You are on page 1of 12

1

PENGAPLIKASIAN PSAK SEHUBUNGAN DANGAN KEWAJIBAN DAN EKUITAS



KEWAJIBAN
1. Pengertian
Menurut FASB kewajiban diartikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk menstransfer aset atau
menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Terdapat beberapa pengertian lain selain dari FASB yaitu seperti pengertian menurut IASC, AASB, dan APB No. 4,
tetapi pada umumnya dijelaskan bahwa kewajiban memiliki tiga kharakteristik utama yang terdiri atas pengorbanan
manfaat ekonomik masa datang, keharusan sekarang untuk menstransfer aset, dan timbul sebagai akibat transaksi
masa lalu.
1) Menjadi pengorbanan sumber ekonomik yang cukup pasti di masa depan (probable future sacrifices of
economic benefits).
2) Menjadi kewajiban saat ini atau perioda ini (present obligation) untuk menyerahkan kas, barang, atau jasa di
masa datang.
3) Terjadi karena transaksi masa lalu.

Dasar pengukuran kewajiban yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit. Karena kewajiban
merupakan cerminan dari aset, maka pengukurannya juga mengikuti pengukuran aset. Secara umum, kewajiban
disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa
aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. PSAK
No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam
jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari
tanggal neraca.

2. Penggolongan Kewajiban
Kewajiban dimasukkan dalam laporan neraca dengan saldo normal kredit, dan biasanya dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu :
1) Kewajiban Lancar (current liabilities) kewajiban yang likuiditasnya diperkirakan secara layak memerlukan
penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar atau penciptaan kewajiban lancar
lainnya. Terdapat banyak jenis kewajiban lancar yang berbeda, antara lainhutang usaha, wesel bayar, jatuh tempo
berjalan hutang jangka panjang, kewajiban jangka pendej yang diharapkan akan didanai kembali, hutang dividen,
2

deposito yang dapat dikembalikan, pendapatan diterima dimuka, hutang pajak, kewajiban yang berhubungan dengan
karyawan. Hutang usaha atau hutang dagang merupakan saldo yang terhutang kepada pihak lain atas barang,
perlengkapan, atau jasa yang dibeli dengan akun terbuka atau secara kredit. Hutang usaha muncul karena adanya
kesenjangan waktu antara penerimaan jasa atau akuisisi hak aktiva dan pembayaran atasnya. Jika hak telah beralih
ke pembeli sebelum barang diterima, maka transaksi itu harus dicatat pada saat hak beralih ke pembeli.

2) Hutang Jangka Panjang (long-term debt) terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin
dimasa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau satu siklus operasi
perusahaan. Jenis-jenis hutang jangka panjang antara lain: hutang obligasi, wesel bayar jangka panjang, hutang
hipotik, kewajiban pensiun, dan kewajiban leasen

3. Pengakuan & Pengukuran
Pengakuan
Kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang sebelumnya terjadi. Kewajiban
dapat diakui atas dasar kriteria pengakuan yaitu definisi, keterukuran, keterandalan, dan keberpautan. Kam (hlm
119-120) mengajukan empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu ketersediaan dasar
hukum, keterterapan konsep dasar konservatisme, ketertentuan substansi ekonomik transaksi, dan keterukuran nilai
kewajiban. Keempat kaidah tersebut dapat memberikan petunjuk tentang adanya bukti teknis untuk mengakui
kewajiban

