You are on page 1of 12

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 22 TAHUN 2005


TENTANG
PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 18 Undang-undang
Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pemeriksaan Penerimaan
Negara Bukan Pajak;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3687);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disebut PNBP
adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari
penerimaan perpajakan.
2. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
3. Instansi Pemerintah adalah Departemen dan Lembaga Non
Departemen.
4. Instansi Pemerintah yang ditunjuk adalah Instansi Pemerintah yang
diberikan kewenangan oleh Menteri untuk menagih, memungut dan
menyetor PNBP ke Kas Negara.
5. Pimpinan Instansi Pemerintah adalah Menteri Teknis atau Pimpinan
Lembaga Non Departemen.
6. Wajib Bayar adalah orang pribadi atau badan yang ditentukan untuk
melakukan
kewajiban
membayar
menurut
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7. Instansi Pemeriksa adalah Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan yang diminta oleh Menteri atau Pimpinan Instansi
Pemerintah untuk memeriksa PNBP.
8. Pemeriksa adalah pejabat Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan yang mendapat tugas untuk memeriksa PNBP.
9. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam
rangka pengawasan atas kepatuhan pemenuhan kewajiban PNBP
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP.

2006

Legal Agency

BAB II
DASAR PEMERIKSAAN
Bagian Kesatu
Dasar Pemeriksaan Terhadap Wajib Bayar
(1)
(2)

(1)
(2)

Pasal 2
Atas permintaan Pimpinan Instansi Pemerintah, Instansi Pemeriksa
dapat melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Bayar yang
menghitung sendiri kewajibannya.
Permintaan Pimpinan Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan berdasarkan:
a. hasil pemantauan Instansi Pemerintah terhadap Wajib Bayar
yang bersangkutan;
b. laporan dari pihak ketiga; atau
c. permintaan Wajib Bayar atas kelebihan pembayaran PNBP.
Pasal 3
Menteri dapat melakukan koordinasi dengan Instansi Pemerintah
dalam rangka pemeriksaan PNBP.
Apabila dari hasil koordinasi perlu ditindaklanjuti dengan
pemeriksaan, hasil koordinasi digunakan sebagai rekomendasi bagi
Instansi Pemerintah untuk meminta Instansi Pemeriksa melakukan
pemeriksaan terhadap Wajib Bayar yang menghitung sendiri
kewajibannya.
Bagian Kedua
Dasar Pemeriksaan Terhadap Instansi Pemerintah

Pasal 4
Atas permintaan Menteri, Instansi Pemeriksa dapat melakukan
pemeriksaan khusus terhadap Instansi Pemerintah yang ditunjuk.
BAB III
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN
Bagian Kesatu
Pemeriksaan Terhadap Wajib Bayar
(1)

(2)

Pasal 5
Pemeriksaan terhadap Wajib Bayar bertujuan untuk:
a. menguji kepatuhan atas pemenuhan kewajiban sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang PNBP; dan
b. melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan PNBP.
Ruang Lingkup pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. penyelenggaraan catatan akuntansi yang berkaitan dengan
objek pemeriksaan PNBP;
b. laporan keuangan beserta dokumen pendukung yang berkaitan
dengan objek pemeriksaan PNBP;
c. transaksi keuangan yang berkaitan dengan pembayaran dan
penyetoran objek pemeriksaan PNBP.
Bagian Kedua
Pemeriksaan Terhadap Instansi Pemerintah

2006

Legal Agency

(1)

(2)

Pasal 6
Pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah bertujuan untuk:
a. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan PNBP;
b. menguji kepatuhan atas pemenuhan kewajiban sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang PNBP; dan
c. melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan PNBP.
Ruang Lingkup pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pengendalian dan pertanggungjawaban pemungutan dan
penyetoran PNBP;
b. penyelenggaraan pencatatan akuntansi;
c. laporan rencana dan realisasi PNBP;
d. penggunaan sarana yang tersedia berkaitan dengan PNBP yang
dikelola Instansi Pemerintah.

