You are on page 1of 11

A. Jenis Bahan Kedokteran Gigi 1.

Logam The Metal Hand Book (1992) mendefinisikan logam sebagai substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar (konduktor) panas atau listrik yang baik serta bila dipoles, merupakan pemantul sinar yang baik. Logam campur untuk kedokteran gigi didefinisikan sebagai logam yang mengandung 2 atau beberapa unsur, sekurangkurangnya dari satu diantaranya adalah logam dan semuanya larut dalam keadaan yang dicairkan (Anusavice, 2004). Logam pada umumnya tahan terhadap serangan kimia, tetapi beberapa logam memerlukan unsure campuran untuk menahan karat dan korosi dalam lingkungan mulut. Sebagai contoh kromium oksida. Logam mulia amat tahan terhadap korosi kimia dan oksidasi serta tidak memerlukan unsur pencampur untuk tujuan ini. Namun, logam mulia murni harus dicampur untuk memberikan kekuatan yang cukup terhadap deformasi dan fraktur bila digunakan untuk restorasi cor (Campuran padat dari logam dengan 1 atau lebih unsur non-logam atau logam lain disebut logam campur. Sebagai contoh, sejumlah kecil karbon ditambahkan pada besi untuk membentuk baja. Sejumlah kromium ditambahkan pada besi dan karbon untuk membentuk baja antikarat, suatu logam campur yang amat tahan terhadap korosi. Untuk meningkatkan ketahanan korosi baik pada nikel maupun kobalt, kromium juga ditambahkan untuk membentuk 2 basis logam campur yang dominan digunakan dalam kedokteran gigi. Meskipun emas murni juga mempunyai ketahanan terhadap korosi yang tinggi, tembaga ditambahkan untuk meningkatkan kekuatannya dan ketahannya terhadap deformasi plastik. Logam campur awal berkembang melalui berbagai uji dan percobaan tetapi logam campur untuk tujuan khusus yang akhir akhir ini digunakan adalah hasil perkembangan teknologi (Annusavice, 2004) 1.1 Macam-Macam Logam dan Logam Campur 1.1.1 Logam Dari 103 unsur yang terdapat pada tabel susunan berkala dari unsur, sekitar 81 dapat diklasifikasikan sebagai logam. Berdasarkan keilmiahannya, unsur logam dapat dikelompokkan menurut kepadatan, kelenturan, titik cair, dan kemurnian. Ini menunjukkan bahwa sifat logam berkaitan erat dengan konfigurasi valensi elektron. Pengelompokan dari unsur logam murni ringan dan berat dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Susunan Berkala dari Unsur

1.1.2 LOGAM CAMPUR Kegunaan unsur logam murni cukup terbatas. Logam murni cenderung lunak dan seperti besi, kebanyakan logam tersebut cenderung mudah terkorosi. Logam-logam banyak digunakan untuk kehidupan beserta konstanta fisiknya. Logam ini mempertahankan sifat logamnya meskipun saat bahan tersebut tidak murni dan dapat menoleransi penambahan unsur lain baik dalam kondisi padat maupun cair (Anusavice, 2003)1 Jadi, untuk mengoptimalkan sifat, kebanyakan dari logam yang biasa digunakan adalah campuran dari 2 atau lebih unsur logam atau pada beberapa keadaan, logam dengan non-logam. Meskipun campuran tersebut dapat dibuat dengan berbagai cara, umumnya dihasilkan dari fusi unsur-unsur diatas titik cairnya. Campuran padat dari logam dengan 1 atau lebih unsur non logam atau logam lain disebut logam campur. Sebagai contoh, sejumlah kecil karbon ditambahkan pada besi dan karbon untuk membentuk baja anti karat, suatu logam campur yang dominan digunakan dalam kedokteran gigi. Meskipun emas murni juga mempunyai ketahanan terhadap korosi yang tinggi, tembaga ditambahkan untuk meningkatkan kekuatannya terhadap deformasi plastik. Logam campur awal berkembang melalui berbagai uji dan percobaan tetapi logam campur untuk tujuan khusus yang akhir-akhir ini digunakan adalah hasil perkembangan teknologi (Anusavice, 2003).1