Pengukuran.
Penentuan kos kewajiban pada saat terjadinya paralel dengan pengukuran aset, dan pengukur yang paling
objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah dengan penghargaan sepakatan dalam
transaksi-transaksi dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Penghargaan suau kewajiban
merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik
seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. Dasar pengukuran kewajiban yang paling objektif adalah kos
tunai atau kos tunai implisit. Karena kewajiban merupakan cerminan dari aset, maka pengukurannya juga mengikuti
pengukuran aset.
Nilai nominal atau jatuh tempo obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah kesepakatan pada saat
penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun bagi kreditor. Dasar pengukuran demikian tidak tepat. Utang obligasi
diukur dan diakui atas dasar jumlah rupiah yang diterima dalam penerbitan obligasi, sedangkan diskun dan premium
obligasi merupakan jumlah rupiah penyesuaian bunga nominal untuk mendapatkan bunga efektif.
Kewajiban dapat bersifat moneter dan nonmeneter. Kewajiban moneter adalah kewajiban yang pengorbanan sumber
ekonomik masa datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat saat yang pasti. Kewajiban moneter ini
3

dikukur atas dasar nilai diskonan pembayaran kas masa datang (jangka panjang) dan atas dasar nilai nominal
(jangka pendek). Kewajiban nonmeneter adalah keharusan untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah dan
saat yang cukup pasti yang biasanya timbul karena penerimaan pembayaran dimuka untuk barang dan jasa
tersebut. kewajiban nonmeneter diukur atas dasar pembayaran tersebut yang menunjukkan harga yang disepakati
untuk barang dan jasa.

4. Penyajian Pengungkapan
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya sejalan dengan aset.
PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan
menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka
panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1
menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam
jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari
tanggal neraca.
1) Penyajian kewajiban lancar dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan akuntansi dan
dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Karena singkatnya priode waktu yang
terlibat, yang sering kali kurang dari satu tahun. Maka perbedaan antara nilai sekarang kewajiban lancar
dan nilai jatuh temponya biasanya tidak besar. Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sbagai klasifikasi
pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban
lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau
menurut prefensi likuiditasnya.
2) Penyajian hutang jangka panjang Perusahaan yang mempunyai banyak terbitan hutang jangka panjang
dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan
komentar serta skedul dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari
kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang dilakukan oleh kreditor,
dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai jaminan.

KEWAJIBAN KONTINJENSI DAN KEWAJIBAN DIESTIMASI
A. Kewajiban kontinjensi
1. Pengertian
Kewajiban kontinjensi adalah:
4

1) Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau
tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali
pemerintah; atau
2) Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena:
i. Tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) pemerintah mengeluarkan sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
ii. jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

Keuntungan kontinjensi
Keuntungan kontinjensi (gain contingencies) adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva (atau memiliki
kewajiban yang menurun) yang keberadaannya tidak pasti tetapi pada akhirnya akan menjadi sah. Jenis
keuntungan kontoinjensi yang khas adalah:
1. Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadia, sumbangan, bonus, dan lain sebagainya.
2. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak
3. Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan
4. Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan

Kerugian Kontinjensi
Kerugian kontingensi (loss contiengencies) adalah situasi yang melibatkan ketidakpastian atas
kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian kontinjensi menurut
defenisinya disebut sebagai kewajiban kontinjen. Kewajiban kontijen (contiegencies liabilities) adalah kewajiban yang
bergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih kejadian di masa depan untuk mengkonfirmasi
jumlah hutang, pihak yang dibayar, tangal pembayaran, atau keberadaannya. Apabila terdapat kerugian kontinjensi,
maka kemungkinan bahwa kejadian di masa depan akan menguatkan terjadinya kewajiban dapat berkisar dari
sangat mungkin hingga kurang mungkin.

2. Pengakuan
Banyak peristiwa masa lalu yang dapat menimbulkan kewajiban kini. Walaupun demikian, dalam beberapa
peristiwa yang jarang terjadi, misalnya dalam tuntutan hukum, dapat timbul perbedaan pendapat mengenai apakah
peristiwa tertentu sudah terjadi atau apakah peristiwa tersebut menimbulkan kewajiban kini. Jika demikian halnya,
perusahaan menentukan apakah kewajiban kini telah ada pada tanggal neraca dengan mempertimbangkan semua
bukti yang tersedia, termasuk misalnya pendapat ahli. Bukti yang dipertimbangkan mencakup, antara lain, bukti
tambahan yang diperoleh dari peristiwa setelah tanggal neraca. Atas dasar bukti tersebut, apabila besar
kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada tanggal neraca, pemerintah mengungkapkan adanya kewajiban
5