BAB IV
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
Bagian Kesatu
Pemeriksaan Terhadap Wajib Bayar
Pasal 7
Dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Bayar, Pemeriksa
berpedoman pada standar dan norma pemeriksaan serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(1)

(2)

2006

Pasal 8
Pemeriksa mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. menyerahkan surat tugas kepada Wajib Bayar yang akan
diperiksa;
b. menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib
Bayar yang diperiksa;
c. memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Bayar yang
diperiksa tentang temuan hasil pemeriksaan untuk ditanggapi
oleh Wajib Bayar yang diperiksa;
d. membuat laporan hasil pemeriksaan;
e. memberikan petunjuk kepada Wajib Bayar yang diperiksa
mengenai pemenuhan atas kewajiban PNBP dengan tujuan agar
pemenuhan atas kewajiban PNBP dalam tahun-tahun
selanjutnya
dilaksanakan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
f. mengembalikan buku, catatan, bukti, dan dokumen pendukung
lainnya yang dipinjam dari Wajib Bayar yang diperiksa dalam
jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung
sejak selesainya pemeriksaan; dan
g. merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan
kepada Pemeriksa mengenai data Wajib Bayar yang diperiksa,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
Pemeriksa mempunyai kewenangan sebagai berikut :
a. memeriksa dan atau meminjam buku, catatan, bukti dan
dokumen pendukung lainnya;
b. meminta keterangan dan atau bukti yang diperlukan dari Wajib
Bayar yang diperiksa;
c. meminta keterangan dan atau bukti yang diperlukan dari pihak
lain yang mempunyai hubungan dengan Wajib Bayar yang
diperiksa; dan

Legal Agency

d. memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan


tempat menyimpan dokumen, uang, barang yang dapat
memberi petunjuk tentang keadaan usaha Wajib Bayar yang
diperiksa dan atau tempat lain yang dianggap penting serta
melakukan pemeriksaan di tempat tersebut.
Pasal 9
Wajib Bayar yang diperiksa mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. memenuhi permintaan peminjaman buku, catatan, bukti dan
dokumen pendukung lainnya yang diperlukan untuk kelancaran
pemeriksaan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak tanggal surat permintaan;
b. memberikan kesempatan kepada Pemeriksa untuk memasuki tempat
atau ruangan yang dipandang perlu dan membantu kelancaran
pemeriksaan;
c. memberikan keterangan yang diperlukan; dan
d. menandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan.
Pasal 10
(1) Pemeriksaan dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih Pemeriksa.
(2) Pemeriksaan dilaksanakan di kantor Wajib Bayar yang diperiksa, di
kantor lainnya, di pabrik, di tempat usaha, di tempat tinggal, atau
di tempat lain sepanjang diduga ada kaitannya dengan kegiatan
usaha atau pekerjaan Wajib Bayar yang diperiksa.
(3) Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan dalam hal tertentu
dapat dilanjutkan di luar jam kerja.
(4) Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan, Wajib Bayar yang diperiksa
tidak ada di tempat, pemeriksaan tetap dapat dilaksanakan
sepanjang ada pihak yang mewakili atau kuasanya.
(5) Dalam hal Wajib Bayar yang diperiksa atau yang mewakili atau
kuasanya menolak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf a, b, dan c, Wajib Bayar atau wakil atau
kuasanya harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan
Pemeriksaan.
(6) Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan dapat dijadikan dasar
untuk menyusun laporan hasil pemeriksaan.
Pasal 11
(1) Wajib Bayar yang menghindar atau menolak diperiksa wajib
menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan.
(2) Wajib Bayar yang menghindar atau menolak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dikenakan sanksi dengan penetapan PNBP yang
Terutang secara jabatan dan atau sanksi lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 12
(1) Apabila Wajib Bayar tidak bersedia menandatangani Surat
Pernyataan Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1), Pemeriksa membuat Berita Acara Penolakan
Pemeriksaan yang ditandatangani oleh 2 (dua) Pemeriksa dengan
terlebih dahulu menyampaikan Surat Peringatan kepada Wajib
Bayar.
(2) Surat Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
sebanyak 3 (tiga) kali dengan jangka waktu masing-masing 5 (lima)
hari kerja.
(3) Wajib Bayar yang tidak bersedia menandatangani Surat Pernyataan
Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