2. Polimer

Banyak material di kedokteran gigi yang mempunyai bahan basis polimer. Bahan-bahan ini dapat dibagi kepada empat bagian yaitu elastomer, polimer komposit, akrilik dan, agar dan alginat. Polimer terbentuk dari hasil gabungan beberapa unit molekul mer (tunggal). Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi susunan suatu rantai polimer yaitu berat molekul, cross-linking dan jumlah copolymer. Polimer terhasil dari suatu proses yang dinamakan proses polimerisasi. Proses polimerisasi ini dapat dibagi kepada dua bagian utama yaitu polimerisasi adhisi dan polimerisasi kondensasi. Proses polimerisasi adhisi dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu polimerisasi adhisi radikal bebas dan polimerisasi ring-opening. Setiap bahan berbasis polimer di kedokteran gigi mempunyai proses polimerisasi yang berbeda antara satu sama yang lain. Empat tipe bahan cetak elastomer yang sering digunakan di kedokteran gigi adalah polisulfida, addition silicone, condensation silicone, dan poliether yang tersedia dalam dua pasta yang dikemas sebagai base dan accelarator. Polimer komposit terdiri dari matriks resin organik, bahan pengisi inorganik dan agen coupling. Akrilik terdiri dari monomer yang disebut metil metakrilat atau MMA yang tersedia dalam bentuk heat-cured resin atau cold-cured resin. Hidrokoloid agar merupakan bahan cetak reversible yang pertama berjaya digunakan dalam kedokteran gigi dan disebut hidrokolid reversible karena transformasi gel ke sol yang reversible dengan pemanasan. Alginat adalah salah satu bahan cetak aqueous yang sangat luas digunakan dalam kedokteran gigi dan merupakan sejenis bahan cetak hidrokoloid yang irreversible. Setiap material yang berbasis polimer mempunyai komposisi dan struktur yang berbeda. Bahanbahan yang berbasis polimer ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Polisulfida merupakan bahan cetak yang menghasilkan detail permukaan yang baik namun mempunyai bau dan rasa yang kurang nyaman. Silikon konvensional atau condensation silicone merupakan bahan cetak silikon yang dikembangkan untuk mengatasi beberapa kelemahan dari polisulfida. Addition silicone diperkenalkan setelah condensation silicone dengan ciri-ciri yang lebih baik dan juga dikenal dengan nama poly vinyl siloxane. Polieter mempunyai ciri-ciri mekanikal dan stabilitas dimensi yang baik tetapi mempunyai working time yang singkat dan materialnya sangat kaku. Polimer komposit mempunyai warna dan tekstur bahan yang bisa disamakan dengan gigi pasien dan mempunyai nilai estetis yang baik. Akrilik sebagai bagian dari gigi tiruan mempunyai biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan rongga mulut. Agar menghasilkan cetakan yang akurat namun saat ini alginate lebih banyak digunakan sebagai bahan cetak. Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid yang irreversible dan lebih banyak digunakan dibandingkan agar karena pemakaiannya yang lebih mudah.

3. Keramik

Keramik telah banyak digunakan sebagai material pengganti dalam ilmu kedokteran gigi. Hal ini meliputi material untuk mahkota gigi, tambalan dan gigi tiruan. Keramik kedokteran gigi adalah bahan kedokteran gigi yang juga disebut porselain yang mempunyai estetik tinggi, namun brittle (rapuh). Biasanya digunakan sebagai gigi tiruan tetap seperti jembatan, crown, atau sebagai anasir gigi tiruan lepasan.1 Pengertian Dental Keramik Kata keramik berasal dari bahasa Yunani keramos yang artinya benda yang dibakar. Namun secara spesifik diartikan sebagai bahan yang diproduksi dengan cara dibakar. Bahan ini bersifat opaque, relatif lemah, berporous, dan tidak cocok untuk digunakan dalam kedokteran gigi. Keramik pada dasarnya tersusun atas kaolin. Pencampuran kaolin dengan mineral lain seperti silika dan feldspar menjadikannya translusen dan memberikan kekuatan ekstra yang dibutuhkan untuk restorasi dental. Bahan yang mengandung komposisi tambahan inilah yang dinamakan porcelain.1 Porcelain dapat diproduksi dalam berbagai warna dan sifat translusensinya memberikan kedalaman warna yang tidak bisa diperoleh dari bahan lain.1 Zaman sekarang ini, dental keramik merupakan bahan restoratif yang warnanya paling cocok dengan gigi. Bahan ini juga sangat tahan lama karena sifatnya yang kedap terhadap cairan mulut, dan kompatibel.3 Karena itu, tidaklah mengejutkan bila porcelain dalam kedokteran gigi digunakan untuk memproduksi gigi palsu, mahkota, jembatan, dan veneers.1
1. Mc Cabe JF, Walls AWG. Applied Dental Materials. 9th ed. Oxford: Blackwell Publishing, 2008: 89-99

