You are on page 1of 27

A.

Pengertian Pertumbuhan
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau
dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif
sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur
tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Pengertian pertumbuhan anak (child growth) dibatasi pada suatu proses perubahan
jasmaniyah kuantitatif pada tubuh seorang anak sejak pembuahan, berupa pertambahan
ukuran dan struktur tubuh jasmaninya (Satoto, 1997; Kania, 2006).
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel,
jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003 ; Chamidah,
2008).
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan
adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-
masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda (Chamidah, 2008).

B. Teori pertumbuhan
Bertumpu pada berbagai kajian yang ada, Margen (1984) menjelaskan rentang
teori-teori pertumbuhan anak. Dalam penjelasan tersebut ia mengemukakan bahwa setidak-
tidaknya ada dua determinan utama yang saling berintekrasi dalam mempengaruhi
pertumbuhan anak, ialah faktor bawaan (genetic factor atau nature) dan faktor lingkungan
(environmental factors atau nurture). Faktor bawaan mengacu pada faktor statik yang
menyertai anak sejak pembuahan, sedang faktor lingkungan lebih banyak terfokus pada
kecukupan gizi dan kesehatan anak (Satoto, 1997). Teori-teori pertumbuhan pada
hakekatnya adalah upaya untuk menjelaskan paradigma hubungan interaktif antara kcdua
determinan terscbut. Secara garis besar, ia memilah berbagai teori pertumbuhan anak
menjadi tiga kelompok, ialah: .
1. Teori Deprivasi Pertumbuhan (Konvensional). yang mendeskripsikan pertumbuhan
sebagai suatu patokan yang pasti; seorang anak telah mcmiliki patokan tersebut sejak
lahir, yang bersifat tunggal ia akan tetap berada pada kurva pertumbuhan tersebut
selama hidupnya; dan ia akan 'jatuh' ke keadaan terganggu hanya manakala faktor
lingkungannya tidak mendukung.
2. Teori Homeostatik Pertumbuhan, yang menjelaskan bahwa faktor genetik berperan
dalam memberikan 'ruang pertumbuhan potensial', suatu kawasan berspektrum luas.
Faktor lingkungan membentuk kurva pertumbuhan dalam kawasan tersebut. dikontrol
oleh mekanisme homeostatik.
3. Teori Potensi Pertumbuhan Optimal, yang mendeskripsikan bahwa faktor genetik
menyediakan batas atas kurva pertumbuhan, yang apabila faktor lingkungan seorang
anak mendukung pertumbuhannya, titik maksimal pertumbuhannya akan tercapai;
sebaliknya kelemahan faktor lingkungan dapat menyebabkan tidak tercapainya kurva
pertumbuhan maksimalnya.

C. Determinan pertumbuhan
Menurut Soetjiningsih (1995), tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu :
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Didalam sel telur yang telah dibuahi terjadi instruksi genetik yang
dapat menentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan yang ditandai dengan intensitas
dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur
pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi genetik yang bermutu
diharapkan dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh
hasil akhir yang optimal.Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering karena
faktor genetik ini, sedang di negara berkembang, gangguan pertumbuhan dapat
diakibatkan oleh faktor genetik dan lingkungan yang kurang memadai guna tumbuh
kembang anak secara optimal.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan. Lingkungan tumbuh bagi anak yang cukup memadai memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan
menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial
yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
Secara garis besar, faktor lingkungan dibagi atas dua, yakni :
a) Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam
kandungan (faktor pranatal)
b) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor
postnatal)
Dalam tumbuh kembangnya, anak membutuhkan 3 kebutuhan dasar, yaitu :
a) Kebutuhan Fisik Biomedis (ASUH) meliputi pangan, perawatan kesehatan dasar,
pemukiman yang layak, higiene perorangan dan sanitasi lingkungan, sandang,
kesegaran jasmani, rekreasi, dan lain lain.
b) Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
c) Kebutuhan stimulasi mental (ASAH) meliputi perkembangan mental psikososial,
kecerdasan, keteram-pilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral -
etika, produktivitas, dan lain-lain.
Ketiga kebutuhan dasar tersebut ditentukan oleh keadaan lingkungan yaitu
lingkungan mikro (ibu), lingkungan mini (keluarga), lingkungan meso (luar rumah) dan
lingkungan makro (kebijakan). Selanjutnya disajikan pada gambar di bawah ini.

