You are on page 1of 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Definisi ..............................................................................................................................3
II.2 Epidemiologi......................................................................................................................3
II.3 Patofisiologi dan Klasifikasi...............................................................................................3
II.4 Diagnosis............................................................................................................................6
II.5 Penatalaksanaan..................................................................................................................9
II.6 Komplikasi Pengobatan Ambliopia .................................................................................16
II.7 Prognosis .........................................................................................................................17
II.8 Kekambuhan Ambliopia Setelah Penghentian Pengobatan ............................................18
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang
Penglihatan

merupakan salah satu indra penting bagi manusia yang berfungsi dalam

penglihatan, selain itu membantu dalam perkembangan identitas diri, kepandaian dan keterampilan.
Proses penglihatan mengalami perkembangan dimulai sejak bayi lahir. Terdapat beberapa periode
kritis untuk mencapai tingkat yang matang. Periode kritis pertama yang paling menentukan ialah 6
bulan pertama kehidupan, kemudian sampai 2 tahun, berikutnya sampai 5 tahun. Sesudah 5 tahun
masih ada perkembangan, tetapi sudah tidak begitu pesat lagi sampai usia 9 tahun. Selama masa ini
sistem penglihatan peka terhadap faktor ambliopiogenik yaitu deprivasi cahaya, kurang fokusnya
alat optik dan strabismus. Hal ini dapat menyebabkan penurunan ketajaman secara perlahan yang
pada akhirnya menetap. 1,2
Sistem penglihatan saat lahir belum sempurna dengan tajam penglihatan 1 per tak terhingga.
Perkembangan tajam penglihatan berlangsung selama bulan pertama dalam kehidupan. Retina,
nervus optikus dan korteks visual mulai berkembang pada umur 1 minggu. Mielinisasi saraf optik,
perkembangan korteks visual dan pertumbuhan badan genikulatum lateral berlangsung selama dua
tahun pertama kehidupan. Fovea yang merupakan bagian dari retina yang paling sensitive,
perkembangan sempurna pada umur 4 tahun. Rangsangan penglihatan penting untuk perkembangan
penglihatan normal. Perkembangan jaras penglihatan di system saraf pusat membutuhkan otak
yang menerima banyangan dengan jelas dan seimbang. Berbagai proses yang mempengaruhi atau
menghambat perkembangan jaras penglihatan pada otak dapat menimbulkan ambliopia.2
Ambliopia adalah keadaan berkurangnya tajam penglihatan tapi tidak disertai kelainan
organik pada mata dan tidak dapat diperbaiki dengan kaca mata. Ambliopia merupakan kelainan
fungsi penglihatan dan masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia.

Penyebab

ambliopia terbanyak adalah strabismus. Insiden ambliopia pada tahun awal sebelum anak sekolah
lebih kurang 0,4 % per tahunnya. Dapat diasumsikan 2-3 % balita yang lahir tiap tahunnya dapat
kehilangan tajam penglihatan akibat ambliopia.2
ii

Ampliopia dapat dicegah dan diobati khususnya bila dapat terdeteksi dini. Oleh karena itu
upaya yang sangat penting dalam penanggulangannya ialah dalam hal melakukan deteksi dini kasuskasus ambliopia dan langkah langkah pengobatan secara dini dan adekuat berdasarkan hal diatas
maka perlu diketahui cara diagnosis dini bagi penderita ambliopia. Mendeteksi dini ambliopia pada
masa anak-anak dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan.
I.2. Batasan Masalah
Pembahasan Meet The Expert (MTE) ini dibatasi pada patofisiologi dan klasifikasi,
diagnosis, dan penatalaksanaan ambliopia.

I.3. Tujuan Penulisan


Penulisan MTE ini bertujuan untuk memahami dan menambah pengetahuan tentang
ambliopia.

I.4. Metode Penulisan


Metode penulisan MTE ini adalah tinjauan kepustakaan berdasarkan beberapa literatur .

I.5 Manfaat Penelitian


1. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
2. Memenuhi salah satu syarat kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP
DR. M. Djamil Padang.
3. Menambah informasi bagi para pembaca mengenai definisi, klasifikasi, etiologi,
epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, deteksi dini dan penatalaksanaan
ambliopa.