4. Komposit Definisi Komposit Komposit didefinisikan sebagai dua macam atau lebih material yang digabungkan atau dikombinasikan dalam skala makroskopis ( dapat terlihat langsung oleh mata)sehingga menjadi material baru yang lebih berguna.komposit terdiri dari 2 bagian utama yaitu :

Matriks, berfungsi untuk perekat atau pengikat dan pelindung filler (pengisi) dari kerusakan eksternal. Matriks yang umum digunakan : carbon, glass, kevlar, dll Filler (pengisi), berfungsi sebagai Penguat dari matriks. Filler yang umum digunakan : carbon, glass, aramid, Kevlar. Bahan restorasi resin komposit merupakan bahan tumpatan yang paling digemari oleh pasien dan dokter gigi saat ini. Hal ini dikarenakan nilai estetik yang dihasilkan bahan restorasi ini sangat memuaskan. Selain itu, restorasi resin komposit menghasilkan ikatan yang baik terhadap permukaan enamel atau dentin. Bahan

restorasi resin komposit pertama kali ditemukan pada tahun 1951 oleh Knock dan Glenn. Sejak saat itu, bahan restorasi resin komposit terus berkembang hingga sekarang. Dan pada tahun 1962, Bowen mengembangkannya dengan menambahkan bahan bisphenol glycidyl dimethacrylate (bis-GMA) yang berperan dalam menguatkan ikatan kimia antara partikel pengisi resin komposit. Sampai saat ini, semua jenis resin komposit telah mengandung bis-GMA.
(Manappallil JJ, George A, Kumar GV,et al. Basic Dental Materials. India: Jaypee Brothers Medical Publishers, 1998: 331)

B. Sifat Dental Material 1. Sifat Fisik a. Abrasi dan Ketahanan Terhadap Abrasi Kekerasan sering kali digunakan sebagai suatu petunjuk dari kemampuan suatu bahan menahan abrasi atau pengikisan. Namun, abrasi merupakan mekanisme kompleks pada lingkungan mulut yang mencakup interaksi antara sejumlah faktor. Untuk alasan ini, peran kekerasan sebagai suatu prediktor ketahanan abrasi adalah terbatas. Seringkali abrasi digunakan untuk membandingkan bahan-bahan dengan klasifikasi tertentu, seperti satu merek logam tuang dengan merek lain jenis logam tuang campuran yang sama. Tapi, kekerasan kurang sahih bila digunakan untuk mengevaluasi kelas bahan yang berbeda, seperti bahan logam dengan resin sintetik. Keterandalan pengujian in vitro terhadap ketahanan abrasi adalah sesuatu yang dirancang untuk mensimulasi sedekat mungkin jenis abrasi tertentu dimana bahan akan digunakan secara in vivo. Meskipun demikian, pengujian keausan secara in vitro tidak selalu memprediksi keausan in vivo secara akurat karena besarnya kerumitan di bidang klinis. Pengikisan email oleh keramik dan bahan restorasi lainnya telah dketahui. Namun, kekerasan suatu bahan hanyalah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi keausan permukaan email yang berkontak dengan bahan. Faktor utama lain termasuk tekanan gigitan, frekuensi pengunyahan, sifat abrasif makanan, komposisi cairan, perubahan temperatur, kekerasan tiap permukaan, sifat fisik bahan, dan ketidakteraturan permukaan gigi seperti adanya alur (groove), ceruk (pit), atau lingir (ridge) anatomis yang kecil. Pengikisan email gigi yang berlebihan oleh mahkota keramik lawannya cenderung terjadi pada pasien dengan tekanan gigit yang kuat dan permukaan keramik yang kasar. Meskipun klinisi tidak dapat mengendalikan tekanan gigit seorang pasien, mereka dapat memoles permukaan keramik yang aus untuk mengurangi tingkat keausan email yang destruktif.