GENETIK

TUMBUH KEMBANG ANAK

ASUH ASIH ASAH

LINGKUNGAN

MIKRO MINI MESO MAKRO
(Ibu) (Keluarga) (Luar (Kebijakan)
Rumah)


Gambar 1. Diagram kerangka konseptual proses tumbuh kembang anak
(Soetjiningsih, 1995)

Selain faktror genetik, faktor internal lainnya yang juga berpengaruh terdiri dari
perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, , dan kelainan kromosom.
Anak yang terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran tungkai
yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki.
Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki, kemudian
setelah melewati masa pubertas sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. Adanya suatu
kelainan genetik dan kromosom dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak, seperti yang terlihat pada anak yang menderita Sindroma Down. Selain faktor
internal, faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi.
Faktor herediter merupakan factor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam
mencapai tumbuh kembang anak, factor herditer meliputi factor bawaan, jenis kelamin,
ras, dan suku bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki
setelah lahir akan cenderung cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan
bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki atau anak perempuan akan mengalami
pertumbuhan yang lebih cpat ketika mereka mencapai masa pubertas. (Alimul, 2008 dalam
Suparyanto, 2010).
Faktor lingkungan dibagi menjadi 2 yaitu pranatal (Gizi waktu hamil, hormonal dan
toksin), sedangkan faktor lingkungan postnatal meliputi budaya lingkungan, status sosial
ekonomi (anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya
pemenuhan gizinya cukup baik), nutrisi, iklim dan cuaca, olahraga atau latihan fisik dan
faktor hormonal (Suparyanto, 2010).
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah
ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan
saluran cerna. Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang (2002)
dalam Chamidah, 2008) menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi
pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama
hamil, pola makan bayi yang salah, dan penyakit infeksi.
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).

D. Instrumen/penilaian pertumbuhan
Penilaian pertumbuhan anak mencakup penimbangan berat badan dan pengukuran
panjang atau tinggi badan dan dibandingkan dengan standar pertumbuhan. Tujuan penilaian
pertumbuhan adalah menentukan apakah anak tumbuh secara normal atau mempunyai masalah
pertumbuhan atau ada kecenderungan masalah pertumbuhan yang perlu ditangani.
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak
anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta
mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini
dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya
pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi
yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian menggunakan
alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian harus dilakukan
dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk
menilai kecepatan pertumbuhan.
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik
adalah tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang
lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Menurut Pedoman Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997) dan Narendra (2002) macam-
macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah:
1. Pengukuran Berat badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan
gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita
(KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika
terjadi penyimpangan. Pada bayi, pengukuran berat badan dengan menggunakan baby
scale. Namun jika tidak ada, berat badan bayi dapat diketahui dengan cara menimbang bayi
bersama dengan ibunya, kemudian hasilnya dikurangi dengan berat badan ibunya.

Gambar 2. Timbangan berat badan bayi

Prosedur penimbangan bayi yaitu:
a. Letakkan timbangan di tempat yang rata dan datar
b. Pastikan jarum timbangan menunjuk angka nol
c. Timbang bayi telanjang, anak yang lebih besar dengan pakaian minimal
d. Baca dan catat berat badan sesuai dengan angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan
2. Pengukuran Panjang Badan/tinggi badan
Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak
untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak telentang. Sedangkan
mengukur tinggi anak berdiri tegak.
a. Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan telentang
b. Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran dilakukan
dengan berdiri tegak
Pada penelitian MGRS/WHO 2005, tinggi badan lebih pendek sekitar 0,7 cm
dibandingkan dengan panjang badan. Perbedaan ini telah dipertimbangkan dalam
menyusun standar pertumbuhan oleh WHO yang digunakan dalam membuat grafik di
Buku Grafik Pertumbuhan Anak. Oleh karena itu, penting untuk mengkoreksi hasil bila
pengukuran tidak dilakukan dengan cara yang sesuai untuk kelompok umur.
a. Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka
ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan
b. Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan dan diukur panjangnya (telentang) maka
dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan.
Peralatan yang diperlukan untuk mengukur panjang badan adalah papan ukur
panjang badan (infantometer). papan ukur panjang badan yang harus ditempatkan di atas
permukaan yang rata, misalnya di meja.

Berikut gambar pengukuran panjang badan anak.





