, dan kulit yang halus. d. Terjadi pada usia muda. e. Dapat menyerang baik laki-laki maupu wanita dengan perbandingan yang sama.
15

D. Manifestasi Klinis Pada anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatis akibat defisiensi pelepasan GH. Dwarfisme hipofisis (kerdil) merupakan konsekuensi dari defisiensi tersebut. Ketika anakanak tersebut mencapai pubertas, maka tanda-tanda seksual sekunder dan genitalia eksterna gagal berkembang. Selain itu sering pula ditemukan berbagai derajat insifisiensi adrenal dan hipitiroidisme, mereka mungkin akan mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan perkembangan intelektual yang lamban, kulit biasanya pucat karena tidak adanya MSH. Pada orang dewasa, kehilangan fungsi hipofisis sering mengikuti kronologis seperti defisiensi GH, hipogonadisme, hipotiroidisme, dan insufisiensi adrena. Karena orang dewasa telah menyelesaikan pertumbuhan somatisnya, maka tinggi tubuh pasien dewasa dengan hipotuitarisme adalah normal. Adapun tanda dan gejalanya yang mungkin ditemukan yaitu : 1. Terjadinya hipogonadisme. 2. Penurunan libido, impotensi, progresif pertumbuhan rambut dan bulu ditubuh, jenggot, berkurangnya perkembangan otot pada pria. 3. Pada wanita, berhentinya siklus menstruasi atau aminorea yang merupakan tanda awal dari kegagalan hipofisis. Kemudian di ikiti atrofi payudara dan genetalia eksterna. (Price Syvia A, 2005:1216-1217) Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan intara kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup besar. Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali (tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia (nyeri sendi). Hiperprolaktinemia : amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada wanita, impotensi pada pria. Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus, osteoporosis. Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada anakanak. Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria, amenore pada wanita. Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari hipertiroidism. Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium dari penurunan fungsi adrenal. Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia, dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.

1.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

8.

16

E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran ketosteroid dan hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun. 2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika. a. Foto polos kepala. b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional). c. Pneumoensefalografi. d. CTScan. e. Angiografi serebral. 3. Pemeriksaan Lapang Pandang. a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan. b. Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optik. 4. Pemeriksaan Diagnostik. a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron. b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH. c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum. d. Tes provokatif. F. Penatalaksanaan Pengobatan hipopituitarisme mencakup penggantian hormon-hormon yang kurang. GH manusia, hormon yang hanya efektif pada manusia, dihasilkan dari tehnik rekombinasi asam deoksiribonukleat(DNA), dapat digunakan untuk mengobati pasien dengan defesiensi GH dan hanya dapat dikerjakan oleh dokter spesialis. GH manusia jika diberikan pada anak-anak yang menderita dwarfisme hipofisis, dapat menyebabkan peningkatan tinggi badan yang berlebihan. GH manusia rekombinan juga dapat digunakan sebagai hormon pengganti pada pasien dewasa dengan panhipopituitarisme. Hormon hipofisis hanya dapat diberikan dengan cara disuntikan. Sehingga, terapi harian pengganti hormon kelenjar target akibat defesiensi hipofisis untuk jangka waktu yang lama, hanya diberikan sebagai alternatif. G. Asuhan Keperawatan Fokus 1. PENGKAJIAN Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup: a. Riwayat penyakit masa lalu Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala. b. Sejak kapan keluhan diarasakan

17

c. d. e. f. g. -

h. i. -

Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja. Apakah keluhan terjadi sejak lahir.Tubuh kecil dan kerdil sejak lahirterdapat pada klien kretinisme. Kaji TTV dasar untukperbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang. Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan perumbuhan anak dengan standar. Keluhan utama klien: Pertumbuhan lambat. Ukuran otot dan tulang kecil. Tanda tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain lain. Interfilitas. Impotensi. Libido menurun. Nyeri senggama pada wanita. Pemeriksaan fisik Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis). Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum danfungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti : Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika. Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin, testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan hipopituitarisme adalah: a. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan. b. Koping individu tak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit. c. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.
18

d. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus. e. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan. f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot. g. Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal. h. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan Melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat gangguan hormonal.
3.

a. b. c. d. e.

INTERVENSI Secara umum tujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis adalah : Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi. Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan. Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Klien bebas dari rasa cemas. Klien terhindar dari komplikasi.

1. Dx : Gangguan Citra Tubuh Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi. Kriteria Hasil : a. Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola makan, kehadiran diri. b. Penampilan dalam perawatan diri / tanggung jawab peran. Intervensi : a. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan. R: Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan. b. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan. R: Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara bertahap akan mulai menerima kenyataan. c. Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien. R: Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahaman tidak terjadi. d. Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama. R: Sebagai problem solving
19

e.

Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien lain. R/ Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi perawatan/ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran. IMPLEMENTASI Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. EVALUASI Evaluasi dilihat dari hasil implementasi yang telah dilakukan.

4.

5.

20

DAFTAR PUSTAKA

Tucker, Susan Martin, dkk.(2000). Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. Edisi5. Jakarta: EGC Corwin, E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Maesaro, Mesa. (2010). Asuhan Keperawatan Kasus Hernotomi. Diakses 28 Maret 2011, dari web site: http://mezzonk.wordpress.com/2010/12/02/14/ Herlambang. (2010). Sistem Endokrin. Diakses 28 Maret 2011, dari web site: http://www.scribd.com/doc/42064074/Sistem-Endokrin Setyawan. (2011). Hipopituitari: Makalah Sistem endokrin. Diakses 28 Maret 2011, dari web http://kesehatanstikes27.wordpress.com/2011/01/19/hipopituitari/ Santa Teresa, K. (2010). Askep Gangguan Kelenjar Hipofise. Diakses 04 April 2011, dari web http://www.scribd.com/doc/39579702/askep-Gangguan-Kelenjar-Hipofise

21

You might also like