You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu
yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan
dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa
dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
oran lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam
usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis
merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis
mengambil judul Hak Asasi Manusia.

HAM juga merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia sejak
Lahir sebagai anugrah dari tuhan. Oleh karena itu HAM wajib di lindungi dan di hormati
baik secara hokum, agama dan pemerintah. Sebagaimana di cantumkan dalam Deklarasi
Univesal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang di proklamasikan PBB pada Tahun 1948,
setiap orang tanpa terkecuali berhak atas HAM dan kebesarannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan gagasan dari Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945!
2. Bagaimana penjelasan Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 pasca perubahan?
3. Bagaimana penjelasan Hak Asasi Manusia dalam Tinjauan Islam?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui penjelasan tentang gagasan HAM dalam UUD 1945.
2. Untuk mengetahui HAM dalam UUD 1945 pasca perubahan
3. Untuk mengetahui HAM dalam Tinjauan Islam

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gagasan Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945

2.2 Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 Pasca Perubahan
Perubahan Kedua UUD 1945 pada 2000, ketentuan mengenai hak asasi
manusia dan hak-hak warga negara dalam UUD 1945 telah mengalami perubahan
yang sangat mendasar. Materi yang semula hanya berisi 7 butir ketentuan yang juga
tidak seluruhnya dapat disebut sebagai jaminan konstitusional hak asasi manusia,
sekarang telah bertambah secara sangat signifikan. Ketentuan baru yang diadopsikan
ke dalam UUD 1945 setelah Perubahan Kedua pada tahun 2000 termuat dalam Pasal
28A sampai dengan Pasal 28J, ditambah beberapa ketentuan lainnya yang tersebar di
beberapa pasal. Karena itu, perumusan tentang hak-hak asasi manusia dalam
konstitusi Republik Indonesia dapat dikatakan sangat lengkap dan menjadikan UUD
1945 sebagai salah satu undang-undang dasar yang paling lengkap memuat ketentuan
yang memberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J, berasal dari rumusan TAP MPR
No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia yang kemudian isinya menjadi
materi UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa ketentuan-ketentuan tentang hak-hak asasi manusia yang telah
diadopsikan ke dalam sistim hukum dan konstitusi Indonesia itu berasal dari berbagai
konvensi internasional dan deklarasi universal tentang hak asasi manusia serta
berbagai instrumen hukum internasional lainnya. Setelah Perubahan Kedua pada
2000, keseluruhan materi ketentuan hak-hak asasi manusia dalam UUD 1945, yang
apabila digabung dengan berbagai ketentuan yang terdapat dalam undang-undang
yang berkenaan dengan hak asasi manusia, dapat dikelompokkan dalam empat
kelompok yang berisi 37 butir ketentuan yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun, yaitu:
1. Hak untuk hidup;
2. Hak untuk tidak disiksa;
3. Hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani;
4. Hak beragama
5. Hak untuk tidak diperbudak;
6. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum;
7. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Pertama, kelompok ketentuan yang menyangkut hak-hak sipil:
1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya;
2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat
kemanusiaan;
3. Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan;
4. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya;
5. Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran, dan hati nurani;
6. Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum;
7. Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan
pemerintahan;
8. Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut;
9. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah;
10. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan;
11. Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal di wilayah negaranya,
meninggalkan, dan kembali ke negaranya;
12. Setiap orang berhak memperoleh suaka politik;
13. Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan
berhak mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif tersebut.
Kedua, kelompok hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya:
1. Setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul dan menyatakan
pendapatnya secara damai dengan lisan dan tulisan;
2. Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga
perwakilan rakyat;
3. Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan publik;
4. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan
layak bagi kemanusiaan;
5. Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat
perlakuan yang layak dalam hubungan kerja yang berkeadilan;
6. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi;
7. Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup
layak dan memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang
bermartabat;
8. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi;
9. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan
pengajaran;
10. Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup
dan kesejahteraan umat manusia;
11. Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat
lokal selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsa-
bangsa;
12. Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional;
13. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing, dan untuk beribadat menurut kepercayaannya itu.
Ketiga, kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan:
1. Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk kelompok
masyarakat yang terasing dan yang hidup di lingkungan terpencil, berhak
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan
yang sama;
2. Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mendapai kesetaraan gender
dalam kehidupan nasional;
3. Hak khusus yang melekat pada diri perempuan uang dikarenakan oleh fungsi
reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum;
4. Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian, dan perlindungan orangtua,
keluarga, masyarakat dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental serta
perkembangan pribadinya;
5. Setiap warga negara berhak untuk berperan-serta dalam pengelolaan dan turut
menikmati manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam;
6. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat;
7. Kebijakan, perlakuan atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang sah yang dimaksudkan
untuk menyetarakan tingkat perkembangan kelompok tertentu yang pernah
mengalami perlakuan diskriminatif dengan kelompok-kelompok lain dalam
masyarakat, dan perlakuan khusus tersebut tidak termasuk dalam pengertian
diskriminasi.
Keempat, kelompok yang mengatur mengenai tanggungjawab negara dan kewajiban
asasi manusia:
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada
pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain serta untuk memenuhi tuntutan keadilan sesuai dengan nilai-nilai agama,
moralitas, dan kesusilaan, keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat
yang demokratis;
3. Negara bertanggungjawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak-hak asasi manusia;
4. Untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia yang bersifat independen dan tidak memihak yang
pembentukan, susunan, dan kedudukannya diatur dengan undang-undang.
Hak-hak tersebut diatas ada yang termasuk kategori HAM yang berlaku bagi
semua orang yang tinggal dan berada dalam wilayah hukum Republik Indonesia, ada
pula yang merupakan hak warga negara yang berlaku hanya bagi warga negara
Republik Indonesia. Sesuai dengan prinsip kontrak sosial, maka setiap hak yang
terkait dengan warga negara dengan sendiri bertimbal-balik dengan kewajiban negara
untuk memenuhinya. Konsepsi HAM yang pada awalnya menekankan pada
hubungan vertikal, terutama dipengaruhi oleh sejarah pelanggaran HAM yang
terutama dilakukan oleh negara, baik terhadap hak sipil-politik maupun hak ekonomi,
sosial, dan budaya. Sebagai konsekuensinya, disamping karena sudah merupakan
tugas pemerintahan, kewajiban utama perlindungan dan pemajuan HAM ada pada
pemerintah.
Dengan berkembangnya konsepsi HAM yang juga meliputi hubungan-hubungan
horisontal mengakibatkan perluasan kategori pelanggaran HAM dan aktor
pelanggarnya. Maka pelanggaran HAM tidak hanya dapat dilakukan oleh negara,
dalam pola relasi kekuasaan horisontal peluang terjadinya pelanggaran HAM lebih
luas dan aktor pelakunya juga meliputi aktor-aktor non negara, baik individu maupun
korporasi. Karena itulah memang sudah saatnya kewajiban dan tanggungjawab
perlindungan dan pemajuan HAM juga ada pada setiap individu dan korporasi.
2.3 Hak Asasi Manusia dalam Tinjauan Islam
Sejak mula sebelum lahirnya berbagai gagasan tentang HAM, islam telah
meletakkan dasar yang kuat. Islam memandang bahwa kedudukan manusia adalah
sama dan hanya dibedakan dari sudut ketakwaannya, tidak ada paksaan dalam
beragama, dan tidak boleh satu kaum menghina kaum yang lain. Rasululah
Muhammad SAW sendiri bersabda, bahwa setiap manusia di lahirkan dalam
keadaan suci. Landasan pijak keterkaitan dengan hak tersebut dalam islam dikenal
melalui dua konsep; yaitu hak manusia (haq alinsan) dan hak allah. Hak manusia itu
bersfat relative sedangkan hak allah adalah mutlak, tetapi antara kedua hak tersebut
saling melandasi satu sama lain.
Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukkan bahwa islam sebagai
agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh
karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan
ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia
tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan oleh Allah itu bersifat permanent, kekal dan
abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu Ala Almaududi, 1998). Dalam
islam terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (hak insan) dan hak Allah.
Konsep Islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan
teosentris atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariatnya sebagai tolak
ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun
sebagai warga masyarakat atau warga bangsa. Dengan demikian konsep Islam tentang
HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan dan
persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan
semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut dengan ide
perikemakhlukan. Ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama
ajaran Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadist yang merupakan sumber ajaran
normative, juga terdapat praktek kehidupan umat islam.
Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam islam:
1. Hak Darury (hak dasar)
Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya
membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat
kemanusiaannya.
2. Hak Sekunder (hajy)
Hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat hilangnya hak-hak elementer
3. Hak Tersier (tahsiny)
Hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F.
Masudi, 2002)

Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga negara, Al Masdudi
menjelaskan bahwa dalam islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah:
1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan
bahwa hak ini tidak kami dicampuri, kecuali dengan alasan-alasan yang sah
dan ilegal.
2. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar
kecuali setelah melalui proses pembuktian yang meyakinkan secara hukum
dan memberikan kesempatan kepada tertuduh untuk mengajukan pembelaan.
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-
masing.
4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa
membedakan kasta atau keyakinan. Salah satu kewajiban zakat kepada umat
Islam, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negara.

A. Rumusan HAM dalam Islam
Para ulama muslim mendefinisikan masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang
disebut sebagai Ad-Dharurat Al-Khams, dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir
syariah Islam adalah menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan harta benda
manusia. Nabi saw telah menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar
internasional, yaitu pada haji wada. Dari Abu Umamah bin Tsalabah, nabi saw
bersabda: "Barangsiapa merampas hak seorang muslim, maka dia telah berhak
masuk neraka dan haram masuk surga." Seorang lelaki bertanya: "Walaupun itu
sesuatu yang kecil, wahay rasulullah ?" Beliau menjawab: "Walaupun hanya
sebatang kayu arak." (HR. Muslim). Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal
bahwa hak-hak manusia sebagai hamba Allah tidak boleh diserahkan dan
bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya. Tetapi semua harus
mengacu pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang
sebagaimana hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah (berbuat
baik) dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267).
1. Hak-hak Alamiah
Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia
sebagai makhluk yang diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber yang
sama pula (lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195).
a. Hak Hidup
Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan dan
meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit pun
dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila seseorang mengkafani mayat
saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan baik." Atau "Janganlah kamu
mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati apa yang
mereka kerjakan." (Keduanya HR. Bukhari).
b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi
Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan
paling suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak
mengganggu hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu
menghendaki, tentulah beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10:
99).
Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara negara, Allah
memerintahkan memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap kelompok
lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah kalangan non-muslim. Khalifah Abu
Bakar menasehati Yazid ketika akan memimpin pasukan: "Kamu akan
menemukan kaum yang mempunyai keyakinan bahwa mereka tenggelam dalam
kesendirian beribadah kepada Allah di biara-biara, maka biarkanlah mereka."
Khalid bin Walid melakukan kesepakatan dengan penduduk Hirah untuk tidak
mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog) mereka serta tidak
melarang upacara-upacaranya.
Kerukunan hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh prinsip umum
ayat "Tidak ada paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256). Sedangkan dalam
masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal syakhsiyah) bagi mereka diatur
syariat Islam dengan syarat mereka bersedia menerimanya sebagai undang-
undang. Firman Allah: "Apabila mereka (orang Yahudi) datang kepadamu minta
keputusan, berilah putusan antara mereka atau biarkanlah mereka. Jika engkau
biarkan mereka, maka tidak akan mendatangkan mudharat bagimu. Jika engkau
menjatuhkan putusan hukum, hendaklah engkau putuskan dengan adil.
Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang adil." (QS. 5: 42). Jika mereka
tidak mengikuti aturan hukum yang berlaku di negara Islam, maka mereka boleh
mengikuti aturan agamanya - selama mereka berpegang pada ajaran yang asli.
Firman Allah: "Dan bagaimana mereka mengangkat kamu sebagai hakim,
sedangkan ada pada mereka Taurat yang di dalamnya ada hukum Allah?
Kemudian mereka tidak mengindahkan keputusanmu. Sesungguhnya mereka
bukan orang-orang yang beriman ." (QS.5: 7).
c. Hak Bekerja
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga kewajiban.
Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda: "Tidak
ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada makanan yang
dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga
menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya
sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu Majah).
2. Hak Hidup
Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyariatkan oleh
Allah. Diantara hak-hak ini adalah :
a. Hak Pemilikan
Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara
apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana
firman Allah: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu
kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu
dengan jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188). Oleh
karena itulah Islam melarang riba dan setiap upaya yang merugikan hajat
manusia. Islam juga melarang penipuan dalam perniagaan. Sabda nabi saw: "Jual
beli itu dengan pilihan selama antara penjual dan pembeli belum berpisah. Jika
keduanya jujur dalam jual-beli, maka mereka diberkahi. Tetapi jika berdusta dan
menipu berkah jual-bei mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah)
Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha yang
halal, kecuali untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan pembayaran ganti
yang setimpal bagi pemiliknya. Sabda nabi saw: "Barangsiapa mengambil hak
tanah orang lain secara tidak sah, maka dia dibenamkan ke dalam bumi lapis
tujuh pada hari kiamat." Pelanggaran terhadap hak umum lebih besar dan
sanksinya akan lebih berat, karena itu berarti pelanggaran tehadap masyarakat
secara keseluruhan.
b. Hak Berkeluarga
Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman.
Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang yang
bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32). Aallah menentukan hak dan
kewajiban sesuai dengan fithrah yang telah diberikan pada diri manusia dan
sesuai dengan beban yang dipikul individu.
Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala
keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan laki-
laki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-masing
memiliki beban yang sama. "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang maruf, akan tetapi para suami
mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2: 228)
c. Hak Keamanan
Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata pencaharian
dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman Allah: "Allah yang telah
memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4).
Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin (QS.
24: 27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara berkewajiban
menyediakan baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah memberi
tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkannya. Oleh
karena itulah, Umar bin Khattab menerapkan tunjangan sosial kepada setiap bayi
yang lahir dalam Islam baik miskin ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang
tidak ada sembahan selain Dia, setiap orang mempunyai hak dalam harta negara
ini, aku beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf dalam Al-Kharaj). Umar jugalah
yang membawa seorang Yahudi tua miskin ke petugas Baitul-Maal untuk
diberikan shadaqah dan dibebaskan dari jizyah.
Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan untuk tidak
disiksa atau diperlakukan semena-mena. Peringatan rasulullah saw:
"Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di dunia."
(HR. Al-Khamsah). Islam memandang gugur terhadap keputusan yang diambil
dari pengakuan kejahatan yang tidak dilakukan. Sabda nabi saw: "Sesungguhnya
Allah menghapus dari ummatku kesalahan dan lupa serta perbuatan yang
dilakukan paksaan" (HR. Ibnu Majah).
Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika ada
warga tertindas yang mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah Darul Islam.
Dan masyarakat muslim wajib memberi suaka dan jaminan keamanan kepada
mereka bila mereka meminta. Firman Allah: "Dan jika seorang dari kaum
musyrikin minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat
mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman baginya."
(QS. 9: 6).
d. Hak Keadilan
Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syariah dan diberi
putusan hukum sesuai dengan syariah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak setiap
orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima. Firman Allah
swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang kecuali oleh
orang yang dianiaya." (QS. 4: 148).
Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa
yang sah yang dapat memberikan perlindungan dan membelanya dari bahaya atau
kesewenang-wenangan. Bagi penguasa muslim wajib menegakkan keadilan dan
memberikan jaminan keamanan yang cukup. Sabda nabi saw: "Pemimpin itu
sebuah tameng, berperang dibaliknya dan berlindung dengannya." (HR. Bukhari
dan Muslim).
Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga
mempunyai kewajiban membela hak orang lain dengan kesadarannya. Rasulullah
saw bersabda: "Maukah kamu aku beri tahu saksi yang palng baik? Dialah yang
memberi kesaksian sebelum diminta kesaksiannya." (HR. Muslim, Abu Daud,
Nasai dan Tirmidzi). Tidak dibenarkan mengambil hak orang lain untuk
membela dirinya atas nama apapun. Sebab rasulullah menegaskan:
"Sesungguhnya pihak yang benar memiliki pembelaan." (HR. Al-Khamsah).
Seorang muslim juga berhak menolak aturan yang bertentangan dengan syariah,
dan secara kolektif diperintahkan untuk mengambil sikap sebagai solidaritas
terhadap sesama muslim yang mempertahankan hak.