b. Kekentalan Sampai disini, diskusi mengenai sifat fisik bahan kedokteran gigi terutama dititikberatkan pada sifat bahan padat tersebut yang terpajan berbagai jenis tekanan pada temperatur ruangan atau

temperatur mulut. Namun, kebanyakan, bila tidak semua, logam-logam adalah berwujud cair pada tahap-tahap tertentu dalam aplikasinya dibidang kedokteran gigi. lebih jauh lagi, keberhasilan atau kegagalan dari suatu bahan tertentu bergantung pada sifatnya dalam wujud cair sama seperti sifatnya dalam wujud padat. Misalnya seperti semen dan bahan cetak yang mengalami perubahan wujud dari cair ke padat di dalam mulut. Produk gipsum yang digunakan dalam pembentukan model dan die, serta logam tuang adalah bahan-bahan berbentuk cairan yang menjadi struktur yang padat di luar mulut. Bahan amorf seperti malam dan resin nampaknya padat tetapi sebenarnya cairan yang diinginkan dibawah titik normal mengalir seperti plastik dan mudah dibentuk (irreversible) atau bersifat elastik (reversible) dibawah tekanan rendah. Cara-cara dimana bahan ini berubah bentuk atau mengalir bila dipajankan pada tekanan adalah penting dalam penggunaannya dibidang kedokteran gigi. penelitian perihal karakteristik aliran merupakan dasar dari ilmu reologi. Meskipun suatu cairan tidak dapat menahan tekanan geser (gaya geser per unit daerah geser), kebanyakan cairan bila dibuat bergerak, menahan gaya beban yang membuatnya bergerak. Ketahanan untk bergerak disebut viscositas atau kekentalan dan dikendalikan gaya friksi internal dalam cairan. Kekentalan adalah ukuran konsistensi suatu cairan beserta ketidakmampuannya untuk mengalir. Cairan dengan kekentalan tinggi mengalir lambat karena viscositasnya yang tinggi. Bahan kedokteran gigi yang mempunyai kekentalan yang berbeda bila digunakan untuk penerapan klinis tertentu. Perbedaan kekentalan ini dikenal oleh asisten dokter gigi, dokter gigi itu sendiri beserta siswa kedokteran gigi yang membandingkan sifat aliran semen ionomer-kaca, yang lebih kental daripada semen fosfat, bila keduanya dicampur dengan tepat sebagai bahan perekat. Kekentalan dari kebanyakan cairan meningkat cepat dengan meningkatnya temperatur. Kekentalan bergantung pada perubahan wujud sebelumnya dari cairan. Suatu cairan jenis ini yang menjadi kurang kental dan lebih cair di bawah tekanan, disebut tiksotropik. Pasta profilaksis gigi, plaster, semen resin, dan beberapa bahan cetak adalah tiksotropik. Sifat tiksitropik dari bahan-bahan ini menguntungkan karena membuat bahan tidak mengalir dari sendok cetak sampai dapat diletakkan diatas jaringan mulut, sedang pasta proflaksis tidak mengalir dari mangkuk karet sampai mangkuk berputar terhadap gigi yang akan dibersihkan. Bila bahan-bahan ini diaduk dengan cepat dan kekentalannya diukur, nilai yang lebih rendah diperoleh dibandingkan bila bahan tersebut tidak diapa-apakan.

c. Struktur dan Relaksasi Tekanan

Setelah suatu senyawa diubah bentuk secara permanen (deformasi plastik), akan ada tekanan internal yang terjebak. Sebagai contoh, dalam suatu senyawa kristal atom-atom dalam pola ruang

geometrik berubah tempat dan sistem tersebut tidak dalam keseimbangan. Hal yang sama berlaku untuk struktur amorf, yaitu beberapa molekul menjadi terlalu berdekatan dan yang lain menjadi terlalu berjauhan setelah senyawa tersebut diubah bentuknya secara permanen. Diketahui bahwa ternyata situasi tersebut tidaklah stabil. Atom-atom yang berpindah tidak dalam posisi seimbang. Melalui proses difusi wujud padat yang diatur oleh energi termal, atom-atom tersebut perlahan-lahan bergerak kembali ke posisi seimbangnya. Hasilnya adalah suatu perubahan dalam bentuk dan kontur benda padat sebagai manifestasi besar dari pengaturan kembali posisi atom atau molekul. Bahan tersebut melengkung atau distorsi. Dilepaskannya tekanan dikenal sebagai relaksasi. Kecepatan relaksasi meningkat dengan meningkatnya temperatur. Misalnya bila suatu kawat ditekuk, kawat tersebut cenderung mejadi lurus kembali bila dipanaskan sampai temperatur tinggi. Pada temperatur kamar, relaksasi atau difusi seperti itu mungkin diabaikan, namun sebaliknya, ada beberapa bahan kedokteran gigi bukan kristal seperti malam, resin dan gel, yang ketika dimanipulasi dan didinginkan kemudian dapat mengalami relaksasi (distorsi) pada temperatur yang meningkat, karena perubahan dimensi akibat relaksasi mungkin meghasilkan ketidaktepatan piranti kedokteran gigi.

