You are on page 1of 12

PROSPEK DAN TANTANGAN HUKUM

INTERNASIONAL DI ASEAN DAN INDONESIA


PASCA PIAGAM ASEAN: PERSPEKTIF HUKUM
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Nandang Sutrisno
ASEAN CHARTER
Berlaku 15 Desember 2008
Dalam perspektif Hukum Perdagangan
Internasional ASEAN Charter:
Memperkuat landasan hukum dan
kelembagaan dalam mengimplementasikan
ASEAN Free Trade Agreement (AFTA); dan
Memperkuat pembentukan Komunitas
ASEAN, khususnya Komunitas Ekonomi
ASEAN.
ASEAN Free Trade Agreement (AFTA)
KTT ke-5 di Singapura 1992:
Framework Agreement on Enhancing ASEAN
Economic Cooperation;
Pencanangan AFTA pada 1 Januari 1993
dengan Common Effective Preferential Tariff
(CEPT) sebagai mekanisme utama
Tujuan AFTA:
Liberalisasi perdagangan barang, jasa dan investasi;
Meningkatkan daya saing kawasan sebagai unit
produksi tunggal;
Penghapusan hambatan-hambatan tarif dan non-tarif
untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, produktivitas
dan daya saing.

Jadwal Pemberlakuan:
2008
Dipercepat menjadi 2003 (Agenda of Greater
Economic Integration, 1995)
Dipercepat lagi menjadi 2002 (Statement of Bold
Measures, KTT 6, Hanoi) bagi ASEAN 6 (Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, the Philippines,
Singapura dan Thailand).
Penurunan Hambatan Tarif:
99,8% produk dalam Inclusion List of ASEAN-6
tarifnya antara 0-5%;
65% di antaranya telah bertarif 0%;
Tarif rata-rata ASEAN-6 turun menjadi 1,51% dari
12,76% (1993).
91% produk negara CLMV (Cambodia, Lao
Peoples Democratic Republic, Myanmar and Viet
Nam) telah dimasukkan ke dalam Inclusion List.
77% di antaranya telah bertarif 0-5%
Penurunan Hambatan Non-Tarif:
Proses verifikasi dan notifikasi-silang;
Memperbaharui definisi operasional
Hambatan Non-Tarif;
Menyusun data-base tentang Hambatan Non-
Tarif;
Menghapuskan kebijakan-kebijakan non-tarif
yang tidak perlu.
Pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN.

ASEAN Vision 2020 (Kuala Lumpur, 1997)
Mencita-citakan ASEAN sebagai suatu komunitas
yang berpandangan maju ke depan, hidup dalam
lingkungan yang damai, stabil dan makmur,
dipersatukan oleh hubungan kemitraan dalam
pembangunan yang dinamis dan masyarakat yang
saling peduli.
ASEAN Concord II (KTT 9, Bali, 2003)
Menegaskan bahwa ASEAN akan menjadi komunitas
yang aman, damai, stabil, dan sejahtera pada 2020.
Komunitas ASEAN 2015 (KTT 12, Cebu, 2007)
Cebu Declaration on the Acceleration of the
Establishment of an ASEAN Community by 2015
Mempercepat Visi 2020 menjadi 2015

Tujuan: lebih mempererat integrasi ASEAN dalam
menghadapi konstelasi politik internasional, dan
menyesuaikan cara pandangnya agar dapat lebih
terbuka dalam menghadapi permasalahan baik
internal maupun eksternal.

Meningkatkan kekompkanan dan kohesivitas serta
efektivitas kerjasama.

3 pilar:
Komunitas Keamanan ASEAN;
Komunitas Ekonomi ASEAN;
Komunitas Sosial Budaya ASEAN.
Komunitas Ekonomi ASEAN 2015
Ditandai dengan kebebasan arus barang, jasa, investasi,
pekerja terampil dan arus modal yang lebih bebas.
Menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang mempunyai daya
saing tinggi dengan tingkat pembangunan ekonomi yang
merata dan terintegrasi dalam ekonomi global.

Prospek:
Memperluas skala ekonomi;
Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi;
Meningkatkan daya tarik investor dan wisatawan;
Mengurangi biaya transaksi perdagangan;
Memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis;
Meningkatkan daya saing UKM;
Meningkatkan akses pasar intra-ASEAN
Meningkatkan transparansi;
Mempercepat penyesuaian peraturan-peraturan dan
standarisasi domestik
Tantangan:

Meningkatkan pemahaman publik, khususnya
kalangan bisnis;
Meningkatkan daya saing melalui peningkatan
efisiensi dalam segala aspek;
Menciptakan good governance;
Menentukan prioritas sektor-sektor yang akan
diliberalisasi;
Menyelaraskan posisi Indonesia dalam berbagai
negosiasi baik bilateral, regional maupun
multiateral;
Meningkatkan kemampuan implementasi
komitmen yang telah disepakati.

PROSPEK BAGI HUKUM PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
Rules-based economic integration; market
economy;
Adherence to multilateral trade rules and
ASEANs rules-based regimes;
Progress reduction towards elimination of
all barriers to regional economic
integration.
TANTANGAN BAGI HUKUM
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
ASEAN Charter: building bloc or stumbling
bloc?
WTO versus ASEAN
Most Favoured Nation versus Preferential
Treatment
Regionalism versus Multilateralism.
WTO Rules on RTAs:
Article XXIV of GATT 1994
Enabling Clause

You might also like