You are on page 1of 1

Nyeri Sebagai Mekanisme Pertahanan Tubuh

Rabu, 12 Desember 2007


Seringkali kita merasakan nyeri dan buru-buru menyalahkan dan tidak senang dengan rasa nyeri tersebut. Tunggu dulu,
justru rasa nyeri adalah sebuah pertanda akan sesuatu di dalam tubuh kita. Ibaratnya, nyeri adalah alert system yang
memberitahu kita tentang sesuatu yang harus kita tindaklanjuti. Apabila kita tidak memiliki rasa nyeri, tidak ada sirine
berbunyi ketika sesuatu yang buruk mengancam kita.
Nyeri dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan
jaringan. Hampir setiap orang pernah mengalami nyeri dalam kehidupannya. Nyeri dapat dinyatakan sebagai kemeng,
ngilu, linu atau pegal. Nyeri yang bersumber pada viscera (organ dalam) bersifat difus, yang berasal dari otot skeletal
dinyatakan pegal, yang berasal dari tulang dituturkan sebagai kemeng, ngilu atau linu dan yang bersumber pada saraf
tepi bersifat tajam. Lalu apakah nyeri hanyalah suatu rasa sakit yang tidak menyenangkan dan selalu mengganggu kita?
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik
menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke
kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan
sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat.
Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen
kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan onset, akut atau kronik. Nyeri akut biasanya berkaitan dengan kerusakan
jaringan akut yang durasinya antara beberapa jam sampai beberapa hari. Biasanya intensitasnya tajam, lebih terlokalisir,
dirasakan selama kelainan patologik masih ada di jaringan. Setelah periode penyembuhan, reseptor nyeri segera pulih
dengan nilai ambang stimulus yang normal. Nyeri kronik timbul setelah proses akut membaik atau berkaitan dengan
jejas non spesifik. Nyeri ini menetap lebih dari tiga bulan. Intensitasnya lebih tumpul namun sensasinya terus menerus.
Berdasar patofisiologinya nyeri dibedakan menjadi nyeri nosiseptif yang timbul akibat stimulasi reseptor nyeri yang
berasal dari organ visceral atau somatik. Stimulus nyeri berkaitan dengan inflamasi jaringan, deformasi mekanik, injuri
yang sedang berlangsung atau destruksi. Nyeri neuropatik berasal dari suatu proses pada sistem saraf sentral maupun
perifer. Misal neuropati diabetika, neuralgia trigeminal, neuralgia paska herpes.
Nyeri psikologik timbul sebagai reaksi konversi seperti gangguan somatisasi dan reaksi histeri. Nyeri campuran atau
nonspesifik biasanya dipandang sebagai nyeri dengan mekanisme yang tidak diketahui atau dicurigai mempunyai
mekanisme yang bermacam-macam. Contoh nyeri kepala rekuren.
Kualitas dan intensitas rasa nyeri dipengaruhi oleh kepribadian penderita, ambang rasa nyeri dan faktor-faktor psikologis.
Sebenarnya nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Nyeri menjadi sinyal bahwa terdapat kerusakan pada
tubuh. Misalnya bertopang dagu dengan tangan kiri dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan aliran darah ke
kulit tangan kiri berkurang sehingga terjadi kerusakan jaringan setempat (iskemia) dan timbul rasa nyeri akibat
penekanan dagu. Maka kita akan berganti tangan kanan atau berganti posisi. Seandainya kita tidak merasakan nyeri
maka kerusakan jaringan akan bertambah luas dan dapat berakibat kematian jaringan.
Penderita trauma tulang belakang dengan kerusakan di medula spinalis dapat kehilangan rasa nyeri. Penderita tersebut
bila mengalami kelumpuhan dan harus berbaring terus dalam jangka waktu yang lama dan jarang berubah posisi, makin
lama akan timbul luka (ulserasi) pada bagian yang tertekan. Sedangkan penderita tidak merasa sakit dan tidak
menyadari bila kerusakan jaringan semakin luas.
Meski nyeri merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan dan cenderung menggganggu, namun disisi lain kita masih
bisa mensyukurinya dan mengambil hikmah bahwa tubuh masih memiliki respon yang bagus dan pertanda tubuh
membutuhkan suatu pertolongan.
Dikky Zulfikar
http://www.dikkyzulfikar.com Powered by Joomla! Generated: 9 January, 2009, 17:32

You might also like