d. Creep dan Aliran Para ahli teknik yang merancang struktur-struktur untuk menahan tekanan dan temperatur tinggi harus menghadapi sifat reologi (atau aliran) dari bahan padat. Bila suatu logam dipanaskan pada temperatur mendekati titik leburnya dan dipajankan terhadap tekanan konstan, geseran yang dihasilkan akan meningkat sebanding dengan fungsi waktu. Creep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu dari suatu bahan dibawah muatan statis atau tekanan konstan. Fenomena yang berhubungan dengan kelengkungan adalah potensi perubahan bentuk dari struktur logam mahkota jembatan panjang pada temperatur pembakaran porselen dibawah pengaruh massa gigi tiruan. Untuk ketebalan tertentu, massa mahkota tiruan yang lebih tinggi biasanya mengalami tekanan fleksural yang lebih besar, jadi lebih besar fleksural creepnya. Aliran logam biasanya terjadi begitu temperatur mendekati beberapa ratus derajat dari kisaran temperatur lebur. Logam yang digunakan dalam kedokteran gigi untuk restorasi tuang atau substrat untuk vinir porselen mempunyai titik lebur yang sedikit lebih tinggi daripada temperatur mulut dan karenanya tidak rentan terhadap deformasi creep kecuali bila dipanaskan sampai temperatur yang amat tinggi.pengecualian yang paling penting adalah amalgam kedokteran gigi yang memiliki komponen dengan titik lebur hanya sedikit diatas temperatur ruangan. Karena kisaran leburnya rendah, amalgam kedokteran gigi dapat mengalir perlahanpada daerah gigi yang direstorasi, dibawah tekanan periodik yang dipertahankan seperti yang terjadi pada pasien yang

mempunyai kebiasaan clenching. Karena creep menyebabkan deformasi plastik terus-menerus, proses tersebut dapat merusak bahan restorasi. Istilah yang hampir sinonim adalah aliran. Diingatkan kembali bahwa aliran digunakan dalam diskusi sifat reologi dari cairan dan sekarang diterapkan pada bahan amorf yang tidak mengherankan bila kita mempertimbangkan strukturnya. Silly putty adalah contoh yang baik untuk substansi tesebut. Bahan tersebut patah pada tingkat regangan yang cepat, namun bila ditempatkan sebagai suatu bulatan pada meja dan dibiarkan beberapa waktu bahan tersebut akan menjadi gepeng karena beratnya sendiri. Istilah aliran bukan creep, umumnya digunakan dalam kedokteran gigi untuk menggambarkan reologi dalam bahan amorf seperti malam. Aliran dari malam adalah ukuran dari kemampuannya untuk berubah bentuk dibawah muatan statis yang kecil, bahkan dihubungkan dengan massanya sendiri. Meskipun creep atau aliran dapat diukur dibawah berbagai jenis tekanan, kompresi biasanya digunakan dalam pengujian bahan kedokteran gigi. sebuah silinder dengan ukuran tertentu dipajankan terhadap tekanan kompresif tertentu untuk waktu dan temperatur tertentu. Creep atau aliran diukur sebagai persentasi pemendekan yang terjadi dengan kondisi pengujian ini. Creep adalah pertimbangan penting bagi bahan kedokteran gigi apapun, yang harus dipertahankan pada temperatur yang mendekati titik leleh untuk periode yang diperpanjang.

