Salah satu penyakit neuromuskular adalah Miastenia gravis.
Miastenia Gravis menghasilkan kelemahan progresif dan sporadis serta kelelahan abnormal pada otot skeletal, yang bertambah buruk setelah latihan dan pengulangan gerakan, namun dapat diperbaiki dengan obat antikholineterase. Biasanya, gangguan ini menyerang otot yang dikendalikan oleh saraf kranial (wajah, bibir, lidah, leher, dan tenggorokan) tetapi dapat juga menyerang otot-otot lainnya.
Gambar. Miastenia gravis pada otot kelopak mata Di Indonesia masih terbatas obat yang khusus untuk penyakit neuromuskular yaitu golongan antikolinesterase. Obat neuromuskular yang beredar di Indonesia adalah Neostigmine dan Prostigmine. 1. Neostigmine Neostigmine bekerja dengan cara memperpanjang kerja dari asetilkolin, yang merupakan senyawa alami di dalam tubuh. Neostigmine menghambat aksi dari enzim asetilkolinesterase. Asetilkolin menstimulasi satu tipe reseptor yang dinamakan reseptor muskarinik. Reseptor muskarinik terdapat diseluruh tubuh terutama di otot Ketika reseptor muskarinik distimulasi akan menimbulkan tingkat efek tertentu yang menimbulkan kontraksi pada otot. Pada penderita Miastenia Gravis, sistem imunitas tubuh merusak banyak reseptor muskarinik, sehingga otot menjadi kurang responsif oleh stimulasi saraf. Neostigmine meningkatkan jumlah asetikolin pada ujung saraf. Peningkatan kadar asetilkolin ini membuat reseptor yang tersisa berfungsi lebih efisien. Neostigmine biasanya mengembalikan fungsi otot mendekati taraf normal. Selain digunakan untuk Miastenia Gravis, Neostigmine juga digunakan untuk mengatasi retensi urinaria yang disebabkan anestesi umum dan mengatasi keracunan obat jenis kurare. Indikasi lain dari Neostigmine digunakan untuk sindrom Ogilvie yang merupakan pseudo-obastruksi dari kolon pada pasien dengan penyakit kritis. Neostigmine dapat menyebabkan perlambatan detak jantung (Bradikardi), oleh karena itu sering dikombinasi dengan obat parasimpatolitik seperti Atropin atau Glycopyrrolate.