Professional Documents
Culture Documents
A. Pengantar
Emansipasi wanita tentu bukan lagi ‘barang’ yang asing saat ini. Terlebih
istilah itu sering diserukan dan didengungkan baik melalui media cetak, media
elektronik, ataupun forum-forum seminar. Emansipasi itu sendiri merupakan gerakan
untuk memperoleh pengakuan persamaan kedudukan, derajat serta hak dan kewajiban
dalam hukum bagi wanita. (Lihat Kamus Ilmiah Populer)
Lantas siapakah pengusungnya dan apa targetnya? Pengusungnya adalah
musuh-musuh Islam. Sementara targetnya adalah untuk menebarkan kebencian
terhadap agama Islam dengan menampilkan potret yang bukan sebenarnya. Mereka
kesankan bahwa Islam adalah agama yang memasung hak-hak kaum wanita,
membelenggu kebebasannya serta mengubur segala potensinya. Target berikutnya
adalah untuk menjerumuskan kaum wanita ke dalam jurang kenistaan, manakala
terpengaruh dengan syubhat emansipasi tersebut dan melepaskan dirinya dari rambu-
rambu dan bimbingan Islam yang suci.
Demikianlah salah satu gerakan propaganda (usaha untuk memanipulasi
persepsi) yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Sehingga amat tepat bila gerakan
ini disebut dengan GPK (Gerakan Pengacau Keimanan), karena demikian gencarnya
upaya yang mereka tempuh untuk mengacaukan keimanan umat Islam (terkhusus
kaum wanitanya) dengan intrik manipulasi tersebut.
Menyikapi hal ini umat Islam tak perlu kecil hati, karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah berjanji untuk menjaga agama Islam dari rongrongan para musuhnya.
Bahkan Dia akan senantiasa menyempurnakan cahaya agama Islam tersebut dan
memenangkannya. Sebagaimana dalam firman-Nya:
ّح
قَ ن اْل
ِ سوَلُه ِباْلُهَدى َوِدي
ُ ل َر
َسَ ُهَو اّلِذي َأْر.ن
َ ل ُمِتّم ُنوِرِه َوَلْو َكِرَه اْلَكاِفُرو
ُ ل ِبَأْفَواِهِهْم َواِ طِفُئوا ُنوَر ا
ْ ن ِلُي
َ ُيِريُدو
َ شِرُكو
ن ْ ن ُكّلِه َوَلْو َكِرَه اْلُم
ِ عَلى الّدي
َ ظِهَرُهْ ِلُي
عِليٌم
َ ل
َ نا
ّ ل َأْتَقاُكْم ِإ
ِ عْنَد ا
ِ ن َأْكَرَمُكْم
ّ ل ِلَتَعاَرُفوا ِإ
َ شُعوًبا َوَقَباِئ
ُ جَعْلَناُكْم
َ ن َذَكٍر َوُأْنَثى َو
ْ خَلْقَناُكْم ِم
َ س ِإّنا
ُ َياَأّيَها الّنا
خِبيٌر َ
Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang lelaki“
dan seorang wanita, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha
(Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat: 13
Kaum wanita tak perlu mengadakan muktamar-muktamar, seminar-seminar,
atau simposium-simposium, untuk menetapkan nilai-nilai kemanusiaannya berikut
hak-haknya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya telah
menetapkannya, dan umat Islam pun mengimaninya.
Kaum wanita berhak berhijrah, dan berhak pula mendapatkan pembelaan dan
perlindungan dari kaum mukminin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang berhijrah kepada kalian para
wanita yang beriman, maka hendaklah kalian uji (keimanan) mereka. Allah lebih
mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kalian telah membuktikan bahwa
mereka benar-benar beriman, janganlah kalian kembalikan mereka kepada (suami-
suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir dan
orang-orang kafir itu tiada halal bagi mereka.” (Al-Mumtahanah: 10)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan segala bentuk tindakan yang menyakiti
.orang-orang mukmin dan mukminah tanpa suatu kesalahan yang mereka perbuat
حَتَمُلوا ُبْهَتاًنا َوِإْثًما ُمِبيًنا
ْ سُبوا َفَقِد ا
َ ت ِبَغْيِر َما اْكَت
ِ ن َواْلُمْؤِمَنا
َ ن اْلُمْؤِمِني
َ ن ُيْؤُذو
َ َواّلِذي
ِ حِري
ق َ ب اْل
ُ عَذا
َ ْجَهّنَم َوَلُهم
َ ب
ُ عَذا
َ ت ُثّم َلْم َيُتوُبوا َفَلُهْم
ِ ن َواْلُمْؤِمَنا
َ ن َفَتُنوا اْلُمْؤِمِني
َ ن اّلِذي
ّ ِإ
Sesungguhnya orang-orang yang memfitnah (mendatangkan cobaan) kepada orang-“
orang mukmin dan mukminah kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka
(adzab Jahannam dan bagi mereka adzab yang membakar.” (Al-Buruj: 10
Tak luput pula Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan Rasul-Nya yang mulia
untuk memohon ampun dari segala dosanya dan memohonkan ampun bagi (dosa)
orang-orang mukmin laki-laki dan wanita.