e. Hak Saling Membela dan Mendukung
Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak
kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam membela
hak dan mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan
sesama muslim, memutus hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi
saw: "Hak muslim terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang
sakit, mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan mendoakan bila bersin."
(HR. Bukhari).
f. Hak Keadilan dan Persamaan
Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan
mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS.
Al-Hadid: 25, Al-Araf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama di mata
hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti
aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan hukum ini.
Misalnya kasus putri bangsawan dari suku Makhzum yang mencuri lalu dimintai
keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid, sampai kemudian rasul menegur
dengan: "... Apabila orang yang berkedudukan di antara kalian melakukan
pencurian, dia dibiarkan. Akan tetapi bila orang lemah yang melakukan
pencurian, mereka memberlakukan hukum kriminal..." Juga kisah raja Jabalah Al-
Ghassani masuk Islam dan melakukan penganiayaan saat haji, Umar tetap
memberlakukan hukum meskipun ia seorang raja. Atau kisah Ali yang
mengadukan seorang Yahudi mengenai tameng perangnya, dimana Yahudi
akhirnya memenangkan perkara.
Umar pernah berpesan kepada Abu Musa Al-Asyari ketika mengangkatnya
sebagai Qadli: "Perbaikilah manusia di hadapanmu, dalam majlismu, dan dalam
pengadilanmu. Sehingga seseorang yang berkedudukan tidak mengharap
kedzalimanmu dan seorang yang lemah tidak putus asa atas keadilanmu."


















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa ketentuan-ketentuan tentang hak-hak asasi
manusia yang telah diadopsikan ke dalam sistim hukum dan konstitusi Indonesia itu
berasal dari berbagai konvensi internasional dan deklarasi universal tentang hak asasi
manusia serta berbagai instrumen hukum internasional lainnya. Setelah Perubahan
Kedua pada 2000, keseluruhan materi ketentuan hak-hak asasi manusia dalam UUD
1945, yang apabila digabung dengan berbagai ketentuan yang terdapat dalam undang-
undang yang berkenaan dengan hak asasi manusia, dapat dikelompokkan dalam
empat kelompok yang berisi 37 butir ketentuan yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun. Sejak mula sebelum lahirnya berbagai gagasan tentang HAM, islam
telah meletakkan dasar yang kuat. Islam memandang bahwa kedudukan manusia
adalah sama dan hanya dibedakan dari sudut ketakwaannya; tidak ada paksaan dalam
beragama; dan tidak boleh satu kaum menghina kaum yang lain. Rasululah
Muhammad SAW sendiri bersabda, bahwa setiap manusia di lahirkan dalam
keadaan suci.

3.2 Saran
Supaya lebih memahami tentang Hak Asasi Manusia, disarankan para
pembaca mencari referensi lain yang menyangkut dengan materi yang ada pada
makalah ini. Semoga para pembaca memahami dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.






DAFTAR PUSTAKA

You might also like