e. Warna dan Persepsi Warna Bagian selanjutnya membahas sifat-sifat yang diperlukan agar suatu bahan dapat merestorasi fungsi dari jaringan asli yang rusak atau hilang. Tujuan lain dari perawatan gigi yang juga penting adalah merestorasi warna dan penampilan gigi asli. Pertimbangan estetik dalam kedokteran gigi restoratif dan prostetik dianggap menduduki prioritas tinggi dalam beberapa dekade terakhir ini. Sebagai contoh, pencarian bahan restorasi untuk tujuan umum yang ideal, bahan pengisi langsung dan bahan restorasi sewarna gigi adalah suatu tantangan dalam berbagai penelitian bahan kedokteran gigi akhir-akhir ini. Karena dentistri estetika sangat mementingkan kemampuan artistik dokter gigi dan teknisi, pengetahuan mengenai prinsip ilmu yang mendasari bahan kedokteran gigi adalah penting. Itu khususnya berlaku untuk restorasi yang makin populer yang melibatkan bahan keramik. Cahaya adalah radiasi elektromagnetik yang dapat terdeteksi oleh mata manusia. Mata sensitif terhadap panjang gelombang lebih kurang 400 (ungu) sampai 700 nm (merah gelap). Intensitas cahay yang dipantulkan dan kombinasi intensitas panjang gelombang yang ada pada pancaran cahaya menentukan sifat penampilan (corak, nilai dan kroma). Agar suatu obyek dapat dilihat,

obyek harus memantulkan atau meneruskan cahaya yang diterimanya dari sumber dari luar. Hal yang terakhir merupakan obyek yang menarik dalam bidang kedokteran gigi. Cahaya yang ada biasanya plikromatik, yaitu beberapa campuran dari berbagai panjang gelombang. Cahaya yang ada diserap atau dihamburkan secara selektif atau keduanya, pada panjang gelombang tertentu. Distribusi spektrum dan cahaya yang dipantulkan atau diteruskan mempunyai cahaya yang terlihat, meskipun panjang gelombang tertentu menjadi kurang besarnya. Fenomena penglihatan dan istilah tertentu dapat digambarkan dengan mempertimbangkan respons mata manusia terhadap cahaya yang datang dari suatu obyek. Cahaya dari suatu obyek yang diterima mata difokuskan pada retina dan diubah menjadi impuls saraf yang diteruskan ke otak. Sel yang berbentuk konus pada retina mata bertanggungjawab atas penglihatan mata. Selsel ini memiliki ambang intensitas yang diperlukan untuk melihat warna dan juga menunjukkan suatu kurva respons yang berhubungan dengan panjang gelombang cahaya yang ada. Mata paling sensitif pada daerah hijau-kuning (panjang gelombang 550 nm), dan paling tidak sensitif pada kedua nilai ekstrem, yaitu merah atau biru. Karena respons saraf menyangkut penglihatan warna, stimulasi terus-menerus dari suatu warna bisa menyebabkan kelelahan warna dan penurunan respons mata. Sinyal dari retina direspons oleh otak untuk menghasilkan persepsi warna psiko-fisiologis. Defek pada bagian tertentu dari reseptor penerima warna menyebabkan kebutaan warna yang berbeda-beda, jadi manusia bervariasi kemampuannya dalam membedakan warna. Dalam pengertian ilmiah, seseorang mungkin menyamakan mata manusia normal dengan kalorimeter yang amat sensitif terhadap perbedaan warna, yaitu suatu instrumen ilmiah yang mengukur intensitas dan panjang gelombang cahaya. Meskipun kalorimeter lebih tajam dari mata manusia dalam mengukur sedikit perbedaan warna pada obyek berwarna, hal ini dapat menjadi tidak akurat bila digunakan pada permukaan kasar atau melengkung. Mata dapat membedakan antara warna yang terlihat berdampingan pada permukaan halus atau tidak teratur, baik melengkung ataupun datar. Tiga Dimensi Warna. Penggambaran verbal warna tidak cukup tepat untuk menggambarkan penampilan gigi. untuk menggambarkan warna ungu kecoklatan yang disebut puce, kamus New International Webster, edisi ketiga mendefinisikan kata tersebut sebagai merah tua yang lebih kuning dan kurang pekat dari buah cranberry, lebih pucat dan sedikit lebih kuning dari dari ratarata batu garnet, lebih biru kurang pekat, dan sedikit lebih muda dari buah delima, dan lebih biru serta lebih pucat dari rata-rata anggur. Definisi ini terlalu rumit bila digunakan untuk mengambarkan warna yang diinginkan dari suatu mahkota gigi tiruan bagi teknisi laboratorium. Jadi penggambaran tertulis tidak selalu secara jelas dan nyata dan memungkinkan seseorang untuk mengerti warna yang dimaksud. Untuk menggambarkan secara akurat persepsi kita terhadap suatu cahaya yang dipantulkan dari permukaan gigiatau restorasi, ada 3 variabel yang harus diukur. Secara kuantitatif warna dan penampilan harus digambarkan dalam 3 dimensi ruang warna dengan mengukur corak, nilai dan kroma. Corak digambarkan sebagai warna