iii

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi
Ambliopia berasal dari bahasa Yunani amblys yaitu kabur, dan ops adalah penglihatan.
Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai
dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya dan pada
pemeriksaan secara oftalmoskopi tidak ditemukan kelainan patologis/struktural. Anak-anak rentan
menderita ambliopia hingga usia 7 tahun dan biasanya terjadi pada satu mata, namun dapat juga
terjadi pada kedua bola mata. Keadaan ini tidak berhubungan langsung dengan kelainan struktur
mata atau kelainan pada jalur visual posterior. Kurangnya tajam penglihatan pada ambliopia tidak
dapat dikoreksi dengan kaca mata dan tidak ditemukan kausa organik pada pemeriksaan fisik mata.
Pada kasus yang keadaannya baik dapat dikembalikan fungsi penglihatan dengan pengobatan. 1,3,4
II.2. Epidemiologi
Prevalensi ambliopia sulit untuk dinilai dan dibedakan pada setiap literatur, sekita 1-3,5%
pada anak yang tidak memiliki kelainan pada mata dan 4-5,3% pada anak dengan kelainan mata.
Ambliopia terjadi selama critical period dari perkembangan penglihatan yaitu dibawah
usia 2 tahun. Tingginya angka kejadian ambliopia terdapat pada anak dengan perkembangan
terlambat, prematur, dan memiliki riwayat keluarga yang menderita ambliopia. 5
II.3. Patofisiologi dan Klasifikasi
Ambliopia merupakan masalah perkembangan pada otak, bukan merupakan kelainan
organik yang terdapat pada mata (meskipun kelainan organik pada mata menyebabkan ambliopia
yang menetap setelah kelainan organik tersebut disembuhkan). Bagian dari otak yang berhubungan
dengan sistim penglihatan pada mata yang terganggu dan tidak diransang dengan benar nantinya
akan berkembang menjadi abnormal. Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral
atau bilateral disebabkan karena kehilangan pengenalan bentuk (kurang tegasnya bayangan yang
jatuh di fovea), interaksi binokular abnormal, atau keduanya pada masa perkembangan penglihatan.
iv

Perkembangan tajam penglihatan mata normal pada bayi dimulai sejak bayi baru lahir
dimana bayi akan menggerakkan kepala ke sumber penerangan yang kuat. Pada usia 6 minggu
mulai melakukan fiksasi, 3 bulan dapat menggerakkan mata kearah benda yang bergerak, 4-6 bulan
terjadi koordinasi penglihatan dengan gerakan mata selanjutnya 6-8 bulan dapat melihat dan
mengambil objek.1
Pada masa perkembangan penglihatan anak-anak sensitif terhadap stimulus abnormal yang
disebabkan deprivasi stimulus, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan. Secara umum,
periode kritis pada ambliopia deprivasi stimulus terjadi lebih awal daripada strabismus atau
anisometropia. Selain itu, waktu yang diperlukan untuk terjadi ambliopia lebih singkat pada
deprivasi stimulus daripada strabismus atau anisometropia. Mekanisme ambliopia secara
neurofisiologi masih belum jelas.

Tabel II.1. Perkembangan Penglihatan Milestones.4

1. Ambliopia Strabismik
Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam pada anak sebelum
penglihatan tetap). Ambliopia strabismik ini merupakan salah satu bentuk ambliopia yang paling
sering ditemukan dengan onset dini (usia <6 8 tahun). Pada ambliopia strabismik terjadi
supresi pada mata untuk mencegah gangguan penglihatan (diplopia), dimana kedudukan bola
mata tidak sejajar sehingga hanya satu mata yang diarahkan pada benda yang dilihat.1,2
Ambliopia strabismik terjadi pada sekitar 50% pasien dengan esotropia kongenital
(konstan tropia), tetapi sangat jarang pada pasien dengan strabismus intermiten (misal,
eksotropia intermiten) atau pada pasien strabismus yang disertai penyakit lain (misal, Duanes
sindrom) karena mereka dapat mengkompensasi dengan cara memalingkan wajah saat melihat.
Ambliopia strabismik dapat menjadi berat dan pada beberapa kasus visusnya 20/200 bahkan bisa
lebih buruk.3,4
2. Ambliopia Anisometropia
Ambliopia anisometropia merupakan jenis ambliopia terbanyak kedua setelah
ambliopia strabismus. Ambliopia anisometropia berkembang ketika terjadi kelainan refraksi
yang tidak sama pada dua mata yang menyebabkan bayangan pada satu retina tidak fokus
secara berkesinambungan. Kondisi ini sebagian dihasilkan dari efek langsung bayangan kabur
pada perkembangan tajam penglihatan pada mata yang dipengaruhi dan sebagian dari kompetisi
interokular atau hambatan yang sama (tapi tidak perlu identik) bertanggungjawab untuk
ambliopia strabismus. Secara relatif hiperopia derajat ringan atau anisometropia astigmat (1-2
D) dapat memicu ambliopia ringan. Anisometropia miopia ringan (kurang dari -3 D) biasanya
tidak menyebabkan ambliopia, tapi miopia tinggi unilateral (-6 D atau lebih) sering
menghasilkan kehilangan penglihatan ambliopia berat. Kalau strabismus ada, mata anak dengan
ambliopia isometrik terlihat normal pada keluarga dan dokter layanan primer, secara khas
menyebabkan terlambat dideteksi dan diobati.3
3.

Ambliopia deprivasi
Ambliopia deprivasi dulu disebut dengan ambliopia ex anopsia dan ambliopia

nirpakai kadang masih digunakan, yang disebabkan oleh obstruksi visual aksis. Penyebab
vi

terbanyak adalah katarak kongenital atau katarak didapat dini, tapi kekeruhan kornea,
perdarahan vitreus mungkin terlibat. Ambliopia deprivasi paling sedikit terjadi tetapi paling
merusak dan paling sulit diobati. Kehilangan penglihatan ambliopia merupakan hasil dari oklusi
unilateral aksis visual cenderung lebih buruk daripada yang dihasilkan dari deprivasi bilateral
dengan derajat yang sama karena efek interokular menambahkan pengaruh perkembangan
langsung degradasi bayangan berat. Bahkan pada kasus bilateral, bagaimanapun, ketajaman
penglihatan dapat 20/200 atau lebih buruk.3
Pada anak yang lebih kecil dari 6 tahun, densitas katarak kongenital yang menempati daerah
sentral, 3 mm atau lebih dianggap dapat menyebabkan ambliopia berat. Kepadatan lensa yang
sama didapat pada usia lebih dari 6 tahun secara umum sedikit lebih berbahaya. Small polar
katarak, dapat dilihat dengan retinoskopi, dan katarak lamelar dapat dilihat gambaran fundusnya
dengan baik, dapat menyebabkan ambliopia ringan sampai sedang atau dapat juga tidak berefek
pada perkembangan penglihatan. Ambliopia oklusi adalah bentuk dari ambliopia deprivasi yang
bisa dilihat dari terapi oklusi.3