ِ ن َواْلُمْؤِمَنا
ت َ ك َوِلْلُمْؤِمِني
َ سَتْغِفْر ِلَذْنِب
ْ ل َوا
ُ لا
ّ ل ِإَلَه ِإ
َ عَلْم َأّنُه
ْ َفا
“Maka ketahuilah, bahwasanya tiada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan
Allah dan mohonlah ampun bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-
laki dan wanita.” (Muhammad: 19)
Apabila musuh-musuh Islam tersebut ingin melihat secercah posisi wanita
dalam agama Islam, maka tengoklah jenazahnya saat di antar ke pekuburan dan saat
dishalati. Barangkali orang-orang kafir dan munafik itu akan lebih terheran-heran
manakala menyaksikan ratusan ribu kaum muslimin di Masjidil Haram dan Masjid
Nabawi yang merapikan shafnya saat menshalati seorang wanita atau seorang bayi
wanita.
Demikianlah berbagai keistimewaan dan anugerah Islam untuk wanita
mukminah yang tak akan didapati pada agama (selainnya) yang telah menyimpang.
Agama baru yang diada-adakan ataupun aturan-aturan semu yang diklaim telah
mengangkat harkat dan martabat kaum wanita.
Lebih-lebih di era modern yang dikendalikan oleh Yahudi dan Nashara ini,
kaum wanita benar-benar direndahkan dan dihinakan. Mereka dijadikan sebagai
komoditas murahan dan obyek kesenangan kaum lelaki. Baik di dunia usaha, tempat
kerja ataupun di keramaian. Begitupun di jagad mode serta beragam media (cetak,
elektronik, hingga dunia maya). Wanita tampil sekadar benda penghias, baik sebagai
SPG, bintang iklan, bintang sampul, dll. Kehormatan kaum wanita diinjak-injak
dengan ditampilkannya aurat bahkan foto-foto telanjang mereka di sekian banyak
media, demi memuaskan nafsu para lelaki hidung belang dengan pemandangan-
pemandangan porno itu. Padahal dampak dari kerusakan ini bisa berupa mata rantai
yang panjang. Badan statistik pun bisa-bisa bakal kesulitan untuk mensensus kejadian
hamil (di luar nikah) dan jumlah anak jadah/haram.