dominan dari suatu obyek, misalnya merah, hijau, atau biru. Ini mengacu pada panjang gelombang dominan yang ada didistribusi spektrum. Kelanjutan dari corak ini menciptakan warna penuh. Untuk obyek yang mendifusikan cahaya dan memantulkan cahaya seperti gigi atau mahkota gigi tiruan, atau pantulan berkilau, nilai adalag terang atau gelap suatu warna yang dapat diukur diluar corak. Kroma mewakili derajat kejenuhan suatu corak tertentu seperti nilai yang bervariasi dalam arah vertikal, kroma bervariasi dalam arah berputar. Warna dipusat lebih pudar (abu-abu). Dengan kata lain makin tinggi kroma, warna makin tajam. Kroma tidak berdiri sendiri tetapi selalu dihubungkan dengan corak dan nilai. Dikamar praktik atau laboratorium gigi, penyesuaian warna dikerjakan dengan menggunakan petunjuk warna (shade guide) untuk memilih warna vinir keramik, inlay, atau mahkota tiruan yang akan dibuat oleh teknisi laboratorium. f. Sifat Termofisika Konduktivitas Termal. Penyaluran panas melalui senyawa padat biasa terjadi dengan bantuan konduksi. Konduksi panas terjadi melalui interaksi getaran-getaran ruang geometrik dan dengan derakan elektron serta interaksinya dengan atom. Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa baik panas disalurkan melalui suatu bahan dengan aliran konduksi. Kecepatan aliran panas melalui suatu struktur adalah sebanding baik terhadap daerah (tegak lurus dengan arah aliran panas) melalui mana panas tersebut dikonduksikan dan terhadap gradien temperatur sepanjang struktur tersebut. Jadi bila suatu struktur mengandung pori-pori yang cukup banyak, kemamuan daerah untuk melakukan konduksi berkurang dan kecepatan aliran panas berkurang. Difusi Termal. Nilai difusi termal suatu bahan mengendalikan besarnya waktu perubahan temperatur begitu panas melewati suatu bahan. Besarnya dapat diukur pada saat suatu benda dengan temperatur yang tidak sama mencapai keseimbangan termal. Meskipun konduktor termal dari Oksida Seng-Eugenol sedikit lebih rendah daripada dentin, difusinya lebih dari 2 kali yang dimiliki dentin. Akar pangkat dua dari difusi termal adalah proporsi tidak langsung dari kemampuan isolator, sedang ketebalan dari basis semen adalah langsung berhubungan dengan kemampuannya sebagai isolator. Jadi, ketebalan pelapik (linear) adalah faktor isolasi termal yang lebih penting daripada difusi termal. Koefisien Ekspansi Termal. Sifat termal yang terkadang penting bagi dokter gigi adalah koefisien ekspansi termal linier yang didefinisikan sebagai perubahan panjang per unit panjang asal suatu benda bila temperatur dinaikkan 10C. Restorasi gigi mungkin mengalami ekspansi atau kontraksi yang lebih besar daripada gigi asli selama ada perubahan temperatur, jadi restorasi mungkin bocor atau terlepas ikatannya dari gigi. koefiesien ekspansi yang tinggi dari malam inlay juga penting karena bahan tersebut amat rentan terhadap perubahan temperatur. Misalnya, pola malam yang akurat, cocok dengan gigi yang telah dipreparasi, berkontraksi nyata bila diangkat dari gigi atau dari suatu die pada suasana asam dan kemudian disimpan pada suasana yag lebih dingin. Perubahan dimensi ini terjadi pula pada restorasi tuang yang dibuat

dengan proses model malam. Sama seperti, elemen gigi tiruan yang disusun pada basis malam dilaboratorium yang cukup panas, mungkin berubah posisinya dalam mulut begitu basis gigi tiruan dipindahkan ke ruangan yang lebih dingin sebelum dilakukan proses pembuatan gigi tiruan.
(Anusavice KJ. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 10.Jakarta: EGC, 2004: 2739)

You might also like