II.4. Diagnosis
II.4.1 Deteksi Dini Ambliopia
Deteksi dan pengobatan terbaik pada ambliopia adalah pada saat awal kehidupan. Berbagai
macam program deteksi dini banyak dilakukan pada masa prasekolah. Para skreeners menggunakan
berbagai macam metode pemeriksaan seperti penilaian ketajaman penglihatan, tes stereopsis,
autorefraksi. Deteksi dini ambliopia pada masa prasekolah dapat mendeteksi 90% anak yang
menderita ambliopia. Penelitian Donahue mengatakan bahwa ada hubungan antara usia tua dengan
keparahan ambliopia dan deteksi dini ambliopa dapat memperlihatkan hasil yang baik setelah
pengobatan.
Ambliopia didiagnosis ketika penurunan ketajaman penglihatan tidak dapat dijelaskan
berdasarkan abnormalitas pemeriksaan fisik dan ditemukan berkaitan dengan penemuan kondisi
yang bisa menyebabkan ambliopia. Karakteristik penglihatan tidak dapat dibedakan secara nyata

vii

antara ambliopia dengan kehilangan penglihatan lainnya. Sebagai contoh crowding phenomenon
bukan suatu patognomonik pada ambliopia.3
Beberapa pemeriksaan digunakan untuk menegakkan diagnosis dan derajat ambliopia.
Pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan tajam penglihatan sejak bayi sampai usia 9 tahun
perlu untuk mencegah keadaan terlambat untuk melakukan perawatan. Pemeriksaan kedudukan
mata dan adanya reaksi pupil selain pemeriksaan fundus.
1. Penilaian ketajaman penglihatan
a. Ketajaman penglihatan jauh
b. Ketajaman penglihatan dekat
2. Tes crowding phenomenon
Penderita diminta membaca huruf kartu snellen sampai huruf terkecil yang dibuka
satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka satu persatu dan pasien
diminta membaca sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan ketajaman penglihatan
dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya fenomena crowding pada
mata tersebut. Mata ini menderita ambliopia.
3. Uji densiti filter netral
Dasar uji adalah diketahuinya bahwa pada mata yang ambliopia secara fisiologik
berada dalam keadaan beradaptasi gelap, sehingga bila pada mata ambliopia dilakukan uji
penglihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai filter densiti netral) tidak
akan terjadi penurunan ketajaman penglihatan.
Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan sehingga tajam
penglihatan pada mata normal turun 50% pada mata ambliopia fungsional tidak akan atau
hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan sebelumnya.
Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan berkurang satu
baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut ambliopia organik maka tajam
penglihatan akan sangat menurun dengan pemakaian filter tersebut.
viii

4. Uji Worths Four Dot


Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina abnormal,
supresi pada satu mata dan juling. Penderita memakai kacamata dengan filter merah pada
mata kanan dan filter biru pada mata kiri lalu melihat pada objek 4 titik dimana satu
berwarna merah, 2 hijau, 1 putih. Lampu atau titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan
dan hijau oleh mata kiri. Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau
hanya dapat dilihat oleh mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan sedang lampu
putih terlihat sebagai lampu campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata
juling akan tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal. Bila terdapat supresi
maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata dominan kanan atau 3 hijau bila mata kiri
dominan. Bila terlihat 5 titik (3 merah dan 2 hijau yang saling bersilangan) berarti mata
dalam keadaan eksotropia dan bila tidak bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.
Pemeriksaan Visus Pada Anak dan Bayi
-

Bayi baru lahir : Diperiksa menggunakan senter. Bayi baru lahir seharusnya sudah ada
perasaan silau dan menghindar, atau menutup matanya keras keras bila disinari.

Bayi 1 minggu harusnya mengenali atau mengarahkan pandangan ke muka ibunya, atau
orang sekitarnya dengan gerak kasar, meskipun matanya tak mengarah sama (juling
fisiologik)

Bayi 3-4 minggu arah kedua matanya sudah seharusnya sejajar menuju objek (tidak
juling lagi)

Bayi 1 bulan seharusnya sudah bisa melirik vertikal keatas.

Bayi 5 6 minggu harusnya menunjukkan minat mengikuti benda/senter, bergerak


dengan pandangannya sampai beberapa derajat, dan kembali dengan lambat bila senter
dimatikan.