Ini semua merupakan hasil (baca: akibat) dari aturan-aturan yang mengklaim
telah berbuat adil terhadap kaum wanita dan telah memberikan segala haknya,
termasuk dalam hal kebebasan dan persamaan hak. Juga sebagai akibat dari opini
jahat yang selalu disuarakan sebagai bentuk dukungan terhadap segala aturan dan
undang-undang yang menyelisihi ketentuan (syariat) Dzat Yang Maha Pencipta lagi
Maha Bijaksana yang dicakup oleh Islam baik yang terdapat dalam Al-Qur`an
ataupun As-Sunnah, yang telah memberikan untuk masing-masing dari kaum lelaki
dan wanita segala haknya dengan penuh kemuliaan dan keadilan.” (Al-Huquq wal
Wajibat ‘alar Rijal wan Nisa` fil Islam,
ٌجة
َ ن َدَر
ّ عَلْيِه
َ ل
ِ جا
َ َوِللّر
“Akan tetapi kaum lelaki (para suami), mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada kaum wanita (istrinya).” (Al-Baqarah: 228)
ن َأْمَواِلِهْم
ْ ض َوِبَما َأْنفَُقوا ِم
ٍ عَلى َبْع
َ ضُهْم
َ ل َبْع
ُ لا
َضّ ساِء ِبَما َف
َ عَلى الّنَ نَ ل َقّواُمو
ُ جا
َ الّر
Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, disebabkan Allah telah“
melebihkan sebagian mereka (lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena
(mereka (lelaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (An-Nisa`: 34
Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang menukilkan perkataan istri
:(‘Imran
لْنَثى
ُ س الّذَكُر َكْا
َ َوَلْي
(Dan anak laki-laki itu tak sama dengan anak wanita.” (Ali ‘Imran: 36“
Para pembaca yang mulia, lebih ironi lagi manakala mereka ‘pelintir’ ayat-ayat Al-
Qur`an demi melegalkan tuntutannya. Betapa rendahnya jalan yang mereka tempuh
itu. Di antara ayat yang mereka ‘pelintir’ tersebut adalah firman Allah Subhanahu wa
:Ta’ala
ِ ن ِباْلَمْعُرو
ف ّ عَلْيِه
َ ل اّلِذي
ُ ن ِمْث
ّ َوَلُه
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya dengan cara
yang ma’ruf.” (Al-Baqarah: 228)
Sisi pendalilan mereka tentang ayat ini adalah bahwa Islam tidak membedakan
antara kaum lelaki dengan kaum wanita dalam semua haknya.
Pendalilan tersebut tidaklah bisa dibenarkan, karena:
Ayat di atas masih ada kelanjutannya yang jelas-jelas menunjukkan keutamaan -
kaum lelaki (para suami) atas kaum wanita (para istri). Kelanjutan ayat tersebut
:adalah
جٌة
َ ن َدَر
ّ عَلْيِه
َ ل
ِ جا
َ َوِللّر
”.Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya…“
Adanya perbedaan yang mencolok antara kaum lelaki dengan kaum wanita dalam -
banyak halnya (di antaranya penampilan fisik) yang menjadikan hak dan kewajiban
:mereka pun berbeda. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
ٍ غْيُر ُمِبي
ن َ صاِم
َ خ
ِ حْلَيِة َوُهَو ِفي اْل
ِ شُأ ِفي اْل
ّ ن ُيَن
ْ َأَوَم
“Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan
berperhiasan sedang dia tidak dapat memberikan alasan yang terang dalam
pertengkaran?!” (Az-Zukhruf: 18)
َ ت ِلَقْوٍم َيَتَفّكُرو
ن ٍ لَيا
َ ك
َ ن ِفي َذِل
ّ حَمًة ِإ
ْ ل َبْيَنُكْم َمَوّدةً َوَر
َ جَع
َ سُكُنوا ِإَلْيَها َو
ْ جا ِلَت
ً سُكْم َأْزَوا
ِ ن َأْنُف
ْ ق َلُكْم ِم
َ خَل
َ ن
ْ ن آَياِتِه َأ
ْ َوِم
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-
istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Rum:
21)
Di antara ayat yang mereka ‘pelintir’ juga adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun wanita dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)
Sisi pendalilan mereka tentang ayat ini adalah bahwa Allah Subhanahu wa
Ta’ala memberikan hak yang sama antara laki-laki dan wanita yang beriman dalam
hal pahala, atas dasar itulah tidak ada perbedaan yang mendasar antara laki-laki dan
wanita dalam hak maupun kewajiban kecuali satu kelebihan yaitu memberi nafkah
yang merupakan kewajiban laki-laki.