2006

Legal Agency

dikenakan sanksi dengan penetapan PNBP yang Terutang secara


jabatan dan atau sanksi lain sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Pemeriksaan Terhadap Instansi Pemerintah
Pasal 13
Dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah,
Pemeriksa berpedoman pada standar dan norma pemeriksaan serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ketiga
Permintaan Keterangan dari Pihak Lain
Pasal 14
Dalam hal diperlukan keterangan atau bukti dari pihak lain dalam
rangka pemeriksaan, pihak lain yang bersangkutan wajib memberikan
keterangan atau seluruh bukti yang diminta atas dasar permintaan
Pemeriksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Keempat
Temuan Hasil Pemeriksaan
Pasal 15
(1) Temuan Hasil Pemeriksaan Wajib Bayar wajib disampaikan oleh
Pemeriksa kepada Wajib Bayar yang diperiksa secara tertulis
dengan tembusan kepada Pimpinan Instansi Pemerintah.
(2) Temuan Hasil Pemeriksaan Instansi Pemerintah wajib disampaikan
oleh Pemeriksa kepada Pimpinan Instansi Pemerintah yang
diperiksa secara tertulis dengan tembusan kepada Menteri.
Bagian Kelima
Tanggapan atas Temuan Hasil Pemeriksaan
Pasal 16
(1) Wajib Bayar yang diperiksa wajib memberikan tanggapan tertulis
atas temuan hasil pemeriksaan kepada Pemeriksa dengan
tembusan kepada Pimpinan Instansi Pemerintah dalam jangka
waktu paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak temuan
hasil pemeriksaan diterima.
(2) Pimpinan Instansi Pemerintah yang diperiksa wajib memberikan
tanggapan tertulis atas temuan hasil pemeriksaan kepada
Pemeriksa dengan tembusan kepada Menteri dalam jangka waktu
paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak temuan hasil
pemeriksaan diterima.
(3) Dalam hal tanggapan atas temuan hasil pemeriksaan tidak
disampaikan sampai dengan batas jangka waktu yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Wajib Bayar
atau Pimpinan Instansi Pemerintah yang diperiksa dianggap telah
menyetujui temuan hasil pemeriksaan dan dijadikan sebagai dasar
pembahasan.
Bagian Keenam
Pembahasan atas Temuan Hasil Pemeriksaan
Pasal 17

2006

Legal Agency

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)
(6)

Setelah Wajib Bayar yang diperiksa memberikan tanggapan atas


temuan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (1) atau tidak menyampaikan tanggapan atas temuan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3),
Pimpinan Instansi Pemerintah yang meminta Instansi Pemeriksa
untuk
melakukan
pemeriksaan
PNBP
menyelenggarakan
pembahasan temuan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Bayar
yang diperiksa dalam jangka waktu paling lama 21 (dua puluh
satu) hari kerja sejak tanggapan diterima atau batas waktu
penyampaian tanggapan berakhir.
Setelah Pimpinan Instansi Pemerintah yang diperiksa memberikan
tanggapan atas temuan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (2) atau tidak menyampaikan tanggapan atas
temuan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (3), Menteri menyelenggarakan pembahasan temuan hasil
pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah yang diperiksa dalam
jangka waktu paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak
tanggapan diterima atau batas waktu penyampaian tanggapan
berakhir.
Dalam hal Wajib Bayar yang diperiksa tidak menghadiri
pembahasan temuan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tanpa memberitahukan alasan sebelumnya, Wajib
Bayar yang diperiksa dianggap menyetujui seluruh temuan hasil
pemeriksaan.
Dalam hal Pimpinan Instansi Pemerintah yang diperiksa tidak
menghadiri pembahasan temuan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tanpa memberitahukan alasan
sebelumnya, Pimpinan Instansi Pemerintah yang diperiksa
dianggap menyetujui seluruh temuan hasil pemeriksaan.
Pimpinan Instansi Pemerintah dan Menteri dapat menugaskan
pejabat yang berwenang untuk menyelenggarakan pembahasan
temuan hasil pemeriksaan.
Hasil pembahasan atas temuan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) merupakan
dasar penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan.
Bagian Ketujuh
Laporan Hasil Pemeriksaan