Bayi 3 bulan seharusnya bisa mengikuti senter atau objek yang menariknya lebih
mantap, serta bertahan memandangnya didaerah lebih luas lagi ke pinggir dan kembali
dengan lebih cepat ke posisi asal bila senter dimatikan.
ix

Bayi 4

bulan sudah mulai mengenali mana yang jauh dan dekat sehingga bisa

meraih/memungut apa yang dilihatnya.


II.5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ambliopia termasuk sebagai berikut yaitu:
1. Menghilangkan yang menghalangi penglihatan seperti katarak
2. Koreksi kelainan refraksi yang signifikan
3. Memaksa menggunakan mata yang lemah dengan membatasi penggunaan mata yang
sehat
Langkah awal dalam terapi ambliopia strabismus adalah mengoreksi penuh saja jarang
memberikan hasil perbaikan dari ketajaman penglihatan. Oleh karena itu, terapi oklusi dan terapi
aktif dari penglihatan ataupun konsultasi dengan ahli mata juga merupakan bagian dari rencana
terapi pada ambliopia strabismik.4
Banyak ahli mata merekomendasikan terapi oklusi pada mata yang sehat, karena oklusi
nantinya dapat memperbaiki ketajaman penglihatan dari mata ambliopia tersebut. Kesulitan dari
terapi oklusi ini adalah pada anak-anak yang suka membuka penutup (oklusi) pada matanya. Lama
dari terapi oklusi ini lebih kurang 6-11,5 bulan, dengan efek maksimal oklusi tercapai pada 3-4
bulan pertama.4
Penatalaksanaan ambliopia anisometropia pada dasarnya adalah mengobati penyebabnya
termasuk memperbaiki kekeruhan media, koreksi refraksi dan dikuti dengan saran untuk
menggunakan mata yang ambliopia. Follow-up jangka panjang diperlukan untuk mendeteksi
kekambuhan. Terapi oklusi dan atropine penalization merupakan terapi yang paling umum. Optical
penalization dapat digunakan pada kasus tertentu dan biasanya digunakan bersamaan dengan
farmakologi penalization. Terapi pemeliharaan penting untuk mengurangi rekurensi tapi bukti
ilmiah tidak mendokumentasikan penggunaan maintenance therapy. Jika anak gagal merespon
terapi, investigasi terhadap kelainan retina ataupun kelainan saraf optic harus dilakukan.2
Penanganan ambliopia deprivasi, ketika obstruksi fisik signifikan jalur visual (sebagai
contoh : katarak kongenital) terdiagnosis dini, maka penanganan utama harus melibatkan ahli
x

ophtalmologi untuk menghilangkan obstruksi dalam waktu 2 bulan pertama kehidupan. Pada kasus
obstruksi fisik bilateral, pembedahan pada mata yang kedua dilakukan 1-2 minggu setelah
pembedahan pertama untuk meminimalisasikan periode dari hambatan binokular. Kelainan refraksi
lainnya harus segera dikoreksi , lebih disenangi dengan memakai kontak lens , dalam waktu 1
minggu setelah pembedahan. Mungkin juga dianjurkan untuk oklusi part-time (2 jam perhari)
dikombinasikan dengan teknik stimulasi visual. Direkomendasikan untuk follow up pasien dengan
interval 1 x dalam 2-4 minggu selama 1 tahun untuk memonitor ketajaman visual dan
perkembangan penglihatan binocular. Apabila dalam waktu 1 tahun koreksi optic memuaskan,
fisiologi kornea normal dan ketajaman visual meningkat dan stabil, maka pasien kemudian dapat
dimonitor dalam interval 1x 6 bulan.
Pada pasien dengan usia lebih dari 12 bulan yang memiliki obstruksi fisik , timbul
pertanyaan kondisi ini terjadi secara kongenital atau didapat saat usia 4-6 bulan pertama kehidupan.
Pada kasus ini, prognosis untuk peningkatan signifikan tajam penglihatan adalah buruk.
Direkomendasikan test elektrodiagnostik untuk menetapkan prognosis sebelum memulai terapi atau
konsultasi bedah.4

II.5.1 Eliminasi Penyebab Kekurangan Visual


Penghapusan secara tepat hambatan visual yang signifikan dari sumbu visual yang
diperlukan untuk pengobatan amblyopia. Terkadang keputusan apakah dilakukan operasi sulit
karena kekurangan bukanlah satu-satunya penyebab amblyopia, seperti ketika katarak ringan
dengan anisometropia atau hemangioma sebagian menghalangi sumbu visual dan menginduksi
silindris amblyopiogenic. Dalam kasus ini, uji coba pengobatan konservatif, seperti kacamata
dan patching, dapat membantu untuk menentukan jumlah pengurangan ketajaman visual yang
disebabkan oleh obstruksi sumbu visual.5
II.5.2 Kacamata
Kacamata, bila diperlukan, dapat menjadi pengobatan yang ampuh untuk amblyopia.
Tahap kacamata amblyopia berdasarkan studi pengobatan 5 (ATS5) terdaftar 84 anak usia 3-7