Gambar 3. Pengukuran panjang badan
Hal yang perlu di ingat dalam mengukur pajang anak yaitu pastikan sepatu anak,
kaus kaki, dan hiasan rambut sudah dilepas. Jika bayi diukur telanjang, alasi papan
pengukur dengan menggunakan kain kering untuk menghindari cedera. Jika ruang tempat
pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil menunggu
pengukuran. Dalam pengukuran panjang atau tinggi anak, ibu harus membantu proses
pengukuran dengan tujuan untuk menenangkan serta menghibur anak
3. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti
perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka
perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter
occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.

Tabel 1. Berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala berdasarkan kurva WHO 2005 untuk
anak laki-laki

Usia Berat Tinggi Lingkar Kepala
1 bulan 3.3-6.0 kg 51.0-57.5 cm 34.5-39 cm
2 bulan 4.3-7.2 kg 54.5-62.5 cm 36-41 cm
3 bulan 5.1-8.0 kg 57.5-65.0 cm 37-43 cm
4 bulan 5.7-8.6 kg 60.0-68.0 cm 38.5-44 cm
5 bulan 6.0-9.2 kg 62.0-70.0 cm 40-45 cm
6 bulan 6.4-9.7 kg 63.5-72.5 cm 40.5-46 cm
7 bulan 6.8-10.2 kg 65.0-73.5 cm 41-47 cm
8 bulan 7.0-10.6 kg 66.5-75.0 cm 42-48 cm
9 bulan 7.2-10.6 kg 68.0-76.0 cm 42.5-48.5 cm
10 bulan 7.4-11.3 kg 69.0-78.0 cm 43-49 cm
11 bulan 7.6-11.6 kg 70.0-79.0 cm 43.5-49.5 cm
12 bulan 7.8-11.8 kg 71.0-80.5 cm 45-50.5 cm
15 bulan 8.4-12.7 kg 74.5-84.0 cm 45-50.5 cm
18 bulan 8.9-13.5 kg 77.3-88.5 cm 45.5-51.5 cm
2 tahun 9.9-15.0 kg 81.5-93.0 cm 46-52 cm
2.5 tahun 10.7-16.7 kg 85.5-98.0 cm 47-52.5 cm
3 tahun 11.4-18.0 kg 89.0-103.0 cm 48-53 cm
3.5 tahun 12.2-19.5 kg 97.5-107.0 cm 48-53 cm
4 tahun 12.9-20.9 kg 95.5-111.0 cm 48-53 cm
4.5 tahun 13.6-22.3 kg 98.0-114.0 cm 48.5-53 cm
5 tahun 14.3-23.8 kg 101.0-119.0 cm 48.5-53.5 cm
Tabel 2. Berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala berdasarkan kurva WHO 2005 untuk
anak perempuan

Usia Berat Tinggi Lingkar Kepala
1 bulan 3.2-5.6 kg 50.0-58.0 cm 33-39 cm
2 bulan 4.0-6.6 kg 53.0-61.5 cm 35-40 cm
3 bulan 4.6-7.5 kg 56.0-64.0 cm 36-42 cm
4 bulan 5.1-8.2 kg 58.0-66.5 cm 37.5-43 cm
5 bulan 5.5-8.2 kg 62.0-70.0 cm 39-44 cm
6 bulan 5.8-9.2 kg 61.5-70.0 cm 39.5-45 cm
7 bulan 6.1-9.6 kg 63.0-72.0 cm 40-46 cm
8 bulan 6.3-10.0 kg 64.5-73.5 cm 41-46.5 cm
9 bulan 6.5-10.4 kg 65.5-75.0 cm 41.5-47 cm
10 bulan 6.8-10.8 kg 67.0-76.5 cm 42-47.5 cm
11 bulan 7.0-11.0 kg 68.0-78.0 cm 42.5-48 cm
12 bulan 7.2-11.3 kg 69.0-79.0 cm 43-48.5 cm
15 bulan 7.6-12.2 kg 72.0-83.0 cm 44-49.5 cm
18 bulan 8.2-13.0 kg 75.0-86.0 cm 44.5-50 cm
2 tahun 9.2-14.6 kg 80.0-92.0 cm 45-50.5 cm
2.5 tahun 10.1-16.3 kg 84.0-97.0 cm 45.5-51 cm
3 tahun 11.0-17.8 kg 88.0-102.0 cm 46-51.5 cm
3.5 tahun 11.8-19.5 kg 91.5-107.0 cm 46.5-52 cm
4 tahun 12.5-21.1 kg 94.5-111.0 cm 47-52.6 cm
4.5 tahun 13.2-22.8 kg 97.5-115.0 cm 47.5-53 cm
5 tahun 14.0-24.3 kg 100.5-119.0 cm 47.5-53 cm
Sumber : Anonim, 2010