kontingensi. Pengungkapan tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil. Kewajiban kontingensi
dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan semula. Oleh karena itu, kewajiban kontingensi harus terus-
menerus dikaji ulang untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya bertambah besar
(probable). Apabila kemungkinan itu terjadi, maka manajemen akan mengakui kewajiban diestimasi dalam laporan
keuangan periode saat perubahan tingkat kemungkinan tersebut terjadi, kecuali nilainya tidak dapat diestimasikan
secara andal. Pengukuran besaran kewajiban kontingensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan
pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten. Penyajian dan pengungkapan kewajiban kontingensi tidak
disajikan pada neraca, namun demikian perusahaan harus mengungkapkan kewajiban kontingensi pada Catatan
atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis kewajiban kontingensi pada tanggal neraca.
3. Pengukuran
Besaran kewajiban kontingensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan pertimbangan
profesional oleh pihak yang berkompeten
4. Penyajian Dan Pengungkapan
Kewajiban kontingensi tidak disajikan pada neraca, namun demikian harus mengungkapkan kewajiban
kontingensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis kewajiban kontingensi pada tanggal neraca
Pengungkapan tersebut dapat meliputi:
1) karakteristik kewajiban kontingensi;
2) estimasi dari dampak finansial yang diukur;
3) indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu aruskeluar sumber daya;
4) kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga

B. Kewajiban Destimasi
1. Pengertian
Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Kewajiban diestimasi dapat
dibedakan dari kewajiban lain, seperti utang dagang dan akrual, karena pada kewajiban diestimasi terdapat
ketidakpastian mengenai waktu atau jumlah yang harus dikeluarkan pada masa datang untuk menyelesaikan
kewajiban diestimasi tersebut.

2. Pengakuan
1) Kewajiban diestimasi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut dipenuhi: perusahaan memiliki kewajiban
kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;
2) besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebutmengakibatkan arus keluar sumber daya;
dan
3) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
6


3. Pengungkapan
1) Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, entitas harus mengungkapkan:
nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
2) kewajiban diestimasi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah
pada kewajiban diestimasi yang ada;
3) jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada kewajiban diestimasi selama
periode bersangkutan;
4) jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan; dan
5) peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena berlalunya waktu dan
dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.ormasi komparatif tidak diharuskan.

EKUITAS
1. Pengertian
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of ownership yang berarti kekayaan bersih perusahaan.
Secara sederhana, ia diformulasikan sebagai total aktiva dikurangi total pasiva. Ekuitas merupakan bagian hak
pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak
merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut, pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil
usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik,
pembagian keuntungan atau karena kerugian.

Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Ekuitas pemilik tercermin dalam neraca terdiri dari:
1) Modal disetor, yaitu jumlah setoran pemilik ke perusahaan sebesar nilainominal saham. Setoran ini akan
dilaporkan dalam bentuk modal saham.
2) Tambahan modal disetor, yaitu selisih jumlah setoran yang melebihi nilai nominal saham. Kelebihan jumlah
setoran ini bisa juga disebut denganagio saham.
3) laba ditahan yaitu akumulasi perolehan laba (rugi) sejak perusahaanberdiri sampai dengan periode terakhir.

Ekuitas pemegang saham mencerminkan kepentingan pemilik atau pemegang saham pada perusahaan
bisnis yang merupakan kepentingan residu (residual interest) jumlah ekuitas pemegang saham setiap periode
merupakan kumulatif dari kontribusi bersih pemegang saham ditambah (dikurangi) laba ditahan atau rugi
perusahaan. Dengan demikian dua sumber utama perubahan ekuitas adalah:
1) Kontribusi pemegang saham (modal disetor) dan
7

2) Laba (penghasilan) yang ditahan oleh perusahaan. Dua komponen ini harus dihitungdan dilaporkan oleh
setiap perusahaan pada setiap akhir periode.