xi

tahun dengan riwayat anisometropic amblyopia tanpa pengobatan dan mengobati mereka hanya
dengan kacamata. Setelah 5 minggu, visus rata-rata anak-anak meningkat hampir dua baris, dan
59% telah meningkat dua baris atau lebih. Banyak anak-anak terus membaik selama beberapa
minggu, dan peningkatan rata-rata berdasarkan ketajaman pengukuran terbaik pada setiap
kunjungan hampir tiga baris. Salah satu temuan menarik dari penelitian ini adalah bahwa pasien
dengan strabismus membaik hanya dengan kacamata.
Berdasarkan hasil ini, pendekatan yang masuk akal adalah memulai patching segera
hanya jika follow-up yang kurang atau jika orang tua sangat cemas untuk memulai pengobatan
lebih agresif. Sebaliknya, kacamata saja dapat digunakan sampai ada resolusi amblyopia atau
perbaikan cara lain. Ada beberapa keuntungan untuk pendekatan ini. Pertama, anak tidak perlu
patch atau penalisasi karena kacamata saja menghasilkan resolusi amblyopia. Kedua, jika patch
diperlukan, ketajaman visual cenderung lebih baik ketika patching dimulai dibandingkan
dengan jika memulai pada waktu yang sama seperti kacamata. Seorang anak mungkin lebih
cenderung untuk memakai patch ketika mata amblyopic 20/50 bukan 20/100. Akhirnya, sangat
ideal untuk memperkenalkan pengobatan baru , bukan memulai kacamata dan patch pada waktu
yang sama. dengan cara ini, orang tua dapat fokus untuk mendapatkan kepatuhan terbaik
dengan satu pengobatan.
Amblyopia bilateral secara efektif diobati dengan kacamata. amblyopia studi pengobatan 7
(ATS7) menemukan bahwa ketajaman teropong meningkatkan hampir 4 baris setelah 1 tahun
pada 113 anak-berusia antara 3 dan 9 tahun dengan amblyopia bias bilateral. Anak-anak dengan
ketajaman dasar 20/100 atau lebih buruk menunjukkan peningkatan terbesar.5
II.5.3 Bedah Refraktif
Ada kemungkinan dimana seorang anak dengan kesalahan bias berat dan amblyopia tidak
mampu atau tidak mau memakai kacamata karena masalah perilaku atau keterlambatan
perkembangan. Pada kasus ini, bedah refraktif kornea unilateral atau bilateral memainkan
peran untuk mengurangi anisometropia atau ametriopia bilateral berat. Ekstraksi lensa telah
dilakukan untuk anak-anak dengan miopia bilateral yang parah. Dalam kasus-kasus tertentu,
risiko dan manfaat harus hati-hati dievaluasi sebelum operasi. Ketika mempertimbangkan bedah
refraktif

untuk

anak-anak

dengan

amblyopia
xii

anisometropic,

banyak

faktor

harus

dipertimbangkan. Faktor-faktor ini termasuk adanya strabismus atau penyebab lain dari
amblyopia, kebutuhan untuk pasca-operasi, dan kemungkinan kepatuhan terhadap pengobatan.5
II.5.4 Patch dan Efektivitasnya
Patch umumnya dianggap sebagai gold standar pengobatan amblyopia. Kebanyakan anak
menggunakan patch, yang memiliki keuntungan sepenuhnya pada mata sehat asalkan anak tidak
melepasnya. Kerugian dari patch adalah iritasi kulit dan biaya, terutama jika anak sering
melepas patch. Keuntungan berupa biaya yang murah dan tidak ada iritasi kulit.
Ketajaman visual dapat juga membaik dengan terapi selain patch, seperti konkuren
kacamata keausan dan meningkatkan kinerja uji dengan usia dan pengalaman, sehingga ATS5
membandingkan 2 jam patching setiap hari untuk kelompok kontrol kacamata untuk anak-anak
dengan dasar ketajaman antara 20/40 dan 20/400. Setelah 5 minggu, kelompok patching
memiliki ketajaman yang lebih baik, dengan peningkatan rata-rata 1,1 baris dibandingkan
dengan 0,5 baris untuk kontrol. Kohort sekunder hanya memiliki dua baris perbedaan pada
pengacakan intraokuler, atau tiga baris IOD dengan mata 20/32 amblyopic dan mata 20/16
suara. Meskipun diharapkan pada pasien ini akan meningkat sedikit karena sedikitnya ruang
untuk perbaikan, efek pengobatan relatif terhadap kontrol sama, memperkuat fakta bahwa
pasien yang mencapai ketajaman visual mendekati normal mengenakan kacamata dengan
penambahan patch.
Patching secara tradisional telah diresepkan penuh waktu atau hampir penuh-waktu, tetapi
banyak dokter sekarang lebih memilih untuk meresepkan 2 jam setiap hari atau beberapa penuh
waktu patching, dan paruh waktu patching lebih mudah bagi keluarga untuk menyelesaikan.
Pasien secara acak dengan amblyopic mata ketajaman visual antara 20/100 dan 20/400 untuk
full-time patching berbanding 6 jam sehari patch, dan kedua kelompok meningkat hampir lima
baris setelah 17 minggu. Anak-anak dengan amblyopia moderat, didefinisikan sebesar 20/40
-20/80, secara acak 6 jam patching vs 2 jam patching, dan kedua kelompok meningkat 2.4 baris
setelah 17 minggu. Meskipun banyak dari pasien dalam penelitian ini tidak memakai patch
sebanyak yang ditentukan, kepatuhan yang tidak konsisten adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi respon pengobatan amblyopia dalam praktek klinis, sehingga hasilnya langsung
diterapkan ke "dunia nyata". Sedikit jam perhari patch dapat bekerja dengan memberikan
xiii