Selain parameter tersebut di atas, untuk menilai pertumbuhan anak dibutuhkan pula
KMS (Kartu Menuju Sehat), yaitu kartu yang memuat data serta grafik pertumbuhan anak
serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh
kembang balita setiap bulannya dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun (Nursalam, 2005).
Adapun fungsi/manfaat KMS yaitu (Permenkes, 2010) :
1. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik
pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan seorang anak tumbuh
normal atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anak mengikuti
grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil resiko anak mengalami
gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik
pertumbuhan, anak kemungkinan beresiko mengalami gangguan pertumbuhan.
2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan
kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian
ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
3. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak
seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila diare
Untuk pemantauan pertumbuhan balita di masyarakat telah dikembangkan Kartu Menuju
Sehat (KMS) balita laki-laki dan perempuan berdasarkan standar pertumbuhan WHO 2005.
rujukan pertumbuhan dikembangkan menggunakan data dari satu negara dengan mengukur
contoh anak-anak yang dianggap sehat, tanpa memperhatikan cara hidup dan lingkungan
mereka. WHO Multicentre Growth Reference Study (MGRS)3 telah dirancang untuk
menyediakan data yang menggambarkan bagaimana anak-anak harus tumbuh, dengan cara
memasukkan kriteria tertentu (misalnya: menyusui, pemeriksaan kesehatan, dan tidak
merokok). MGRS menghasilkan standar pertumbuhan yang bersifat preskriptif (bagaimana
anak seharusnya tumbuh optimal), berbeda dengan acuan/rujukan (reference) sebelumnya yang
bersifat deskriptif (gambaran bagaimana anak tumbuh). Pada KMS baru telah dirancang ulang
untuk anak Indonesia yang dibedakan menurut jenis kelamin, dicantumkan 12 tahapan
perkembangan motorik berdasarkan kesepakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).





















Gambar 4. KMS dan Grafik pertumbuhan Anak Laki-laki dan perempuan 0-24
bulan


E. Istilah dalam pertumbuhan
Istilah-istilah yang sering digunakan dalam menilai pertumbuhan bayi antara lain :
1. Growth Spurts
Yaitu berubahnya pola tidur dan pola menyusui bayi akibat adanya perkembangan yang
signifikan baik pada jasmani, otak maupun pada gerakan motoriknya seperti akan mulai
membalik (tengkurap), merangkak, berjalan dll. Biasanya terjadi ketika bayi berusia 10-13
hari, 2-3 minggu, 4-6 minggu, 3 bulan, 4 bulan,6 bulan dan 9 bulan (Sutanto, 2009).
2. Plateu
Yaitu masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan. Masa ini dimulai sejak bayi lahir
sampai berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Ciri2 yg penting :
a. Periode ini merupakan masa perkembangan tersingkat dari seluruh periode perkembangan
b. Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/perkembangan
janin
c. Ditandai dengan terhentinya perkembangan
d. Di akhir periode ini bila bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut
3. Gagal Tumbuh
Yaitu kegagalan mencapai pertambahan massa tubuh atau gagal mencapai berat
normal/pertumbuhan fisik dibawah sebayanya. Merupakan suatu kondisi dimana
pertumbuhan tidak berjalan sesuai dengan bertambahnya usia; bisa disebabkan oleh banyak
faktor.antara lain :
a. Non organik (terdapat masalah dalam asupan makanan namun tidak ada penyakit atau
kondisi medis yang mendasari terjadinya gagal tumbuh ini):
a. Asupan makanan dibatasi
b. Cara pemberian makan yang kurang/tidak tepat
c. Kurang perhatian terhadap makanan anak
d. Neglected (anak terabaikan)
e. Kemiskinan
b. Organik (ada penyakit atau kondisi medis yang mendasari)
a. Kelainan fungsi ginjal
b. Kelainan hormonal (endokrin)
c. Kelainan metabolisme
d. Kelainan pencernaan (fibrosis kistik)
e. Kelainan kromosom
f. Gastroesphageal reflux disease
g. Tuberkulosis
c. Mixed: gagal tumbuh akibat malnutrisi dan juga akibat adanya gangguan medis yang
kronis. (Sutanto, 2009).