Bentuk Perusahaan
Terdapat beberapa bentuk perusahaan yaitu perusahaan perorangan, persekutuan dan perseroan terbatas
serta koperasi. Walaupun secara hukum perusahaan perseorangan tidak diakui sebagai entitas yang terpisah
dengan pemiliknya, namun menurut pandangan akuntansi perusahaan perorangan terpisah dari pemiliknya.
Perseroan terbatas menurut pandangan hukum merupakan entitas yang dapat melakukan kegiatan seperti manusia
sehingga dapat dikatakan bahwa PT merupakan entitas buatan (artificial entity).

Karakteristik Perseroan Terbatas (PT)
Jika dilihat dari sudut pandang akuntansi, PT adalah suatu perusahaan yang kepemilikannya diwujudkan
dengan saham. Saham merupakan sertifikat yang dikeluarkan oleh perseroan. Seseorang atau lembaga yang ikut
serta menyerahkan sumber daya (harta) ke perseroan akan diberikan saham. Mereka disebut pemegang saham.
Perseroan adalah bentuk perusahaan yang kepemilikannya terbagi atas sejumlah saham. Dengan demikian pemilik
dari usaha perseroan adalah lebih dari satu dengan jumlah kepemilikan tercermin pada jumlah saham yang
dipegangnya.

Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT
Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun tambahan modal disetor. Pos modal yang
berasal dari sumnbangan disajikan dari tambahan modal disetor. Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai
macam unsure penambah modal seperti, agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga
yang lebih rendah daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham
yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan modal dari
perbedaan kurs modal disetor. Akun tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba rugi
luar biasa.
Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan:
1) Jumlah uang yang diterima
2) Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata.
3) Besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversi menjadi modal.
4) Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham.
5) Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima.
6) Setoran saham dalam bentuk barang, menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan.
8


Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:
1) Jumlah uang yang dibayarkan
2) Besarnya hutang yang timbul
3) Nilai wajar aktiva bukan kas yag diserahkan
Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila jumlah yang diterima dari
pengeluaran saham tersebut lebih besar dari nilai nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun Agio Saham.
Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan kembali saham yang telah dikeluarkan, maka pencatatan
transaksi ini dilakukan dengan mendebit akun Modal Saham dan mengkredit Modal Saham yang diperoleh kembali
sebesar jumlah yang dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan.

2. Perlakuan Akuntansi Dan Pelaporan Saham
Jenis-jenis saham terdapat dua bentuk saham sebagai tanda hak milik pada perusahaan yaitu:
1) Saham biasa (common stock) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak perseroan secara umum
dan pemegangnya menanggung risiko terbatasatas kerugian dan menerima manfaat bila terjadi
keuntungan. Saham ini tidak dijamin akan menerima dividen atau tidak dijamin atas pembagian ase bila
perusahaan dilikuidasi. Namun pemegang saham ini memiliki hak suara terkait dengan penentuan
kebijakan operasional perusahaan
2) Saham preferen (preferred stock) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak-hak istimewa di
perusahaan terutama berkaitan dengan pembagian dividen dan pembagian aset saat perusahaan
dilikuidasi. Pemegang saham preferen akan selalu mendapatkan dividen sebesar prosentase tertentu
(tercantum dalam lembar saham preferen) dari nilai pari atau nilai nominalnya. Namun pemegang saham
preferen ini tidak memiliki hak suara dalam hal penentuan kebijakan operasi perusahaan.

