You are on page 1of 13

1

PROTOTYPE SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN


PADA MANAJEMEN RANTAI PASOK DEPARTEMEN ABAKA
CV. NATURAL PALEMBANG

Hermawan Agustian, S.SI
1
, Fathoni, MMSI.
2
, Ahmad Rifai, M.T
3


1,2,3
Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya, Indralaya
Email : wawan.lgi@gmail.com


ABSTRAK

CV. Natural merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan karpet dan alas
interior. Sebagai perusahaan manufaktur, CV. Natural selalu memasok bahan baku, memproduksi
barang, maupun mengirimkannya ke konsumen. Hal ini berkaitan dengan penerapan supply chain
mangement (SCM). Saat ini ada beberapa masalah yang muncul pada penerapan SCM di CV. Natural
yaitu data persediaan bahan baku tidak akurat, hasil produksi tidak sesuai, dan kehilangan bahan
baku. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisa sistem perencanaan dan pengendalian
persediaan bahan baku pada manajemen rantai pasok departemen Abaka CV. Natural. Metode yang
digunakan untuk menganalisa persediaan bahan baku adalah Economic Order Quantity (EOQ).
Metode ini dapat digunakan apabila pola permintaan kebutuhan bersifat terus menerus dan tingkat
kebutuhan yang konstan. Dengan adanya sistem ini perusahaan dapat menjamin persediaan dan
kelancaran arus bahan baku serta mengetahui kebutuhan optimal setiap bahan baku, nilai safety stock,
reorder point, maximum inventory dan total inventory cost.

Kata Kunci : economic order quantity, persediaan, supply chain mangement

PENDAHULUAN
CV. Natural merupakan perusahaan
manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan
karpet dan alas interior dengan pangsa pasar
utama luar negeri. Perusahaan yang berdiri
sejak 1986 ini memproduksi berbagai jenis,
model dan ukuran karpet yang terbuat dari
bahan kayu jelutung, kayu jati,kayu karet,kayu
akasia,kayu pulih dan serat daun pisang Abaka.
Perusahaan ini juga memproduksi berbagai
produk alas interior seperti place mate, trivet
dan coaster (alas meja, tatakan dan berbagai
jenis alas meja lainnya).
Sebagai perusahaan yang bergerak di
bidang manufaktur, CV. Natural tidak lepas
dari aktivitas memasok bahan baku,
memproduksi barang, maupun mengirimkannya
ke pemakai akhir. Hal ini tentunya berkaitan
dengan penerapan supply chain mangement
(manajemen rantai pasok), tidak ada perusahaan
yang bisa lepas dari kebutuhan untuk
memahami konsep-konsep supply chain
management selama masih ingin beroperasi
secara kompetitif di dunia bisnis. Konsep SCM
merupakan pengembangan dari sistem logistik,
yang menekankan perusahaan untuk menjamin
adanya persediaan. Menurut Enslow dalam Lina
(2008), integrasi aliran persediaan melalui
rantai pasokan merupakan suatu hal penting
untuk mencapai kapabilitas perusahaan dalam
men-supply konsumen. Tujuan utama
membangun SCM adalah untuk memperkuat
hubungan baik antara manufaktur dengan
pemasok dan saluran distribusinya sehingga
perusahaan akan lebih responsif dan
kapabilitasnya memungkinkan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.
Saat ini bahan baku utama dan pelengkap
yang digunakan CV. Natural di pesan dari
supplier dalam negeri,khusus bahan baku utama
serat pisang Abaka dipasok dari Amerika Latin
(Ekuador) dan Filiphina dengan jumlah cukup
besar dan harga relatif mahal. Jarak antar
negara bahkan benua tentunya berdampak pada
lamanya waktu pemesanan bahan, jika tidak
memiliki jadwal perencanaan pemesanan bahan
baku yang tepat maka akan berdampak pada
aktivitas produksi, perlu diketahui bahwa satu
jenis produk bisa mencapai 90% bahan baku
utama.
Penerapan supply chain management
(SCM) yang berjalan pada CV. Natural
2

sekarang terbilang belum efektif dan efisien hal
ini dikarenakan munculnya beberapa masalah
yang sering terjadi seperti jumlah hasil produksi
kadang tidak sesuai apa yang diharapkan pihak
manejemen, pemakaian bahan baku yang tidak
efektif, kehilangan bahan baku, dan salah
pendistribusian bahan baku ke departemen
lain,dimana ada dua departemen yang
mengelola bahan baku utama yang sama yaitu
Departemen Abaka dan Departemen Natural.
Selain itu juga, semua transaksi data yang
dilakukan CV. Natural mengandalkan sistem
pengelolaan paper based. Data pemesanan
barang, pencatatan barang masuk, pencatatan
stok bahan baku,pencatatan barang jadi di
gudang masih bersifat manual.
Penggunaan teknologi informasi hanya
sebatas pencatatan dan pelaporan transaksi saja
sedangkan untuk pencarian data masih
menggunakan arsip-arsip hasil laporan. Sistem
yang berjalan seperti ini membuat informasi
yang di dapat pada divisi-divisi yang terlibat
pada manajemen rantai pasok departemen
Abaka berjalan lambat dan kurang akurat
karena tidak adanya relasi antar divisi untuk
berbagi data. Oleh karena itu, penerapan konsep
supply chain management pada sistem
perencanaan dan pengendalian persediaan
sangat diperlukan.
Untuk metode yang digunakan dalam
menganalisa persediaan kasus seperti ini ialah
EOQ (Economic Order Quantity) alasannya
karena pola permintaan kebutuhan bahan baku
bersifat terus menerus dan tingkat kebutuhan
yang konstan.
Dari uraian diatas, penulis tertarik
mengangkat masalah tersebut menjadi
penelitian ilmiah dengan judul Prototype
Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Persediaan Pada Manajemen Rantai Pasok
Departemen Abaka CV. Natural Palembang.

Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menjamin persediaan dan
kelancaran arus bahan baku yang ada di
departemen Abaka CV. Natural.
2. Untuk mengetahui kebutuhan optimal
setiap bahan baku, nilai safety stock,
reorder point, maximum inventory dan
total inventory cost.



TINJAUAN PUSTAKA
Persediaan
Menurut Ristono (2009) persediaan dapat
diartikan sebagai barang-barang yang disimpan
untuk digunakan atau dijual pada masa atau
periode yang akan datang. Persediaan terdiri
dari persediaan bahan baku,persediaan bahan
setengah jadi dan persediaan barang jadi.
Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi
disimpan sebelum digunakan atau dimasukkan
ke dalam proses produksi, sedangkan
persediaan barang jadi atau barang dagangan
disimpan sebelum dijual atau dipasarkan.
Dengan demikian setiap perusahaan yang
melakukan kegiatan usaha umumnya memiliki
persediaan.

Biaya Persediaan
Biaya persediaan menurut Baroto (2002)
adalah semua pengeluaran dan kerugian yang
timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Harga pembelian, yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk membeli barang,
besarnya sama dengan harga perolehan
sediaan itu sendiri atau harga belinya. Pada
beberapa model pengendalian sistem
persediaan, biaya tidak dimasukkan
sebagai dasar untuk membuat keputusan.
2. Biaya pemesananan adalah semua
pengeluaran yang timbul untuk
mendatangkan barang dari pemasok. Biaya
ini meliputi biaya pemrosesan pesanan,
biaya ekspedisi, upah, biaya
telekomunikasi, biaya dokumentasi/
transaksi, biaya pengepakan, biaya
pemeriksaan, dan biaya lainnya yang tidak
tergantung jumlah pesanan.
3. Biaya penyiapan (set up cost) adalah
semua pengeluaran yang timbul dalam
mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi
bila item persediaan diproduksi sendiri dan
tidak membeli dari pemasok. Biaya ini
meliputi biaya persiapan peralatan
produksi, biaya mempersiapkan mesin (set
up), biaya mempersiapkan tenaga kerja
langsung, biaya perencanaan dan
penjadwalan produksi, dan biaya-biaya
lain yang besarnya tidak tergantung pada
jumlah item yang diproduksi.
4. Biaya penyimpanan adalah biaya yang
dikeluarkan dalam penanganan atau
penyimpanan material, semi finished
product, sub assembly, atau pun produk
3

jadi. Biaya ini besarnya tergantung dari
lamanya penyimpanan dan jumlah yang
disimpan.
5. Biaya kekurangan persediaan. Bila
perusahaan kehabisan barang saat ada
permintaan, maka akan terjadi stock out.
Stock out menimbulkan kerugian berupa
biaya akibat kehilangan kesempatan
mendapatkan keuntungan atau kehilangan
pelanggan yang kecewa dan beralih ke
pesaing. Biaya ini sulit diukur karena
berhubungan dengan good will perusahaan.

Pengendalian Persediaan
Menurut Baroto (2002) model-model
pengendalian persediaan tradisional
mengasumsikan waktu yang diperlukan untuk
pemenuhan kebutuhan (lead time) adalah
konstan. Secara aktual, asumsi ini sulit dipenuhi
karena banyak masalah yang tak dapat
dihindarkan sehingga pesanan tidakdapat
terkirim sesuai dengan waktu yang
diperkirakan. Sedangkan menurut Assauri
(2004) pengendalian persediaan adalah suatu
kegiatan yang ditujukan agar persediaan atau
stock yang ada tidak akan mengalami
kekurangan dan dapat di jaga tingkat yang
optimal sehingga biaya persediaan dapat
minimal.

Peramalan Kebutuhan Persediaan
Dalam penelitian ini, kebutuhan bahan
baku departemen Abaka CV. Natural pada
tahun 2014 dan selanjutnya belum diketahui.
Oleh karena itu perlu dilakukan peramalan
kebutuhan bahan baku, penulis menggunakan
metode Trend Projection. Teknik ini
menyesuaikan dengan garis trend suatu
rangkaian titik-titik data historis suatu
perusahaan dan kemudian diproyeksikan
dengan ramalan periode yang akan datang.
Adapun bentuk persamaan garis linear
adalah:

Keterangan:
= Peramalan kebutuhan bahan baku
a = Konstanta penggunaan bahan baku
b = Bilangan waktu untuk satuan waktu
X = Satuan waktu (bulan)

Metode Economic Order Quantity
Dalam menganalisa data yang akan
digunakan untuk mendapatkan jumlah
persediaan bahan baku yang optimal, penulis
menggunakan metode Economic Order
Quantity (EOQ), dipilihnya metode ini
dikarenakan jumlah permintaan kebutuhan
bahan baku yang terjadi di CV. Natural
Palembang sifatnya terus-menerus dan konstan.
Perusahaan memesan bahan baku dalam bentuk
paket atau lot dan tidak pernah mengalami
kehabisan stock sampai pada titik nol. Dari
fakta yang terjadi seperti ini maka pemilihan
metode EOQ sangatlah tepat.
EOQ adalah kuantitas bahan yang dibeli
pada setiap kali pembelian dengan biaya yang
paling minimal (Sutrisno, 2001). Keuntungan
atau kelebihan dari model pengadaan
berdasarkan metode EOQ ini adalah dapat
dilakukannya perencanaan dan pengendalian
pengadaan barang, apabila dilakukan
pencatatan, pelaporan dan sistem informasi
yang memadai akan menghasilkan perencanaan
yang mendekati kenyataan sehingga akan
diperoleh persediaan yang minimal dan
meningkatkan ketersediaan, dapat menekan
biaya yang harus disediakan, pengawasan dan
monitoring persediaan dilakukan secara terus
menerus untuk menghindari resiko
penumpukan barang dan keterlambatan
pembelian (Fuad, 2006:108). Perhitungan EOQ
adalah sebagai berikut:


Keterangan :
EOQ = Kuantitas pembelian optimal
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan
D = Penggunaan bahan baku per tahun
H = Biaya penyimpanan per unit
Menurut Ahyari (1995), untuk dapat
mencapai tujuan tersebut maka perusahaan
harus memenuhi beberapa faktor tentang
persediaan bahan baku. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Perkiraan Penggunaan
Perkiraan bahan baku ini merupakan
perkiraan tentang berapa besar jumlahnya
bahan baku yang akan dipergunakan oleh
perusahaan untuk keperluan produksi pada
periode yang akan datang.
2. Harga dari Bahan
Harga bahan baku ini merupakan dasar
penyusunan perhitungan berapa besar dana
perusahaan yang harus disediakan untuk
investasi dalam persediaan bahan baku
tersebut. Sehubungan dengan masalah ini,
maka biaya modal (cost of capital) yang
4

dipergunakan dalam persediaan bahan
baku tersebut harus pula diperhitungkan.
3. Biaya-Biaya Persediaan
Dalam hubungannya dengan biaya-biaya
persediaan ini, maka digunakan data biaya
persediaan yaitu:
a. Biaya penyimpanan (holding cost /
carrying cost)
b. Biaya pemesanan atau pembelian
(ordering cost / procurement cost)
4. Pemakaian Senyatanya
Pemakaian atau penggunaan bahan baku
senyatanya dari periode-periode yang lalu
(actual demand) merupakan salah satu
faktor yang perlu diperhatikan karena
untuk keperluan proses produksi akan
dipergunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengadaan bahan
baku pada periode berikutnya.
5. Waktu Tunggu (Lead Time)
Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang
waktu yang diperlukan (yang terjadi)
antara saat pemesanan bahan baku dengan
datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu
tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat
erat hubungannya dengan penentuan saat
pemesanan kembali (reorder point).
Dengan waktu tunggu yang tepat maka
perusahaan akan dapat membeli pada saat
yang tepat pula, sehingga resiko
penumpukan persediaan atau kekurangan
persediaan dapat ditekan seminimal
mungkin.
6. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan pengaman merupakan suatu
persediaan yang dicadangkan sebagai
pengaman dari kelangsungan proses
produksi perusahaan. Persediaan
pengaman diperlukan karena dalam
kenyataannyajumlah bahan baku yang
diperlukan untuk proses produksi tidak
selalu tepat seperti yang direncanakan.
Perhitungan safety stock adalah sebagai
berikut (Rangkuti dalam Indrayati, 2007):



Keterangan :
Z = Standar Deviasi
Q = Kuadrat eror
X = Penggunaan bahan baku senyatanya
Y = Perkiraan penggunaan bahan baku

7. Pemesanan kembali (Reorder Point)
Reorder point adalah saat atau waktu
tertentu perusahaan harus mengadakan
pemesanan bahan dasar kembali, sehingga
datangnya pesanan tersebut tepat dengan
habisnya bahan dasar yang dibeli,
khususnya dengan metode EOQ
(Gitosudarmo, 2002). Perhitungan ROP
adalah sebagai berikut:



Keterangan :
ROP = Reorder Point
Q = Penggunaan bahan baku rata-
rata per hari
Lead time = Waktu tunggu
Supply Chain Management
Menurut Simchi-Levi et al (1999), SCM
adalah suatu pendekatan dalam
mengintegrasikan berbagai organisasi yang
menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran
barang, yaitu supplier, manufacturer,
warehouse dan stores sehingga barang-barang
tersebut dapat diproduksi dan didistribusikan
dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat,
waktu yang tepat dan biaya yang seminimal
mungkin.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa SCM adalah suatu rantai pengadaan
barang kepada pelanggan dalam rangka
menjamin ketersediaan material dan
meminimalkan biaya.

Tujuan Supply Chain Management
Tujuan dari supply chain management
adalah untuk memaksimalkan nilai keseluruhan
yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan
dan permintaan pelanggan. Disisi lain
tujuannya untuk meminimalkan biaya
keseluruhan (biaya pemesanan,biaya bahan
baku,biaya transportasi,dll)(Chopra dan
Mendl,2004:5).

Pembagian Supply Chain Management
Menurut Turban (2004:301), pembagian
dari supply chain management terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu :
1. Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) supply chain
meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
5

manufacturing dengan para penyalurnya
(yang mana dapat manufactures,
assemblers, atau kedua-duanya) dan
koneksi mereka kepada para penyalur
mereka (para penyalur second-tier). Di
dalam upstream supply chain, aktivitas
utama adalah pengadaan.
2. Internal Supply Chain
Bagian dari internal supply chain meliputi
semua proses inhouse yang digunakan
dalam mentransformasikan masukan dari
para penyalur kedalam keluaran organisasi
itu. Di dalam internal supply chain,
perhatian yang utama adalah manajemen
produksi,pabrikasi, dan pengendalian
persediaan.
3. Downstrean Supply Chain
Downstrean (Hilir) Supply Chain meliputi
semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan
akhir. Pada komponen ini, perhatian
diarahkan pada distribusi,pergudangan,
transportasi dan after-sales service.

Entitas Supply Chain Management
Menurut Pujawan (2005), Bila mengacu
pada perusahaan manufaktur,maka kegiatan-
kegiatan utama yang masuk klasifikasi supply
chain management adalah :
a. Pengembangan produk
b. Pengadaaan
c. Perencanaan dan pengendalian
d. Operasi atau produksi
e. Pengiriman atau distribusi

METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah departemen
Abaka CV.Natural Palembang yang beralamat
di Jl. Sukarela KM.7 No.508 Palembang.

Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan pada
penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan
oleh peneliti secara langsung dari objek
yang diteliti. Untuk mendapatkan data
primer ini penulis melakukan observasi
langsung ke objek penelitian dan
mengadakan wawancara dimana opini atau
jawaban dari responden dijadikan data
primer.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang telah ada untuk digunakan
sebagai referensi penelitian. Dalam hal ini
penulis mendapatkan data sekunder dari
jurnal, buku, skripsi atau tugas akhir
penelitian sebelumnya dan media internet.

Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan
penulis menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Wawancara atau Interview
Pengumpulan data yang dilakukan penulis
dalam menunjang kelengkapan data
melalui metode wawancara atau interview.
Penulis melakukan tanya jawab Proses
wawancara dilakukan selama proses
penelitian berlangsung dengan menentukan
jadwal dan menyiapkan list pertanyaan
agar mendapatkan data-data sesuai dengan
kebutuhan.
2. Observasi
Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data tidak hanya dengan
metode wawancara atau interview tetapi
juga melalui metode observasi. Penulis
mengamati secara langsung proses yang
terjadi dalam pengelolaan bahan baku dan
mencatat hal-hal apa saja yang berguna
dan penting untuk keperluan penelitian di
CV. Natural.
3. Studi Pustaka
Metode Studi Pustaka ialah salah satu
pencarian dan pengumpulan data dengan
cara membaca buku, laporan-laporan yang
berkaitan dengan objek penelitian dan
dapat dijadikan sebagai dasar teori serta
dapat dijadikan bahan perbandingan.

Metode Pengembangan Sistem
Dalam mengembangkan Prototype Sistem
Perencanaan dan Pengendalian PersedianPada
Manajemen Rantai PasokDepartemen Abaka
CV. Natural Palembang ini, penulis
menggunakan metode FAST (Framework for
the Application of Systems Techniques).
FAST adalah kerangka cerdas yang
cukup fleksibel untuk menyediakan tipe-tipe
berbeda proyek dan strategi. Seperti
kebanyakan metodologi komersial, metodologi
FAST hipotesisnya tidak menggunakan
pendekatan tunggal pada analisis sistem.
Metodelogi tersebut mengintegrasikan semua
6

pendekatan populer yang diperkenalkan pada
paragraf-paragraf terdahulu kedalam satu
kumpulan agile method metode cerdas
(Whitten, 2004).
Terdapat delapan tahap pengembangan
dalam metode FAST, dimana tahapan ini akan
dikerjakan secara berurutan sehingga
menghasilkan suatu pemahaman yang
mendalam mengenai masalah pada sistem
berjalan serta rancangan sistem yang diusulkan.
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dalam
metode pengembangan sistem FAST :

Gambar 3.1 Fase-Fase Klasik Metodologi
FAST
Sumber: Whitten, 2004.
1. Definisi Lingkup (Scope Definition)
Pada fase ini penulis melakukan :
a. Wawancara dengan pihak CV. Natural
Palembang. Hal yang didiskusikan pada
wawancara pertama ini mengenai
materi penelitian, departemen mana
yang akan dijadikan objek penelitian,
dan data apa saja yang dibutuhkan.
b. Dari hasil wawancara ini penulis mulai
mendefinisikan gambaran sistem yang
akan dikembangkan.
2. Analisis Masalah (Problem Analysis)
Fase analisis masalah mempelajari sistem
Pada fase ini penulis melakukan :
a. Setelah mendefinisikan gambaran
umum sistem yang akan dikembangkan
penulis melakukan wawancara kembali,
wawancara kali ini membahas
mengenai sistem yang sedang berjalan
di departemen Abaka CV. Natural
Palembang. Dari sini diketahui proses
bisnis yang biasa berlangsung dan
ditemukan masalah-masalah yang kerap
dihadapi oleh CV. Natural Palembang.
b. Pada fase ini juga penulis melakukan
observasi di bagian produksi
departemen Abaka dengan mengamati
langsung cara kerja pembuatan abaca
carpet .
c. Dari hasil wawancara dan observasi
ini,penulis dapat mendefinisikan
masalah untuk dicarikan solusinya.
3. Analisis Kebutuhan/Analisis Persyaratan
(Requirements Analysis)
Pada fase ini penulis melakukan :
a. Untuk pecarian kebutuhan dari sistem
yang akan dikembangkan, penulis
melakukan wawancara lagi dengan
perusahaan. Penulis menanyakan
kebutuhan apa saja yang diperlukan dan
diinginkan pengguna.
b. Setelah masalah dan kebutuhan di
dapat, pada fase ini penulis mulai
mencarikan solusi-solusi yang akan
dirancang dengan mencari referensi
penelitian seperti jurnal, buku, skripsi
atau tugas akhir penelitian
sebelumnya,karya ilmiah dan media
internet.
c. Mendokumentasikan hasil dari analisa
kebutuhan sebagai dasar untuk
pembuatan sistem.
4. Perancangan Logika (Logical Design)
Pada fase ini penulis melakukan :
a. Wawancara mengenai rancangan sistem
yang akan dibangun sesuai dengan
penyelesaian masalah dan kebutuhan.
b. Membuat rancangan database berupa
entity relationship diagram dan
pemodelan proses berupa data flow
diagram pada sistem yang akan dibuat.
c. Mendokumentasikan hasil rancangan
sistem.
5. Analisis Keputusan (Decision Analysis)
Pada fase ini penulis melakukan :
a. Pertemuan dengan perusahaan,
membahas mengenai hasil keputusan
dari sistem yang akan dibuat, serta
meminta persetujuan terhadap
keputusan yang diambil oleh penulis.
b. Penulis juga meminta saran dan
masukkan yang akan diajukan lagi serta
mendokumentasikan hasil pengambilan
keputusan.
6. Desain Dan Integrasi Fisik (Physical
Design & Integration)
7