Para pembaca, pendalilan mereka tentang ayat di atas tidaklah benar, bahkan
bertentangan dengan syariat dan akal yang sehat, sebagaimana penjelasan berikut ini:
- Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah melebihkan kaum lelaki atas kaum wanita
semata-mata karena pemberian nafkah. Bahkan (lebih dari itu) Allah Subhanahu wa
Ta’ala melebihkan mereka disebabkan kepemimpinannya atas kaum wanita (para
istri). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ن َأْمَواِلِهْم
ْ ض َوِبَما َأْنفَُقوا ِم
ٍ عَلى َبْع
َ ضُهْم
َ ل َبْع
ُ لا
َضّ ساِء ِبَما َف
َ عَلى الّن
َ ن
َ ل َقّواُمو
ُ جا
َ الّر
Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, disebabkan Allah telah“
melebihkan sebagian mereka (lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena
(mereka (lelaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (An-Nisa`: 34
ِ طّيَبا
ت ّ ن ال
َ حَفَدةً َوَرَزَقُكْم ِم
َ ن َو
َ جُكْم َبِني
ِ ن َأْزَوا
ْ ل َلُكْم ِم
َ جَع
َ جا َو
ً سُكْم َأْزَوا
ِ ن َأْنُف
ْ ل َلُكْم ِم
َ جَع
َ ل
ُ َوا
“Allah menjadikan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri dan menjadikan
bagi kalian dari para istri itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberi kalian rizki dari
yang baik-baik.” (An-Nahl: 72)
- Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingkari (pembagian) orang-orang musyrik yang
menjadikan (menganggap) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai anak, dan
anak-Nya adalah wanita. Sementara mereka memilihkan untuk diri mereka sendiri
anak laki-laki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ضيَزى
ِ سَمٌة
ْ ك ِإًذا ِق
َ ِتْل.لْنَثى
ُ َأَلُكُم الّذَكُر َوَلُه ْا.خَرى
ْل
ُ َوَمَناَة الّثاِلَثَة ْا.ت َواْلُعّزى
َ ل
ّ َأَفَرَأْيُتُم ال
Maka apakah patut bagi kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan“
Al-Uzza (milik kalian), dan Manat yang ketiga yang paling terkemudian (sebagai
anak wanita Allah)?! Apakah (patut) untuk kalian (anak) laki-laki dan untuk Allah
(anak) wanita?! Yang demikian itu tentulah pembagian yang tidak adil.” (An-Najm:
(19-22
.Keterangan di atas menunjukkan bahwa posisi kaum lelaki di atas kaum wanita
- Di antara balasan mulia bagi orang-orang beriman lagi beramal shalih yang
disebutkan dalam Al-Qur`an adalah para istri yang suci di dalam Al-Jannah. Hal
ini menunjukkan betapa posisi kaum lelaki di atas kaum wanita baik di dunia
maupun di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ن َثَمَرٍة ِرْزًقا َقاُلوا
ْ لْنَهاُر ُكّلَما ُرِزُقوا ِمْنَها ِم
َ حِتَها ْا
ْ ن َت
ْ جِري ِم ْ ت َت
ٍ جّناَ ن َلُهْم ّ ت َأ
ِ حا َ صاِل
ّ عِمُلوا ال َ ن آَمُنوا َو َ شِر اّلِذي
ّ َوَب
َ خاِلُدو
ن َ طّهَرٌة َوُهْم ِفيَها َ ج ُم
ٌ شاِبًها َوَلُهْم ِفيَها َأْزَوا
َ ل َوُأُتوا ِبِه ُمَت
ُ ن َقْبْ َهَذا اّلِذي ُرِزْقَنا ِم
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shalih,“
bahwa bagi mereka disediakan surga-surga (selanjutnya ditulis: Al-Jannah) yang
mengalir di dalamnya sungai-sungai. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam
Al-Jannah itu, mereka mengatakan: ‘Inilah yang dahulu pernah diberikan kepada
kami.’ Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalam Al-Jannah
(tersebut ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 25
ل ِكّذاًبا
َ ن ِفيَها َلْغًوا َو
َ سَمُعو
ْ ل َي
َ .سا ِدَهاًقا
ً َوَكْأ.ب َأْتَراًبا
َ ع
ِ َوَكَوا.عَناًبا
ْ ق َوَأ
َ حَداِئ
َ .ن َمَفاًزا
َ ن ِلْلُمّتِقي
ّ ِإ
Kaum wanita adalah orang-orang yang minim dalam hal agama dan akal, sehingga -
tidaklah bisa disamakan dengan kaum lelaki. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