Akuntansi Untuk Penerbitan Saham
1) Akuntansi penerbitan saham untuk memperlihatkan informasi penerbitan saham pada nilaipari/nilai nominal,
akun-akun berikut harus dipertahankan untuk masing-masing saham sebagai berikut :
a. Saham preferen atau saham biasa. Akun ini memperlihatkan jenis saham yang diterbitkan dengan nilai
parinya.akun ini dikredit ketika saham pertama kali diterbitkan, dan tidak adapenambahan ayat jurnal
pada akun ini kecuali ada penambahan sahamyang diterbitkan atau adanya penarikan saham.
b. Tambahan modal disetor akun ini menunjukkan kelebihan modal disetor di atas nilai pari
saham.tambahan modal disetor ini meliputi agio saham atau disagio saham
2) Akuntansi penerbitan saham atas dasar pesanan. Dua perkiraan baru digunakan apabila saham dijual atas
dasar pesanan,yaitu (1) saham biasa atau preferen yang dipesan menunjukkan kewajibanperseroan untuk
9

menerbitkan saham setelah pembayaran akhir saldo pesananoleh mereka yang telah memesan saham, (2)
piutang pesanan, menunjukkan jumlah yang harus ditagih sebelum saham pesanan akan diterbitkan.
kontroversial terjadi sehubungan dengan penyajian piutang pesanan saham dineraca. Beberapa orang
mengemukakan bahwa piutang pesanan sebaiknya dilaporkan pada seksi aset lancar. Piutang dagang
muncul dari transaksi penjualan pada kegiatan bisnis seperti yang biasa sedangkan piutang pesanan
berhubungan dengan penerbitan saham sendiri dan merupakan kontribusi modal yang belum dibayarkan
kepada perseroan.

Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT
Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan, selisih antara jumlah yang dibayarkan
pada saat perolehan kembali dengan jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba
atau rugi perusahaan. Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat dengan menggunakan cost
atau par value method. Dengan cost method, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan, yang
disajikan sebagai pengurang akun modal. Metode nilai nominal (par value method) lazimnya digunakan dalam hal
saham yang diperoleh kembli tersebut akan dikeluarkan lagi di kemudian hari. Dengan metode ini, saham yang
diperoleh kembali dicatat sebesar niali nominal saham, yang disajikan sebagai akun pengurang modal saham.
Apabila saham yang diperoleh kembali tersebut semula dikeluarkan dengan harga di atas nilai pari, akun agio saham
akan didebit dengan agio saham yang bersangkutan.
Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya,
selisih tersebut dibukukan dengan mendebit akun saldo laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil,
selisihnya dianggap sebagai unsure penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun tambahan modal dari
perolehan kembali saham. Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam rangka penarikan
saham.
Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar jumlah yang diterima pada saat
pengeluarannya dengan mendebit akun modal saham yang diperoleh kembali dan mengkredit akun modal yang
berasal dari sumbangan. Pada saat saham tersebut dijual kembali, selisih antara jumlah yang tercatat dengan harga
jualnya ditambahkan pada akun modal yang berasal dari sumbangan.

Dividen PT
Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi dividen, dan saldo laba akan
dibebani dengan jumlah dividen yang dimaksud. Kewajiban yang timbul disajikan dalam kelompok kewajiban lancar.
Bila dividen dibagikan dalam bentuk aktiva bukan kas, maka saldo laba akan didebit sebesar nilai wajar aktiva yang
diserahkan. Dasar pembagian dividen dalam bentuk aktiva bukan kas harus diungkapkan pada catatan atas laporan
keuangan.
10

Pembagian dividen termasuk dividen saham yang berasal dari saldo laba. Pembagian dividen saham
adalah pembagian saldo laba kepada pemegang saham, yang diinvestasikan kembali oleh mereka dalam bentuk
modal disetor. Pembagian dividen saham dicatat berdasarkan nilai wajar saham. Konversi agio menjadi saham
digolongkan sebagai modal disetor sebesar nilai nominal, yang tidak boleh digolongkan sebagai pembagian dividen.