stimulus yang cukup untuk banyak anak-anak untuk mencapai perbaikan tingkat maksimum,
yang mungkin terbatas pada tingkat biokimia dalam jalur okular-kortikal.5
II.5.5. Penalisasi
Kepatuhan yang rendah dengan menggunakan patching pada banyak anakanak,memungkinkan pemilihan terapi lain yaitu penalisasi. Jenis penalisai, antara lain atropin
tetes mata, penalisasi optikal menggunakan plano (kosong) lensa atau lensa listrik, atropin
dengan lensa plano, Bangerter filter (atau foil), dan tape translusen.
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika memutuskan pemilihan terapi
patching ataupun penalisasi, yaitu (1) usia anak, (2) kedalaman amblyopia, (3) kebutuhan untuk
kacamata, (4) jumlah hyperopia, (5) ada tidaknya strabismus, dan (6) dinamika keluarga. Usia
merupakan pertimbangan penting karena penalisasi jarang digunakan pada anak yang belum
bisa bicara dikarenakan ketajaman visual di mata normal tidak dapat diukur secara handal dan
diawasi secara ketat. Penalisasi jarang diperlukan pada bayi, karena mereka tidak dapat melepas
patch. Kedalaman amblyopia dipertimbangkan karena beberapa bentuk penalisasi mungkin
tidak berhasil dalam kasus amblyopia yang parah. Kebutuhan untuk kacamata dipertimbangkan
karena beberapa bentuk penalisasi seperti foil Bangerter mengandalkan mengenakan kacamata
pasien. Jumlah hyperopia penting ketika memutuskan apakah akan mengganti lensa resep
dengan lensa plano, semakin besar hyperopia, pengurangan lebih besar dalam visual.
Strabismus kadang-kadang dipertimbangkan ketika memutuskan apakah akan menggunakan
atropin atau tidak, karena beberapa dokter lebih memilih untuk menghindari atropin pada
esotropia, terutama ketika memiliki komponen akomodatif. Namun, satu penelitian tidak
menemukan perbedaan dalam terjadinya strabismus baru atau resolusi strabismus yang ada pada
pasien yang diobati dengan patching dibandingkan mereka yang diobati dengan atropin.
Berkaitan dengan dinamika keluarga, dokter atau orthoptist sering mendapatkan firasat pada
kunjungan kantor pertama apakah patch mungkin berhasil. Jika anak tidak mengikuti petunjuk
dari orang tua tentang memakai patch, maka penalisasi cenderung menjadi pilihan terbaik untuk
terapi awal.

Atropin

xiv

Yang umum digunakan adalah penalisasi atropin. Dosis atropin untuk pengobatan amblyopia
adalah satu tetes 1 atau 0,5% pada kedua mata jarang karena sekali seminggu atau paling sering
sekali sehari. Pasien yang dipertimbangkan untuk pengobatan atropin adalah (1) mereka yang
menolak untuk memakai patch, (2) orang-orang dengan hyperopia, dan (3) mereka yang cukup
lama yang akan diawasi secara ketat. Pasien dengan hyperopia adalah kandidat ideal untuk
atropin penalisasi. Bahkan jika mereka memakai kacamata hyperopia, penglihatan dekat mereka
selalu kabur setelah atropin, dan mereka tidak bisa membersihkan dengan menghapus kacamata
mereka. Satu studi menemukan bahwa ketajaman visual rata-rata pada 33 cm setelah diberi
cyclopegia pada anak-anak mengenakan koreksi cyclopegic penuh adalah 20/120. Sebaliknya,
anak-anak yang rabun menggunakan atropin dapat melihat dengan baik dengan mata mereka
melalui kacamata untuk melihat lebih baik dengan mata rekan mereka, tergantung pada jumlah
miopia yang ada.

Penalisasi Optik
Penalisasi optik mata sehat dapat dilakukan dengan atau tanpa atropin. Bila digunakan

dengan atropin, penalisasi optik dilakukan dengan mengurangi atau menghilangkan koreksi
hyperopic untuk mata sehat. Metode ini paling sering digunakan pada pasien dengan hyperopia
signifikan yang mata amblyopic dengan ketajaman visual belum membaik dengan atropin saja.
Pada pasien yang tidak hyperopic tapi yang memakai kacamata untuk alasan lain, mungkin
mengganti lensa mata dengan mata sebelahnya yang memiliki ketajaman yang lebih, namun,
hal ini dapat mendorong anak-anak yang tidak patuh untuk melepas kacamata. Jika atropin
tidak diberikan, penilasasi optik dapat dicoba dengan mengganti lensa mata sebelahnya dengan
fogging ditambah lensa. Teknik lain terkadang berguna pada anak dengan aphakia bilateral
yang memakai lensa kontak. Untuk mengobati amblyopia unilateral, lensa kontak mata yang
sehat dapat dilepas untuk beberapa minggu.
Pasien dipertimbangkan untuk penalisasi optik (1) mereka yang berhenti melihatkan
peningkatan dengan menggunakan atropin saja, (2) mereka yang sudah memakai kacamata atau
lensa kontak, dan (3) mereka yang aphakic, pseudoaphakic, atau tidak mampu mengakomodasi
dengan mata sebelahnya untuk alasan apapun (misalnya cerebral saraf ketiga). Penilisasi optik
dapat sangat efektif pada pasien yang tidak dapat mengakomodasi, karena mereka bergantung
pada koreksi optik untuk memungkinkan fokus yang tepat pada berbagai jarak.
xv