Pada fase ini penulis melakukan :
a. Mentransformasikan DFD menjadi
Physical Data Flow Diagram (PDFD).
PDFD akan menggambarkan atau
memodelkan technical dan human
design decisions dari implementasi
sistem.
b. Membuat Coding terhadap program
yang akan dibuat serta melakukan
pengujian terhadap tiap-tiap komponen
dan keseluruhan sistem.
7. Konstruksi Dan Pengujian (Construction &
Pada tahap ini penulis melakukan :
a. Pertemuan dengan pihak perusahaan
menguji program yang telah dibuat
untuk mengenalkan sistem yang telah
dirancang dan mendapatkan masukan
dari kekurangan atau kesalahan yang
ada pada saat pengujian program dan
kemudian dicatat hasil dari pengujian
tersebut.
b. Persiapan fase implementasi dengan
memperhatikan perlengkapan dan user
yang terlibat di dalam sistem.
c. Melakukan perbaikan jika sistem yang
dirancang masih terdapat kesalahan.
8. Instalasi Dan Pengiriman (Installation &
Delivery)
Fase ini berperan untuk mengirimkan
sistem ke dalam operasi. Tujuan dari fase
ini adalah mengubah secara halus sistem
lama ke sistem baru, pada fase ini akan
dilakukan pengujian sistem, persiapan
rencana konversi ke sistem baru,
menginstal database, melatih pengguna
sistem, dan mengkonversikan sistem lama
ke sistem baru.


Analisis Data dengan Metode Trend
Projection dan Metode EOQ
Berikut adalah contoh kasus perencanaan
dan pengendalian persediaan bahan baku serat
pisang abaka pada CV. Natural Palembang,
disini penulis hanya akan melakukan
perhitungan pada serat pisang abaka jenis MI :
Berikut data yang berkaitan dengan
perhitungan :





Penggunaan Bahan Baku
Tabel 1. Data Penggunaan Bahan Baku
Serat Pisang Abaka Jenis MI
Bulan 2012 2013
Januari 1506 1543
Februari 1476 1582
Maret 1473 1571
April 1451 1562
Mei 1462 1589
Juni 1489 1547
Juli 1473 1540
Agustus 1438 1566
September 1444 1528
Oktober 1466 1556
November 1462 1592
Desember 1490 1570
TOTAL 17630 18746
RATA-
RATA
1469,2 1562,2
Sumber : CV. Natural *dalam KG

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
total penggunaan serat pisang abaka jenis MI
pada tahun 2012 sebanyak 17630 Kg/tahun
dengan rata-rata sebanyak 1469,2 Kg/bulan dan
pada tahun 2013 sebanyak 1562,2 Kg/tahun
dengan rata-rata 1562,2 Kg/bulan.

Biaya Pemesanan
Tabel 2. Biaya Pemesanan
NO Jenis Biaya 2013
1
Biaya Telepon dan
Administrasi
Rp100.000
2 Ongkos Kirim(Kg) Rp3.500
Jumlah Rp103.500

Biaya pemesanan terdiri dari biaya telepon
dan administrasi dan biaya ongkos kirim. Pada
tahun 2013 biaya pemesanan untuk setiap kali
pemesanannya yaitu biaya administrasi sebesar
Rp100.000 dan biaya ongkos kirim sebesar
Rp3.500/Kg. Jadi total biaya pemesanan pada
tahun 2012 untuk setiap kali pesannya sebesar
Rp103.500.





8

Biaya Penyimpanan
Tabel 3. Harga Bahan dan Biaya
Penyimpanan (Dalam Kg)
Tahun 2013
Harga/Kg Biaya Simpan/Kg
Rp38.500 Rp3.850

Untuk harga bahan baku serat pisang
Abaka jenis MI pada tahun 2013 adalah sebesar
Rp38.500/Kg sedang biaya penyimpanan telah
ditentukan oleh CV. Natural tanpa perincian
biaya apa saja yang termasuk yaitu sebesar 10%
dari harga bahan baku, jadi biaya penyimpanan
sebesar Rp3850/Kg.
Untuk mengetahui kebutuhan bahan baku
pada tahun 2014 maka penulis mengggunakan
metode trend projection. Pada perhitungan ini
perlu data penggunaan bahan baku selama
bulan Juni 2012 sampai Desember 2013 dapat
dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Perhitungan Abaka MI CV. Natural
Tahun 2012-2013 (Trend Garis Lurus)
Bulan (Y) X XY X
2
Jun-12 1489 -9 -13401 81
Jul-12 1473 -8 -11784 64
Agust-12 1438 -7 -10066 49
Sep-12 1444 -6 -8664 36
Okt-12 1466 -5 -7330 25
Nop-12 1462 -4 -5848 16
Des-12 1490 -3 -4470 9
Jan-13 1543 -2 -3086 4
Feb-13 1582 -1 -1582 1
Mar-13 1571 0 0 0
Apr-13 1562 1 1562 1
Mei-13 1589 2 3178 4
Jun-13 1547 3 4641 9
Jul-13 1540 4 6160 16
Agust-13 1566 5 7830 25
Sep-13 1528 6 9168 36
Okt-13 1556 7 10892 49
Nop-13 1592 8 12736 64
Des-13 1570 9 14130 81
Total 27519 0 4066 570
Rata-Rata 1526,7368

214 30

Persamaan garis lurus hasil analisis adalah
sebagai berikut :
a = 1526,763
b = 4066/570 = 7,13
Berikut hasil peramalan bahan baku serat
pisang abaka jenis MI untuk tahun 2014 dengan
menggunakan metode trend projection :

Tabel 5.Hasil Peramalan Bahan Baku Serat
Pisang Abaka Jenis MI Untuk Tahun 2014
Dengan Metode Trend Projection
No Bulan
1 Januari 1598,07
2 Februari 1605,20
3 Maret 1612,34
4 April 1619,47
5 Mei 1626,60
6 Juni 1633,74
7 Juli 1640,87
8 Agustus 1648,00
9 September 1655,14
10 Oktober 1662,27
11 Nopember 1669,40
12 Desember 1676,54

Total 19647,64
Rata-Rata 1637,30

Berdasarkan persamaan yang ada maka
jumlah kebutuhan bahan baku serat pisang
abaka jenis MI tahun 2014 adalah 19647,64Kg.