:bersabda
،شْيَر
ِ ن اْلَع
َ ن َوَتْكُفْر َ ن الّلْعَ ُتْكِثْر:ل
َ ل؟ َقا
ِ لا َ سوُ َوِبَم َيا َر:ن َ َفُقْل.ل الّناِرِ ن َأْكَثَر َأْه
ّ ي َرَأْيُتُكْ ن َفِإّن
َ صّدْقَ ساِء َتَ شَر الّن َ َيا َمْع
َ سو
ل ُ عْقِلَنا َيا َر
َ ن ِدْيِنَنا َوُ صا
َ َوَما ُنْق:نَ ُقْل.نّ ُحَداك
ْ ن ِإ
ْ حاِزِم ِم َ ل اْلِج
ُ ب الّر ّ ب ِلُلَ ن َأْذَه ٍ ل َوِدْيٍ عْقَ ت ِ صا َ ن َناِق
ْ ت ِم ُ َما َرَأْي
ْ ض
ت َ حا َ س ِإَذاَ َأَلْي،عْقِلَهاَ ن ِ صا
َ ن ُنْق ْ ك ِم
َ َفَذِل:ل
َ َقا. َبَلى:ن َ ل؟ ُقْل ِج ُ شَهاَدِة الّرَ ف ِ ص ْ ل ِن َ شَهاَدُة اْلَمْرَأِة ِمْثَ تْ س َ َأَلْي:ل
َ ل؟ َقا ِ ا
.ن ِدْيِنَهاِ صا
َ ن ُنْق ْ ك ِمَ َفَذِل:ل
َ َقا. َبَلى:ن َ صْم؟ ُقْل
ُ ل َوَلْم َت ّصَ َلْم ُت
“Wahai sekalian kaum wanita, bershadaqahlah! Karena aku melihat bahwa kalianlah
orang terbanyak yang menghuni neraka (selanjutnya ditulis: An-Naar). Mereka
berkata: ‘Dengan sebab apa wahai Rasulullah?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata: ‘(Karena) kalian banyak melaknat dan seringkali ingkar terhadap kebaikan
(yang diberikan oleh para suami). Aku belum pernah melihat di antara orang-orang
yang minim dalam hal agama dan akal yang dapat mengendalikan jiwa seorang lelaki
(suami) yang tangguh melainkan seseorang dari kalian.’ Mereka berkata: ‘Sisi apakah
yang menunjukkan minimnya agama dan akal kami wahai Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘Bukankah
persaksian wanita setengah dari persaksian lelaki?’ Mereka berkata: ‘Ya’, kemudian
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menimpali: ‘Maka itulah di antara keminiman
akalnya. Bukankah ketika datang masa haidnya seorang wanita tidak melakukan
shalat dan shaum?’ Mereka berkata: ‘Ya’, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun menimpalinya: ‘Maka itulah di antara keminiman agamanya.” (HR. Al-Bukhari
dalam Shahih-nya no. 304 dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri z)
Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali –hafizhahullah– berkata: “Dalam
hadits ini terdapat kejelasan tentang minimnya agama dan akal wanita. Dan yang
nampak bahwa keminiman ini merupakan salah satu sebab banyaknya melaknat dan
terjatuhnya mereka ke dalam perbuatan ingkar terhadap kebaikan yang diberikan para
suami. Sebagaimana pula dalam hadits ini terdapat kejelasan bahwa persaksian dua
wanita sama dengan persaksian satu orang lelaki, yang di antara sebabnya adalah
minimnya akal pada mereka.” (Al-Huquq wal Wajibat ‘alar Rijal wan Nisa` fil
Islam,)
Penutup
Dari bahasan yang lalu dapatlah disimpulkan bahwa:
- Emansipasi wanita adalah gerakan untuk memperoleh pengakuan persamaan
kedudukan, derajat serta hak dan kewajiban dalam hukum bagi wanita. Ia
merupakan propaganda musuh-musuh Islam yang ditargetkan untuk menebarkan
kebencian terhadap agama Islam dan menjerumuskan kaum wanita ke dalam
jurang kenistaan.
- Agama Islam benar-benar meletakkan kaum wanita pada posisinya yang mulia.
Harkat dan martabat mereka diangkat sehingga tak terhinakan, namun tak juga
dijunjung setinggi-tingginya hingga menyamai/melebihi kedudukan kaum lelaki.
- Semua dalih emansipasi amatlah lemah lagi batil. Bahkan bertentangan dengan
norma-norma syariat dan akal yang sehat, sebagaimana yang telah dijelaskan pada
sub judul: Menyoroti Dalih-dalih Emansipasi.
- Wallahu a’lam bish-shawab.
- '1 Kebanyakan dari bantahan yang ada dalam sub judul ini, disarikan dari
tulisan Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali -hafizhahullah- dalam Al-Huquq
wal Wajibat ‘alar Rijal wan Nisa` fil Islam, dengan beberapa perubahan dan
tambahan (-pen).