Pasal 18
(1) Laporan Hasil Pemeriksaan terhadap Wajib Bayar disampaikan oleh
Pimpinan Instansi Pemeriksa kepada Pimpinan Instansi Pemerintah.
(2) Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat digunakan Pimpinan Instansi Pemerintah sebagai dasar
penerbitan surat ketetapan jumlah PNBP yang Terutang atau surat
tagihan atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan
peraturan perundang-undangan di bidang PNBP.
(3) Apabila Laporan Hasil Pemeriksaan disusun berdasarkan Surat
Pernyataan Penolakan Pemeriksaan, jumlah PNBP yang Terutang
ditetapkan secara jabatan.
Pasal 19
(1) Laporan Hasil Pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah
disampaikan oleh Pimpinan Instansi Pemeriksa kepada Menteri.
(2) Menteri memberitahukan Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Pimpinan Instansi Pemerintah yang
bersangkutan guna penyelesaian lebih lanjut.
Bagian Kedelapan
Tindak Lanjut Pemeriksaan

2006

Legal Agency

Pasal 20
Menteri, Pimpinan Instansi Pemerintah, dan Pimpinan
Pemeriksa, wajib menatausahakan hasil pemeriksaan.

Instansi

Pasal 21
(1) Dalam hal Pemeriksa menemukan adanya dugaan tindak pidana
dalam
pemeriksaan
terhadap
Wajib
Bayar,
Pemeriksa
merekomendasikan kepada Pimpinan Instansi Pemerintah yang
meminta pemeriksaan untuk menindaklanjuti sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam hal Pemeriksa menemukan adanya dugaan tindak pidana
dalam pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah, Pemeriksa
merekomendasikan kepada Menteri untuk menindaklanjuti sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
KETENTUAN LAIN
Pasal 22
Badan Pemeriksa Keuangan tetap dapat melaksanakan pemeriksaan dan
pengawasan di bidang PNBP sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
Peraturan Pemerintah ini, diatur oleh Menteri.
Pasal 24
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Juni 2005
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Juni 2005
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
HAMID AWALUDIN

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2005
TENTANG

2006

Legal Agency

PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK


UMUM
Sumbangan dan peranan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) memiliki arti yang
sangat penting dalam menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Sejalan dengan
itu diperlukan mekanisme pengadministrasian PNBP yang tertib dan lancar agar
penerimaan tersebut dapat bermanfaat secara efisien dan efektif bagi negara dan
masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut, dan dalam rangka meningkatkan kelancaran dan
tertib administrasi pengelolaan PNBP sesuai dengan tujuan Undang-undang Nomor 20
Tahun 1997 tentang PNBP, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasa1 2
Ayat (1)
Pimpinan Instansi Pemerintah dapat meminta Instansi Pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban Wajib Bayar terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang PNBP.
Ayat (2)
Huruf a
Instansi Pemerintah dapat meminta Instansi Pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Bayar apabila dari
pemantauan Instansi Pemerintah ditemukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Wajib Bayar tidak menyampaikan laporan yang berkaitan
dengan PNBP yang Terutang;
2. terdapat indikasi tidak dilakukannya perhitungan dan
pembayaran PNBP sesuai ketentuan;
3. terdapat keraguan dalam perhitungan jumlah PNBP yang
Terutang; atau
4. tidak dipenuhinya peraturan perundang-undangan di bidang
PNBP.
Huruf b
Informasi dari orang pribadi atau badan hukum mengenai tidak
dilaksanakannya ketentuan PNBP, dilengkapi dengan bukti-bukti
yang dapat meyakinkan Instansi Pemerintah.
Huruf c
Wajib Bayar yang diperiksa dapat mengajukan permohonan kepada
Instansi Pemerintah untuk diperiksa, antara lain dalam hal
pengajuan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran
Wajib Bayar yang bersangkutan, atau pengajuan keberatan.
Pasal 3
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan koordinasi dalam ketentuan ini meliputi antara
lain klarifikasi data, objek dan subjek pemeriksaan, jangka waktu dan
pembiayaan.
Ayat (2)
Hasil koordinasi yang perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan adalah
apabila dari hasil koordinasi terdapat antara lain hal-hal sebagai
berikut :