Perhitungan EOQ
Untuk perhitungan EOQ ini penulis hanya
memberikan satu contoh perhitungannya saja
yaitu untuk tahun 2013.

Tabel 6. Kuantitas, Harga, Biaya Total,Biaya
Pemesanan, dan Biaya Penyimpanan
Uraian 2013
Kuantitas (Kg)
18746
Harga (Rp/Kg)
Rp 38.500,00
Biaya Total
Rp 756.434.221,05
Biaya Pemesanan
Rp 103.500,00
Biaya
Penyimpanan
Rp 3.850,00




9

a. Kebutuhan Optimal Tahun 2013





Jadi jumlah kebutuhan optimal bahan baku
serat pisang abaka jenis MI setiap kali pesan
pada tahun 2013 sebanyak 1004 Kg dengan
frekuensi pemesanan sebanyak 19 kali dengan
rentan waktu selama 19 hari.

b. Penentuan Safety Stock
Dengan melihat dan mempertimbangkan
penyimpangan penyimpangan yang tejadi
antara perkiraan pemakai bahan baku dengan
pemakaian sesungguhnya dapat diketahui
besarnya penyimpangan tersebut. Setelah
diketahui berapa besarnya standar deviasi
masing masing tahun maka akan ditetapkan
besarnya analisis penyimpangan. Dalam
analisis penyimpangan ini management
perusahaan menentukan seberapa jauh bahan
baku yang masih dapat diterima. Pada
umumnya batas toleransi yang digunakan
adalah 5% diatas perkiraan dan 5% dibawah
perkiraan dengan nilai 1,65.

Tabel 7. Penggunaan dan Perkiraan 2013
Penggunaan
(X)
Perkiraan
(Y)
X-Y (X-Y)
2
18746 18850 -104 10816







Jadi safety stock pada tahun 2013 sebesar
49,53 Kg

c. Penentuan Reorder Point (ROP)
Diketahui lead time pemesanan bahan
baku selama 30 hari.
( (

))

Jadi tahun 2013 pihak CV. Natural harus
melakukan pemesanan kembali ketika
persediaan bahan baku sebesar 1611,69 Kg.

d. Penentuan Persediaan Maksimum
(Maximum Inventory)
Persediaan maksimum (Max Inventory)
diperlukan oleh perusahaan agar jumlah
persediaan yang ada digudang tidak berlebihan
sehingga tidak terjadi pemborosan modal kerja.
Untuk mengetahui besarnya persediaan
maksimum digunakan rumus:



Jadi max inventory serat pisang abaka jenis
MI tahun 2013 yang ada di gudang sebanyak
1053,53 Kg.

e. Perhitungan Total Biaya Persediaan Bahan
Baku (Total Inventory Cost/TIC)
Untuk mengetahui total biaya persediaan
bahan baku minimal yang diperlukan
perusahaan dengan menggunakan perhitungan
EOQ. Hal ini dilakukan untuk penghematan
biaya persediaan perusahaan. Perhitungan TIC
usaha CV. Natural adalah sebagai berikut:



= 3.865.181,07 = 3.865.200
10

Total biaya persediaan yang dikeluarkan
Pihak CV. Natural menurut metode EOQ pada
tahun 2013 adalah sebesar Rp 3.865.200 .
Jadi hasil perhitungan EOQ, frekuensi
pemesanan, interval pemesanan ulang, safety
stock, reorder point, maximum inventory dan
TIC dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. EOQ,Frekuensi,Interval,Safety
Stock,ROP,Max I nventory,TI C
Uraian Nilai
EOQ (Kg)
1004
Frekuensi (Kali)
19
Interval (Hari)
19
Safety Stock (Kg)
49,53
ROP (Kg)
1611,69
Max I nventory (Kg)
1053,53
TI C (Rupiah)
3.865.200

PERANCANGAN SISTEM
Perancangan Logika
Untuk perancangan logika dari sistem yang
akan dikembangkan ini penulis menggunakan
dua model diagram terdiri dari pemodelan
proses menggunakan data flow diagram (DFD)
dam pemodelan data menggunakan entity
relationship diagram (ERD).

Pemodelan Proses
Pada penelitian ini pemodelan proses
untuk sistem yang akan dikembangkan,
digambarkan dengan DFD (Data Flow
Diagram). Berikut adalah DFD dari sistem
yang akan dikembangkan :

DFD Level 0 Sistem Baru

Gambar 1. DFD Level 0 Sistem Baru
DFD Level 1 Sistem Baru

Gambar 2. DFD Level 1 Sistem Baru

Pada proses diatas, terdapat enam proses
dan empat entitas. Proses-proses yang terdapat
pada sistem baru adalah kelola penggunaan
bahan baku,kelola persediaan bahan baku,kelola
pemesanan bahan baku, kelola peramalan bahan
baku, kelola SCM dan kelola laporan.
Sedangkan entitasnya adalah direktur, supplier,
staff gudang, dan kepala bagian departemen
Abaka.
Pada pemodelan proses diatas juga, proses-
proses yang terdapat pada sistem perencanaan
dan pengendalian persediaan ini telah memiliki
pengelolaan data yang disimpan ke tabel
database, sehingga data-data yang dikelola
saling berinteraksi dan dapat menghasilkan
informasi yang tepat.