Gambar 5. Penyebab terjadinya gagal tumbuh (Sutanto, 2009)

F. Evaluasi pertumbuhan
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil
penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan
bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian
Infeksi kronis;
Sering infeksi
Pemberian
makan - buruk
GAGAL TUMBUH
Semakin sering
Infeksi
Pemulihan lambat
Penyakit lebih
berat
KEMATIAN
Berat badan kurang
Berat badan
semakin berkurang
Kekurangan gizi
yang parah
garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita
yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan
umurnya. Grafik pertumbuhan dalam KMS terdiri dari garis merah, pita warna kuning,
hijau tua dan hijau muda. (Depkes RI, 2000).
1. Balita tidak naik berat badannya bila :
a. Garis pertumbuhannya turun, atau
b. Garis pertumbuhannya mendatar, atau
c. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya
d. Atau kenaikan berat badan kurang dari kenaikan berat badan minimal (KBM)
2. Balita naik berat badannya bila:
a. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna
b. Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna atasnya
c. Kenaikan berat badan sama dengan kenaikan berat badan minimal atau lebih (KBM)
3. Berat badan balita di bawah garis merah artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan
dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke puskesmas/rumah sakit
4. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami
gangguan pertumbuhan sehingga harus dirujuk ke puskesmas/rumah sakit




















Gambar 6. Pemantauan pertumbuhan anak
Interpretasi pertumbuhan :
1. Pertumbuhan yang diharapkan pada anak dengan statu awal Berat Badan Idealnya baik
(normal) dengan Tinggi Badanya Normal, akan terlihat proporsi (keseimbangan) berat
badan dan tinggi badanya normal, maka pola pertumbuhan berat badan pada anak akan
terlihat pada grafik pertumbuhan adalah standar seperti terlihat pada gambar
2. Pertumbuhan yang diharapkan pada anak dengan status Berat Badan awalnya Kurang dan
Tinggi Badannya Pendek, akan terlihat proporsi (keseimbangan) Berat Badan dan Tinggi
adalah Normal, maka pola pertumbuhan anak pada KMS akan berada dibawah standar,
pola tersebutlah yang diharapkan, karena jika mengikuti Pola Pertumbuhan Standar, anak
akan terlihat kegemukan (obesitas). Seperti terlihat pada gambar
3. Jika pertumbuhan pada anak dengan status awal Berat Badannya Kurang, sedangkan
Tinggi Badannya normal, akan terlihat proporsi (keseimbangan) Berat Badan dan Tinggi
Keterangan :
a. TIDAK NAIK (T); grafik BB
memotong garis pertumbuhan
dibawahnya; kenaikan BB < KBM
(<800 g)

b. NAIK (N), grafik BB memotong garis
pertumbuh an diatasnya; kenaikan BB
> KBM (>900 g)

c. NAIK (N), grafik BB meng ikuti garis
pertumbuhannya; kenaikan BB > KBM
(>500 g)

d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan
mendatar; kenaikan BB < KBM (<400
g)

e. TIDAK NAIK (T), grafik BB
menurun; grafik BB < KBM (<300 g)

Badan anak adalah kurus, maka pola pertumbuhan anak yang diharapkan adalah harus
berada pada pola standar. Jadi anak harus terus dinaikan berat badannya sampai berada
pada pola standar, tetapi pola ini tidak boleh dipaksakan bila anak tersebut sejak awal
memang sudah mempunyai Tinggi Badan Pendek. Seperti terlihat pada gambar







(1) (2)





(3)
Gambar 7. Interpretasi pertumbuhan
Contoh evaluasi pertumbuhan bayi:
Shifa Triaulia, pada tanggal 2 Juli 2011 berumur 6 bulan dengan BB 6,1 Kg dan PB 62 cm,
pada penimbangan 2 Agustus 2011 BB 6,1 dan PB 62 cm.