2006

Legal Agency

1. Wajib Bayar tidak menyampaikan laporan yang berkaitan dengan


PNBP yang Terutang;
2. terdapat indikasi tidak dilakukannya perhitungan dan pembayaran
PNBP sesuai ketentuan;
3. terdapat keraguan dalam perhitungan jumlah PNBP yang Terutang;
atau
4. tidak dipenuhinya peraturan perundang-undangan di bidang PNBP.
Pasal 4
Pemeriksaan dalam hal ini dalam rangka melaksanakan pengawasan intern dan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang PNBP serta dalam rangka melaksanakan
peraturan perundang-undangan tersebut.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Huruf a
Dengan adanya surat tugas yang diterbitkan dan ditandatangani
oleh Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
memberi kepastian hukum bahwa memang Pemeriksa yang
tercantum di dalam surat tugas itulah yang akan melakukan
pemeriksaan terhadap Wajib Bayar yang bersangkutan.
Huruf b
Penjelasan maksud dan tujuan pemeriksaan merupakan sarana
untuk menyamakan persepsi antara pemeriksa dan auditan.
Huruf c
Temuan hasil pemeriksaan disampaikan kepada Wajib Bayar yang
diperiksa agar dapat diketahui dan diberi kesempatan untuk
menyampaikan tanggapan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Saran serta petunjuk pemeriksa antara lain mengenai
penyelenggaraan pembukuan, pencatatan dan atau petunjuk lain
kepada Wajib Bayar yang diperiksa yang bermanfaat untuk
perbaikan dan peningkatan pengelolaan PNBP.
Huruf f
Buku, catatan, bukti, dan dokumen pendukung lainnya
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini termasuk keluaran
dari media komputer dan perangkat elektronik pengolah data
lainnya.
Huruf g
Ketentuan ini mengatur tentang rahasia jabatan pemeriksa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10

2006

Legal Agency

Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan tempat lain adalah tempat di luar seperti yang
telah ditentukan dalam Pasal 10 ayat (2).
Contoh: pemeriksaan limbah ditetapkan untuk dilakukan di
laboratorium.
Ayat (3)
Yang dimaksud jam kerja adalah jam kerja pemeriksa. Pelaksanaan
pemeriksaan di luar jam kerja dapat dilakukan apabila data yang
dibutuhkan oleh pemeriksa hanya dapat diperoleh di luar jam kerja
pemeriksa, dan dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemeriksa
dengan Instansi Pemerintah dan atau Wajib Bayar yang diperiksa.
Ayat (4)
Keberadaan Wajib Bayar yang berwenang diperlukan untuk memberikan instruksi
kepada Wajib Bayar yang diperiksa agar memberikan data dan informasi
kepada pemeriksa. Apabila Wajib Bayar yang berwenang tidak berada di
tempat, pemeriksaan dilakukan sebatas kewenangan yang ada pada
wakil atau kuasa Wajib Bayar.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan menghindar adalah mengelak untuk diperiksa
atau mempersulit jalannya pemeriksaan yaitu tidak menjalankan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
Yang dimaksud dengan Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan adalah
surat pernyataan tidak bersedia dilakukan pemeriksaan yang
ditandatangani oleh pihak yang diperiksa dan pihak Pemeriksa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Berita Acara Penolakan Pemeriksaan adalah
berita acara yang dibuat dan ditandatangani oleh Pemeriksa yang berisi
keterangan penolakan pemeriksaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Yang dimaksud dengan pihak lain pada ayat ini antara lain bank, akuntan
publik, dan notaris.
Pasal 15
Ayat (1)

2006

Legal Agency

Temuan Hasil Pemeriksaan Wajib Bayar adalah materi hasil pemeriksaan


yang belum menjadi laporan hasil pemeriksaan dan wajib disampaikan
kepada Wajib Bayar yang diperiksa untuk ditanggapi.
Ayat (2)
Temuan Hasil Pemeriksaan Instansi Pemerintah adalah materi hasil
pemeriksaan yang belum menjadi laporan hasil pemeriksaan dan wajib
disampaikan kepada Instansi Pemerintah yang diperiksa untuk
ditanggapi.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Hal ini bertujuan agar Wajib Bayar dan Pimpinan Instansi Pemerintah
menyampaikan tanggapan sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Laporan Hasil Pemeriksaan disamping dapat digunakan sebagai dasar
penerbitan surat ketetapan jumlah PNBP Terutang, juga dapat
digunakan sebagai dasar penyidikan bagi instansi yang berwenang untuk
melakukan penyidikan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Ketentuan ini mengatur antara lain mengenai koordinasi antara Menteri dan
Instansi Pemerintah dalam rangka pemeriksaan PNBP serta pembahasan
temuan hasil pemeriksaan.

2006

Legal Agency

Pasal 24
Cukup jelas.

2006

Legal Agency

You might also like