Bangerter Foil
Bangerter foil adalah filter pengaburan dengan kepadatan yang berbeda yang dapat

dengan mudah ditempatkan pada permukaan belakang lensa kacamata untuk menurunkan
ketajaman visual dari mata sehat.
Berbagai dokter menggunakan teknik yang berbeda untuk menentukan kepadatan filter yang
digunakan untuk pengobatan amblyopia. Beberapa dokter memilih filter yang mengurangi
ketajaman visual di mata sebelahnya ke tingkat lebih bawah dari mata amblyopic, yang lain
menilai fiksasi dan memilih filter yang menghasilkan fiksasi yang beralih ke mata amblyopic.
Metode ketiga adalah memilih filter awal secara empirik, misalnya, 0.2 filter sebagai awal
untuk semua pasien.
Pasien yang dipertimbangkan untuk foil Bangerter adalah (1) mereka yang sudah memakai
kacamata, (2) anak-anak lebih tua atau remaja yang enggan untuk memakai patch, (3) orangorang dengan amblyopia residual yang ringan, dan (4) orang-orang dengan riwayat amblyopia
berulang ketika pengobatan dihentikan. Pendukung foil Bangerter percaya bahwa mereka
beruntung mempertahankan peningkatan ketajaman visual dan mencegah amblyopia recurent,
namun data cadangan membandingkannya dengan patch atau atropin.
Secara umum, penalisasi digunakan untuk jangka waktu yang sama (minggu ke bulan)
sebagai terapi oklusi dan dilanjutkan sampai ketajaman visual stabil atau amblyopia hilang.
filter Bangerter sering diresepkan untuk waktu yang cukup lama dari oklusi, dan sering
digunakan sebagai bentuk terapi pemeliharaan. Penalisasi mata oleh filter Bangerter, atropin,
atau teknik lainnya harus dipantau. Penilaian ketajaman visual dan alignment okular harus
dilakukan setidaknya setiap 2-3 bulan selama pengobatan aktif anak-anak dan lebih sering
untuk anak muda. Lebih baik untuk menghentikan atropin setidaknya satu minggu penuh
sebelum setiap pemeriksaan, atau efek berkepanjangan cycloplegic yang dapat mencegah
penilaian yang akurat dari kedua ketajaman visual dan alignment okular. Umumnya, istirahat
dari pengobatan yang tidak diperlukan saat menggunakan penalisasi kecuali amblyopia reverse
dikonfirmasi pada anak remaja atau dicurigai pada anak muda yang tidak mampu untuk
melakukan penilaian ketajaman visual.
II.5.6. Pengobatan Amblyopia pada Anak-anak dan Remaja
xvi

Banyak dokter mata diajarkan bahwa pengobatan amblyopia tidak efektif pada lebih usia 710 tahun, namun, bukti terbaru menunjukkan bahwa beberapa anak-anak dan remaja akan
merespon pengobatan amblyopia, terkusus jika mereka tidak memiliki riwayat pengobatan
amblyopia sebelumnya. ATS3 mengacak 507 anak usia 7-18 tahun untuk koreksi optik saja atau
pengobatan ditambah dengan patching (dan atropin harian untuk mereka yang berusia 12 tahun
atau kurang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan dengan patch dan atropin lebih
unggul daripada pengobatan optik saja pada anak-anak usia 7-12 tahun, dengan 53% dari
mereka yang telah ditambah pengobatan meningkat dua baris. Ada pengaruh usia yang
signifikan, dimana anak-anak muda menunjukkan efek pengobatan yang lebih besar ditambah
relatif untuk kontrol daripada anak-anak yang lebih tua. Meskipun tidak ada perbedaan yang
signifikan antara augmented dan pengobatan optik pada anak usia 13-17 tahun, 47% persen
remaja tanpa pengobatan sebelumnya meningkat dua baris.5

II.6 Komplikasi Pengobatan Amblyopia


Reverse (iatrogenik atau oklusi) amblyopia termasuk jarang. Tes-tes ulang studi penilaian
ketajaman visual pada anak-anak menunjukkan bahwa pengurangan satu baris dalam ketajaman
kemungkinan karena suatu kebetulan. Penurunan mata sehat dua atau lebih baris mungkin
karena reverse amblyopia atau faktor-faktor lain seperti kinerja yang buruk, efek sisa
cycloplegic, relaksasi akomodasi yang tidak memadai, atau resep kacamata yang salah.
Penurunan ketajaman visual dapat diuji ulang setelah memberikan anak istirahat. Lensa minus
dapat diadakan setelah pemakaian kacamata jika terdapat akomodatif persisten pada anak
dengan hyperopia. Terakhir, mengulangi refraksi cycloplegic, dan jika mata sehat ketajaman
visual masih berkurang dua baris, maka reverse amblyopia harus dicurigai dan pengobatan
harus dihentikan. Hal yang sangat jarang jika amblyopia menjadi permanen.
Patch dapat menyebabkan iritasi kulit, terutama jika patch sering dilepas dan dipakai
kembali atau jika anak memiliki kulit sensitif. Beberapa merek patch bertujuan untuk tidak
xvii