Penyajian dan Pengungkapan
Penyajian Modal
Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada akta pendirian perusahaan
dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. Modal dasar, modal yang
ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan
dalam neraca. Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Pada perusahaan yang terdaftar pada bursa efek,
saham dapat ditempatkan dengan dasar pesanan. Dengan dasar ini saham hanya akan dikeluarkan jika pemesan
telah membayar penuh harga saham yang bersangkutan. Pesanan saham dicatat dengan mendebit akun piutang
kepada pemegang saham dan mengkredit akun modal saham yang dipesan. Akun modal saham yang dipesan
disajikan dalam kelompok modal di bawah akun modal saham.
Pada saat harga saham sudah dibayar penuh, akun modal saham yang dipesan akan didebit dan akun
modal saham dikredit. Dalam hal pemesan gagal melunasi pembayarannya, maka tergantung pada kebijakan
perusahaan dan dilandaskan pada peraturan hukum yang berlaku.

Penyajian dan Pengungkapan Saldo Laba
Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan
koreksi laba rugi periode lalu. Akun ini harus dinyatakan terpisah dari akun modal saham. Seluruh saldo laba
dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika terdapat indikasi pembatasan terhadap saldo laba,
misalnya untuk perluasan pabrik. Saldo laba yang tidak dibagikan sebagai dividen karena pembatasan tersebut,
dilaporkan dalam akun tersendiri yang menggambarkan tujuan pencadangan tersebut, dan harus diungkapkan dalam
laporan keuangan.saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan
pada laporan laba rugi tahun berjalan.
Pengungkapan saldo laba meliputi:
1) Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba
2) Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan di sekitar saldo laba
3) Perubahan slado laba karena penggabungan usaha dengan metode penyatuan kepentingan
4) Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak
5) Pengungkapan jumlah dividend an dividen per lembar saham
6) Tunggakan dividen
11

7) Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca
8) Pengungkapan dividen saham dan pecah saham.

Informasi tiap jenis saham harus diungkap terpisah dalam catatan atas laporan keuangan, meliputi:
1) Modal dasar
2) Modal ditempatkan atau dipesan sebelum disetor
3) Harga pari, harga nominal belum disetor
4) Perubahan lembar saham tiap jenis saham
5) Hak istimewa atau hak mendahului
6) Batasan khusus
7) Penjelasan bila dapat konversi
Apabila perseroan menderita kerugian sebesar lima puluh persen dari modalnya, kewajban untuk
diumumkan dalam register kepaniteraan Pengadilan Negeri dan dalam Berita Negara, diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. Apabila perseroan mencapai akumulasi kerugian sebesar 75% dari modal, penjelasan
bahwa demi hukum PT tersebut bubar, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Pengungkapan Dividen
Pengungkapan dividen, meliputi: jumlah dividen, dividen per lembar saham, bentuk dividen, batasan saldo
laba minimum dalam kaitan dengan ketersediaan dividen, hutang dividen, hutang dividen per lembar saham,
pengumuman pembagian dividen setelah tanggal neraca sebelum tanggal pendapat akuntan independen, jumlah
kapitalisasi dividen saham dan pecah saham, laba per saham perlu disaji ulang berdasarkan jumlah saham yang
setara setelah pecah saham agar dapat diperbandingkan.

Pengungkapan Saham Beredar yang Diperoleh Kembali
Pengungkapan saham beredar yang diperoleh kembali, meliputi :saham beredar yang diperoleh kembali,
metode cost, disajikan sebagai pengurang jumlah modal; dan saham beredar yang diperoleh kembali, metode nilai
pari (par value) sebagai pengurang saham beredar.
Pengungkapan bagian lain ekuitas (seperti saldo laba, agio, selisih penilaian kembali aktiva tetap, dan
cadangan) harus dilakukan secara terpisah, meliputi: perubahan selama periode akuntansi dan batasan distribusi.
Kuasi reorgabisasi merupakan prosedur penataan kembali ekuitas yang dilakukan dalam hal perusshaan menderita
kerugian terus-menerus dan terdapat deficit dalam jumlah yang sangat material.



12

REFERENSI
1. IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
2. Kieso, Donald E., et all. 2008. Akuntansi Intermediate Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga

You might also like