Pemodelan Data
Pemodelan proses adalah suatu model
untuk menjelaskan hubungan antara data dalam
bisnis data yang mempunyai hubungan atau
relasi antara objek-objek tersebut. Gambar 7
dibawah ini menggambarkan entity
relationship diagram dari sistem yang baru.



Sistem Perencanaan dan
Pengendalian Persediaan pada
Manajemen Rantai Pasok
Departemen Abaka CV. Natural
Palembang
Supplier
Staff Gudang
Direktur
Kepala Bagian
Departemen Abaka
Faktur Pemesanan Bahan Baku
Informasi Detail Pemesanan Bahan Baku
Data Pemesanan Bahan Baku
Informasi History Bahan Baku
Data Penggunaan Bahan Baku
Informasi Detail Penggunaan Bahan Baku
Data Bahan Baku Masuk
Laporan Persediaan Bahan Baku
Data Pembayaran
Informasi Pembayaran
Konfirmasi Pembayaran
Faktur Pemesanan Bahan Baku
Informasi Detail Pemesanan Bahan Baku
Konfirmasi Pembayaran
Informasi Detail Peramalan Bahan Baku
Data Supplier
Data Bahan Baku
Informasi Supplier
Informasi Penggunaan Bahan Baku
Informasi Supplier
Informasi Bahan Baku
Informasi Bahan Baku Masuk
Informasi History Bahan Baku
Data SCM
Informasi Detail Pemesanan Bahan Baku
Data Detail Pemesanan Bahan Baku
Informasi SCM
Informasi Pemesanan Bahan Baku
Data Detail Penggunaan Bahan Baku
Informasi Detail Penggunaan Bahan Baku
Kepala Bagian
Departemen Abaka
Staff Gudang
1.0
Kelola
Penggunaan
Bahan Baku
2.0
Kelola Data History
(Persediaaan) Bahan Baku
6.0
Kelola Laporan
Detail_
Penggunaan_
Bahan_Baku
History_
Bahan_Baku
Data Detail Penggunaan Bahan Baku
Data Detail Penggunaan Bahan Baku
Data Detail Penggunaan Bahan Baku
History_Bahan_Baku
Informasi Detail Penggunaan Bahan Baku
Data Detail Penggunaan Bahan Baku
Data Bahan Baku
Informasi Detail Penggunaan Bahan Baku
Informasi History Bahan Baku
Bahan_Baku
Data Bahan Baku
Data Bahan Baku
Data Bahan Baku Masuk
Data Bahan Baku Masuk
Informasi History Bahan Baku
Informasi Bahan Baku Masuk
Informasi Bahan Baku
Detail_Peramalan_
Bahan_Baku
D
a
ta
D
e
ta
il P
e
n
g
g
u
n
a
a
n
B
a
h
a
n
B
a
k
u
D
a
ta
H
is
to
r
y
B
a
h
a
n
B
a
k
u
3.0
Kelola Peramalan
Bahan Baku
D
a
ta
D
e
ta
il P
e
r
a
m
a
la
n
B
a
h
a
n
B
a
k
u
D
a
ta
D
e
ta
il P
e
r
a
m
a
la
n
B
a
h
a
n
B
a
k
u
4.0
Kelola SCM
Direktur
SCM
Data Jumlah Tahunan
Data SCM
Data SCM
Informasi Detail Peramalan Bahan Baku
Informasi SCM
Data SCM
5.0
Kelola Pemesanan Bahan Baku
Data Supplier
Supplier
Data Pembayaran
Data Pemesanan Bahan Baku
Pemesanan_Bahan
_Baku
Data Supplier
Data Supplier
Supplier
Data Supplier
Data Pemesanan Bahan Baku
Data Pemesanan Bahan Baku
Informasi Pemesanan Bahan Baku
Informasi Pembayaran
Konfirmasi Pembayaran
Faktur Pemesanan Bahan Baku
Konfirmasi Pembayaran
Faktur Pemesanan Bahan Baku
Informasi Supplier
Informasi Pemesanan Bahan Baku
Informasi Supplier
Informasi DetailPemesanan Bahan Baku
Laporan Persediaan Bahan Baku
D
a
ta
D
e
ta
il P
e
n
g
g
u
n
a
a
n
B
a
h
a
n
B
a
k
u
Data Detail Penggunaan Bahan Baku
Penggunaan_
Bahan_Baku
Data Penggunaan Bahan Baku
Data Penggunaan Bahan Baku
Informasi Penggunaan Bahan Baku
Data Penggunaan Bahan Baku
History Bahan Baku
Peramalan_
Bahan_Baku
D
a
ta
P
e
r
a
m
a
la
n
B
a
h
a
n
B
a
k
u
D
a
ta
P
e
r
a
m
a
la
n
B
a
h
a
n
B
a
k
u
Jumlah_
Tahunan
Detail Penggunaan Bahan Baku
Data Jumlah Tahunan
Detail_Pemesanan
_Bahan_Baku
Data_Detail_Pemesanan_Bahan_Baku
Data_Detail_Pemesanan_Bahan_Baku
Data Detail Pemesanan Bahan Baku
Informasi Detail Pemesanan Bahan Baku
11

Entity Relationship Diagram (ERD)

Gambar 3. Entity Relationship Diagram

Perancangan Basis Data
Pada skema basis data dibawah ini akan
menunjukkan field, atribut, tipe data, dan relasi
antar field sistem yang dibangun.

Gambar 4. Skema Basis Data

Hasil Antar Muka Sistem
Hasil antar muka sistem adalah hasil yang
didapatkan dari aplikasi prototype sistem
perencanaan dan pengendalian persediaan pada
manajemen rantai pasok departemen Abaka
CV. Natural Palembang. Sistem memiliki tiga
user yaitu direktur,kepala bagian departemen
Abaka, dan staff gudang yang masing-masing
user memiliki menu yang disesuaikan dengan
rancangan sistem.