Gambar 8. Grafik BB/U Pada Penimbangan 2 Juli 2011

Gambar 9. Grafik BB/U Pada Penimbangan 2 Agustus 2011

Gambar 10. Grafik PB/U Pada Penimbangan 2 Juli 2011

Gambar 11. Grafik PB/U Pada Penimbangan 2 Agustus 2011
Analisis kasus:
Pada kasus di atas terlihat bahwa berat badan anak tidak naik, anak mengalami gizi
kurang (BB/U -2 SD) dan pendek (PB/U -3 SD). Sehingga perlu mewancarai dan
mengidentifikasi penyebab masalahnya.
Banyak faktor sosial dan lingkungan yang bisa mempengaruhi pemberian makanan,
pola asuh dan pertumbuhan anak. Maka sangat perlu untuk menentukan penyebab
timbulnya masalah pada anak sebelum memberikan konseling. Misalnya, seorang anak
kurus karena keluarganya kekurangan bahan makan, sehingga tidak akan menolong jika
menasihati ibu untuk memberi makan anak lebih sering.
Pada tahun 1990 UNICEF mengembangkan diagram berikut, untuk menunjukkan
kemungkinan penyebab kurang gizi (under nutrition).

Gambar 12. Penyebab masalah Gizi (UNICEF, 1990)
Anak dengan salah satu masalah pertumbuhan serius berikut ini harus segera dirujuk
untuk mendapatkan perawatan khusus:
a. Sangat kurus (di bawah -3 SD untuk BB/PB, BB/TB atau IMT/U)
Manifestasi
b. Ada tanda klinis marasmus (misalnya tampak benar-benar kurus, seperti tulang
terbungkus kulit)
c. Ada tanda klinis kwashiorkor (misalnya edema seluruh tubuh; rambut tipis dan jarang;
kulit terkelupas)
d. Edema pada kedua punggung kaki

G. Tahap-tahap pertumbuhan Bayi
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan, dan
berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai dewasa. Walaupun terdapat variasi,
namun setiap anak akan melewati suatu pola tertentu. Tanuwijaya (2003) memaparkan
tentang tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa pranatal dan
masa postnatal. Setiap masa tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalam anatomi,
fisiologi, biokimia, dan karakternya. Tahap-tahap pertumbuhan pada bayi dibagi menjadi 2
tahap yaitu :
1. Masa neonatal (0-28 hari)
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terJadi perubahan sirkulasi darah,
serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh lainnya
2. Masa Bayi (1-12 bulan)
Pertumbuhan yang sangat pesat dan proses pematangan berlangsung secara kontinyu,
terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.

H. Peyimpangan pada Pertumbuhan
H.1. Perawakan Pendek

Perawakan pendek atau dwarfinism adalah ketinggian yang berada dibawah
persentil kedua atau 0.4th centile. Hanya 1 dari 50 anak lebih pendek dari pada persentil
kedua dan hanya 1 dari 250 anak lebih pendek dari 0.4th centile. Kebanyakan anak-anak
walaupun memiliki badan yang kecil tetap berkembang normal namun ada kemungkinan
besar ada gangguan patologis pada tahap pertumbuhannya (Lissauer, Clayden, 2002).

H.2. Perawakan Tinggi

Walaupun jarang orang tua mengeluh tentang anaknya yang lebih tinggi
dibandingkan kawan-kawannya, anak-anak remaja merasa cemas pada saat pubertal
growth spurt, disebabkan tinggi mereka yang meningkat dengan cepat. Kebanyakan anak
yang tinggi disebabkan genetik orang tua dan juga disebabkan karena mengkonsumsi
makanan yang berlebihan. Ini mengakibatkan obesitas pada anak dan pertumbuhan yang
cepat (Lissauer, Clayden, 2002).

H.3. Pertumbuhan Kepala Abnormal

Pertumbuhan pesat kepala terjadi dalam dua tahun pertama dan 80% dari ukuran
kepala dewasa telah dicapai pada usia 5 tahun. Ini memberi gambaran terhadap
pertumbuhan otak, namun ukuran besar atau kecilnya kepala biasanya juga tergantung
terhadap faktor keturunan dan biasanya perlu menggunakan mid-parental head percentile
untuk menentukannya(Lissauer, Clayden, 2002).
Pada saat lahir sutura dan fontanel masih belum tertutup. Setelah beberapa bulan
hidup, sirkumferens kepala bayi akan lebih melebar, terutama ukuran badan bayi kecil
dibanding umur gestasionalnya. Bagian posterior kepala tertutup dalam minggu ke
delapan, sedangkan bagian anterior fontanel tertutup dalam 12 hingga 18 bulan. Jika terjadi
kecepatan pada kelebaran sirkumferens kepala, maka peningkatan tekanan intrakranial
harus di eksklusikan.
Berbagai gangguan pertumbuhan kepala yang dialami adalah termasuk
mikrosefali, makrosefali, kepala asimetris dan kraniositosis (Lissauer, Clayden, 2002).