bermasalah pada kulit, tetapi mereka memiliki kelemahan berupa mudah copot. Emolien kulit,
istirahat dari patch, dan mengubah lokasi patch dapat membantu jika iritasi kulit menjadi
masalah.
Efek samping dari atropin secara klasik diibaratkan panas seperti kelinci, merah seperti
baat, kering seperti tulang, buta seperti kelelawar, dan gelisah seperti ayam. Efek samping
khususnya meliputi kekeringan pada mulut dan kulit, demam, delirium, takikardia, dan
pengembangan amblyopia di mata sehat. Atropin harus dihindari pada pasien dengan riwayat
reaksi alergi topikal. Kacamata hitam dengan perlindungan ultraviolet dan / atau topi dengan
pinggiran harus digunakan ketika pasien yang diobati atropin terkena sinar matahari, karena
dapat membuat mereka tidak nyaman dan ada risiko hipotetis lensa dan / atau retina bendunganusia dari sinar ultraviolet memasuki mata melalui pupil melebar. Atropin juga harus diresepkan
dengan hati-hati atau dosis relatif yang jarang untuk anak-anak di sekolah, karena kabur terusmenerus dari mata sehat secara signifikan dapat mempengaruhi performa akademis mereka.
Dalam kasus tersebut, bifocal untuk mata sehat dapat diresepkan untuk sekolah. Akhirnya,
sindrom down pada anak mungkin lebih rentan terhadap efek samping dari atropin.5

II.7 Prognosis
Hasil akhir terapi amblyopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi alternat,
tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata.
Namun, dalam kegagagalan mencapai penglihatan normal bahkan setelah meningkatkan dosis
atau beralih pengobatan masih ada . Pasien memiliki amblyopia sisa, dan itu bisa membuat
frustasi orang tua yang mengharapkan penglihatan normal sebagai tujuan pengobatan. Dua
tahun setelah anak dipilih secara acak oleh ATS1, 181 dari 363 (50%) masih memiliki
ketajaman mata amblyopic tidak lebih baik dari 20/32.3,5
Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusi
pertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat tercapai. Hal
ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat
dicapai bila usia lebih dari 10 tahun.3
xviii

Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut :
1. Derajat amblyopia
2. Pilihan terapeutik yang digunakan
3. Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih
4. Usia pasien
Semakin berat amblyopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan yang lebih
lama. Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan amblyopia
strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang
memakai penutup hanya seusai sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu
1 tahun atau lebih untuk dapat berhasil.
Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan amblyopia adalah sebagai berikut :
1. Jenis Amblyopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan
organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan amblyopia strabismik prognosisnya
paling baik.
2. Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis semakin
baik.
3. Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan awal
pada mata amblyopia, maka prognosisnya juga semakin baik.3
Beberapa anak menunjukkan sedikit atau tidak ada perbaikan dengan semua jenis
pengobatan amblyopia. Dalam kasus ini, pemeriksaan harus diulang dengan memperhatikan
tanda-tanda halus penyakit organik, seperti makula patologi atau saraf optik hipoplasia atau
atrofi. Pasien dengan miopia tinggi unilateral sering merespon buruk terhadap pengobatan
amblyopia, dan kemungkinan karena kelainan retina terkait. Jika ketajaman visual mata
amblyopic gagal mencapai 20/40 atau lebih baik dengan pengobatan, lensa polikarbonat maka
pelindung harus diresepkan jika mereka belum dipakai.5
xix

II.8. Kekambuhan Ambliopia Setelah Penghentian Pengobatan


Bila penatalaksanaan amblyopia dihentikan setelah perbaikan penuh atau masih sebagian
tercapai, sekitar setengah dari pasien-pasien akan mengalami kekambuhan, yang selalu dapat
disembuhkan lagi dengan usaha terapeutik baru. Kegagalan dapat dicegah dengan memakai
pengaturan pada penglihatan, seperti patchings elama 1 3 jam per hari, penalisasi optikal
dengan kacamata, atau penalisasi farmakologik dengan atropine selama 1 atau 2 hari per
minggu. Pengaturan ini diteruskan hingga ketajaman penglihatan telah stabil tanpa terapi lain
selain kacamata biasa. Keadaan ini perlu tetap dipantau secara periodik sampai usia 8 10
tahun. Selama penglihatan tetap stabil, interval kunjungan untuk follow-up dapat dilakukan tiap
6 bulan.3

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.

2.

Press L, Coats D. 2004. Amblyopia. Harley Pediatric Ophtalmology fifth. Edition.


Philadelphia, Pennsylvania.

3.

American Academy Ophtalmology. 2006. Pediatric Ophtalmology. San Fransisco.

4.

Wright, Kenneth W, et.al. 2006. Handbook of


Springer: New York.

xx

Pediatric Ophtalmology and Strabismus.

5.

Wallace, David K. 2009. Pediatric Ophtalmology. Springer: New York

xxi

You might also like