Halaman Peramalan Bahan Baku (Hasil
Peramalan)
Halaman Peramalan Bahan Baku (Hasil
Peramalan) ini menampilkan data hasil
peramalan bahan baku untuk setiap bulannya
dari tahun berikutnya.

Gambar 5. Halaman Hasil Peramalan

Halaman Hitung SCM
Pada halaman hitung SCM ini ditampilkan
form input data-data SCM yang terdiri dari
nama bahan baku, lead time, biaya
pemesanan,jumlan penggunaan bahan baku, dan
perkiraaan.
Gambar 6. Halaman Hitung SCM

Halaman Data SCM
Pada halaman data SCM ini ditampikan
form hasil dari perhitungan SCM yang terdiri
Penggunaan_
Bahan_Baku
Id_guna
Id_bahan_baku
status
Tanggal_guna
Bahan_Baku
Id_bahan_baku
Nama_bahan_baku
memiliki
History_Bahan_Baku
memiliki
Id_h_bahan_baku
Id_bahan_baku
sts
Tanggal
Pemesanan_Bahan_Baku
memiliki
Id_pemesanan
Id_bahan_baku
Id_supplier
Kode_pemesanan
Tanggal_pesan
Jumlah_Tahunan memiliki
Id_bahan_baku
Id_jumlah_tahunan
jumlah
Supplier memiliki
Id_supplier
Nama_Supplier
email
Telepon
SCM
Lead_time
rop
ss
Id_SCM
Biaya_pesan
Biaya_simpan
eoq
interval
frekuensi
memiliki
memiliki
tahun
Peramalan_
Bahan_Baku
memiliki
Id_ramal
Id_bahan_baku
jumlah
harga_bahan_baku
Id_bahan_
baku
Max_inventori
TIC
Perkiraaan
Kode_penggunaan
Id_detail_guna
stock
memiliki
memiliki
Detail_Peramalan_
Bahan_Baku
Id_detail
Id_ramal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
total
Rata-rata
Detail_Penggunaan_
Bahan_Baku
Id_detail_guna
Id_guna
Nama_bahan_baku Jumlah_bahan_baku
Detail_Pemesanan_
Bahan_Baku
memiliki
Id_detail
Id_pemesanan
Nama_bahan_
baku Jumlah_bahan
baku
Stock_akhir
12

dari nama bahan baku, eoq , frekuensi, interval,
safety stock, rop, max inventory, dan TIC.
Gambar 7. Halaman Data SCM

Halaman Data Daftar SCM
Pada halaman data SCM ini
ditampilkan tabel data SCM dari seluruh bahan
baku dimana pada halaman ini terdapat aksi edit
dan hapus data.
Gambar 8. Halaman Data Daftar SCM

Halaman Grafik Penggunaan Bahan Baku
Perbulan
Pada halaman ditampilkan grafik data
penggunaan setiap bahan baku perbulannya
dalam setahun .

Gambar 9. Halaman Grafik Penggunaan
Perbulan
Halaman Laporan Persediaan Bahan Baku
Pada halaman ini ditampilkan laporan
persediaan bahan baku.
Gambar 10. Halaman Laporan Persediaan

KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan yang didapat
berdasarkan uraian di atas adalah:
1. Dengan menerapkan prototype sistem
perencanaan dan pengendalian persediaan
ini, CV. Natural dapat memberikan
kemudahan bagi pihak yang terlibat dalam
manajemen rantai pasok untuk menjamin
persediaan dan kelancaran arus bahan
baku.
2. Prototype sistem perencanaan dan
pengendalian persediaan pada manajemen
rantai pasok departemen Abaka CV.
Natural Palembang ini menggunakan
metode EOQ yaitu metode yang bertujuan
untuk memudahkan departemen Abaka
dalam menentukan jumlah persediaan
bahan baku optimal,frekuensi dan interval
pemesanan bahan baku, jumlah safety
stock, reorder point, maximum inventory
dan total inventory cost.

Adapun saran yang diberikan penulis dari
hasil penelitian ini adalah :
1. CV. Natural Palembang diharapkan
memiliki sumber daya teknologi yang
mendukung sesuai kebutuhan sistem
untuk dapat mengimplementasikan
pengembangan sistem ini secara maksimal.
2. Untuk pengembangan lebih lanjut
diharapkan ada penelitian selanjutnya
dalam mengidentifikasi masalah maupun
kebutuhan secara lebih mendalam
mengingat akan pentingnya pengembangan
sistem ini untuk mendapat hasil yang lebih
baik.
13

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ahyari, Agus. 1995. Efisiensi Persediaan
Bahan. Yogyakarta: BPFE
[2] Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi
dan Operasi (Edisi Revisi ed.). Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
[3] Baroto, T. 2002. Perencanaan dan
Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia.
[4] Chopra, Sunil, Meindl, & Peter. 2004.
Supply Chain Management: Strategy,
Planning,and Operation.2nd Edition.
New Jersey : Prentice-Hall.
[5] Fuad, M., dan Christine H., dan Nurlela,
dan Sugiarto, dan Paulus, Y.E.F.
2006.Pengantar Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
[6] Gitosudarmo, Indrio. 2002. Manajemen
Keuangan
[7] Lina ,A, dan Lena M.2008. Supply Chain
Management Teori dan Aplikasi.
Bandung : Alfabeta.
[8] Pujawan,I.N. 2005. Supply Chain
Management. Surabaya : Guna Widya.
[9] Ristono, A. 2009. Manajemen
Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[10] Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: Ekonisia.
[11] Simchi-Levi. 2000. Designing and
Managing the Supply Chain : Concept,
Strategies and Case Studies. New Jersey
: Financial Times-Prectice Hall.
[12] Turban, Leidner, McLean, Wetherbe.
2006. Information Technology For
Management 6th Edition. New York:
John Wiley & Sons, Inc.

You might also like