I. Penyimpangan pada Perkembangan
I.1. Gangguan Perkembangan motorik

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal tertentu seperti
faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan dimana pada keluarganya rata-
rata perkembangan motorik lambat dan faktor lingkungan pula seperti anak tidak
kesempatan untuk belajar karena terlalu dimanjakan, selalu digendong atau diletakkan di
babywalker terlalu lama dan juga anak yang mengalami deprivasi maternal. Disamping itu,
faktor kepribadian anak misalnya anak sangat penakut, gangguan retardasi mental juga
adalah penyebab perkembangan motorik yang lambat. Selain itu, kelainan tonus otot,
obesitas, penyakit neuromuskular seperti penyakit duchenne muscular dystrophy dan buta
juga merupakan antara gangguan perkembangan motorik (Soetjiningsih, 2002).

I.2. Gangguan Perkembangan bahasa

Gangguan perkembangan bahasa dapat diakibatkan oleh berbagai faktor termasuk
faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi yang rendah, kurang pergaulan dan
kurang interaksi dengan lingkungan sekitarnya, maturasi yang lambat, gangguan
lateralisasi dan juga masalah yang dialami oleh disleksia dan afasia.
Gagap atau strutter mungkin disebabkan oleh tekanan dari orang tua supaya anak
berbicara dengan jelas, ada juga kemungkinan disebabkan sang anak meniru seseorang
dikeluarganya yang gagap, rasa tidak aman dan juga bisa oleh kepribadian anak. Penyebab
lain yang dapat menganggu perkembangan sang anak dalam berbicara adalah kelainan
kongenital seperti bibir sumbing atau cleft palate lip (Soetjiningsih, 2002).

I.3. Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah
(IQ< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntunan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

I.4. Cerebral Palsy

Cerebral Palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, dan disebabkan oleh karena kerusakan atau gangguan di sel-sel motorik pada
susunan saraf pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2005).

I.5. Sindrom Down

Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya
dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat jumlah kromosom 21 yang
berlebihan. Perkembangan pada anak anak dengan sindrom down biasanya lebih lambat
dari anak yang normal.
Anak dengan sindrom down biasanya juga menderita kelainan seperti kelainan
jantung kongenital, hipotonia yang berat dan juga masalah biologis lainya yang dapat
berperan dalam menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan
menolong diri sendiri (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005).

I.6. Gangguan Autisme

Ini adalah gangguan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak
berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga
gangguan tersebut sangat luas dan berat dan mempengaruhi anak dengan sepenuhnya.
Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

I.7. Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah

Disfungsional susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan akedemik
yang berada dibawah normal, kelainan perilaku dan juga gangguan dalam berinteraksi
sosial, salah satu contoh adalah kasus ADHD dan disleksia (Soetjiningsih,2002).


J. Gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak

Gizi memegang peran yang penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak. Bermula dari saat bayi ada di dalam kandungan ibu, bila ibu mendapat makanan
yang mencukupi, maka bayi yang dikandungnya akan lahir dengan berat badan lahir bayi
normal, sedangkan ibu yang kurang gizi akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah. Maka dari itu asupan gizi pada ibu hamil harus mendapat perhatian yang lebih
terutama pada triwulan terakhir kehamilan, karena pada masa itu terjadi proliferasi sel-sel
otak yang pesat dan akumulasi long chain polyunsaturated fatty acids (LCPUFAs) pada
retina dan otak yang pesat (Soetjiningsih, IKG, 2002).
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, proliferasi sel-sel otak
dan akumulasi LCPUFAs masih berlangsung; disertai dengan proses mielinasi
pertumbuhan dendrit dan sinaps yang pesat; sehingga terbentuk jaringan otak yang
kompleks. Periode kritis pertumbuhan otak terletak pada masa triwulan terakhir kehamilan
hingga anak berusia tiga tahun. Pada masa kritis ini anak harus mendapat gizi yang
esensial dan memadai untuk mencukupi kebutuhan gizinya (Soetjiningsih, IKG, 2002).
ASI adalah salah satu sumber yang baik untuk memenuhi kebutuhan anak karena
ASI telah dibuktikan mengandung LCPUFAs dalam jumlah yang memadai untuk
pertumbuhan otak anak. Selain gizi yang baik, pada masa periode kritis tersebut, anak juga
harus mendapat stimulasi mental dini yang memadai dan dijaga kesehatannya agar dapat
bertumbuh dan berkembang dengan baik (Soetjiningsih, IKG, 2002).
Pada bayi yang berusia 6 bulan ke atas disarankan agar memberikan makanan
tambahan untuk mendamping-ASI atau makanan sapihan, bagi bayi yang tidak disusui lagi
oleh ibunya. Proses ini dikenal sebagai proses weaning. Pada tahap ini diet bayi akan
berubah dari ASI saja ke makanan orang dewasa. Masa transisi ini merupakan masa yang
sangat kritikal bagi bayi, karenakan bayi akan mudah terkena infeksi terutama infeski
saluran cerna. Gangguan gizi juga sering terjadi pada tahap ini disebabkan oleh keluarga
atau sang ibu yang kurang pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan-makanan
yang bergizi yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya dan juga
peran ekonomi, dimana keluarga sang anak kurang mampu menyediakan makanan yang
bergizi (Soetjiningsih, IKG, 2002).
Pada anak-anak yang berusia setahun hingga pra-remaja lebih cenderung
mengalami gangguan gizi yang disebabkan oleh asupan-asupan makanan yang tidak tepat,
hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi asupan makanan seperti
keluarga yaitu orang tua anak dan juga saudara-saudaranya, media massa dimana gencaran
iklan makanan dalam televisi dapat bermain peran yang besar terhadap makanan asupan.
Teman sebaya sang anak terutama pada anak-anak pra-remaja karena bertambah luasnya
kontak sosial anak dengan lingkungannya maka tidak dapat dihindari. Penyakit dapat juga
berpengaruh terhadap nafsu makan sang anak dan juga asupan makanannya (Soetjiningsih,
IKG, 2002).

Penentuan Status Gizi Anak

Status gizi anak dapat diukur dengan beberapa cara yaitu dengan cara pengukuran
antropometrik, klinik dan laboratorik. Diantara ketiganya, pengukuran antropometrik
adalah yang relatif paling sederhana dan banyak dilakukan (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2003).
Pengukuran antropometrik dilakukan dengan membandingkan pengukuran berat
badan dibadingkan dengan umur atau dengan perbandingan pengukuran berat badan anak
dengan tinggi badan anak dengan menggunakan Tabel Berat Badan/Tinggi Badan
(Direktorat Gizi Masyarakat 2002) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003).
Dari pengukuran antropometri, status gizi anak dapat diketahui dan dapat dibagi menjadi;
status gizi baik (normal); status gizi kurang (kurus); status gizi buruk (kurus sekali) dan
status gizi lebih (gemuk) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).


DAFTAR PUSTAKA
Chamidah, AN. 2008. Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Depkes, RI. (2000). Referensi Kesehatan. http://creasoft.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 14 juni 2010
Kania, N. 2006. Stimulasi tumbuh kembang anak untuk mencapai tumbuh kembang yang
optimal. Disampaikan pada seminar Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Bandung, 11
Maret 2006.
Nursalam. (2005). Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba Medika
Satoto, 1997. Fitrah dan Tumbuh kembang anak. Dibawakan pada pidato pengukuhan guru
besar ilmu gizi Universitas Diponegoro. Semarang
Soetjiningsih.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1995
Suparyanto, 2010. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita melalui KMS.
Online.www.suparyanto.blogspot.com
Sutanto,M. 2009. Bayi sering menangis- apakah ini tandanya ASI tidak cukup?. Online
www, aimi-asi.org
Syamsir. 2010. Monitoring pertumbuhan anak sejak bayi sering diabaikan. Online. www.
Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC
WHO. Modul Pelatihan penilaian pertumbuhan anak D. Koseling pertumbuhan dan
pemberian makan.
WHO. Modul Pelatihan penilaian pertumbuhan anak B. Mengukur pertumbuhan anak

You might also like